Jessica diam merenung, ia sampai tak bisa menikmati hidangan steak di hadapannya. Ia mengingat lagi pertemuan terakhir ia dan Nico, bagaimana Nico bersikap tak ramah padanya. Jessica berpikir keras, apa yang membuat pria itu bersikap seperti itu padanya. "Apa steak-nya tidak enak?" Jessica tersentak dari lamunannya, ia menoleh ke arah Arya yang kini tersenyum lembut padanya. "Oh, bukan itu ...," kelit Jessica. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" Jessica diam sejenak sebelum menjawab. "Tidak ada, jawabnya sambil berusaha tersenyum manis. Arya lalu menggenggam tangan Jessica. "Jika ada sesuatu yang mengganggu pikirianmu, kau bisa ceritakan padaku." Jessica mengangguk semangat. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, kok, tidak ada masalah," ucapnya. Arya hanya mengangguk sambil tersenyum mengerti lalu ia kembali menikmati hidangan makan malamnya. *** "Aku lihat kau semakin dekat dengan karyawan baru itu," kata Arya. Jessica yang duduk menyandar di sofa tersenyum tipis. "Kenapa? Ka
Jessica dan Arman menoleh ke samping, ke arah pria yang berseru dengan lantangnya yang kini berdiri tak jauh dari mereka. Jessica tampak kaget saat melihat sosok itu adalah Nico. Nico menyeringai tajam menatap Arman. "Dengan paksa, Heh?" Arman mendengus sekali lalu secara terpaksa ia melepaskan cengkramannya. Sementara Jessica masih shock, tubuhnya gemetaran karena perlakuan paksa yang dilakukan Arman padanya. Sambil terus menatap tajam Arman, Nico berjalan menghampiri mereka. Setelah berada di samping Jessica yang masih shock, Nico meraih tangan Jessica. Menyadari tangan Jessica yang gemetaran hebat, Nico pun menggenggamnya erat. "Jessica, biar kutemani sampai di parkiran," kata Nico lalu ia menarik Jessica untuk memasuki lift dan meninggalkan Arman. Di dalam lift, mereka hanya berdiaman sementara Nico masih menggenggam tangan Jessica selama lift bergerak ke bawah. Secara berangsur-angsur ketakutan Jessica sirna, bahkan kini ia merasa aman berada bersama Nico. Perlahan ia menenga
Jessica tampak lemah dan murung di kantor. Tidak seceriah seperti yang biasa tampak darinya, ia bahkan tak tersenyum dengan semua orang bahkan menyibukkan dirinya dengan beberapa dokumen yang harus dia selesaikan.Sebenarnya, dokumen itu bisa ia selesaikan kapan saja namun ia memilih untuk tidak menundanya mengerjakannya. Di sisi lain, Nico yang sedari ngobrol bersama rekan kerja lainnya, diam-diam memperhatikan Jessica yang tampak beda dari biasanya. Begitu pun saat makan siang, wanita itu tetap memilih makan sendirian. Ingin sekali Nico menghampirinya namun ia berusaha menahannya. Ia bisa merasakan ada yang beda dengan wanita cantik itu. Malam telah tiba, Nico mencoba mengambil kesempatan untuk bisa bicara dengan Jessica namun wanita itu malah memilih untuk lembur. *** Jam sudah menunjukkan jam 23.00 dan Jessica hendak membereskan dokumen dan meninggalkan mejanya. dengan anggunnya dia berjalan menuju lift namun ia tak menyangka di belakangnya, Nico juga menghampirinya. "Kau bel
"Nico kenapa kau ada di sini?" Senyum di wajah Nico seketika memudar begitu melihat reaksi kekasihnya. Alih-alih senang, gadis cantik berambut lurus nan panjang itu malah terkejut dan tak senang oleh keberadaan Nico. "Untuk menemuimu, aku mau memberitahumu kalau minggu depan aku sudah masuk kerja di kota ini," sahut Nico begitu antusias, " bagaimana? Kau senang, kan? Kita tidak perlu menjalani LDR lagi dan aku akan menabung agar kita bisa segera menikah." "Kenapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?" sergah gadis itu. Nico semakin tak menyangka akan balasan kekasihnya. Jauh-jauh ia datang dari kota asalnya untuk memberi kejutan kepada kekasihnya, ia malah disambut tak ramah. "Kenapa? Kau tidak senang?" tanya Nico. "Bukan begitu ...." "Nerra, siapa dia?" Tiba-tiba seorang pria keluar dari rumah gadis bernama Nerra. Nico memandang pria itu, seorang pria dengan bentuk tubuh tingginya yang proporsional, kulitnya bersih dan sangat good looking. Pastilah pria itu dari kalangan berada
"Nama saya Nico Aditya. Saya seorang karyawan baru di sini di tim kreatif di salah satu brand perusahaan ini. Saya senang bisa bergabung bersama kalian. Sebelumnya, saya bekerja di beberapa perusahaan. Jadi, saya harap bisa melakukan yang terbaik untuk perusahaan ini, sehingga perusahaan bisa membuat lebih banyak kemajuan dan mendapat keuntungan yang lebih besar. Itu saja yang dapat saya sampaikan dalam perkenalan diri ini kali ini. Saya harap, kita bisa bekerja sama sebagai sebuah tim. Terima kasih."Agak gugup Nico memperkenalkan dirinya di depan semua karyawan tapi semua orang bertepuk tangan padanya. Beberapa karyawati muda terkagum-kagum dan tampak berbisik-bisik dengan kolega lainnya sambil memandang paras tampan Nico tapi dilihat dari sisi mana pun Nico tampak seperti pria baik-baik. Semua karyawan bubar dan berjalan menuju kursi kerja mereka masing-masing. Beberapa karyawati melirik ke arah Nico, pria itu masih kikuk dan belum ada kenalan di sana. Seorang pria dewasa yang me
Nico terperangah mendengar ucapan Rendy barusan, mulutnya sampai menganga karena saking tak percayanya. "Maksudmu, pacar Pak Arya?" tanyanya lagi saking tak percayanya, "kalau dilihat-lihat, Pak Arya sepertinya sudah berkeluarga." "Memang dia susah beristri dan punya tiga anak," bisik Rendy, "kau seperti tidak tahu saja urusan orang dewasa," tambahnya sambil tertawa. Nico memilih diam, ia tak harus menyibuki urusan atasannya namun ia melihat lagi ke arah pintu ruangan pria bernama Arya. Pria itu tampak begitu bijaksana dan Nico belum lupa bagaimana sikap atasannya tadi. Hanya saja, ia tak menyangka pria sebaik pak Arya itu ternyata menjalin hubungan cinta dengan salah satu pegawainya. "Eh, itu Jessica!" seru Rendy. Pandangan Nico langsung tertuju pada sosok Jessica yang kini berjalan menghampirinya. Wanita itu tampak berjalan begitu anggun dengan kemeja hitam lengan pendek dan rok pensil berwarna coklat muda. "Kalau kau tidak ada kerjaan lagi segera temui aku, ya! Kita harus sege
"Nico, ayo kita ke club!" ajak Rendy. "Ke club?" Nico menggeleng, "tidak, aku mau pulang sa ...." "Ayolah! Yang lain juga ikut, kok!" paksa Rendy, "kapan lagi kita senang-senang?" "Tapi ... di sana bukannya tempat yang tidak baik." "Rendy melongo memandang Nico lalu tawanya meledak. "Tentu saja tidak! Club hanya tempat bersenang-senang. Apanya yang tidak baik?" Nico hanya diam. Di pikirannya, club malam tak lain adalah tempat untuk mabuk-mabukkan sambil berjogeg dan menurutnya itu adalah hal yang negatif. Sebagai pria yang dididik sedemikian rupa, tentu nalurinya menolak ajakan Rendy. "Ayolah!" bujuk Rendi, "Kau sepertinya belum pernah main ke club. Bagaimana kalau kau mencobanya sekali?" "Aku ...." Rendi langsung menarik tangan Nico. "Jangan terlalu lama berpikir, nanti kita ketinggalan sama yang lain!" Akhirnya, Nico terpaksa mengikuti ajakan Rendy. Walaupun ia menganggap club adalah tempat tak baik namun sejujurnya ia juga penasaran tempat seperti apa di sana. Benarkah di
"Selamat pagi, Nico!" seru Rendy saat Nico tiba dan duduk di kursinya. "Selamat lagi, Rendy," balas Nico. Ia lalu menoleh ke arah kursi Jessica yang berada di baris kedua. "Jessica belum datang?" tanyanya. "Sudah tuh, dia tadi mencarimu." "Halo, Nico!" seru Jessica. Nico menoleh ke belakang dan wanita cantik itu sudah berada di sana, dengan anggunnya. "Jessica hari ini kita ...." "Ssstt! Aku ingat kok. Sekarang, ayok kita ke tempat si barbie!" "Baiklah, aku siap-siap dulu ...." "Tidak usah, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi!" Jessica langsung menarik tangan Nico dan menyeretnya ikut dengannya. "Tunggu dulu!" seru Nico ketika Jessica hendak membuka pintu mobilnya, "aku tidak mau ikut di mobilmu kalau kau menyetir seperti semalam," kata Nico, wajahnya tampak serius. "Memangnya kenapa?" tanya Jessica dengan tampang tak bersalahnya. "Kita bisa mati karena kamu!" kata Nico serius. Jessica diam sejenak lalu ia menyunggingkan sudut bibirnya. "Baiklah," kata Jessica, "aku