Share

Bab 62. RAU

Mardawa diam-diam meninggalkan tempat Eyang Suwita. Kakek itu tengah memikirkan ucapannya. Rupanya cukup dimengerti kata-kata Mardawa olehnya. Dirinya lebih percaya muridnya ketimbang Kusuma.

“Dasar cecunguk! Di mana kamu?”

Mardawa tertawa kecil mendengar omelan gurunya dari kejauhan. Dia tadi memang tidak pamitan karena takut jika Eyang Suwita masih marah.

Dirinya tidak boleh membuang-buang waktu. Semboja dan Dewi Rimbu harus segera ditemukan.

Hari berganti malam, Mardawa berjalan seorang diri, menuju pedalaman hutan rimba tempat dirinya meninggalkan Semboja dan Dewi Rimbu. Bulan terang di langit, memayungi jalan dengan sinar lembut yang menerangi.

"Ke mana mereka?" gumam Mardawa dalam hati sambil menapaki jalan setapak di antara pepohonan rindang. “Harus ke mana mencari mereka?”

Mardawa merenung menatap air terjun di hadapannya. Tidak tahu harus mencari Semboja ke mana. Pemuda itu hanya mampu menatap langit yang tiada berbintang.

Di kejauhan, Mardawa mendengar suara lolongan yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status