Share

Bab 73. PERJANJIAN

Beberapa saat sebelum Juragan Pranata mendatangi warung tersebut, dirinya dibuat marah oleh kedatangan Panji yang babak belur. Panji bercerita tentang Mardawa dengan seorang gadis menyerangnya.

“Apa?” Kamu melihat mereka di hutan?” tanya Juragan Pranata sambil memandang Panji dengan tajam. “Mengapa kamu tidak memaksanya bicara!”

Panji tertunduk, dalam hatinya berkata,” Boro-boro memaksanya bicara, aku saja babak belur.”

“Tanya di mana Semboja berada!” suruh lelaki tua itu. Panji hanya menunduk. Rasanya dia sudah tidak sanggup untuk bertempur dengan Mardawa. Namun, bagaimana caranya dia membantahnya ucapan gurunya.

“Aku … aku … sudah bertempur dengannya barusan. Aku mengaku kalah.” Panji berkata sambil menundukkan kepala. Dia tidak sanggup lagi jika harus bertarung kembali dengan Mardawa.

“Kamu benar-benar lemah! Menghadapi seorang saja kalian tidak bisa! Percuma aku mendidik kalian dengan susah payah!” teriak Juragan Pranata sambil menunjuk kepada para anak buahnya.

Anak buah Juraga
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status