Share

Bab 7. RATU DUYUNG

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-07 11:33:06

Mardawa duduk melamun di cabang sebatang pohon. Wajah Semboja masih menggoda hatinya. Senyum gadis itu meluluhkan hatinya. Biasanya dia hanya bertemu dengan Eyang Suwita. Kini, banyak gadis cantik yang tersenyum begitu manis padanya.

"Hehehe." Mardawa tertawa sendiri. Dia cengar-cengir macam orang gila. Terbayang jika dirinya dicintai banyak wanita. "Tentu menyenangkan. Hihihi." Wajah jahilnya menyeringai. Dia jadi ingin mencoba.

"Aaauuuuu!"

Hampir terjatuh Mardawa mendengar suara itu. Dia yang tengah bersantai dengan bertumpang kaki sambil rebahan kaget seketika.

"Ada suara serigala? Dari mana?" batinnya. Pemuda itu segera duduk menjuntaikan kaki. Matanya nyalang menyisir sekitarnya. Tidak ada sesuatu yang mencurigakan.

"Jelas sekali kalau itu suara serigala." Mardawa meyakinkan dirinya. Dia tahu karena sering mendengar tapi belum pernah bersua. Hidupnya dari kecil tinggal di hutan, jadi dia tahu jenis-jenis suara binatang.

"Di mana serigala itu?" Mardawa masih menyelidiki dari tempat dirinya nangkring. Pemuda itu garuk-garuk kepala karena tidak menemukan apa yang dicarinya.

"Hiat hiat!" Mardawa melompat dari dahan ke dahan. Pandangannya tertuju ke bawah. Satu kali dia tidak menjejak tepat di dahan yang dituju. Tangannya dengan gesit meraih daun-daun di dekatnya. Tentu saja daun itu tidak kuat menahan bobot tubuhnya. Lelaki itu meluncur ke tanah.

Bluk!

Suara seperti nangka matang jatuh terdengar. Tidak lama terdengar jeritan tertahan.

"Wadaw!" Mardawa berteriak kesakitan. Dia menggeliat sambil memegang pinggangnya. Rupanya dia kesakitan saat jatuh terduduk tadi.

"Hihihi hihi hihihi hihi."

Mardawa kaget mendengar suara tawa perempuan. Cepat-cepat dirinya bersikap waspada dan siaga. Rasa sakitnya seketika hilang, dirinya berdiri sambil memasang kuda-kuda.

"Hihihi hihi hihihi hihi."

Tawa itu terdengar lagi. Kali ini semakin dekat dan Mardawa bisa menebak dari mana tawa itu berasal. Ingin rasanya pemuda itu langsung menghadiahinya pukulan jarak jauh. Namun, yang didengarnya tawa seorang wanita, dia tidak mau gegabah. "Siapa tahu dia cantik," pikirnya. Jiwa playboynya mulai menggelitik.

"Keluarlah, Nisanak!" suruh Mardawa. Dia juga bersikap waspada, dari suaranya bukan tidak mungkin wanita itu seorang nenek sihir.

"Hihihi hihi hihihi. Pendekar hebat tapi gedebukan jatuh seperti nangka mateng. Hiat!"

Jleng!

Seorang wanita cantik berbaju hijau bersalto dan berdiri di hadapan Mardawa. Pemuda itu cengengesan karena malu. Penampilannya membuat silau mata Mardawa.

"Ah, Nyai bisa saja. Kata siapa aku pendekar, aku hanya tukang ngarit rumput." Mardawa menjawab sambil tertawa kecil.

"Aku tahu kamu Mardawa murid Eyang Suwita dari Gunung Wingit." Gadis itu dengan santai menjelaskan siapa Mardawa.

"Eh, buset dah! Kamu siapa?" tanya Mardawa. Dia tidak mengerti apa yang sudah dilakukannya, hingga gadis secantik ini bisa mengenal dirinya dengan baik. Tahu asal usulnya.

"Aku Ratu Duyung." Wanita itu menjawab dengan penuh wibawa kini. Tidak lagi cekikikan seperti tadi.

"Apa? Ratu … Duyung?" tanya Mardawa heran. Apa yang dilihatnya tidak sesuai dengan bayangannya tentang ikan duyung. "Tidak kelihatan seperti ikan?" tanya Mardawa dengan mimik heran.

"Siapa yang bilang aku ikan? Namaku Ratu Duyung, bukan ikan duyung!" seru wanita itu kesal.

"Eeh, maaf. Aku pikir kamu ikan duyung. Hehehe." Mardawa terkekeh menertawakan kebodohannya. Dia membungkuk minta maaf tapi sambil cengengesan.

Wuss!

Ratu Duyung menyalurkan tenaga dalamnya di kedua tangannya. Asap tipis mengepul dari tangannya yang sudah berubah menjadi sekeras es. Mengibaskannya di depan Mardawa.

Hawa dingin tiba-tiba meluncur ke arah pemuda itu. Dia terkejut karena hawa itu sangat dingin melebihi es. Mardawa mencelat ke atas menghindari serangan Ratu Duyung. Dia tidak mau membeku menjadi es batu.

Set set set.

Pemuda itu sudah berada di atas pohon. Ratu Duyung menghilang dari pandangannya. Mardawa jelalatan melihat kiri-kanan. Waspada dengan pergerakan pohon sekalipun. Dia tidak boleh kalah dengan wanita yang baru saja ditemuinya.

"Grrrh."

Mardawa tercekat saat mendengar bunyi menggeram suara anjing hutan. Pemuda itu melihat ke bawah. Matanya terbelalak saat melihat ada seekor serigala di bawah sana.

"Grrrh." Serigala itu mendongak ke arah Mardawa. Pemuda itu tidak tahu dari mana serigala itu berasal.

Mardawa mempersiapkan pukulan ke arah serigala tersebut. Tepat mengenai lambungnya. Serigala tersebut terpental seiring pemuda itu juga turun melayang ke tanah.

Serigala turut bangkit dan waspada. Lidahnya menjulur keluar berwarna sangat merah. Wajahnya berubah menjadi mengerikan. Matanya sangat besar, moncongnya juga berubah sangat lebar. Gigi taringnya tajam dan lancip seperti tombak. Pemuda itu sampai bergidik melihatnya. Mardawa tidak bisa membayangkan kalau badannya sampai dikoyak binatang itu.

"Ratu Duyung! Ratu Duyung!" teriak Mardawa dengan cemas. Dia teringat wanita yang tadi menyerangnya dengan angin sedingin es. "Ke mana dia?" pikirnya.

"Jangan-jangan kamu sudah menyerangnya?" tuduh Mardawa kepada serigala.

"Gggrhh!" Serigala menggeram. Namun kali ini, geramannya tidak segarang tadi.

Mardawa melihat moncong serigala itu bersih. Tidak tampak ada darah jika serigala itu berhasil mengoyak Ratu Duyung. Ada sedikit kelegaan di hati Mardawa. Setidaknya Ratu Duyung masih hidup tidak dikoyak-koyak makhluk itu.

"Di mana dia?" batin Mardawa. Pandangan pemuda itu tidak lepas dari sosok serigala tadi. Dia heran dari mana datangnya makhluk itu.

"Jangan-jangan kamu ….?" Mardawa tidak meneruskan ucapannya.

Serigala itu menyerang Mardawa tanpa menunggu pemuda itu selesai bicara. Rupanya dia tidak suka dengan kata-kata Mardawa. Serangannya sangat mematikan dengan cakar tajam bagai kuku besi sangat runcing.

'Tentu makhluk ini yang membunuh Intan." Mardawa sudah sangat yakin jika pembunuh Intan adalah makhluk di depannya.

Mardawa mempersiapkan jurusnya yang bernama Kolebat Layung. Angin akan menyambar sangat panas kepada lawannya. Hawa panas itu bisa membuat lawan gosong.

Mardawa dengan cepat melesat menyerang binatang itu. Sorot mata serigala tampak hijau kemerahan. Selarik cahaya muncul dari sana.

Wuss.

Angin sambaran pemuda itu menyapu tempat tersebut. Beradu dengan selarik cahaya hijau tersebut.

Des!

Terdengar bunyi ledakan cukup kuat saat terjadi bentrokan. Percikan-percikan serangan tercerai berai. Mardawa sempat terkena larikan sinar hijau yang pecah terkena serangannya. Hawa sangat dingin menusuk pangkal lengannya.

Mardawa terhenyak. Dia sadar akan sesuatu, tapi dirinya tidak percaya. Ditatap lagi serigala di hadapannya. Meyakinkan apa yang menjadi kecurigaannya.

Menyadari tatapan curiga Mardawa. Serigala itu seakan tahu diri. Binatang itu menjulurkan lidahnya dengan napas tersengal-sengal. Dari mulutnya keluar asap yang menyebabkan cuaca sekitar menjadi dingin.

Mardawa semakin curiga. Pemuda itu bermaksud untuk lebih dekat lagi dengan binatang tersebut. Namun, rupanya serigala itu bergerak lebih cepat. Dia melompat ke semak-semak dan melarikan diri dari tempat tersebut.

"Hey … tunggu, tunggu!" teriak Mardawa. Pemuda itu berkelebat ke arah serigala itu kabur. Lama dirinya berlari tidak ada tanda-tandanya binatang tersebut. Mardawa menghentikan larinya. Dia juga teringat dengan Ratu Duyung. Heran, ke mana perginya wanita tersebut. Pemuda itu mencebik naik ke atas pohon, tetap saja wanita cantik itu raib.

"Mengapa wanita itu menghilang dengan cepat. Datang tanpa basa-basi, apalagi perginya. Bagaikan angin saja," rutuk Mardawa. "Cepat sekali larinya. Siapa makhluk itu sebenarnya? Apakah dia itu …."

Bab terkait

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 8. RENCANA PRANATA

    Sekelebat kecurigaan terbersit di benak Mardawa. Jika serigala itu adalah binatang yang selama ini meneror Kampung Jatiwarna. "Ratu Duyung … Ratu Duyung!" Mardawa masih saja berteriak. Berharap jika wanita itu belum jauh darinya."Auuuu!" Terdengar kembali suara lolongan serigala. Mardawa menengadah suara itu terdengar sangat jauh kini."Ratu Duyung, apakah dia … apakah dia serigala itu?" tebak Mardawa. Pemuda itu curiga karena kemunculan Ratu Duyung bersamaan dengan munculnya serigala.Mardawa kembali duduk di dahan setelah mencari Ratu Duyung ke mana-mana. Pemuda itu seperti biasa merebahkan diri sambil memikirkan kemungkinan perkiraannya tentang serigala jadi-jadian itu. "Jika memang itu serigala jadi-jadian, mengapa seperti sengaja menampakkan diri." Pusing Mardawa memikirkan itu. Akhirnya dia tertidur pulas. Sementara itu di keramaian yang terjadi di Jatiwarna. Pranata menghadiri undangan seperti biasanya.Malam belum begitu larut, panggung bertaburan bintang pentas. Pranata

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-08
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 9. CAKAR SERIGALA

    Mardawa menyelinap di antara penonton. Dia melihat ada yang mencurigakan antara Pranata dan anak buahnya. Tanda bahaya berdering di benaknya. Anak buah Pranata yang baru dilihatnya itu, pandangannya seperti memindai penonton. Bukan tidak mungkin dirinyalah yang dicari. Mardawa belum tahu nama laki-laki itu."Sepertinya mereka merencanakan sesuatu." Mardawa tidak melepaskan pandangan dari anak buah Pranata. Pelan-pelan lelaki itu meninggalkan tempat hiburan tersebut. Tidak ada yang menyadari karena penonton fokus ke penari.Mardawa mengikuti diam-diam, menyelinap dengan cepat ke balik pepohonan. Lelaki itu tidak menyadarinya. Dia terus berlari menuju satu tempat. "Auuu."Terdengar suara lolongan serigala dari kejauhan. Mardawa diam sejenak mendengarkan. Firasatnya sudah tidak enak saja. Terbayang binatang buas itu, saat kemarin bertemu dengan Ratu Duyung. Bisa saja binatang itu datang tiba-tiba.. Mardawa semakin waspada.Tap tap tap tap.Lelaki yang diikuti Mardawa melompat dengan ge

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 10. RATU KALI WINGIT

    Mardawa membiarkan Panji dan kawan-kawannya itu berlalu. Ada hal yang lebih penting yang harus segera dikejarnya. Dia harus menemukan serigala itu. Pembantai anak buah Pranata itu tentu serigala yang bersama Ratu Duyung tadi siang. Tadi sebelum datang anak buah Panji, dirinya juga mendengar lolongan serigala tersebut. Dikira serigala biasa yang sering di dengarnya saat masih bersama Eyang Suwita. Ternyata serigala jadi-jadian yang sedang menjadi momok yang sangat ditakuti penduduk."Di mana kira-kira kediaman Ratu Duyung?" tanya Mardawa dalam hati. Rasa kantuknya tidak dihiraukan. Dia harus secepatnya menemukan wanita tersebut."Hiat!" seru Mardawa. Pemuda itu berlari menembus pekatnya malam. Hutan sangat sepi karena malam memang sudah larut. Mardawa memasang pendengarannya baik-baik. Tidak ada suara binatang hutan yang dilewatkannya. "Aku harus pergi ke arah mana?" tanya hatinya. Pemuda itu bertolak pinggang melihat ada persimpangan di depan matanya. Dia mendongak, rupanya bulan se

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-10
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 11. NYANYIAN MANTRA

    "Ratu Duyung."Mardawa dengan cepat turun dari tempatnya tidur. Dia meluncur ke bawah demi menolong perempuan itu. Seekor ular besar sedang berdiri tegak siap mematuk wanita cantik itu. "Mundur pelan-pelan!" bisik Mardawa, jangan sampai suaranya membuat kaget ular tersebut.Gadis itu mundur sesuai perintah Mardawa. Dia sangat takut kepada binatang tersebut. Trauma yang mendalam karena ada kejadian yang luar biasa tentang binatang yang namanya ular."Hap!"Berhasil, Mardawa sudah memegang kepala ular tersebut. Badan dan ekornya menggerinjal karena ingin lepas dari cengkeraman tangannya. Namun, Mardawa tidak melepaskan binatang berbisa itu. Tenaganya sangat kuat dibandingkan ular tersebut."Ini! pegang saja. Kamu harus mulai terbiasa dengan binatang-binatang yang ada di hutan!" suruh Mardawa. Dia bermaksud agar wanita itu berani karena dilihatnya sudah dua kali berada di dalam hutan. Entah apa yang dicarinya. Apalagi ini tengah malam masih keluyuran. "Mencari jodoh kan bisa saja siang

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-11
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 12. DEWI RIMBU

    Ratu Duyung yang sudah sadar berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman ular tersebut. "Ciwang Adiwara! Aku tahu itu kamu," desis Ratu Duyung. Dia merapal mantra yang baru saja dikuasainya–Jurus Air Membatu. Sebuah jurus sedingin es yang berkekuatan dahsyat. Semua yang terkena pukulan tersebut akan membeku di dalam balok es."Sssh sssh sssh." Ular tersebut masih mendesis-desis karena nafsu birahinya. Hatinya dongkol karena gadis incarannya melawan. Ilmu pengasihan yang sejak tadi di senandungkan ternyata tidak mempan. Rupanya alam bawah sadar gadis itu mempunyai pertahanan."Pergi!" usir Ratu Duyung. Dia masih menghargai lelaki itu, Ratu Duyung memberi kesempatan untuk pergi. Namun, Ciwang Adiwara tetap pada niat awalnya. Dia inginkan gadis tersebut. Dia merasa jika ilmu kanuragan miliknya masih unggul dibanding Ratu Duyung.Asap tipis mengepul dari tangan Ratu Duyung. Dirinya akan menjajal ilmu barunya. Ciwang Adiwara cocok untuk dijadikan tumbal. Lelaki mesum itu harus dibeku

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-12
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 13. DIADILI

    Semboja berusaha menjaga keseimbangan karena terasa juga olehnya bumi bergetar. Ada harapan untuk dapat selamat dari anak buah Pranata kali ini. Gadis itu semakin yakin jika doanya terkabul."Katakan saja, Nisanak! Biar aku tidak bertanya-tanya!" Panji memandang tajam ke arah wanita bercadar itu. Berusaha untuk melihat raut wajah dibaliknya. "Pasti dia sangat cantik. Sepertinya lebih cantik dari Semboja." Otak ngeresnya mulai bergerilya. "Baiklah, aku akan beritahu namaku! Hiaaat hiaaaat!" Wanita itu mencelat ke atas menuju puncak pohon. Dengan ujung jarinya dia menorehkan namanya di pohon tersebut. Dimulai dari puncak pohon ke bawah … D E W I R I M B U."Dewi Rimbu. Apakah itu namamu?" tanya Panji dengan mata melotot. Bukan nama yang membuatnya takjub tapi kemampuan wanita itu yang membuatnya terpana. "Mengapa Juragan Pranata mempunyai anak buah sebodoh kamu, Panji?" tanya Dewi Rimbu tajam. "Hahaha hahaha hahaha hahaha." Wanita itu tidak bisa menahan tawanya. "Pertanyaan bodoh dar

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-13
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 14. MINTA DICULIK

    Semboja terduduk, bersimpuh sambil menunduk. Air bening luruh satu persatu membasahi dan menyerap di tanah. Dia tidak mengerti dengan keadaan ini. Hari ini benar-benar apes untuknya.Tadi siang dirinya dikejar-kejar oleh anak buah Pranata. Kini, dituduh berbuat mesum dengan laki-laki. Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatan yang tidak dia lakukan."Aku tidak melakukan perbuatan tidak senonoh!" teriak Semboja. "Tadi hampir saja jadi korban penculikan. Makanya aku terlambat pulang!" "Bohong!" sergah perempuan itu. Gadis anak kepala kampung itu bernama Kusuma. "Bawa dia!" suruh Kusuma lagi."Aku tidak bohong!" teriak Semboja. Dia menangis putus asa.Penduduk tanpa banyak bicara memegang tangan Semboja. Mereka bersiap menggiring gadis itu ke Balai Kampung."Jangan!" Kembali Semboja berteriak minta ampun. Gadis itu tidak berdaya melawan orang-orang kampung."Tahan!" Seorang pemuda datang tiba-tiba di hadapan penduduk. Dia bertolak pinggang memandang tajam penduduk yang menggiring Sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 15. JURUS PERISAI SAMUDRA

    Mardawa datang menyelamatkan Semboja. Panji yang sedang menertawakan sikap Kusuma terdiam seketika. Semboja terlepas dari pegangan anak buah Panji."Keparat! Siapa dia?" tanya Panji. "Susul, bodoh!" suruh Panji pada anak buahnya. Dia berteriak marah karena anak buahnya melongo, terpana melihat kecepatan Mardawa merebut gadis itu.Kusuma menjerit ketakutan menyadari Mardawa sudah pergi lagi demi menyelamatkan Semboja. Anak buah Panji menyusul, melesat mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dikuasainya. Kusuma hanya melongo melihatnya. Jeritannya malah mengundang orang kampung datang."Ada apa, Neng?" Seorang pemuda datang mendekat. Sudah lama dia menyukai Kusuma, tapi gadis itu tidak menghiraukannya, Fajar namanya."Percuma! Orangnya sudah pergi, bawain tuh cucianku!" jawab Kusuma ketus. Kesal sekali dia, merasa tak dihargai oleh Mardawa. Ternyata Semboja lebih berarti ketimbang dirinya. "Huh, cantik juga enggak. Pasti dia pakai pelet," gerutunya. Fajar merasa senang karena disuruh mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15

Bab terbaru

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 115. PERTEMUAN

    Juragan Pranata hanya tertunduk mendengar semua ucapan Serigala Perak. Dia merasa salah karena sudah gagal melaksanakan tugas. “Menculik seorang gadis saja kamu tidak berhasil!” seru lelaki itu. Suaranya keras mengandung tenaga dalam yang menggetarkan. Rupanya misi Juragan Pranata adalah menculik seorang gadis, tapi siapa? Bukankah dia juga selalu berusaha untuk menculik Semboja, untuk dijadikan istrinya.“Ampun, Junjungan. Pemuda sialan itu selalu menghalanginya setiap berhasil membawanya. Aku tidak sanggup melawannya.” Juragan Pranata menunduk dalam-dalam setelah mengadukan alasan mengapa selalu gagal. “Siapa pemuda itu? Bukankah aku sudah memberimu ilmu kanuragan yang cukup memadai!” Serigala Perak kembali membentaknya. Lelaki itu sudah sangat marah karena gadis pujaannya tidak kunjung didapatkan.“Mardawa, Junjungan.” Akhirnya Juragan Pranata menyebutkan sebuah nama. Diam-diam Juragan Pranata mengintip reaksi Serigala Perak. Dia penasaran apa Serigala Perak mengenal pendekar s

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 114. KEGAGALAN JURAGAN PRANATA

    Wirya masygul, dia bingung harus bagaimana. Perjalanannya ke goa Nenek Wira tidak membuahkan hasil. Dia harus segera pulang menemui Juragan Pranata. Dengan langkah ragu dan hati yang kebat-kebit, sampai juga akhirnya ke Perguruan Serigala Putih. Wirya masuk dan menghadap gurunya."Apa? Kamu gagal Wirya?" tanya Juragan Pranata. Dia diam sejenak dengan muka tegang."Benar, Juragan." Wirya menjawab takut-takut. Bisa saja sewaktu-waktu juragannya itu murka dan menghajarnya."Mengapa sampai gagal?" tanya Juragan Pranata lagi membentak. Lelaki arogan itu memandang Wirya dengan tajam. Seperti ingin menelannya bulat-bulat.Wirya bingung harus bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu gagalnya di sebelah mana. Dirinya sudah bertempur mati-matian, malah pusakanya itu yang menghilang. Harusnya ketika dia menang bertarung, pedang itu menjadi miliknya."Pusaka itu menghilang." Akhirnya Wirya menjawab juga. Memang seperti itu adanya, Wirya merasa ragu bercerita tentang pendekar lain yang disebutkan se

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 113. PEDANG PUSAKA

    "Puuuh!" Indaku meniup mata Jayaprana. Dia sengaja melakukan itu agar lelaki itu bisa melihatnya. "Kau … kau, makhluk apa?" tanya Jayaprana terputus-putus. Dia kaget melihat seekor macan tengah berbaring di batu besar. Di mana dirinya tengah mencari seorang gadis yang tengah bermesraan dengan Mardawa. "Grrrh!" Macan tersebut malah menggeram. Suaranya membuat bumi yang dipijak bergetar. Jayaprana mundur, begitu juga Mardawa. Dua pemuda itu sama-sama bersikap waspada."Kaukah itu Indaku?" tanya Mardawa dengan ragu. Dia tidak menyangka sama sekali jika gadis yang mengaku sebagai istrinya itu adalah seekor macan. Beberapa saat turun gunung membuatnya menemui berbagai keanehan. Ada manusia peri dan ini manusia juga yang berubah menjadi macan. Mardawa jadi bimbang dan harus ekstra hati-hati setiap bertemu dengan orang baru.Macan itu memandang ke arah Mardawa. Ia mengangguk-angguk kepalanya. Beralih memandang ke arah Jayaprana, matanya merah seperti menyala."Tidak usah, Indaku. Pergil

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 112. INDAKU

    Oli masih seperti sebelumnya. Cengar-cengir gak jelas. Padahal jika di negerinya dia bisa berubah menjadi normal, sangat cantik dan anggun. Dirinya tidak bisa menjadi besar jika ada di negeri manusia."Ni bocah kenapa?" pikir Dewi Rimbu. Rupanya gadis itu tidak sabar untuk mengetahui bagaimana caranya peri kecil itu mengalahkan Jayaprana. Rasanya tidak mungkin jika beradu kekuatan. Bagaimanapun hebatnya jurus yang dimiliki Oli, tubuhnya hanya sebesar capung."Aku masuk ke telinganya. Hihihi hihi hihihi." Sambil masih tetap cengar-cengir Oli menjelaskan. Peri itu melompat-lompat di atas daun talas yang lebar. Rupanya dia masih merasa sangat hebat. "Lalu?" tanya Mardawa. Dia duduk di batu besar. Di sebelahnya juga duduk Dewi Rimbu dengan membawa buntelan bajunya."Aku masuk, gendang telinganya aku tendang-tendang. Tentu saja dia kesakitan, kan. Ehh … sakit gak ya?" tanya Oli sambil berpikir. Matanya memandang Mardawa mohon penjelasan."Paling terasa gatal. Hahaha hahaha hahaha," jawab

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 111. DISELAMATKAN OLI 

    Sesaat Dewi Rimbu terkesima melihat siapa yang datang. Lelaki itu kembali tepat saat dirinya dalam bahaya. Seperti punya firasat akan keselamatannya. Dewi Rimbu merasa sangat berterima kasih. “Mardawa," gumam gadis tersebut. "Bagaimana dia bisa ke sini." Dewi Rimbu tidak sempat berpikir karena Jayaprana sudah bersiap untuk menyerangnya. Dirinya tidak sempat mempersiapkan serangan. Dewi Rimbu pasrah dengan apa yang akan terjadi. Riwayatnya akan tamat hari ini. Lari! Sempat terlintas dalam benaknya. Namun, sampai kapan dia harus terus-menerus berlari dari Jayaprana. Kali ini, jika terhindar dari serangan pemuda itu, Dewi Rimbu akan menghadapinya dengan sekuat tenaga. Tadi, Mardawa sengaja mencari Dewi Rimbu karena curiga dengan Danu. Sekali sentakan, dengan sangat cepat pemuda itu menarik tangan gadis itu ke sebelah kanan. Serangan Jayaprana yang berbahaya lewat tanpa menyentuh gadis tersebut. Tampak Dewi Rimbu bernapas lega. Dia sedikit membungkuk, mengisyaratkan ucapan terima kasi

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 110. DENDAM

    Dewi Rimbu melesat tanpa menoleh lagi. Dirinya yakin jika Mardawa tidak mengikutinya. Gadis itu ingin segera tiba dan tidur dengan nyenyak. Tak ada tempat paling nyaman selain tempat punya sendiri. Walau itu hanya sekedar tempat tidur dari batu.Bulan yang semakin terang saat tengah malam berlalu, memudahkan Dewi Rimbu berlari. Saat dirinya mendongak, bulan tersebut seolah-olah ikut berlari bersamanya. Gadis itu berhenti sejenak, dia memperhatikan keindahan bulan di atas sana. “Indah sekali langit dini hari.” Gadis itu bergumam sambil memandang ke langit. Sesaat dia teringat dengan negeri peri yang baru saja ditinggalkan. Teringat betapa dirinya terpesona dengan keindahan alam di sana. Gadis itu, dia melihat sekeliling, suasana sangat sepi tidak dilihatnya ada orang.“Ah, mengapa aku teringat kepada Eyang Suwita. Mereka sepasang kekasih yang berbahagia. Dewi Rimbu tertunduk, teringat dengan kekasihnya.“Kakang maafkan aku, belum menemukan pembunuhmu. Aku berjanji akan menemukan siapa

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 109. SALAH SASARAN

    Mardawa dan Dewi Rimbu saling pandang, mereka tidak menyangka jika kepergian mereka sudah tujuh hari. Padahal mereka menyangka hanya seharian saja. Sementara Semboja menatap ibunya tidak percaya.“Aku hanya pergi tadi siang sampai malam saja, Mak.” Semboja berusaha memberi tahu ibunya. Rasanya sangat mustahil jika dirinya pergi begitu lama.“Kamu pergi selama tujuh hari, Sari. Emak sampai putus asa mencari, akhirnya Emak anggap kamu sudah meninggal. Memanggil orang untuk membaca doa.” Penjelasan Lastri membuat mereka sadar jika waktu di negeri para peri memang jauh sekali berbeda.Lastri menangis sambil memeluk Semboja. Wanita tua itu sangat takut kehilangan teman hidup satu-satunya itu. Gadis itu balik memeluk ibunya, dia juga takut kehilangan orang yang sudah mengurusnya sejak kecil.Merasa sudah menunaikan kewajiban, Mardawa berpamitan. Dia juga berkewajiban untuk mengantarkan Kusuma dan Dewi Rimbu. Semboja hanya mengangguk sambil menatap kepergian mereka.“Ayo, Dewi Rimbu. Kamu h

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 108. PERGI TANPA PAMIT

    Semboja memandang ke arah Mardawa dan Dewi Rimbu. Dia ingin berterus-terang tapi rasanya malu. Dia hanya tertunduk di hadapan mereka. Persahabatan mereka yang baru seumur jagung membuatnya sungkan. Namun, dirinya juga gelisah jika tidak diungkapkan."Aku takut … takut ….""Iih dari tadi takut-takut terus," potong Dewi Rimbu. Kesal juga lama-lama sama gadis itu. "Apa susahnya terus-terang, cantik?" "Aku takut pada nenekku." Akhirnya Semboja menjelaskan juga alasan dia takut pulang. Gadis itu kadang-kadang menyebut ibunya dengan nenek dan emak, bergantian. Entah mengapa dia selalu merasa jika Lastri bukan ibu kandungnya. Perbedaan usia mereka sangat jauh jika ditelisik. Kadang-kadang Lastri juga keceplosan jika dirinya tidak menikah.“Nenek yang mana?” tanya Dewi Rimbu. Seingatnya Semboja tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Dewi Rimbu heran, sejak kapan Semboja punya nenek. Jika demikian, itu pasti seumuran dengan neneknya juga.“Emak.” Semboja menjawab singkat. Dewi Rimbu manggut-

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 107.. BUNGA PERKAWINAN

    Semboja terperangah melihat bunga yang jatuh ke pangkuannya. Dia hanya mampu memandang bunga tersebut."Mengapa bunga itu jatuh di pangkuanku," pikir Semboja. Dia sama sekali tidak tahu mitos, jika bunga itu didapatkan maka akan segera menikah."Wah ini sebuah keberuntungan, kamu akan segera menikah!" seru Dewi Rimbu sambil mengedipkan matanya. Tentu saja Semboja tidak percaya. Mana ada pernikahan ditentukan oleh bunga. Jika dirinya menikah tentu saja karena sudah waktunya atau jodohnya. Gadis itu tertawa mendengar perkataan Dewi Rimbu."Apaan sih! Mau nikah sama siapa?" tanya Semboja. Dirinya memang belum ada rencana menikah. Mardawa juga belum berniat serius dengannya."Ya, sama Mardawa, lah." Dewi Rimbu berbisik. Matanya melirik pemuda yang lagi sibuk menemani Eyang Suwita. Merasa diperhatikan, pemuda itu melirik juga ke arah mereka. Semboja tersipu, Dewi Rimbu menyikut Kusuma. Tidak ada reaksi dari gadis itu."Ini buat kamu saja!" ujar Semboja sambil mengangsurkan bunga. Dia ti

DMCA.com Protection Status