Share

Bab 13. DIADILI

Penulis: Siti Auliya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-13 18:18:36

Semboja berusaha menjaga keseimbangan karena terasa juga olehnya bumi bergetar. Ada harapan untuk dapat selamat dari anak buah Pranata kali ini. Gadis itu semakin yakin jika doanya terkabul.

"Katakan saja, Nisanak! Biar aku tidak bertanya-tanya!" Panji memandang tajam ke arah wanita bercadar itu. Berusaha untuk melihat raut wajah dibaliknya. "Pasti dia sangat cantik. Sepertinya lebih cantik dari Semboja." Otak ngeresnya mulai bergerilya.

"Baiklah, aku akan beritahu namaku! Hiaaat hiaaaat!" Wanita itu mencelat ke atas menuju puncak pohon.

Dengan ujung jarinya dia menorehkan namanya di pohon tersebut. Dimulai dari puncak pohon ke bawah … D E W I R I M B U.

"Dewi Rimbu. Apakah itu namamu?" tanya Panji dengan mata melotot. Bukan nama yang membuatnya takjub tapi kemampuan wanita itu yang membuatnya terpana.

"Mengapa Juragan Pranata mempunyai anak buah sebodoh kamu, Panji?" tanya Dewi Rimbu tajam. "Hahaha hahaha hahaha hahaha." Wanita itu tidak bisa menahan tawanya. "Pertanyaan bodoh dar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 14. MINTA DICULIK

    Semboja terduduk, bersimpuh sambil menunduk. Air bening luruh satu persatu membasahi dan menyerap di tanah. Dia tidak mengerti dengan keadaan ini. Hari ini benar-benar apes untuknya.Tadi siang dirinya dikejar-kejar oleh anak buah Pranata. Kini, dituduh berbuat mesum dengan laki-laki. Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatan yang tidak dia lakukan."Aku tidak melakukan perbuatan tidak senonoh!" teriak Semboja. "Tadi hampir saja jadi korban penculikan. Makanya aku terlambat pulang!" "Bohong!" sergah perempuan itu. Gadis anak kepala kampung itu bernama Kusuma. "Bawa dia!" suruh Kusuma lagi."Aku tidak bohong!" teriak Semboja. Dia menangis putus asa.Penduduk tanpa banyak bicara memegang tangan Semboja. Mereka bersiap menggiring gadis itu ke Balai Kampung."Jangan!" Kembali Semboja berteriak minta ampun. Gadis itu tidak berdaya melawan orang-orang kampung."Tahan!" Seorang pemuda datang tiba-tiba di hadapan penduduk. Dia bertolak pinggang memandang tajam penduduk yang menggiring Sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-14
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 15. JURUS PERISAI SAMUDRA

    Mardawa datang menyelamatkan Semboja. Panji yang sedang menertawakan sikap Kusuma terdiam seketika. Semboja terlepas dari pegangan anak buah Panji."Keparat! Siapa dia?" tanya Panji. "Susul, bodoh!" suruh Panji pada anak buahnya. Dia berteriak marah karena anak buahnya melongo, terpana melihat kecepatan Mardawa merebut gadis itu.Kusuma menjerit ketakutan menyadari Mardawa sudah pergi lagi demi menyelamatkan Semboja. Anak buah Panji menyusul, melesat mengerahkan seluruh tenaga dalam yang dikuasainya. Kusuma hanya melongo melihatnya. Jeritannya malah mengundang orang kampung datang."Ada apa, Neng?" Seorang pemuda datang mendekat. Sudah lama dia menyukai Kusuma, tapi gadis itu tidak menghiraukannya, Fajar namanya."Percuma! Orangnya sudah pergi, bawain tuh cucianku!" jawab Kusuma ketus. Kesal sekali dia, merasa tak dihargai oleh Mardawa. Ternyata Semboja lebih berarti ketimbang dirinya. "Huh, cantik juga enggak. Pasti dia pakai pelet," gerutunya. Fajar merasa senang karena disuruh mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-15
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 16. MENJADI MURID DEWI RIMBU

    Anak buah Panji dengan gesit menculik Semboja yang tidak terjaga oleh Mardawa. Gadis itu tidak punya kemampuan ilmu kanuragan sama sekali. Maka dengan mudah anak buah Panji membekuk dan membawanya lari."Bagaimana dengan Panji?" tanya yang satunya kepada temannya. "Tadi aku sempat melihat, dia melirik kita, jadi dia tahu apa yang kita lakukan," sahut temannya. "Ayo cepat kita harus mempersembahkan gadis ini kepada Juragan Pranata.""Ayo!"Mereka berlari menembus hutan, kadang-kadang memotong jalan biar cepat sampai. Wajah mereka semringah, karena sudah pasti juragannya itu memberi mereka banyak hadiah. "Hiaaat! Lepaskan wanita itu, kalau masih sayang nyawamu!" Badal dan Bedul menghentikan larinya. Di depan mereka sudah berdiri wanita yang mereka kenal. Tempo hari wanita ini juga berhasil menggagalkan penculikan mereka terhadap Semboja."Aneh, selalu saja gagal jika menculik gadis ini." Badal bergumam sambil menurunkan Semboja. Semboja cepat-cepat berlari ke belakang wanita tadi. D

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-16
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 17. JIWA YANG TERJEBAK

    "Hap hap hap!" Seorang gadis tampak mempelajari ilmu kanuragan tingkat dasar. Seorang wanita cantik memperhatikannya. Sesekali dia membetulkan posisi gadis tersebut agar kuda-kudanya selalu kokoh."Kakak, bolehkah aku beristirahat?" tanya gadis itu."Panggil aku Dewi Rimbu, Semboja. Kita seumuran, tidak pantas aku kamu panggil kakak." Dewi Rimbu berkata sambil berjalan ke arah batu besar."Iya, Kak … eh Dewi." Semboja lantas tertawa kecil. Gadis cantik itu duduk menjelepok di batu yang lebih kecil.Tempat terang yang tempo hari sekarang tak membuat dirinya penasaran lagi. Tempat itu adalah sebuah tempat datar dengan atap goa yang terbuka. Tempat itu sejuk karena angin berhembus dari atap goa."Kamu betah di sini?" tanya Dewi Rimbu. Gadis cantik itu kini tidak memakai cadar. Semboja sangat mengagumi kecantikan tersebut. Auranya bersinar membuat orang betah memandangnya."Aku harus betah. Bagaimana aku melawan Juragan Pranata jika tidak punya ilmu kanuragan, Dewi." Semboja menjawab sam

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-18
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 18. DIPASUNG BALOK ES

    Tabib Istana terdiam setelah memeriksa urat nadi Ciwang Adiwara. Tampak sejenak ragu-ragu, lalu memeriksa sekali lagi.Ratu Kali Wingit menyaksikan dengan seksama. Tidak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Mulutnya terkatup, wajahnya pucat pasi. Dia masih tidak mengerti dengan kejadian ini.Sementara itu emban satunya yang disuruh memanggil Ratu Duyung, dia masih tetap berdiri di depan pintu kamar gadis tersebut. Merasa sudah terlalu lama menunggu, dia memberanikan mengetuk pintu lagi.Tidak ada jawaban, emban itu mencoba mendorong pintu dengan sangat pelan. "Pintu ini tidak dikunci," gumamnya perlahan. Dia melongokkan kepala ke dalam. Matanya seketika terbelalak, tubuhnya mengejang karena kaget. "Apa yang terjadi?" tanya Ratu Kali Wingit akhirnya. Dirinya tidak sabar untuk segera mengetahui keadaan yang sebenarnya. "Jiwanya tidak kembali." Tabib itu menjawab setelah lama terdiam dan berkali-kali memeriksa nadi Ciwang Adiwara."Apa yang terjadi? Mengapa tidak bisa kembali, dia t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-19
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 19. HATI YANG TERLUKA

    Mardawa menegakkan tubuhnya biar bisa berpikir lebih keras lagi. Pembunuhan yang terjadi di kampung Jatiwarna ini begitu beruntun. Semua hanya menyisakan misteri yang menguap begitu saja. Tidak ada yang berani mengungkap, apalagi harus berurusan dengan Juragan Pranata."Pembunuh Intan apakah sama dengan pembunuh anak buah Pranata." Mardawa menghubungkan kejadian demi kejadian yang menurutnya ganjil. Penduduk berprasangka jika Juragan Pranata ada di balik semua itu. Namun, menurut Mardawa, tidak mungkin jika anak buahnya juga turut dibantai. Mentah lagi pendapatnya. Set set set!Seseorang berkelebat di depan Mardawa. Mardawa seperti mengenal pendekar tersebut. Pemuda itu menegakkan tubuhnya, berniat mengejar wanita tersebut."Eh … siapa itu? Apakah dia Dewi …."Set set set!Rupanya orang tadi di kejar juga oleh seseorang. Mardawa juga seperti mengenali orang tersebut. "Dewi Rimbu dikejar Ratu Kali Wingit? Ada urusan apa mereka?" Mardawa mengejar mereka berdua. Dia pernah bertemu deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-20
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 20. SUMBU PENCAIR BALOK ES

    Mereka berdua kaget dengan kedatangan Mardawa. Dewi Rimbu diam, parasnya berubah di balik cadarnya. Sementara Ratu Kali Wingit melihat Mardawa sambil mengingat-ingat pemuda itu. "Bangunlah, Ratu Kali Wingit! Tidak pantas dilihatnya, lagian ke sesama manusia tidak boleh bersujud." Mardawa berkata yang kemudian disesalinya sendiri. Dia tidak yakin jika mereka berdua adalah manusia biasa. "Eeh … maksudku sesama makhluk."Ratu Kali Wingit bangun, dia menatap Dewi Rimbu dengan penuh harap. Masih jelas di balik keagungan sikapnya sebagai seorang Ratu, matanya menyiratkan kelukaan."Ada baiknya kamu mendengar permintaannya, Dewi Rimbu." Mardawa berkata lagi sambil menatap wanita yang berdiri di dahan pohon."Kamu tidak tahu … kamu tidak tahu," desis Dewi Rimbu. Dia menggeleng kuat kepalanya. Bersama dengan itu air matanya mengalir. Bahunya berguncang tanda dia menahan tangisan."Aku tidak tahu apa yang terjadi denganmu dan suamiku–Ciwang Adiwara. Aku tertidur seperti kena sirep. Aku minta m

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 21. BERDAMAI

    Lorong istana itu kini sepi, emban memastikan tidak ada orang di sana. Walaupun dia tidak mengerti, dia tahu akan ada sesuatu yang bersipat rahasia akan terjadi."Dorong!" Tabib Istana memberi perintah kepada Mardawa. Pemuda itu menurut, dia mendorong kotak es itu. Air di dalam berguncang, ular itu kepalanya. Sementara badannya terendam air es. Ratu Kali Wingit ikut berjalan di belakang. Wajahnya tanpa senyum, terlihat keresahan di matanya. Dalam pikirannya apakah Ciwang Adiwara bisa kembali ke raganya yang dulu."Di sini saja, Anak Muda. Kita pecahkan kotak es ini bersama-sama." Tabib Istana memberi perintah. Mardawa berhenti mendorong. Walau terlihat sangat berat, kotak es itu tidak terlalu sulit kala mereka dorong. Meluncur seperti ada roda di bawahnya."Bagaimana cara memecahkannya, Tabib?" tanya Mardawa. Dia tidak berani berbuat apa-apa tanpa perintah. "Tarik sumbu yang kau pegang!" suruh Tabib Istana. Dia menunjuk ke arah tangan Mardawa yang masih memegang sumbu.Krak krak kra

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22

Bab terbaru

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 115. PERTEMUAN

    Juragan Pranata hanya tertunduk mendengar semua ucapan Serigala Perak. Dia merasa salah karena sudah gagal melaksanakan tugas. “Menculik seorang gadis saja kamu tidak berhasil!” seru lelaki itu. Suaranya keras mengandung tenaga dalam yang menggetarkan. Rupanya misi Juragan Pranata adalah menculik seorang gadis, tapi siapa? Bukankah dia juga selalu berusaha untuk menculik Semboja, untuk dijadikan istrinya.“Ampun, Junjungan. Pemuda sialan itu selalu menghalanginya setiap berhasil membawanya. Aku tidak sanggup melawannya.” Juragan Pranata menunduk dalam-dalam setelah mengadukan alasan mengapa selalu gagal. “Siapa pemuda itu? Bukankah aku sudah memberimu ilmu kanuragan yang cukup memadai!” Serigala Perak kembali membentaknya. Lelaki itu sudah sangat marah karena gadis pujaannya tidak kunjung didapatkan.“Mardawa, Junjungan.” Akhirnya Juragan Pranata menyebutkan sebuah nama. Diam-diam Juragan Pranata mengintip reaksi Serigala Perak. Dia penasaran apa Serigala Perak mengenal pendekar s

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 114. KEGAGALAN JURAGAN PRANATA

    Wirya masygul, dia bingung harus bagaimana. Perjalanannya ke goa Nenek Wira tidak membuahkan hasil. Dia harus segera pulang menemui Juragan Pranata. Dengan langkah ragu dan hati yang kebat-kebit, sampai juga akhirnya ke Perguruan Serigala Putih. Wirya masuk dan menghadap gurunya."Apa? Kamu gagal Wirya?" tanya Juragan Pranata. Dia diam sejenak dengan muka tegang."Benar, Juragan." Wirya menjawab takut-takut. Bisa saja sewaktu-waktu juragannya itu murka dan menghajarnya."Mengapa sampai gagal?" tanya Juragan Pranata lagi membentak. Lelaki arogan itu memandang Wirya dengan tajam. Seperti ingin menelannya bulat-bulat.Wirya bingung harus bagaimana menjawabnya. Dia tidak tahu gagalnya di sebelah mana. Dirinya sudah bertempur mati-matian, malah pusakanya itu yang menghilang. Harusnya ketika dia menang bertarung, pedang itu menjadi miliknya."Pusaka itu menghilang." Akhirnya Wirya menjawab juga. Memang seperti itu adanya, Wirya merasa ragu bercerita tentang pendekar lain yang disebutkan se

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 113. PEDANG PUSAKA

    "Puuuh!" Indaku meniup mata Jayaprana. Dia sengaja melakukan itu agar lelaki itu bisa melihatnya. "Kau … kau, makhluk apa?" tanya Jayaprana terputus-putus. Dia kaget melihat seekor macan tengah berbaring di batu besar. Di mana dirinya tengah mencari seorang gadis yang tengah bermesraan dengan Mardawa. "Grrrh!" Macan tersebut malah menggeram. Suaranya membuat bumi yang dipijak bergetar. Jayaprana mundur, begitu juga Mardawa. Dua pemuda itu sama-sama bersikap waspada."Kaukah itu Indaku?" tanya Mardawa dengan ragu. Dia tidak menyangka sama sekali jika gadis yang mengaku sebagai istrinya itu adalah seekor macan. Beberapa saat turun gunung membuatnya menemui berbagai keanehan. Ada manusia peri dan ini manusia juga yang berubah menjadi macan. Mardawa jadi bimbang dan harus ekstra hati-hati setiap bertemu dengan orang baru.Macan itu memandang ke arah Mardawa. Ia mengangguk-angguk kepalanya. Beralih memandang ke arah Jayaprana, matanya merah seperti menyala."Tidak usah, Indaku. Pergil

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 112. INDAKU

    Oli masih seperti sebelumnya. Cengar-cengir gak jelas. Padahal jika di negerinya dia bisa berubah menjadi normal, sangat cantik dan anggun. Dirinya tidak bisa menjadi besar jika ada di negeri manusia."Ni bocah kenapa?" pikir Dewi Rimbu. Rupanya gadis itu tidak sabar untuk mengetahui bagaimana caranya peri kecil itu mengalahkan Jayaprana. Rasanya tidak mungkin jika beradu kekuatan. Bagaimanapun hebatnya jurus yang dimiliki Oli, tubuhnya hanya sebesar capung."Aku masuk ke telinganya. Hihihi hihi hihihi." Sambil masih tetap cengar-cengir Oli menjelaskan. Peri itu melompat-lompat di atas daun talas yang lebar. Rupanya dia masih merasa sangat hebat. "Lalu?" tanya Mardawa. Dia duduk di batu besar. Di sebelahnya juga duduk Dewi Rimbu dengan membawa buntelan bajunya."Aku masuk, gendang telinganya aku tendang-tendang. Tentu saja dia kesakitan, kan. Ehh … sakit gak ya?" tanya Oli sambil berpikir. Matanya memandang Mardawa mohon penjelasan."Paling terasa gatal. Hahaha hahaha hahaha," jawab

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 111. DISELAMATKAN OLI 

    Sesaat Dewi Rimbu terkesima melihat siapa yang datang. Lelaki itu kembali tepat saat dirinya dalam bahaya. Seperti punya firasat akan keselamatannya. Dewi Rimbu merasa sangat berterima kasih. “Mardawa," gumam gadis tersebut. "Bagaimana dia bisa ke sini." Dewi Rimbu tidak sempat berpikir karena Jayaprana sudah bersiap untuk menyerangnya. Dirinya tidak sempat mempersiapkan serangan. Dewi Rimbu pasrah dengan apa yang akan terjadi. Riwayatnya akan tamat hari ini. Lari! Sempat terlintas dalam benaknya. Namun, sampai kapan dia harus terus-menerus berlari dari Jayaprana. Kali ini, jika terhindar dari serangan pemuda itu, Dewi Rimbu akan menghadapinya dengan sekuat tenaga. Tadi, Mardawa sengaja mencari Dewi Rimbu karena curiga dengan Danu. Sekali sentakan, dengan sangat cepat pemuda itu menarik tangan gadis itu ke sebelah kanan. Serangan Jayaprana yang berbahaya lewat tanpa menyentuh gadis tersebut. Tampak Dewi Rimbu bernapas lega. Dia sedikit membungkuk, mengisyaratkan ucapan terima kasi

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 110. DENDAM

    Dewi Rimbu melesat tanpa menoleh lagi. Dirinya yakin jika Mardawa tidak mengikutinya. Gadis itu ingin segera tiba dan tidur dengan nyenyak. Tak ada tempat paling nyaman selain tempat punya sendiri. Walau itu hanya sekedar tempat tidur dari batu.Bulan yang semakin terang saat tengah malam berlalu, memudahkan Dewi Rimbu berlari. Saat dirinya mendongak, bulan tersebut seolah-olah ikut berlari bersamanya. Gadis itu berhenti sejenak, dia memperhatikan keindahan bulan di atas sana. “Indah sekali langit dini hari.” Gadis itu bergumam sambil memandang ke langit. Sesaat dia teringat dengan negeri peri yang baru saja ditinggalkan. Teringat betapa dirinya terpesona dengan keindahan alam di sana. Gadis itu, dia melihat sekeliling, suasana sangat sepi tidak dilihatnya ada orang.“Ah, mengapa aku teringat kepada Eyang Suwita. Mereka sepasang kekasih yang berbahagia. Dewi Rimbu tertunduk, teringat dengan kekasihnya.“Kakang maafkan aku, belum menemukan pembunuhmu. Aku berjanji akan menemukan siapa

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 109. SALAH SASARAN

    Mardawa dan Dewi Rimbu saling pandang, mereka tidak menyangka jika kepergian mereka sudah tujuh hari. Padahal mereka menyangka hanya seharian saja. Sementara Semboja menatap ibunya tidak percaya.“Aku hanya pergi tadi siang sampai malam saja, Mak.” Semboja berusaha memberi tahu ibunya. Rasanya sangat mustahil jika dirinya pergi begitu lama.“Kamu pergi selama tujuh hari, Sari. Emak sampai putus asa mencari, akhirnya Emak anggap kamu sudah meninggal. Memanggil orang untuk membaca doa.” Penjelasan Lastri membuat mereka sadar jika waktu di negeri para peri memang jauh sekali berbeda.Lastri menangis sambil memeluk Semboja. Wanita tua itu sangat takut kehilangan teman hidup satu-satunya itu. Gadis itu balik memeluk ibunya, dia juga takut kehilangan orang yang sudah mengurusnya sejak kecil.Merasa sudah menunaikan kewajiban, Mardawa berpamitan. Dia juga berkewajiban untuk mengantarkan Kusuma dan Dewi Rimbu. Semboja hanya mengangguk sambil menatap kepergian mereka.“Ayo, Dewi Rimbu. Kamu h

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 108. PERGI TANPA PAMIT

    Semboja memandang ke arah Mardawa dan Dewi Rimbu. Dia ingin berterus-terang tapi rasanya malu. Dia hanya tertunduk di hadapan mereka. Persahabatan mereka yang baru seumur jagung membuatnya sungkan. Namun, dirinya juga gelisah jika tidak diungkapkan."Aku takut … takut ….""Iih dari tadi takut-takut terus," potong Dewi Rimbu. Kesal juga lama-lama sama gadis itu. "Apa susahnya terus-terang, cantik?" "Aku takut pada nenekku." Akhirnya Semboja menjelaskan juga alasan dia takut pulang. Gadis itu kadang-kadang menyebut ibunya dengan nenek dan emak, bergantian. Entah mengapa dia selalu merasa jika Lastri bukan ibu kandungnya. Perbedaan usia mereka sangat jauh jika ditelisik. Kadang-kadang Lastri juga keceplosan jika dirinya tidak menikah.“Nenek yang mana?” tanya Dewi Rimbu. Seingatnya Semboja tinggal bersama ibunya yang sudah tua. Dewi Rimbu heran, sejak kapan Semboja punya nenek. Jika demikian, itu pasti seumuran dengan neneknya juga.“Emak.” Semboja menjawab singkat. Dewi Rimbu manggut-

  • Tarian Pemikat Serigala    Bab 107.. BUNGA PERKAWINAN

    Semboja terperangah melihat bunga yang jatuh ke pangkuannya. Dia hanya mampu memandang bunga tersebut."Mengapa bunga itu jatuh di pangkuanku," pikir Semboja. Dia sama sekali tidak tahu mitos, jika bunga itu didapatkan maka akan segera menikah."Wah ini sebuah keberuntungan, kamu akan segera menikah!" seru Dewi Rimbu sambil mengedipkan matanya. Tentu saja Semboja tidak percaya. Mana ada pernikahan ditentukan oleh bunga. Jika dirinya menikah tentu saja karena sudah waktunya atau jodohnya. Gadis itu tertawa mendengar perkataan Dewi Rimbu."Apaan sih! Mau nikah sama siapa?" tanya Semboja. Dirinya memang belum ada rencana menikah. Mardawa juga belum berniat serius dengannya."Ya, sama Mardawa, lah." Dewi Rimbu berbisik. Matanya melirik pemuda yang lagi sibuk menemani Eyang Suwita. Merasa diperhatikan, pemuda itu melirik juga ke arah mereka. Semboja tersipu, Dewi Rimbu menyikut Kusuma. Tidak ada reaksi dari gadis itu."Ini buat kamu saja!" ujar Semboja sambil mengangsurkan bunga. Dia ti

DMCA.com Protection Status