Dewi Rimbu tidak menjawab pertanyaan Mardawa tentang Ratu Kali Wingit. Dia sendiri tidak mengerti, mengapa wanita itu berubah. Eyang Chou merasa khawatir dengan keselamatan Kusuma. Dia memohon kepada Mardawa untuk membuntuti Ratu Kali Wingit. “Mardawa, selamatkan Cucuku!” Eyang Chou berkata sambil memandang Mardawa. Rasa dendamnya kepada pemuda itu sirna seketika. Dirinya malah ragu tentang Kusuma dan segala ucapannya.Mardawa diam, dia mempertimbangkan permintaan Eyang Chou. Pemuda itu tidak ada dendam dengan kakek tua itu. Fitnah Kusuma yang menjadikan dirinya seperti buronan.Setelah memikirkan permintaan Eyang Chou, Mardawa akhirnya setuju untuk membuntuti Ratu Kali Wingit. Dia merasa bertanggung jawab untuk melindungi keselamatan Kusuma. Dia dan Dewi Rimbu bersiap-siap untuk pergi ke Istana Kali Wingit.Setelah berjalan jauh , Mardawa memutuskan untuk istirahat sejenak. Dia duduk di bawah pohon besar dan menikmati pemandangan sekitar. Tiba-tiba, dia melihat sesosok wanita berja
Mardawa menghentikan serangannya dan menatap Dewi Rimbu dengan rasa heran. "Tapi Dewi, ini serigala liar. Dia bisa membunuh kita di sini. Serigala ini tentu anak buah Serigala Perak.” Mardawa menerka-nerka.Dewi Rimbu menghampiri Mardawa dan meletakkan tangannya di atas bahu pemuda itu. "Tidak semua hewan liar perlu dibunuh, Mardawa. Ada cara lain untuk menghadapinya."Mata Mardawa melebar, mencoba memahami apa yang ingin diucapkan oleh Dewi Rimbu. "Apa yang harus dilakukan?" tanya Mardawa penasaran. “Hewan itu sudah berhasil kuusir.”Saat serigala lain muncul lagi dari arah yang sama, hati Mardawa berhenti berdetak sejenak. Serigala itu menggeram dan melompat ke arah mereka, mencoba menggigit Mardawa. Mardawa sengaja menghindar menjauhi Kusuma. Dia tidak mau gadis itu juga diserang serigala.Dewi Rimbu melepaskan sebuah pusaran angin, menghentikan serigala itu dan melumpuhkannya dengan mudah. Serigala itu meronta-ronta dan mencoba melepaskan diri dari perangkap Dewi Rimbu, tetapi tid
Semboja tidak bisa berkutik. Pandangan wanita itu seperti menyuruhnya untuk pergi sebelum dia berteriak ada orang asing. Tentu saja gadis itu sangat ketakutan.“Ke mana aku harus pergi?” Semboja bertanya-tanya dalam hatinya. Dia berpikir tempat paling aman adalah Istana Serigala Perak. Dia harus kembali ke kamarnya, untuk kabur dari sana gadis itu tidak tahu jalan.Semboja merenung sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya di Istana Serigala Perak. Dia berjalan dengan hati-hati, mencoba untuk tidak menarik perhatian siapa pun di sekitarnya. Setelah berjalan beberapa menit, Semboja tiba di depan pintu kamarnya.Tiba-tiba, dia mendengar suara derap kaki di belakangnya. Semboja berbalik dan terkejut melihat dua penjaga kerajaan yang berdiri di belakangnya."Apa yang kau lakukan di sini? Ini daerah terlarang!" seru salah satu penjaga sambil mengeluarkan pedangnya.Semboja berhasil bersembunyi dari kejaran, dia merasa lega namun pada saat yang sama juga takut. Dirinya ti
Dewi Rimbu tersenyum kecut melihat sinar merah dari kedua mata Ratu Kali Wingit.Dewi Rimbu menjelaskan, “Ini jurus dari tanah kelahirannya, Jurus Bharata. Jangan meremehkan ilmu itu, Mardawa.” Kembali wanita itu mengingatkan.Ratu Kali Wingit merasa tertantang untuk mengalahkan Mardawa dan Dewi Rimbu. Dia tidak ingin dikalahkan lagi oleh siapa pun. Dia berpikir keras dan tiba-tiba tersenyum licik.“Baiklah Dewi Rimbu, mari kita kita bertarung satu lawan satu. Jika saya menang, kalian harus meninggalkan kerajaanku selamanya. Kusuma harus tinggal di sini.” Tentu saja mereka kaget dengan syarat seperti itu. Ratu Kali Wingit memang sudah benar-benar berubah, atau memang sebenarnya dia itu seorang yang jahat.“Dan jika saya menang?” ujar Dewi Rimbu dengan tenang. Tidak kalah, Dewi Rimbu juga menanyakan seandainya dirinya yang memenangkan pertarungan.“Kalau kau menang, aku akan memberikan segalanya yang kau inginkan. Apa saja yang kau inginkan, Dewi Rimbu?”Dewi Rimbu berpikir cepat dan
Sementara itu Mardawa dan Dewi Rimbu mencoba menyelamatkan Kusuma dari pengaruh sihir Ratu Kali Wingit. Dewi Rimbu mengerahkan seluruh kemampuannya. Wanita itu memegang ubun-ubun Kusuma. Ditusuknya perlahan-lahan dengan jari telunjuknya. Asap tipis keluar dari ubun-ubun gadis tersebut.“Bagaimana, Dewi Rimbu?” tanya Mardawa. Ada kecemasan dalam nada suaranya. Dewi Rimbu sedikit mengangguk, Mardawa lega karenanya. Itu artinya Kusuma baik-baik saja. Walaupun urusannya belum beres dengan gadis itu, pemuda itu punya tanggung jawab untuk menjaganya. Sesuai janjinya pada Eyang Chou. Membawa Kusuma dalam keadaan baik-baik.“Apa yang kamu rasakan, Kusuma?” tanya Mardawa. Pemuda itu mendekati Kusuma yang sudah selesai diobati Dewi Rimbu. Kusuma hanya melihat pemuda itu sekilas. Dia rupanya sudah ingat semuanya. Rasa cemburunya muncul seketika kepada Dewi Rimbu. Mardawa mundur saat Kusuma tidak mau menjawab pertanyaannya.“Aku sudah sangat lapar. Sudah dua hari tidak makan layak. Bagaimana ka
Mardawa tahu jika Kusuma cemburu kepada Dewi Rimbu. Rupanya pemuda itu masih kesal dengan segala tuduhan Kusuma kepadanya. Apalagi ini sudah melibatkan guru mereka masing-masing.Kusuma tidak nyaman berada di antara mereka. Dia ingin secepatnya pergi dari situ. Gadis itu termangu memikirkan cara untuk pergi sendiri.“Aku mau pulang saja, tidak ikut kalian ke Negeri Serigala Perak.” Kusuma memecah kecanggungan. Dirinya tidak akan sanggup jika harus berlama-lama tinggal.“Jangan menambah lagi masalah, Kusuma!” ujar Mardawa. Dia semakin kesal karena gadis itu tidak henti-hentinya menimbulkan masalah.“Aku mau kembali ke pondok Eyang Chou,” jawab Kusuma sungguh-sungguh.“Aku tidak percaya kata-katamu.” Mardawa berkata sambil menuangkan nasi ke sepelepah daun pisang.Kusuma diam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Dia memandang Dewi Rimbu seperti minta tolong untuk meyakinkan Mardawa.Dewi Rimbu mengangkat bahunya, pertanda dirinya tidak mau ikut campur. Kusuma menunduk, wajahnya terlihat
Rupanya Danu hanya pura-pura. Dia punya ilmu kanuragan yang cukup mumpuni untuk menghadapi Kusuma. Saat Kusuma mendekat dia melompat dan tertawa.“Hahaha hahaha hahaha.” Danu tergelak. Dia bertolak pinggang sambil tertawa terbahak-bahak. “Ayo kita pulang, Kusuma! Kita akan segera menikah.” Dengan penuh kemarahan Kusuma melemparkan kembali pedangnya. Tenaga dalamnya disalurkan sepenuhnya. Danu tertawa sambil berkelit. Pedang itu lewat hanya satu centi dari bahunya.“Haha haha. Jangan galak-galak jadi perempuan. Gadis jutek susah jodohnya.” Danu masih tergelak. Rupanya dia masih mempermainkan emosi Kusuma.Rasa lelah dan mengantuk yang sejak tadi ditahannya membuat gadis itu semakin meradang. Apalagi jika teringat Danu adalah pemuda yang hendak dijodohkan oleh ayahnya. Emosi dan kekesalannya naik sampai ubun-ubun. Tak lagi dihiraukan badannya yang sudah tidak bertenaga.“Keparat! Dasar penjilat!” Kusuma berteriak histeris. Antara marah dan sedih karena tidak berdaya dengan perjodohan y
Mardawa tahu siapa yang datang. Dewi Rimbu rupanya sama meninggalkan hutan Negeri Serigala Perak. Rupanya mereka lebih mementingkan keselamatan Kusuma. Kusuma lebih terancam terlihat di cermin ajaib."Bagaimana bisa kamu ke sini, Dewi Rimbu ?" tanya Mardawa tanpa menoleh. Dia masih fokus mengejar Danu."Hihi hihihi hihi hihihi." "Malah cengengesan!" seru Mardawa."Aku akan mengejar lelaki sialan itu. Tenang, aku sudah punya cara menghadapinya. Tanpa mantra tanpa jurus. Hihi hihihi hihi."Dewi Rimbu terbang dengan sangat cepat mengejar Danu. Dia tertawa mendengar gerutuan Mardawa. Puas hatinya bisa mengejutkan pemuda itu dengan kedatangannya yang tiba-tiba.**Danu merasa unggul karena berhasil membawa kabur Kusuma. Dia melihat ke belakang, tidak dilihatnya lagi Mardawa mengejarnya. Sebenarnya pemuda itu heran, mengapa Mardawa berhenti mengejar."Aku curiga dia berbuat curang." Danu masih terus berlari sambil melihat ke atas pohon-pohon. Takut tiba-tiba Mardawa datang dari atas."Tol