Share

Tambatan Hati Si Brandalan
Tambatan Hati Si Brandalan
Penulis: Agasse kun

Hari Pertama Sekolah

Penulis: Agasse kun
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-26 15:27:35

Tok… tok…tok

“Oii bangun woiii ini hari pertama kita masuk sekolah.”

     Terdengar suara berisik dari luar kamar kos Marco. Sepertinya sang penghuni kamar kos itu masih tertidur nyenyak sehingga tidak mendengar seruan Leo yang sejak dari tadi berdiri sambil menggedor-gedor pintu kamarnya. Volume suara yang tadinya keras menjadi semakin keras memanggil-manggil nama seseorang yaitu Marco.

“Marco….. aku akan mematahkan ususmu ketika aku masuk kedalam.”

     Sama seperti tadi, tidak ada reaksi sama sekali darinya sehingga membuat Leo sangat geram dan sampai-sampai mengancamnya. Karena tidak ada cara lain untuk membangunkan Marco ia pun menendang-nendang pintu kamar kos Marco yang terbuat dari kayu hingga bergeser dari engselnya dan akhinya pintu itu roboh. Setelah pintunya terbuka Leo pun melangkah masuk kedalam kamar kos yang ukurannya 3mx4m itu dan menemukan seseorang yang ia cari. Terlihat disana Marco tergeletak diatas tempat tidurnya mengenakan baju kaos oblong hitam dan celana boxer pendek. Dengan wajah kesal Leo menghampiri anak yang dari tadi tetap tidur walaupun pintu rumahnya di dobrak sangat keras, setibannya disamping kasur Marco ia melihat wajah temannya menganga sambil meneteskan air liur dibantalnya hingga membentuk genangan air. Leo menepuk wajahnya sambil geleng-geleng.

“Sepertinya aku akan menidurkanmu untuk selama-lamanya.”

Tak lama kemudian bantal guling datang kearah Marco dengan kecepatan tinggi menghantam wajahnya yang dari tadi terdiam.

“Rasakan ini tukang tidur.“

     Setelah dihantam serangan kejutan barulah Marco terbangun dalam keadaan terkejut sambil berdiri setelah itu ia pun kembali tertidur. Sekarang bukan lagi bantal guling yang menghantam wajah Marco melainkan tinjuan dahsyat dari Leo mendarat dengan mulus di pipi kanannya.

“Oii….. kalau begitu rasakan ini.” Cetus Leo.

Beberapa detik legang Marco akhirnya membuka matanya secara perlanhan sambil mengerjap-ngerjap.

“Aku mengenal rasa tinjuan ini kapanpun dan dimanapun, hemm tidak salah lagi.” Marco mengatakan sesuatu sementara tinjuan Leo masih menempel kuat di rahangnya.

“ Leoooooo.” Marco berteriak.

“Marcooooo.” Leo membalas teriakan Marco.

     Mereka akhirnya bertengkar diatas kasur sambil mengoceh-ngoceh. Tinjuan demi tinjuan tendangan demi tendangan mereka mengeluarkan jurus mereka satu sama lain untuk mempertahankan harga diri. Setelah beberapa menit baku hantam di atas kasur mereka akhirnya berhenti dan membaringkan tubuhnya sambil terengah-engah.

“Huft..huft..akhirnya kau bangun juga yah he he.” Celetuk Leo.

“Maaf karena aku bangun terlambat kalau begitu aku akan mandi dulu kemudia bersiap-

siap.” Jawab Marco yang sambil berusaha membangunkan tubuhnya.

Leo menendang bokong Marco seraya menyuruhnyan untuk bergegas “Cepatlah dan jangan lama.”

Setelah Marco siap mereka berdua melangkah keluar kamar kos tiba-tiba Marco mundur kebelakang.

“Aku lupa mengunci kamarku.”

Setelah melihat kondisi pintu kamar kosnya ia kemudian bertanya kepada Leo.

“Kau yang melakukan ini?”

“Aku agak terbawa tadi haha.” Leo menjawab  sambil tertawa.

“Ohiya tidak apa-apa lagi pula tidak ada barang berharga didalam kamarku haha.”

     Mereka berdua melanjutkan perjalanan menuju sekolah sambil bersendau gurau menyusuri jalan yang tidak terlalu ramai. Leo menceritakan sedikit informasi mengenai sekolah baru mereka yaitu SMA Black Bone Selatan. Sekolah yang sering disingkat BBS itu merupakan sarang bocah-bocah bandel yang saling memperebutkan keuasaan satu sama lain dengan cara beradu fisik, strategi, dan politik demi meraih tujuan yang sama. Maka dari itu ada banyak sekali faksi-faksi yang memenuhi sekolah tersebut sehingga peperangan tidak ada hentinya.

“Tunduklah kalian para bajingan!”

     Terdengar suara keras di tengah lapangan SMA BBS terlihat seorang senior yang memberikan instruksi kepada siswa baru  untuk menunduk dihadapan pemimpin sekolah BBS yaitu Marduk sosok perawakannya yang tinggi mencapai 195 cm dengan rambut panjang bergelombang sampai dileher berada di atas podium khusus melirik-lirik kebawah memperhatikan seluruh siswa baru yang ada.

“Hm mereka semua kelihatan bersemangat.”

***

     Kepemimpinan sekolah ini ditentukan berdasarkan pertarungan resmi maupun liar selama mereka dapat menumbangkan kekuasaan yang berdiri saat itu. Kekuasaan Marduk and the gang baru berjalan selama tiga bulan pada waktu itu sebelum hari kelulusan anak kelas tiga yang lalu kepemimpinan sekolah masih dipegang oleh faksi Walay yang dipimpin oleh Hermes.

     Hermes berhasil mempertahankan tahta kepemimpinannya sampai ia lulus karena Hermes tidak terkalahkan oleh siapapun kecuali Marduk. Pada masa itu Marduk masih duduk dibangku  kelas dua SMA peristiwa yang mengejutkan terjadi ketika Hermes mengumpulkan ketua-ketua faksi yang ada di SMA BBS jumlahnya sekitar tiga puluh enam orang. Setelah ketua-ketua faksi berkumpul di aula Hermes kemudian mengumumkan pernyataannya mengenai penyerahan tahta SMA BBS kepada siapa saja yang mampu bertahan dalam aturan mainnya.

“Kepada adik-adik ku sekalian yang  bermimpi untuk menakhlukkan sekolah ini, kalian punya kesempatan dengan cara-”

Salah satu ketua faksi yang diundang kala itu menyela penyampaian Hermes.

“Tunggu dulu ini maksudnya apa hahh? Jangan membuang-buang waktuku aku akan menyelesaikan ini dengan cepat.”

“Woiii lancang sekali kau berteriak dihadapan kami semua.” Ketua faksi lain

Ada yang terpancing dan menyahutinya.

     Cek cok diantara mereka berlangsung lama sehingga situasi semakin memanas dan tidak terkendali. Kepalan tinju mereka sudah siap di luncurkan tinggal menunggu aba-aba. Suara gelak tawa terdengar keras dari atas podium aula sehingga menarik perhatian semua orang yang hadir kala itu.

“Hahaha ahaha haha ha ha maaf maaf air mataku sampai keluar haha.” Hermes tertawa hingga air matanya ikut keluar.

“Baiklah adik-adikku  sekalian tanpa basa-basi lagi aku akan menyampaikan tujuanku

Mengapa kalian semua dikumpulkan , yaitu kalian akan berpesta pora di aula ini dan

Barang siapa yang bertahan sampai titik darah penghabisan diantara yang lainnya

Terkapar aku akan memberinya tiket special untuk berduel melawanku besok lusa di

Di tengah lapangan SMA BBS menang ataupun kalah ketika berduel melawanku

Nanti aku akan menurunkan tahtaku kepadanya hahaha, dengan ini aku nyatakan

Pesta dimulaiiiii!” Penyampaian yang cukup panjang dari Hermes berakhir.

     Mereka yang ada pada saat itu di adu layaknya sabung ayam jantan, suara teriakan semangat memenuhi gedung aula. Hantam sana hantam sini jurus-jurus andalan dikeluarkan untuk mengalahkan lawan. Perkelahian mereka bukan tanpa alasan melainkan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan yaitu mendapatkan surat rekomendasi dari DPS kepanjangan dari dewan pengamat siswa mereka ini adalah pengamat siswa di setiap sekolah yang bertugas untuk mengamati perkembangan siswa-siswa SMA di seluruh daerah  Distrik Neraka khusus terhadap penilaian kekuatan fisik dan keberanian agar kelak mereka dapat keluar menjadi prajurit abdi Negara. Diantara seratus jumlah siswa per satu angkatan hanya ada dua puluh orang yang akan diremomendasikan kepada pemerintah untuk menerima kehormatan sebagai prajurit dan bukan lagi sebagai orang buangan. Ada dua pilihan penempatan yang akan diberikan kepada mereka yang terkuat yaitu Urban Legion yang bertugas untuk mengamankan kota dari ancaman kejahatan dan Out Side Soldier yaitu pasukan perang yang siap untuk melindungi Negeri ini dari ancaman Negara lain. Cara mendapatkan surat rekomendasi DPS ini yaitu dengan menjadi yang terkuat dari yang terkuat kemudian DPS akan menilai dan mengumumkan urutan siswa yang paling kuat setiap bulannya data ini akan terus diperbaharui sampai hari kelulusan tiba. Intinya ialah dapatkan posisi pemimpin agar peluang masuk dalam daftar siswa yang direkomendasikan jauh lebih besar.

Plak. Plak. Plak.

”Ayo adik-adikku bertarunglah dan berikan aku hiburan yang terbaik sebelum hari kelulusanku tiba.” Hermes bertepuk tangan sambil memprovoksi.

     Satu persatu diantara mereka telah tumbang tergeletak diatas lantai hingga menyisakan petarung-petarung yang kuat saja. Memar, lebam, dan darah mewarnai wajah mereka  suara napas tersegal karena kelelahan terdengar merdu di telinga Hermes sungguh ia sangat menikmatinya. Suara pukul memukul mulai berkurang dan pada akhirnya yang tersisa tinggal empat orang diantaranya. Mereka adalah Marduk, Roger, dan Atomic Brothers.

“Aku tidak akan kalah Ahhhhhh.” Roger berteriak.

“Bagus bagus bagus ayo buktikan hahaha.” Hermes memuji Roger.

     Tidak disangka sangka dari arah samping kanan Roger terlihat Marduk berlari kearahnya dengan sisa tenaga yang ia miliki dan “Buggg” Tinjuan Marduk tepat sasaran mengenai pipi kanan Roger. Setelah menerima pukulan Marduk ia pun melihat kearah Marduk dengan sorot mata yang tajam beberapa detik kemudian Roger menutup matanya secara perlahan dan mengatakan.

“Aku akan mengingat kejadian ini uhhh.” Setelah mengatakan sesuatu kepada Marduk ia pun terjatuh dan KO.

     Yang tersisa kala itu tinggal tiga orang dari dua kubu yang berbeda yaitu Marduk dan Atomic Brothers yang siap mempertaruhkan apa saja demi mendapatkan tiket special Hermes. Dua lawan satu membuat seisis ruangan menjadi tegang legang bahkan raut wajah hermes ikut berubah.

“Combo Strike.” Serangan kompak Atomic brothers mengarah ke arah Marduk.

Namun sayang kecepatan mereka berdua  menurun disebabkan oleh stamina yang terkuras habis.

     Marduk berhasil menghindarinya kemudian ia berlari kebelakang Atomic Brothers dan mengangkat kedua kakinya untuk menendang mereka berdua dan akhirnya mereka terjatuh dan tersungkur di permukaan lantai. Atomic Brothers akhirnya tamat karena tidak mampu lagi untuk bangkit. Marduk yang tadinya teratuh akibat kedua kakinya ia gunakan untuk menendang segera berdiri dan mengarahkan wajahnya kearah Hermes yang terlihat serius. Mereka saling menatap dengan tatapan dingin hingga akhirnya Hermes tersenyum.

“Luar biasa sungguh pertarungan yang sangat seru haha. Berdasarkan hasil pertandingan hari ini aku menyatakan bahwa Marduklah pemenangnya.” Hermes mengakui Marduk sebagai pemenang.

Hermes akhirnya turun dari podium dan menghampiri Marduk.

"Jangan terlambat besok lusa ya, aku akan menunggumu di lapangan oh iya aku hampir lupa mengucapkan selamat ,selamat yah hahaha.” Hermes berbicara di dekat telinga Marduk kemudian meninggalkan Marduk dengan menepuk bahunya.

     Terik matahari kala itu sangat menyengat hingga mampu membakar pigmen-pigmen di dalam kulit. Hari ini adalah hari lusa yang dibicarakan kemarin dimana pertarungan antara Hermes dan Marduk akan di pertontonkan di tengah lapangan sekolah. Sorak sorai menemenuhi langit SMA BBS dimana siswa yang menjadi penonton menjulurkan leher mereka keluar dari jendela kelas masing-masing mereka menyebut-nyebut nama petarung yang sebentar lagi akan bertarung. Bukan hanya siswa saja bahkan DPS sekalipun turut menyaksikan pertarungan antara Marduk vs Hermes di tempat khusus.

     Saat-saat yang ditunggu pun telah tiba dimana Hermes sang periang memasuki lapangan sekolah bersama pengikut-pengikutnya yang berjumlah sekitar seratus dua puluh lima orang yang tergabung dalam satu faksi Hermes yaitu We Are Laughing At You yang disinngkat WALAY. Hermes meninggalkan kawanannya kemudian melaimbai-lambaikan tangannya sama seperti seorang idol yang menyapa para kerumunan fans ia pun langsung mengambil tempat di tengah lapangan sementara para pengikutnya berbaris di pinggir lapangan. Pemanasan ringan ia lakukan sembari menunggu lawannya datang.

“Marduk!  Marduk!  Marduk.” Sebagian siswa menyoraki kedatangan Marduk sambil memanggil-manggil namanya.

     Marduk datang dari arah barat sambil menuruni tangga ia kelihatan begitu tenang tidak ada reaksi yang berlebihan kecuali tatapan matanya yang dalam. Langkah demi langkah Marduk memasuki lapangan bersama gerombolannya yang berjumlah sekitar tujuh puluh tiga orang.

     Dari sisi lain lapangan Roger datang membawa pasukannya kemudian menarik perhatian dengan teriakannya.

“Oii kalian para bajingan.”

Situasi kian memanas, ada banyak siswa yang geram melihat Roger tiba-tiba muncul dalam skenario.

“Kau mau apa pecundang?”

“Apakah kau tidak puas dengan kekalahanmu kemarin HAH?”

“Hahahaha” Siswa yang ada saat itu kompak menertawai Roger.

Roger kembali menegaskan.

“Woii Dengarkan aku dulu, hari ini aku umumkan bahwa faksiku akan bergabung dengan Marduk and the gang.”

Setelah ia menyampaikannya Roger kembali melangkah menuju kearah Marduk.

“Bagaimana Marduk? Apakah kau ingin berafiliasi denganku?”

“Heh... silahkan saja asalkan kau tidak merepotkanku.” Marduk menyetujui permintaan      Roger.

     Semua yang hadir tercengang melihat apa yang barusan terjadi yaitu Roger hari ini resmi menjadi pengikut Marduk. Faksi tak terkalahkanpun akhirnya terbentuk hari ini bertepatan dengan hari kelulusan angkatan kelas tiga.

Dua pasang mata kembali bertemu tidak lama lagi mereka akan saling serang. Salah satu rekan Hermes maju kedepan memberi aba-aba.

“3…2…1. Mulai!”

“HAHHHHH.” Marduk memulai.

“OHHYAAA.” Hermes ikut bersemangat.

     Marduk mengarahkan tinjunya kearah wajah Hermes namun sayang serangannya meleset karena Hermes berhasil menghindarinya dengan cepat. Seketika Marduk kehilangan keseimbangan karena titik berat tubuhnya bertumpu pada kepalan tinjunya barusan, Hermes terlihat tenang bahkan sengaja menunggu serangan selanjutnya. Marduk mengubah pola serangannya dengan merendahkan tubuhnya agar dapat menghantam dada Hermes tanpa basa basi ia mengeksesusi tinjuannya mengarah ke dada Hermes dengan tenaga yang tidak terlalu besar. Rencana Marduk ternyata berhasil sehingga mampu menggerser posisi berdiri Hermes. Tanpa ampun ia melanjutkan serangan dengan mengincar wajah Hermes dan “Prokk” pipi hermes memerah dan panas setelah terkena tinjuan maut Marduk. Sulit di percaya Hermes terlihat payah ia memegangi pipi dan dadanya yang sesak. tidak sampai disitu saja Marduk ingin segera mengakhinya dengan menghantam kepala Hermes dengan tinjuan maut dan alhasil serangan itu mengenai kepala Hermes dan akhirnya Hermes menunduk  kemudian berdiri dengan cepat sungguh gerakan yang sangat gila Marduk yang melihat itu kemudian menggunakan jurus yang ia gunakan sebelum yaitu menunduk dan mengincar dada lawannya. Marduk melakukannya dengan tergesa-gesa dan “Bukk” serangan itu tidak mengenai dada melainkan mengenai perut. Marduk berpikir ia telah menang tetapi kejadian yang mengejutkan kembali terjadi setelah berhasil meninju perut Hermes posisi Marduk yang menunduk dimanfaatkan dengan baik oleh Hermes dengan menghantam punggung Marduk dengan sikutnya yang tajam dan “Prakkk” terdengar suara retakan keras yang berasal dari punggung Marduk.

“AHHHHHH” Marduk terdengar kesakitan

“HAHAHA kasihan sekali. Baiklah aku akan mengakhiri duel kita hari ini” Hermes           begitu menikmati jeritan Marduk     

     Setelah Marduk tersungkur Hermes kemudian mengangkat kakinya ke atas kemudian mengibaskannya ke bawah layaknya ekor buaya dan “Prakkkk” serangan kaki Hermes mengenai kepala Marduk hingga ia tak sadarkan diri. Setelah itu Hermes menginjak kepala Marduk dan menjerit.

“AHHHHHHHH pertarungan yang sangat menyenangkan.”

Hermes kemudian mengumumkan kepada seluruh siswa SMA BBS.

“Tahtaku yang sekarang kuserahkan padanya, maka dari itu hormatilah ia sebagai pemimpin baru kalian karena ia adalah seorang pria yang sangat hebat.”

     Setelah penyampaiannya berakhir Hermes pun meninggalkan Marduk yang tidak sadarkan diri ditengah lapangan. Siswa yang hadir pada saat itu sangat berisik ada yang menyambut hasil pertandingan barusan degan senang dan  juga sedih. Terima atau tidak tetaplah Marduk yang menjadi pemimpin baru SMA BBS.

Dari tengah lapangan terlihat sosok Roger yang sedang  menggotong tubuh Marduk kemudian membawanya pergi.

“Pertarungan yang luar biasa.” Roger berbisik ditelinga Marduk

“Hehe Berisik.” Marduk menjawab perkataan Roger barusan.

***

     Suara langkah kaki kedua orang ini menarik perhatian semua orang terutama senior-senior yang sedang membentak-bentak siswa baru yang ada di lapangan. Mata mereka menyaksikan ada dua orang yang berlari memasuki gerbang sekolah wajah kedua orang itu nampak lelah seperti dikejar Anjing. Marco dan Leo akhirnya tiba di Sekolah dengan kondisi sangat kelelahan wajah mereka berdua basah oleh keringat napasnya terengah-engah dan tiba-tiba ada dua orang senior datang  menghampiri mereka. Tanpa basa-basi senior itu langsung menarik kera baju milik Marco dan Leo kemudian menyeretnya menuju kehadapan Marduk.

“Oii lepaskan tanganmu dariku woii!” Marco terlihat meronta-ronta ingin dilepaskan.

“Tamatlah riwayat kita.” Sementara Leo terlihat pasrah.

Setelah diseret sepanjang jalan mereka berdua akhirnya dilepas dan dipertontonkan dihadapan Marduk dan siswa baru lainnya.

“Lihatlah teman kalian ini seenaknya saja melanggar aturan yang telah kami tetapkan.”

Suara hantaman terdengar ketika senior-senior itu memukul-mukul Leo dan Marco tanpa ampun. Siswa baru yang melihat kejadian itu terlihat ketakutan.

“Lihatlah mereka berdua, apakah diantara kalian ada yang ingin menantang kami juga?”

Senior yang galak itu berusaha menakunakuti.

Marduk yang melihat Marco dan Leo disiksa tampak biasa saja. Suara teriakan terdengar keras keluar dari mulut Marco.

“Rasakan iniiiiiiii.”

     Tinjuan Marco menghantam pas di wajah senior yang terus-terusan memukulnya. Darah mengalir dari hidung senior itu akibat menahan tinjuan keras Marco. Semua orang tercengang termasuk Marduk yang sejak dari tadi hanya diam, kemudian Marco menarik tangan Leo dan membantunya untuk bangun.

“Apakah kau pemimpin sekolah ini Hah?” Marco berdiri dengan gagah sambil menatap mata Marduk.

Marduk pun menatap anak itu dan menjawab.

“Itu memang benar.” Marduk menjawabnya

“Kalau begitu lawanlah aku.” Marco menantang Marduk untuk berduel.

“Heh? Woi jangan asal bicara kau bodoh.” Leo tiba-tiba menyela pembicaraan.

     Semua orang terkejut bahkan sampai menarik perhatian Roger yang dari tadi juga diam berdiri disebelah Marduk. Roger melangkah maju berniat untuk menyumpal mulut besar milik Marco tetapi dengan cepat Marduk menghentikan Roger.

“Cukup sampai disitu saja Roger.”

     Roger menuruti apa yang Marduk katakan Dua pasang mata kembali bertemu yaitu sorot mata Marco yang ada dibawah dan Marduk yang ada di atas podium. Situasi semakin menegang dan tiba-tiba saja raut wajah Marduk terlihat tegang seketika Marduk terdiam dan mengingat masa lalunya dengan Hermes ia mengingat momen dirinya yang dulu ketika menantang Hermes yang sedang berdiri di atas podium aula.

     Marduk segera membuyarkan pikiran tentang masa lalunya dan  mencoba untuk kembali fokus. Semua orang menunggu keputusan Marduk yang sejak dari tadi saling menatap dengan Marco.

To be Continued…

Bab terkait

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Harga Diri

    Marduk dan Marco masih saling menatap hingga keluar kata-kata dari mulut Marduk“Aku menghargai tawaranmu tapi aku merasa belum saatnya kita bertarung sekarang.” Perlahan-lahan urat leher Marco melunak mendengar perkataan Marduk barusan. Leo dengan cepat menundukkan kepala dengan posisi tangan satunya memegang kepala Marco dan menekannya kebawah seraya menunduk bersamanya.“Kami meminta maaf atas kejadian barusan, kami berjanji untuk tidak melakukannyalagi.” Setelah Leo meminta maaf.“Oii apa yang kau lakukan.” Marco bertanya kepada Leo.“Sudah kau diam saja.” Leo menimpali.Setelah menyampaikan permintaan maafnya tiba-tiba senior yang di tinju oleh Marco tadi angkat bicara.“Enak saja kau meminta maaf pokoknya kau dan temanmu yang kurang ajar itu harus diberi pelajaran.”Dari arah yang tidak terduga muncul kaki terbang y

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-27
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Distrik Neraka

    Pukul 13.00 bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang . Ruangan kelas mulai kosong kecuali ruang UKS ada beberapa siswa yang terbaring lemah setelah bermain seharian salah satu diantaranya adalah Marco dan disampingnya ada Leo yang masih setia menunggu. Dua puluh lima menit Marco pingsan setelah bertarung melawan Felix ia pun mulai membuka matanya kemudian bertanya kepada Leo.“Ini tempat apa Leo?”“Kau sekarang berada di UKS.” Leo menjawab.Nyawa Marco akhirnya berkumpul ia pun berusaha berdiri dan ingin pergi dari tempat ini.“Apakah kau baik-baik saja?” Leo menanyakan kondisinya.“Tentu saja, ayo kita pulang sekarang.” Marco menjawabnya.“Baiklah, bagaimana kalau kita mampir dulu di kedai.” Leo mengajak Marco ke kedai.“Baiklah, kau yang traktir.” Marco mengiyakan.“Ehhhhh?” Leo terkejut.

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-27
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Seseorang

    Mengerjap-ngerjap Marco membuka mata yang ia rasakan sekarang sama seperti sebelumnya ia berpikir truck sampah yang ia tiduri tetap diam. Sekelilingnya terlihat gelap tangannya meraba-raba sekitar kemudian punggungnya mulai bangkit bersiap untuk berdiri.“Jangan-jangan Leo pulang deluan, ahh sial kira-kira sudah jam berapa sekarang.” Marcomenebak-nebak keberadaan Leo dan waktu. Segera ia melompat keluar dan sungguh pemandangan yang sangat luar biasa gedung-gedung pencakar lair berdiri kokoh, kendaraan bermotor saling susul menyusul, orang-orang yang berpakaian modis layaknya burjois ada dimana-mana, dan toko-toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan berbaris di pinggir jalan. Langkah kaki Marco mundur kebelakang kembali lagi ke dalan truck sampah yang kosong itu kemudian membaringkan tubuhnya lalu menutup mata.“Ini pasti cuma mimpi, ayolah Leo di mana kau cepat bangunkan aku.”&

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-27
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Lebih Jauh Tentang Mereka

    Suara wanita itu terdengar nyaring di telinga Marco sampai-sampai membuatnya terbangun dari tidur pulasnya. Marco yang terkenal dysania yaitu susah bangun tidur akhirnya membuka matanya perlahan-lahan matanya melirik-lirik keadaan sekitar sembari mengumpulkan nyawanya kembali. Katika suara yang memanggil-manggil namanya itu menghilang sekita telinga Marco merindukan suara lembut itu. Tubuh yang sejak tadi terbaring kini mulai bangkit berdiri kemudian kakinya menekuk dan melompat keluar dari truck sampah itu.“Kau ini berisik sekali.” Marco menegur wanita itu.Kepalanya terangkat lalu menghadapkan wajahnya yang sedih itu ke wajah Marco. Mulutnya yang masih monyong, matanya berkaca-kaca, dan hidungnya mengeluarkan sedikit ingus.“Ahahaha sepertinya aku salah menilai wajahmu. Tadinya aku berpikir kau ini cantik tapi sekarang-“ Gelak tawa tidak tertahan ketika melihat wajah wanita itu. Sebe

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-27
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Masalah

    Irama langkah kaki Marco dan Cecil serentak menghentak trotoar melintasi sejumlah kemegahan kota Avesta. Sebagai seorang pria Marco sengaja memperlambat langkah kakinya agar mereka jalan beriringan. Marco merasa bahwa ia telah kehilangan sesuatu selama ini yang ia maksud adalah perasaan terhadap lawan jenis. Sesekali matanya melirik ke arah Cecil ia memperhatikan wajahnya yang mulus tanpa lecet. Tangan Marco yang perkasa itu merabah-rabah wajahnya sendiri lalu membandingkannya“gawat.”“Kenapa?” Cecil bertanya“Wajahku berminyak.” Jawab Marco.“Itu bukan masalah yang jadi masalah sekarang adalah ketersesatanmu di kota besar ini.”“Hehe iya yah.” Marco tersadar. Menyusuri jalan di kota Avesta sungguh menyenangkan sampai-sampai kita lupa merasakan lelah, hal inilah yang di rasakan Marco sekarang apalagi ini kali pertama ia datang ke k

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-27
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Kembali

    Tiga pasang mata memandang langit kota Avesta disana mereka melihat matahari mulai tenggelam memudarkan jingganya. Cecil merasa sedih karena Marco belum mendapatkan solusi dari masalahnya. Rafael mengetahui bahwa ada sesuatu yang aneh diantara Marco dan Cecil, ia tahu pasti bahwa penduduk asli Distrik Neraka tidak di perbolehkan keluar dari tembok perbatasan apalagi sampai berkeliaran di kota Avesta. Marco mengusap wajahnya yang berminyak tidak tahu lagi harus berbuat apa. Pikirannya melayang-layang kesana kemari mengingat sahabatnya Leo yang mungkin sedang sibuk mencarinya sekarang, walaupun Distrik Neraka adalah tempat yang buruk dimata orang-orang awam tetapi baginya disanalah tempat kembali dari hiruk pikuk. Wajah cemas Marco menggugah simpati Rafael. Yang tadinya lawan berubah menjadi kawan ia menawarkan Cecil dan Marco untuk mendiskusikan masalah ini di rumahnya tetapi Cecil menolak tawaran itu karena hari sudah gelap dan Ibunya p

    Terakhir Diperbarui : 2021-02-28
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Fokus

    Ibarat angin berlalu Cecil berusaha melupakan Marco. Di dalam kamarnya ia berbaring sambil menatap langit-langit. Di balik lamunannya itu muncul ilusi optik yang menggambarkan wajah sangar Marco. Cecil yang melihat itu langsung mengedip-ngedipkan matanya dengan cepat untuk mengusir bayangan Marco yang tiada henti-hentinya. Tangan kanannya meraih sesuatu. Kemudian di tariknya benda itu hingga berhadapan langsung dengan wajahnya.TIK…TIK…TIK…Cecil mengetikkan sesuatu di ponselnya, terlihat nama salah satu kontaknya yaitu Rafael.“Bisakah kita bertemu sekarang.” Cecil mengajak Rafael melalui aplikasi chatnya. Posisi tubuh Cecil berubah yang semula berbaring sekarang berbalik jadi tengkurap. Posisi seperti ini sangat disukainya apalagi ketika ia sedang bermain ponsel atau membaca buku. Beberapa aplikasi ia kunjungi sambil menscrol-scrol berandanya.PING!  

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-20
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Mari Kita Selesaikan

    Leo mendekati Marco lalu ia memegang pundak sahabatnya.“Jangan ada acara lari-larian lagi.”“Huft, baiklah.” Marco melunak. Kedua sudut di ujung bibir Leo melengkung, akhirnya beban pikiran yang selama ini ia bawa kamana-mana akan segera di tumpah ruahkan. Sehari saja tidak bersama Marco hidup yang ia jalani terasa hambar. Sederet pertanyaan serius pun mulai mengantri di kepalanya. Mulai dari “Dari mana saja kau kemarin lalu?” juga “Apa yang telah terjadi padamu?” dan masih banyak lagi. Leo sudah tidak sabar menanyakannya. Perlahan-lahan lututnya menekuk hingga ia duduk. Bola mata Leo menyudut kearah Marco. Mulutnya terbuka seakan-akan ingin segera bicara, disusul suara dari kerongkongan yang kemudian keluar menjadi sebuah kalimat.“Sekarang dunia ini sudah berubah yah?”“Iya, kau benar.” Jawab Marco sambil menatap apa s

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-20

Bab terbaru

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Menerjang Tantangan

    Marco meletakkan kepala Leo di lantai secara perlahan-lahan ketita sudah menyentuh lantai Marco pun hendak berdiri di saat lutut kanannya sudah lurus tiba-tiba terdengar suara tawa.“Hahahaha.” Leo terbangun dari acting pingsannya dan menertawai Marco dengan sangat keras.Marco yang sudah menangis bombay karena khawatir dengan kondisi Leo membuka mulutnya tidak percaya sambil mengelap air matanya yang sempat keluar tadi.“Bagaimana acting pingsan ku bagus kan? Hahahah.” Leo menertawai Marco yang berhasil ia kerjai.Marco masih tidak percaya kalau dia sebenarnya sedang di bohongi oleh Leo tangannya pun menunjukkan letak Leo duduk tadi di atas kursi kemudian menunjuk ke lantai di mana Leo tadi terjatuh dengan sangat nyata.“Syukurlah itu kalau itu semua hanyalah kejahilanmu.” Marco sama sekali tidak dendam bahkan ia mengulurkan tangan kanannya kepada Leo untuk bangun.“Aku tadi kesal ketika kau mengage

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Menjalaninya Bersama

    “Sebagai seorang brandalan kita harus berani maka dari itu aku memberanikan diri untuk menceritakan masalahku kepada kalian semua. Pada awalnya Leo juga tidak tahu apa-apa sama seperti kalian tapi sekarang semuanya pasti akan mengetahuinya. Sebenarnya aku sedang punya masalah besar yang melibatkan keberlangsungan hidupku.” Ujar Leo.Marco berhenti sejenak di antara teman-temannya tidak ada yang menyela cerita yang di bawakan oleh ketua mereka. Hati Marco terasa berat untuk menceritakan kelanjutannya. Dengan penuh perhatian Chucky menyuh Marco untuk berhenti.“Cukup Marco.” Chucky berdiri.“Tidak apa-apa aku bisa melanjutkannya jadi duduklah sebelum aku menendangmu keluar.” Marco merasa bahwa dirinya kuat untuk menceritakan masalahnya.“Baiklah.” Chucky kembali duduk dengan wajah ketakutan.“Sebenarnya aku punya masalah di tempat kerja.” Marco terus terang kepada teman-temannya.Tema

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Masih berlanjut

    Orang yang ia tabrak itu adalah Alan. Saking terkejutnya sampai-sampai wajah Freya pucat bagaimana tidak orang yang barusan ia bicarakan bersama Chika tiba-tiba saja muncul di hadapannya dengan cepat ia kembali menunduk supaya Alan tidak keburu mengenalinya.“Kenapa kamu menunduk.” Alan berusaha melihat wajah wanita itu dari bawah.DUG…DUG…DUG…Jantung Freya berdetak kencang ia deg-degan bukan karena jatuh cinta melainkan karena ia takut apabila Alan mengenalinya. Dalam hati Freya mengatakan. “Gawat.” Sambil menggigit bibirnya.ALAN.Tiba-tiba saja di sisi lain tempat itu Chika memanggil nama Alan ia memang berniat untuk menyelamatkan Freya yang terjebak. Alan yang mendengar namanya di panggil seketika langsung clingak-clinguk memcarinya. Momentum emas itu di manfaatkan oleh Freya untuk lari ia sempat menoleh ke belakang dan di lihatnya Chika mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jempul sebagai

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Pertanda Baik

    Cecil kembali tersenyum lalu mengangguk seperti seperti sebelumnya. Nampaknya ia hanya mengetes Freya apakah anak itu benar-benar serius ingin mengajaknya.“Kau duduk dulu yah aku akan segera kembali.” Cecil meninggalkan Freya di ruang tamu sendirian sedangkan ia berlari masuk ke dalam kamarnya.Setelah Freya menunggu selama kurang lebih sepuluh menit akhirnya Cecil keluar dari kamarnya. Sekarang ia sudah rapi mulai dari baju sampai gaya rambut semuanya telah ia ganti.“Baiklah kalau begitu ayo kita menggaet cowok.” Freya sangat bersemangat.“Ehh?” Cecil merasa ada yang aneh dari kalimat Freya barusan.“Upss maaf maksudku mari kita jalan-jalan di mall hehehe.” Freya memperbaiki kesalahan dalam kalimatnya sambil cengengesan.Ibu Cecil akhirnya keluar dari dapur ia menyertai putri dan juga temannya sebelum berangkat.“Kalian sudah mau berangkat?” Tanya Ibu Cecil dengan ra

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Tidak Penting

    Di dalam kamar yang gelap Marco merenung. Matanya menatap langit-langit ruangan, fikirannya terbang kesana kemari. Sebenarnya Marco ingin meminta bantuan Leo dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya sekarang tetapi lagi-lagi ia memikirkan wanita yang di temui di kota Avesta. Marco pernah berjanji kepada wanita itu kalau ia akan menjadi kuat suatu saat nanti, maka dari itu Marco berfikir kalau dirinya harus berhenti meminta tolong kepada orang lain. Bagaimana mungkin ia bisa melindungi wanita yang di cintainya itu kalau dirinya saja tidak bisa ia lindungi dari berbagai macam masalah sehingga mengharuskannya untuk meminta tolong kepada orang lain sampai keenakan dan tidak lagi mengandalkan dirinya sendiri. Marco sangat dilema memikirkan ego yang terlalu mengekangnya.Marco pun memejamkan mata ia berniat untuk tidur agar ia dapat melupakan masalahnya sejenak. Pecuma saja otak dan perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Otak yang selalu memikirkan masalah yang ia hadapi sekara

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Terjadi Lagi

    Marco menunggu pertanyaan Leo sambil menilikkan kepalanya.“Besok pagi saja, aku ngantuk hoamz.”Keesokan harinya mereka berdua berangkat ke sekolah di tengah perjalanan tita-tiba Marco mengingat kalau Leo ingin menayakan sesuatu tadi malam.“Kau ingin menanyakan apa tadi malam?” Marco melihat ke arah Leo.“Maksudmu?” Leo melupakan pertanyaannya tadi malam.“Ya sudah.” Marco tidak lagi membahasnya.Kedua orang itu telah sampai di sekolah. Marco dan Leo terlihat bingung ketika melihat sejumlah orang berkumpul di tengah lapangan sekolah. Seorang pria berdiri dengan pakaian rapi di tengah-tengah mereka. Marco dan Leo masih berdiri di tempat sambil melihat orang-orang yang berkerumun di tempat itu.Di samping Marco terdapat seorang siswa yang lewat, tanpa ragu Marco menarik lengan orang yang tidak di kenalnya itu.“Apa maksudmu hah?” Orang yang di tarik itu merasa keberata

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Kembali Seperti Dulu

    “Wah wah wah.” Paman bongsor yang melihat Marco baru datang kerja geleng-geleng.Marco yang datang bersama Leo hanya bisa menunduk ia tahu bahwa selama ini ia sering bolos kerja. Leo berniat untuk membela temannya itu tetapi melihat keadaannya sekarang. Dengan ramah paman bongsor itu mengajak Marco duduk bersama, sepertinya ia akan membahas sesuatu yang penting.“Silahkan duduk.” Paman bongsor itu mempersilahakan Marco untuk duduk.“Oh iya.” Marco pun duduk bersama dengan paman bongsor itu.“Mengapa kau masih di sini? Cepat pergi sana lanjutkan pekerjaanmu.” Paman bongsor itu mengusir Leo yang tadinya berdiri di samping Marco.Leo pun pergi dari tempat itu sambil mengenakan kaos tangan kerjanya, dari kejauhan ia melihat mereka berdua berbincang-bincang dengan serius.“Ayo silahkan di makan.” Paman bongsor itu menyuruh Marco untuk memakan kue yang ia sediakan di atas meja.Mar

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Awal Baru

    Plak…Plak…Plak…Terdengar suara tepuk tangan pelan sedang berjalan menghampiri mereka. Terlihat seseorang yang tidak asing lagi di ingatan mereka yang ada di kelas 1-3. Belum melihatnya saja Dory sudah tahu hanya dari bunyi tepuk-tangannya ia bisa langsung menebak kalau dia adalah Roger.Lagi dan lagi Roger mengusik kehidupan Marco dan Leo, wajar saja Roger melakukan hal itu karena mereka berdua telah di anggap sebagai antek-antek yang nantinya akan berusaha menggulingkan tahta Marduk. Roger sudah menduga kalau Rico dan Dory akan melakukan hal yang sangat hina di mana mereka akan menjilat ke kubu Marco.“Wah wah wah kalian berdua telah menemukan rumah baru yah?” Roger menyinggung Rico dan Dory.Teman-teman Marco mulai percaya dengan Dory, tidak ada yang berani menanggapi perkataan Roger semuanya kelihatan takut. Hanya ada satu orang yang berani yaitu Marco.“Oiii Roger lama tidak berjumpa.” Marco menyapa

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Istirahat

    Tangan Marco bergerak-gerak matanya mengerjap-ngerjap.“Aku ada di mana?” Marco berbicara dengan dirinya sendiri ia membuka mata sambil memegangi kepalanya.“Kau ada di ruang UKS sekarang.” Terdengar suara yang ia kenal ada di sampingnya ternyata itu suara Leo.Marco dengan spontan memutar kepalanya untuk melihat Leo kemudian ia memandangi wajah sahabatnya itu dan seketika ia merasa bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak ada orang yang sebaik Leo di dalam kehidupan Marco, selama ini ia hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu yang ia miliki dari dulu sampai sekarang hanyalah dirinya sendiri dan Leo.“Ternyata kau.” Marco menyadari kehadiran Leo.“Iya. Sekarang bagaimana keadaanmu?” Leo masih mencemaskan Marco.“Aku baik-baik saja.” Marco menjawab pertanyaan Leo sambil tersenyum.“Apanya yang baik-baik saja, wajah mu masih bonyok tau hahaha.” Leo berusah

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status