Share

Bab 21

Ardila melihat Firman yang membopong tubuh ibunya, wajahnya terlihat panik. Ibunya pingsan setelah berteriak marah, Ardila mendekat melihat mertuanya dari dekat.

Ardila berdehem setelah mengamati, “Bawa keruanganku dulu, Mas.”

Firman menurut, ia mengikuti Ardila menuju ruangannya. Kemudian masuk ke ruangan pribadi Ardila yang berada di samping ruang kerjanya. Firman membaringkan Ningsih di atas kasur dengan perlahan, sorot matanya menatap Ardila marah.

“Kamu kenapa harus keras pada Ibu! Ibu punya riwayat darah tinggi Ardila, kalau kambuh bisa gawat,” ucap Firman mengusap wajahnya kasar.

“Aku cuma negur Ibu, Mas, karena seenaknya di sini. Apalagi sampai bikin karyawanku nggak betah.”

“Seenaknya gimana sih, tinggal kamu turutin saja apa susahnya?” sahut Firman, wajahnya semakin merah menahan amarah.

Ardila menatap Firman tajam, “Turutin gimana maksud kamu, Mas? Nyuruh karyawan buat beli jus sesuai kemauan Ibu gitu? Ini kantor bukan tempat makan.”

“Emangnya kamu mau waktu lagi kerja m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status