Pukul 13.00 bel sekolah berbunyi menandakan waktu pulang . Ruangan kelas mulai kosong kecuali ruang UKS ada beberapa siswa yang terbaring lemah setelah bermain seharian salah satu diantaranya adalah Marco dan disampingnya ada Leo yang masih setia menunggu.
Dua puluh lima menit Marco pingsan setelah bertarung melawan Felix ia pun mulai membuka matanya kemudian bertanya kepada Leo.
“Ini tempat apa Leo?”
“Kau sekarang berada di UKS.” Leo menjawab.
Nyawa Marco akhirnya berkumpul ia pun berusaha berdiri dan ingin pergi dari tempat ini.
“Apakah kau baik-baik saja?” Leo menanyakan kondisinya.
“Tentu saja, ayo kita pulang sekarang.” Marco menjawabnya.
“Baiklah, bagaimana kalau kita mampir dulu di kedai.” Leo mengajak Marco ke kedai.
“Baiklah, kau yang traktir.” Marco mengiyakan.
“Ehhhhh?” Leo terkejut.
Marco berjalan pelan sambil membawa tubuhnya yang masih lemah, di sampingnya ada Leo yang menyesuaikan ritme kecepatan Marco. Setibanya di kedai mereka berdua memesan makanan dan minuman kemudian melanjutkan perjalan. Sambil berjalan mereka berdua menikmati makanan dan minumannya lalu mereka duduk di atas trotoar kemudian berbincang-bincang mengenai kehidupan mereka sekarang.
“Apakah kau punya Leo?” Marco bertanya kepada Leo.
“Mimpi yang aku inginkan adalah kemustahilan.” Leo memberikan suatu pengertian.
“Apa maksudmu?” Marco kembali bertanya.
“Begini Marco. Apa yang bisa kita lakukan di tempat ini?” Leo bertanya balik.
“Lagi-lagi kau membuatku bigung.” Marco mulai bigung.
“Kita ini hanyalah sampah yang dibuang oleh orang tua kita dan di besarkan di tempat yang penuh kehampaan ini yaitu Distrik Neraka. Satu-satunya kehormatan yang kita kita miliki adalah kekuatan agar pemerintah Negara ini dapat memanfaatkannya.” Leo menjelaskan maksudnya dengan penuh perasaan.
“Lalu apa yang ingin kau lakukan sekarang? Ayolah Leo walaupun kenyataan ini begitu pahit kita pasti bisa meraih mimpi yang berkilauan itu” Marco berusaha menghibur sahabatnya.
“Memangnya apa yang kau impikan sekarang? Leo menayakan mimpi sahabatnya itu.
“Aku ingin mengalahkan Marduk dan menjadi pemimpin di sekolah, aku ingin tahu rasanya di puncak itu seperti apa yah.” Marco memberitahu.
“Impianku sekarang adalah aku ingin kuliah di universitas ternama di kota Avesta.” Leo akhirnya memberitahukan mimpinya itu kepada Marco.
“Apa? Kau ingin kuliah? Kalau itu sih mustahil ahahaha.” Marco menertawai sahabatnya itu.
***
Selama tiga puluh tahun terakhir kepemimpinan Negara ini di pegang oleh dinasti keluarga Saul. Sebenarnya Negara ini merupakan Negara demokrasi yang calon pemimpinnya di tunjuk dan di pilih oleh rakyat itu sendiri namun dikarenakan kekuatan politik keluarga Saul sangatlah kuat selama tiga puluh tahun terakhir kursi kepresidenan terus di duduki oleh mereka mulai dari Saul III sampai Saul V yang menjadi presiden sekarang ini.
Keluarga Saul merupakan pemilik perusahaan kasino terbesar di seantero Negeri ini. Tiga puluh tahun yang lalu Saul III memaparkan visi misi ketika ia mencalonkan diri sebagai presiden yaitu “hidup bebas tanpa batas” kehidupan yang melegalkan segala-galanya seperti seks bebas dan alkohol. Sulit dipercaya ternyata tagline yang dikeluarkan dari mulut Saul III membuat ia banjir dukungan.
Di masa kepemimpinannya saat itu Negara semakin maju mulai dari rakyatnya yang semakin makmur hingga perkembangan industri casino dan tempat hiburan malam semakin berkembang sehingga menarik banyak wisatawan luar untuk berkunjung ke Negeri surga ini yang berpusat di kota Avesta.
Ditengah meriahnya malam kota Avesta ternyata ada banyak juga yang menginginkan ketenangan dalam ruangan. Letih bekerja seharian mereka yang menginginkan ketenangan memiliki cara untuk mengistirahatkan pikirannya. Menikmati lembutnya malam bersama wanita sewaan sungguh waktu yang sangat di sukai oleh kaum pria. Sesuai janji presiden Saul III yaitu “hidup bebas tanpa batas” Negara ini melegalkan prostitusi. Pernikahan di Negeri ini merupakan sesuatu yang tidak harus dilakukan oleh semua orang karena kebutuhan seksual kaum pria telah terpenuhi.
Kasus kejahatan di kota Avesta semakin meningkat setelah penggusuran dan perampasan lahan yang dilakukan oleh penguasa dan pengusaha semakin banyak. Penduduk kota yang miskin berusaha untuk mempertahan hak milik mereka sehingga memicu aksi-aksi demo dan tindakan kejahatan sebagai bentuk perlawanan. Pemerintah saat itu berinisiatif untuk membangun sebuah pemukin khusus dimana yang miskin hidup bersama dengan si miskin lainnya. Mulai dari gagasan itu pemerintah akhirnya merealisasikannya dengan membuat satu distrik yang dinamakan “Distrik Neraka”.
Distrik Neraka adalah tempat pembuangan sampah masyarakat yang terisolir dalam kekangan peraturan. Mereka yang hidup disana wajib bekerja sebagai buruh di perusahaan besar milik pemerintah yaitu PT. Konversi Thermal Jaya dengan PT. PBG Jaya. Kedua perusahaan ini memberikan kontribusi besar bagi kota Avesta dan distrik-distrik lainnya. Yang pertama yaitu perusahaan konversi thermal industri ini bekerja di bidang pengelolaan sampah, sampah yang diperoleh dari kota Avesta dan kota-kota lain sampah-sampah itu di olah melalui proses pembakaran hingga menghasilkan bahan bakar untuk membangkitkan listrik. Yang kedua yaitu perusahaan PBG industri ini bekerja di bidang penghasil paving, bataco, dan gorong-gorong yang dijadikan sumplayer bahan bangunan untuk kota Avesta dan kota-kota lainnya. Hanya kaum pria yang di wajibkan untuk bekerja sebagai buruh sedangkan kaum wanita diberikan keleluasaan untuk mendirikan usaha di bidang apa saja. Mereka yang bekerja di perusahaan pemerintah akan di gaji setiap bulannya.
Keberhasilan presiden Saul III mampu mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran Negara ini setelah mencanangkan proyek pembuatan Distrik Neraka. Lima tahun berlalu kehidupan di Distrik Neraka begitu memperihatinkan di mana penduduknya mendapat perlakuan seperti hewan. Mereka di larang keluar dari Distrik kecuali ada kepentingan khusus atau mandat dari pemerintah. Polusi udara semakin buruk asap dimana-mana sungguh lingkungan yang tidak sehat untuk didiami. Pendidikan anak-anak disana juga tidak di pedulikan mereka di besarkan hanya untuk menjadi pekerja tidak ada mimpi bagi mereka yang hidup di tempat ini.
Kebanyakan penduduk kota Avesta merupakan penggila kerja sehingga kurang sekali minat mereka untuk berkeluarga dan hidup bahagia bersama anak dan istri mereka. Kebanyakan laki-laki disana melakukan hubungan intim bersama wanita sewaan yang ada di tempat hiburan, tidak sedit wanita yang telah di pakai mengandung anak haram dari hasil hubungan gelap sehingga jumlah anak bayi yatim di kota Avesta membludak. Data yang diperoleh dari sejumlah rumah sakit yang ada setiap harinya mereka selalu melayani proses persalinan sekitar tujuh sampai sepulu kali dalam sehari. Bayi yang lahir sering sekali dibawa pulang oleh Ibunya masing-masing kemudian dibuang dijalanan atau mereka tinggalkan di rumah sakit.
Pemerintah saat itu berusaha menanggulangi masalah ini dengan memanfaatkan Distrik Neraka sebagai tempat penampungan bayi haram tersebut. Maka dari itu dibangunlah sejumlah panti asuhan khusus untuk merawat anak bayi yatim dari hasil hubungan gelap. Pemerintah bersedia menanggung kebutuhan bayi itu sampai mereka menginjak usia lima belas tahun, setelah itu mereka di wajibkan untuk bekerja sebagai buruh di perusahaan milik Negara.
Bayi-bayi yatim itu akan di besarkan oleh tim pengasuh khusus dari pemerintah. Tugas-tugas mereka adalah membangun stigma kepada anak-anak yang mereka asuh untuk selalu siap mengabdikan jiwa raganya untuk bangsa dan Negara dan berusaha untuk mendisipkankan mereka serta memberikan kasih sayang sebagai orang tua kepada anaknya. Kehidupan tanpa orang tua akan selalu pahit seperti yang mereka alami termasuk Marco dan Leo. Sisi kelam kehidupan anak-anak disana yaitu mereka dieksploitasi sebagai alat pekerja sehingga mimpi mereka terkubur dalam-dalam.
Beberapa tahun setelah program ini berlangsung, masalah baru lagi-lagi muncul menghantui pikiran pemerintah. Perkembangan militer Negara tetangga semakin maju sehingga ancaman dari dari mereka bisa datang kepan saja, alasan ini di dukung oleh yang menunjukkan bahwa sebagian kecil tempat hiburan dan kantor perusahaan mengalami nasib buruk seperti pembakaran dengan sengaja dan juga teror-teror bom yang semakin marak membuat masyarakat menjadi takut dan panik. Ancaman dari dalam juga lancar seperti aksi-aksi demonstrasi masyarakat yang mengiginkan revolusi pemerintahan dan penyebarlusaan paham-paham radikal yang dikembangkan oleh saingan politik keluarga Saul. Masalah besarnya ialah beberapa tahun belakangan ini kader-kader militer sangat kurang dan juga pasukan keamanan dalam negeri seperti satuan polisi sangat lemah. Setelah melakukan konsolidasi bersama pihak pemerintah menyimpulkan bahwa mulai dari sekarang kader-kader militer mereka akan diambil dari Distrik Neraka. Maka dari itu pemerintah segara merancang proses seleksinya dengan membangun sekolah tingkat menengah di Distrik Neraka diantaranya SMA BBS (Black Bone Selatan), SMA WBS (White Bone Selatan), SMA HR (Human Rotten), SMA FF (Flaming Fire), dan yang terakhir ada SMA Superrior. Jumlahnya ada lima sekolah, setiap tahunnya pemerintah akan menarik keluar lulusan terbaik sebanyak dua puluh lima orang per satu angkatan dan apa bila dijumlahkan maka ada sekitar seratus dua puluh lima orang yang akan memilih jalan pengabdiannya untuk pemerintah ada dua jalan yang tersedia yaitu menjadi Urban Legion yang bertugas sebagai polisi kota dan OOS (Out Side Soldier) bertugas sebagai pasukan perang Negara. Di antara seratus dua puluh lima orang akan ada dua puluh lima orang yang akan menjadi Komandan Pasukan atau sebutan lainnya yaitu Pasukan Elit Khusus mereka itu adalah lima petarung terkuat di masing-masing sekolah. Penilaian tersebut diserahkan secara penuh kepada Dewan Pengamat Siswa (DPS) yang dikirim ke setiap sekolah demi mewujudkan kader militer impian pemerintah.
***
Marco dan Leo masih bercengkrama ria di atas trotar jalan. Suara perut Leo berbunyi menandakan ada masalah pencernaan yang harus ia selesaikan tidak lama kemudian suara kentut terdenger kemudian membuat udara tercemar Marco yang mencium bau kentut Leo tiba-tiba berdiri sambil mengutuknya. Leo yang sudah tidak tahan melirik kearah Marco sambil tersenyum, hal itu membuat membuat Marco emosi dan berkata
“Cepat kau pergi dari sini! Jangan kembali sebelum masalahmu selesai.”
“Hahaha kau jangan kemana-mana ya aku akan segera kembali.” Leo mulai melangkah pergi mencari keberadaan WC umum.
“Iya iya aku akan menunggumu di dalam truck sampah ini, kalau kau kembali jangan lupa bangunkan aku yah.” Marco akan tidur sejenak di dalam truck sampah sambil menunggu Leo kembali.
Kepergian Leo dimanfaatkan oleh Marco untuk beristirahat di dalam mobil truck sampah. Tubuh Marco masih terasa sakit setelah ia bertarung melawan Felix di sekolah, matanya perlahan-lahan mulai tertutup jiwanya beralih ke alam bawah sadar. Suara mobil terdengar “Brummm brumm brumm” tanpa ia sadari dan akhirnya hal yang tidak terduga terjadi mobil truck sampah itu membawa Marco yang sedang tertidur pulas di dalamnya. Leo yang telah selesai dengan urusannya kembali ke tempat mereka tadi setibanya Leo disana ia pun mencari keberadaan Marco. Tanpa pikir panjang Leo langsung pulang karena ia berpikir Marco pasti mengerjainya dengan meninggalkannya tanpa disana. Mobil yang membawa Marco terus berjalan tanpa menyadari ada seseorang yang tidur di dalamnya.
“Mimpi ini benar-benar nyata yah” Dalam keadaan setengah sadar Marco terbangun ia menganggap apa yang ia alami sekarang hanyalah mimpi.
Marco kembali tertidur dengan harapan Leo pasti akan datang membangunkannya. Leo yang tiba di kos-kosan Marco lalu mencarinya keseleruh sudut kamarnya sekian lama mencari Leo Tidak menemukan Marco.
“Dia tidak ada disini, kira-kira dimana dia sekarang yah?”
To be Continued…
Mengerjap-ngerjap Marco membuka mata yang ia rasakan sekarang sama seperti sebelumnya ia berpikir truck sampah yang ia tiduri tetap diam. Sekelilingnya terlihat gelap tangannya meraba-raba sekitar kemudian punggungnya mulai bangkit bersiap untuk berdiri.“Jangan-jangan Leo pulang deluan, ahh sial kira-kira sudah jam berapa sekarang.” Marcomenebak-nebak keberadaan Leo dan waktu. Segera ia melompat keluar dan sungguh pemandangan yang sangat luar biasa gedung-gedung pencakar lair berdiri kokoh, kendaraan bermotor saling susul menyusul, orang-orang yang berpakaian modis layaknya burjois ada dimana-mana, dan toko-toko yang menyediakan berbagai macam kebutuhan berbaris di pinggir jalan. Langkah kaki Marco mundur kebelakang kembali lagi ke dalan truck sampah yang kosong itu kemudian membaringkan tubuhnya lalu menutup mata.“Ini pasti cuma mimpi, ayolah Leo di mana kau cepat bangunkan aku.”&
Suara wanita itu terdengar nyaring di telinga Marco sampai-sampai membuatnya terbangun dari tidur pulasnya. Marco yang terkenal dysania yaitu susah bangun tidur akhirnya membuka matanya perlahan-lahan matanya melirik-lirik keadaan sekitar sembari mengumpulkan nyawanya kembali. Katika suara yang memanggil-manggil namanya itu menghilang sekita telinga Marco merindukan suara lembut itu. Tubuh yang sejak tadi terbaring kini mulai bangkit berdiri kemudian kakinya menekuk dan melompat keluar dari truck sampah itu.“Kau ini berisik sekali.” Marco menegur wanita itu.Kepalanya terangkat lalu menghadapkan wajahnya yang sedih itu ke wajah Marco. Mulutnya yang masih monyong, matanya berkaca-kaca, dan hidungnya mengeluarkan sedikit ingus.“Ahahaha sepertinya aku salah menilai wajahmu. Tadinya aku berpikir kau ini cantik tapi sekarang-“ Gelak tawa tidak tertahan ketika melihat wajah wanita itu. Sebe
Irama langkah kaki Marco dan Cecil serentak menghentak trotoar melintasi sejumlah kemegahan kota Avesta. Sebagai seorang pria Marco sengaja memperlambat langkah kakinya agar mereka jalan beriringan. Marco merasa bahwa ia telah kehilangan sesuatu selama ini yang ia maksud adalah perasaan terhadap lawan jenis. Sesekali matanya melirik ke arah Cecil ia memperhatikan wajahnya yang mulus tanpa lecet. Tangan Marco yang perkasa itu merabah-rabah wajahnya sendiri lalu membandingkannya“gawat.”“Kenapa?” Cecil bertanya“Wajahku berminyak.” Jawab Marco.“Itu bukan masalah yang jadi masalah sekarang adalah ketersesatanmu di kota besar ini.”“Hehe iya yah.” Marco tersadar. Menyusuri jalan di kota Avesta sungguh menyenangkan sampai-sampai kita lupa merasakan lelah, hal inilah yang di rasakan Marco sekarang apalagi ini kali pertama ia datang ke k
Tiga pasang mata memandang langit kota Avesta disana mereka melihat matahari mulai tenggelam memudarkan jingganya. Cecil merasa sedih karena Marco belum mendapatkan solusi dari masalahnya. Rafael mengetahui bahwa ada sesuatu yang aneh diantara Marco dan Cecil, ia tahu pasti bahwa penduduk asli Distrik Neraka tidak di perbolehkan keluar dari tembok perbatasan apalagi sampai berkeliaran di kota Avesta. Marco mengusap wajahnya yang berminyak tidak tahu lagi harus berbuat apa. Pikirannya melayang-layang kesana kemari mengingat sahabatnya Leo yang mungkin sedang sibuk mencarinya sekarang, walaupun Distrik Neraka adalah tempat yang buruk dimata orang-orang awam tetapi baginya disanalah tempat kembali dari hiruk pikuk. Wajah cemas Marco menggugah simpati Rafael. Yang tadinya lawan berubah menjadi kawan ia menawarkan Cecil dan Marco untuk mendiskusikan masalah ini di rumahnya tetapi Cecil menolak tawaran itu karena hari sudah gelap dan Ibunya p
Ibarat angin berlalu Cecil berusaha melupakan Marco. Di dalam kamarnya ia berbaring sambil menatap langit-langit. Di balik lamunannya itu muncul ilusi optik yang menggambarkan wajah sangar Marco. Cecil yang melihat itu langsung mengedip-ngedipkan matanya dengan cepat untuk mengusir bayangan Marco yang tiada henti-hentinya. Tangan kanannya meraih sesuatu. Kemudian di tariknya benda itu hingga berhadapan langsung dengan wajahnya.TIK…TIK…TIK…Cecil mengetikkan sesuatu di ponselnya, terlihat nama salah satu kontaknya yaitu Rafael.“Bisakah kita bertemu sekarang.” Cecil mengajak Rafael melalui aplikasi chatnya. Posisi tubuh Cecil berubah yang semula berbaring sekarang berbalik jadi tengkurap. Posisi seperti ini sangat disukainya apalagi ketika ia sedang bermain ponsel atau membaca buku. Beberapa aplikasi ia kunjungi sambil menscrol-scrol berandanya.PING!  
Leo mendekati Marco lalu ia memegang pundak sahabatnya.“Jangan ada acara lari-larian lagi.”“Huft, baiklah.” Marco melunak. Kedua sudut di ujung bibir Leo melengkung, akhirnya beban pikiran yang selama ini ia bawa kamana-mana akan segera di tumpah ruahkan. Sehari saja tidak bersama Marco hidup yang ia jalani terasa hambar. Sederet pertanyaan serius pun mulai mengantri di kepalanya. Mulai dari “Dari mana saja kau kemarin lalu?” juga “Apa yang telah terjadi padamu?” dan masih banyak lagi. Leo sudah tidak sabar menanyakannya. Perlahan-lahan lututnya menekuk hingga ia duduk. Bola mata Leo menyudut kearah Marco. Mulutnya terbuka seakan-akan ingin segera bicara, disusul suara dari kerongkongan yang kemudian keluar menjadi sebuah kalimat.“Sekarang dunia ini sudah berubah yah?”“Iya, kau benar.” Jawab Marco sambil menatap apa s
Tanpa rem air mata Marco meluncur dari sudut matanya melewati pelipisnya. Beberapa saat legang mereka berdua tidak ada niatan untuk berdiri. Marco masih menikmati kesedihannya sedangkan Leo tersenyum bahagia, ia menganggap misinya telah selesai. Tempat itu tidaklah ramai hanya ada beberapa orang saja yang luntang-lantung di jalanan. “Mau sampai kapan kau menangis hah?” Leo menegur Marco. Tidak ada respon darinya yang ada hanyalah suara tangis yang semakin kencang. “Kalau saja Chucky melihat sekarang mungkin ia akan berubah pikiran untuk tunduk kepadamu hahaha.” Suasananya menjadi cair karena lelucon Leo. “Haha hiks… hiks… hiks…” Marco ikut tertawa walaupun tangisan sendunya masih berlangsung. Kedua tangan Leo menekan tanah ia berusaha bangkit setelah terjatuh akibat pertarungannya dengan Marco. Kedua kakinya bergerak susul-menyusul menuju tempat Marco terbaring, uluran tangan yang ia berikan kepada Marco
Mulut Marco terbuka lebar bersama tangan yang menutupinya agar serangga yang lewat di depan wajahnya tidak masuk, matanya berair setelah menguap. Pagi ini ia sangat mengantuk tetapi semangatnya untuk datang kesekolah tepat waktu jauh lebih tinggi. Tangan kirinya meraba gagang pintu kamar kos lalu di putar. Krekk Cahaya surya yang tadinya terhalang oleh pintu kamar kos Marco kini mulai memenuhi ruangan. Hari Marco disambut oleh mentari yang menyinari bumi setiap hari. Ia pun keluar dari kamar kosnya lalu mengunci pintu kemudian berjalan menuju kamar kos Leo. “Sekarang giliranku untuk membangunkanmu hehe.” Kata Marco sambil menggesesek-gesekan kedua telapak tangannya. Marco berniat untuk mendobrak pintu kamar kos Leo. Beberapa langkah kebelakang ia mengambil ancang-ancang sesampainya pada posisi yang pas ia pun mulai menghitung mundur “3…2…1…” Pintu kamar kos Leo terbuka
Marco meletakkan kepala Leo di lantai secara perlahan-lahan ketita sudah menyentuh lantai Marco pun hendak berdiri di saat lutut kanannya sudah lurus tiba-tiba terdengar suara tawa.“Hahahaha.” Leo terbangun dari acting pingsannya dan menertawai Marco dengan sangat keras.Marco yang sudah menangis bombay karena khawatir dengan kondisi Leo membuka mulutnya tidak percaya sambil mengelap air matanya yang sempat keluar tadi.“Bagaimana acting pingsan ku bagus kan? Hahahah.” Leo menertawai Marco yang berhasil ia kerjai.Marco masih tidak percaya kalau dia sebenarnya sedang di bohongi oleh Leo tangannya pun menunjukkan letak Leo duduk tadi di atas kursi kemudian menunjuk ke lantai di mana Leo tadi terjatuh dengan sangat nyata.“Syukurlah itu kalau itu semua hanyalah kejahilanmu.” Marco sama sekali tidak dendam bahkan ia mengulurkan tangan kanannya kepada Leo untuk bangun.“Aku tadi kesal ketika kau mengage
“Sebagai seorang brandalan kita harus berani maka dari itu aku memberanikan diri untuk menceritakan masalahku kepada kalian semua. Pada awalnya Leo juga tidak tahu apa-apa sama seperti kalian tapi sekarang semuanya pasti akan mengetahuinya. Sebenarnya aku sedang punya masalah besar yang melibatkan keberlangsungan hidupku.” Ujar Leo.Marco berhenti sejenak di antara teman-temannya tidak ada yang menyela cerita yang di bawakan oleh ketua mereka. Hati Marco terasa berat untuk menceritakan kelanjutannya. Dengan penuh perhatian Chucky menyuh Marco untuk berhenti.“Cukup Marco.” Chucky berdiri.“Tidak apa-apa aku bisa melanjutkannya jadi duduklah sebelum aku menendangmu keluar.” Marco merasa bahwa dirinya kuat untuk menceritakan masalahnya.“Baiklah.” Chucky kembali duduk dengan wajah ketakutan.“Sebenarnya aku punya masalah di tempat kerja.” Marco terus terang kepada teman-temannya.Tema
Orang yang ia tabrak itu adalah Alan. Saking terkejutnya sampai-sampai wajah Freya pucat bagaimana tidak orang yang barusan ia bicarakan bersama Chika tiba-tiba saja muncul di hadapannya dengan cepat ia kembali menunduk supaya Alan tidak keburu mengenalinya.“Kenapa kamu menunduk.” Alan berusaha melihat wajah wanita itu dari bawah.DUG…DUG…DUG…Jantung Freya berdetak kencang ia deg-degan bukan karena jatuh cinta melainkan karena ia takut apabila Alan mengenalinya. Dalam hati Freya mengatakan. “Gawat.” Sambil menggigit bibirnya.ALAN.Tiba-tiba saja di sisi lain tempat itu Chika memanggil nama Alan ia memang berniat untuk menyelamatkan Freya yang terjebak. Alan yang mendengar namanya di panggil seketika langsung clingak-clinguk memcarinya. Momentum emas itu di manfaatkan oleh Freya untuk lari ia sempat menoleh ke belakang dan di lihatnya Chika mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jempul sebagai
Cecil kembali tersenyum lalu mengangguk seperti seperti sebelumnya. Nampaknya ia hanya mengetes Freya apakah anak itu benar-benar serius ingin mengajaknya.“Kau duduk dulu yah aku akan segera kembali.” Cecil meninggalkan Freya di ruang tamu sendirian sedangkan ia berlari masuk ke dalam kamarnya.Setelah Freya menunggu selama kurang lebih sepuluh menit akhirnya Cecil keluar dari kamarnya. Sekarang ia sudah rapi mulai dari baju sampai gaya rambut semuanya telah ia ganti.“Baiklah kalau begitu ayo kita menggaet cowok.” Freya sangat bersemangat.“Ehh?” Cecil merasa ada yang aneh dari kalimat Freya barusan.“Upss maaf maksudku mari kita jalan-jalan di mall hehehe.” Freya memperbaiki kesalahan dalam kalimatnya sambil cengengesan.Ibu Cecil akhirnya keluar dari dapur ia menyertai putri dan juga temannya sebelum berangkat.“Kalian sudah mau berangkat?” Tanya Ibu Cecil dengan ra
Di dalam kamar yang gelap Marco merenung. Matanya menatap langit-langit ruangan, fikirannya terbang kesana kemari. Sebenarnya Marco ingin meminta bantuan Leo dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya sekarang tetapi lagi-lagi ia memikirkan wanita yang di temui di kota Avesta. Marco pernah berjanji kepada wanita itu kalau ia akan menjadi kuat suatu saat nanti, maka dari itu Marco berfikir kalau dirinya harus berhenti meminta tolong kepada orang lain. Bagaimana mungkin ia bisa melindungi wanita yang di cintainya itu kalau dirinya saja tidak bisa ia lindungi dari berbagai macam masalah sehingga mengharuskannya untuk meminta tolong kepada orang lain sampai keenakan dan tidak lagi mengandalkan dirinya sendiri. Marco sangat dilema memikirkan ego yang terlalu mengekangnya.Marco pun memejamkan mata ia berniat untuk tidur agar ia dapat melupakan masalahnya sejenak. Pecuma saja otak dan perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Otak yang selalu memikirkan masalah yang ia hadapi sekara
Marco menunggu pertanyaan Leo sambil menilikkan kepalanya.“Besok pagi saja, aku ngantuk hoamz.”Keesokan harinya mereka berdua berangkat ke sekolah di tengah perjalanan tita-tiba Marco mengingat kalau Leo ingin menayakan sesuatu tadi malam.“Kau ingin menanyakan apa tadi malam?” Marco melihat ke arah Leo.“Maksudmu?” Leo melupakan pertanyaannya tadi malam.“Ya sudah.” Marco tidak lagi membahasnya.Kedua orang itu telah sampai di sekolah. Marco dan Leo terlihat bingung ketika melihat sejumlah orang berkumpul di tengah lapangan sekolah. Seorang pria berdiri dengan pakaian rapi di tengah-tengah mereka. Marco dan Leo masih berdiri di tempat sambil melihat orang-orang yang berkerumun di tempat itu.Di samping Marco terdapat seorang siswa yang lewat, tanpa ragu Marco menarik lengan orang yang tidak di kenalnya itu.“Apa maksudmu hah?” Orang yang di tarik itu merasa keberata
“Wah wah wah.” Paman bongsor yang melihat Marco baru datang kerja geleng-geleng.Marco yang datang bersama Leo hanya bisa menunduk ia tahu bahwa selama ini ia sering bolos kerja. Leo berniat untuk membela temannya itu tetapi melihat keadaannya sekarang. Dengan ramah paman bongsor itu mengajak Marco duduk bersama, sepertinya ia akan membahas sesuatu yang penting.“Silahkan duduk.” Paman bongsor itu mempersilahakan Marco untuk duduk.“Oh iya.” Marco pun duduk bersama dengan paman bongsor itu.“Mengapa kau masih di sini? Cepat pergi sana lanjutkan pekerjaanmu.” Paman bongsor itu mengusir Leo yang tadinya berdiri di samping Marco.Leo pun pergi dari tempat itu sambil mengenakan kaos tangan kerjanya, dari kejauhan ia melihat mereka berdua berbincang-bincang dengan serius.“Ayo silahkan di makan.” Paman bongsor itu menyuruh Marco untuk memakan kue yang ia sediakan di atas meja.Mar
Plak…Plak…Plak…Terdengar suara tepuk tangan pelan sedang berjalan menghampiri mereka. Terlihat seseorang yang tidak asing lagi di ingatan mereka yang ada di kelas 1-3. Belum melihatnya saja Dory sudah tahu hanya dari bunyi tepuk-tangannya ia bisa langsung menebak kalau dia adalah Roger.Lagi dan lagi Roger mengusik kehidupan Marco dan Leo, wajar saja Roger melakukan hal itu karena mereka berdua telah di anggap sebagai antek-antek yang nantinya akan berusaha menggulingkan tahta Marduk. Roger sudah menduga kalau Rico dan Dory akan melakukan hal yang sangat hina di mana mereka akan menjilat ke kubu Marco.“Wah wah wah kalian berdua telah menemukan rumah baru yah?” Roger menyinggung Rico dan Dory.Teman-teman Marco mulai percaya dengan Dory, tidak ada yang berani menanggapi perkataan Roger semuanya kelihatan takut. Hanya ada satu orang yang berani yaitu Marco.“Oiii Roger lama tidak berjumpa.” Marco menyapa
Tangan Marco bergerak-gerak matanya mengerjap-ngerjap.“Aku ada di mana?” Marco berbicara dengan dirinya sendiri ia membuka mata sambil memegangi kepalanya.“Kau ada di ruang UKS sekarang.” Terdengar suara yang ia kenal ada di sampingnya ternyata itu suara Leo.Marco dengan spontan memutar kepalanya untuk melihat Leo kemudian ia memandangi wajah sahabatnya itu dan seketika ia merasa bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak ada orang yang sebaik Leo di dalam kehidupan Marco, selama ini ia hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu yang ia miliki dari dulu sampai sekarang hanyalah dirinya sendiri dan Leo.“Ternyata kau.” Marco menyadari kehadiran Leo.“Iya. Sekarang bagaimana keadaanmu?” Leo masih mencemaskan Marco.“Aku baik-baik saja.” Marco menjawab pertanyaan Leo sambil tersenyum.“Apanya yang baik-baik saja, wajah mu masih bonyok tau hahaha.” Leo berusah