Home / Romansa / Tambatan Hati Si Brandalan / Lebih Jauh Tentang Mereka

Share

Lebih Jauh Tentang Mereka

Author: Agasse kun
last update Last Updated: 2021-02-27 17:05:53

     Suara wanita itu terdengar nyaring di telinga Marco sampai-sampai membuatnya terbangun dari tidur pulasnya. Marco yang terkenal dysania yaitu susah bangun tidur akhirnya membuka matanya perlahan-lahan matanya melirik-lirik keadaan sekitar sembari mengumpulkan nyawanya kembali. Katika suara yang  memanggil-manggil namanya itu menghilang sekita telinga Marco merindukan suara lembut itu. Tubuh yang sejak tadi terbaring kini mulai bangkit berdiri kemudian kakinya menekuk dan melompat keluar dari truck sampah itu.

“Kau ini berisik sekali.” Marco menegur wanita itu.

Kepalanya terangkat lalu menghadapkan wajahnya yang sedih itu ke wajah Marco. Mulutnya yang masih monyong, matanya berkaca-kaca, dan hidungnya mengeluarkan sedikit ingus.

“Ahahaha sepertinya aku salah menilai wajahmu. Tadinya aku berpikir kau ini cantik tapi sekarang-“ Gelak tawa tidak tertahan ketika melihat wajah wanita itu.

     Sebelum menyelesaikan kalimatnya wanita itu langsung berdiri dari tempatnya kemudian berlari ke arah Marco. Ia merengkuh tubuh Marco lalu di dekapnya erat-erat mengisyaratkan penyesalan karena telah meninggalkannya. Rasa hangat menyelimuti tubuh Marco seiring dengan gerakan tangannya yang secara refleks melingkar di tubuh wanita itu sambil mengusap-usapnya.

“Sudah... sudah… jangan menagis cup.. cup.. cup..” Marco berusaha untuk menenangkannya.

Wanita itu semakin larut dalam kesedihannya. Tangan Marco memegang kepala wanita itu sambil mengeles-elus rambutnya seperti kucing Persia yang lembut.

“Hey seharusnya aku yang menangis bukan kau, aku yang tersesat di tempat ini selama empat jam tanpa petunjuk sama sekali.” Marco ikut merengek.

“Maafkan aku.” Mulut wanita itu akhirnya mengeluarkan suara.

“Memangnya kau salah apa?” Marco bertanya.

“Maaf karena telah meninggalkanmu tadi.” Lagi-lagi wanita itu meminta maaf.

“Ohiya mengapa kau meninggalkanku hah?” Marco meminta keterangan kepada wanita itu.

     Wanita itu hanya terdiam dan membisu kemudian melepaskan pelukannya yang sejak tadi menempel erat di tubuh Marco. Dengan hati yang tulus Marco ternyesum padanya sambil mendekatkan wajahnya yang cukup menyeramkan ke wajah putih bersih wanita itu. Fenomena yang terjadi kala itu seperti gerhana dimana matahari menggambarkan wajah Marco yang berwarna kuning langsat sedangkan wajah putih bersinar wanita itu menggambarkan bulan purnama.

“Terima kasih.” Marco medekatkan wajahnya sambil berbisik.

“Kenapa?” Wanita itu mulai kebingungan.

“Karena kau telah membantuku.” Marco menjawabnya.

“Heh? Aku sama sekali belum melakukan apa-apa.” Wanita itu menyangkal.

“Tetapi kau berniat untuk melakukannnnya kan?” Marco merasa yakin.

Sejenak wanita itu terdiam mencoba untuk mencerna percakapannya dengan Marco.

“Ohiya ngomong-ngomong kita belum saling kenal kan? Baiklah perkenalkan namaku Marco dan aku akan-“ Ucapan Marco tertahan.

“Cukupppp aku sudah tahu namamu, kita sudah berkenalan tad.i” Wanita itu memotong.

“Astagaaa aku lupa hehe. Ettt tunggu dulu aku juga lupa namumu maaf yah.” Sambung Marco.

“Tentu saja kau tidak tahu. Aku kan belum memberitahumu.” Wanita itu menghadapi sifat Marco yang rada kurang cerdas.

“Hahaha kau ini lucu yah.” Marco menertawai gadis itu.

“Hah? Kau saja yang aneh dan pelupa.” Wanita itu sebal kepada Marco.

“Baiklah aku akan mendengarkanmu.” Sifat dewasa Marco keluar.

     Perasaan wanita itu terguncang setelah mendengar apa yang barusan Marco katakan. Ingatan masa lalu menghalangi kesadarannya wajah Ibu nya terbayang seketika bersama memori ingatan masa lalunya dimana dirinya menangis di dalam kamar menutupi wajahnya dengan bantal sambil meraung-raung. Tiba-tiba pintu kamarnyaa terbuka terdengar suara langkah kaki yang tidak asing lagi seseorang itu adalah Ibunya. Sesampainya di samping tempat tidur  ia pun duduk menemani putrinya yang terus-terusan bersedih.

“Tenang-sayang tenang Ibu ada disini untuk mendengarkanmu.” Belaian Ibu berusaha menenangkannya.

“Aku di jauhi teman-temanku Mah.” Wanita itu menceritakan masalahnya.

“Memangnya kenapa sayang? Masa anak Ibu yang cantik ini di jauhi teman-temannya.” Ibunya bertanya dengan nada yang lembut.

“Mungkin karena aku pemalu Mah setiap mereka berbicara ke aku bibirku tertutup tidak menjawabnya. Mungkin mereka menganggapku sombong.” Curhatnya.

“Rasa malu itu bukan suatu kesalahan sayang. Kamu hanya perlu sedikit lebih berani lagi.” Sambung Ibunya.

“Terima kasih Mah.”

“Sama-sama sayang.” Ibunya tersenyum. “Kalau kamu punya masalah ceritakan saja kepada Ibu. Ibu pasti akan mendengarkanmu.” lalu menyarankan sambil tersenyum.

Ingatan itu akhirnya memudar membuat wanita itu kembali sadar. Marco melambai-lambaikan tangannya di hadapan wanita itu berharap ia berhenti melamun.

“Haloo apa ada orang di dalam?”

     Mata wanita itu mengikuti gerakan tangan Marco menandakan bahwa ia telah sadar. Marco merasa lega sambil mengelus-elus dadanya, beberapa saat legang tidak ada interaksi di antara mereka berdua. Wanita itu mulai angkat bicara.

“Perkenalkan namaku Cecilia Jhon.”

“Terus?” Marco lagi-lagi memberikan pertanyaan yang membingungkan.

“Ya terus?”

“Terus aku harus memanggilmu apa? Cecil, Cecilia, Lia, atau Cilia?

“Orang-orang biasa memanggilku Cecil”

“Baiklah Cecil” Marco mengiyakan.

     Setelah melewati proses perkenalan yang rumit mereka berdua pun saling mengenal. Ada banyak sekali pertanyaan di dalam otak mereka tetapi kondisi sekarang kurang mendukung. Cecil dengan terbata-bata mengajak Marco bercengkrama di tempat khusus seperti cafe atau restaurant.

“Lebih baik kalau kita ke café atau resto saja yah.”

“Hmm baiklah.” Marco mengiyakan rencana itu.

     Mereka pun meninggalkan tempat di mana mereka bertemu tadi. Mata Marco tak henti-hentinya mendongak ke atas memperhatikan gedung-gedung megah yang berdiri kokoh, senyumannya selalu mekar sepanjang jalan layaknya anak yang baru pertama kali di ajak ke Mall oleh Ibunya. Orang-orang yang melihat mereka pasti berpikir bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang lagi berkencan sedangkan Cecil terus memikirkan segalanya tentang Marco seperti siapa dia sebenarnya, dimana tempat tinggalnya, kenapa dia sangat polos, dan wajahnya yang terpatri banyak luka memar dan plester obat yang ada dihainya itu. Intinya pria itu sangat misterius.

***

     Kehidupan mereka berdua sangat jauh berbeda ibarat langit dan kerak bumi. Cecil merupakan anak tunggal yang hidup lengkap bersama Ayah dan Ibunya. Secara finansial keluarga Cecil sangat tercukupi karena pekerjaan kedua orang tuanya cukup menjanjikan mulai dari Ayahnya yang bekerja sebagai pasukan militer Out Side Soldier kini ia menduduki posisi jabatan Mayor devisi 1b, maka dari itu Ayahnya sangat jarang ada di rumah sedangkan Ibunya adalah seorang pengusaha di bisnis makanan yaitu menjual kue di kedai miliknya sendiri. Perlakuan kedua orang tua Cecil sangat baik kepadanya mereka menaruh harapan besar pada putri semata wayangnya itu. Masa kecilnya begitu indah di mana Ayah nya sangat sering bermain bersamanya di rumah kala itu pangkat Ayah nya masih kopral sehingga belum terlalu sibuk Ayah dan anak itu sering sekali bermain kuda-kudaan. Tubuh kekar Ayah nya menahan tubuh mugil Cecil di atas, setelah cukup puas bermain mereka berdua beristirahat sambil bercanda ria. Biasanya mereka berdua menebak-nebak kue apa yang di buat Ibu kala itu sebagai camilan santai mereka.

     Suatu ketika di malam yang sungi obrolan serius antara Ayah dan Ibunya di kamar menarik perhatian Cecil kecil. Ia pun menguping sambil menempelkan daun telinya di pintu kamar orang tuanya.

“Aku tidak akan kuat Yah.” Kata Ibunya sambil menangis.

“Tidak usah khawatir Mah, aku pasti baik-baik saja di sana.” Ayahnya berusaha menenagkan Ibu nya yang menangis karena khawatir.

“Aku memang mencintai keluarga ini tetapi kecintaanku terhadap negeri ini jauh lebih besar, melindungi keselamatan rakyat adalah tugas ku Mah.” Ayahnya menjelaskan.

“Intinya Ayah harus pulang. Kalau sampai Ayah gugur maka-“ Perasaan Ibunya di balut risau memikirkan Ayah Cecil yang akan dikirim besok ke medan peperangan.

“Hustttt….. Aku akan baik-baik saja OK?” Jari telunjuk Ayahnya menempel di bibir Ibunya bermaksud untuk menahan kelanjutan perkataannya tadi.

     Mendengar perbincangan itu Cecil mematung di tempat ia berdiri tak kuasa menahan rasa terkejutnya. Air matanya pun akhirnya berlinang membasahi pipinya yang merah merona itu. Kabar yang tidak mengenakkan barusan masuk ke dalam telinganya kemudian bersarang di dalam otak. Sungguh ia tidak ingin melepaskan Ayah nya menuju perangkap maut ia ingin Ayah nya selalu ada bersamanya.

     Pukul 4.00 pagi Ayah Cecil sudah berangkat menuju markas besarnya. Sebelum itu ia memasuki kamar putri kesayangannya. Sesampainya di tempat tidur Cecil ia pun berhenti dan memandangi wajah cantik putrinya yang masih berusia sembilan tahun. Tangannya berusaha untuk meraih kelapa putrinya lalu di elus-eluslah rambut Cecil yang berwarna hitam lurus. Sebagai tanda perpisahan sementara mereka Ayah nya mengecup kening putrinya sambil mengatakan.

“Ayah pasti pulang nak dan kita bisa bermain kuda-kudaan lagi.”

     Setelah berpamitan pada putrinya secara diam-diam ia pun keluar dari kamar. Seseorang berdiri di depan kamar Cecil wajahnya murung dan matanya sembab di karenakan air mata yang terus mengucur tanpa henti. Ayah Cecil memandang seseorang itu yang tidak lain adalah istrinya. Melihatnya disana membuat tangan Ayah Cecil refleks bergerak menarik pinggul istrinya kemudian ia mendekap wanita itu dengan penuh perasaan dan akhirnya mereka berdua kembali larut dalam kesedihan di tengah perpisahan.

     Beberapa bulan setelah kepergian Ayah Cecil kabar buruk datang ke kediaman keluar Jhon. Salah satu prajurit pembawa pesan mendatangi rumahnya. Ibu Cecil yang mendengar suara pintu rumahnya di ketuk-ketuk langsung menuju kesana dan membukanya.

“Ada kepentingan apa yah Pak?” Ibu Cecil bertanya.

“Apa benar ini rumahnya Pak Jhon?” Prajurit itu bertanya dengan nada yang tegas.

“Iya. Memangnya ada apa yah?”

“Nanti saya jelaskan kepada Ibu, tapi untuk sekarang kita harus bergegas kerumah sakit.” Prajurit itu mendesak.

“Memangnya ada apa? Tolong jelaskan dulu pada saya” Ibu Cecil cemas.

“Suami Ibu sekarang ada di rumah sakit.” Prajurit itu menjawab.

“APAAA?” Ibu Cecil menjadi shock setelah mendengar kabar tentang suaminya.

     Secepat kilat ia ke kamar mengambil tas lalu keluar dan menarik Cecil yang sejak tadi melihatnya panik setengah mati kemudian keluar dari rumah dan menguncinya. Mereka berdua pun akhirnya berangkat ke rumah sakit bersama prajurit itu. Selama di perjalan Cecil terus memandang wajah Ibu nya ingin sekali ia bertanya mengenai apa yang terjadi namun seketika ia langsung mengurungkan niatnya.

     Sesampainya di rumah sakit Ibu nya langsung berlari tidak sabar ingin bertemu suaminya. Prajurit itu menuntunnya ke tempat dimana Ayah Cecil di rawat. Tanpa ragu wanita itu membuka pintu ruangan ICU ingin sekali ia melihat kondisi suaminya saat itu. Seseorang yang mengenakan jas putih muncul.

“Tunggu Bu.” Dokter yang juga berniat masuk ke ruangan ICU segera menghentikan pergerakan gesit Ibu Cecil.

“Tolong dok biarkan aku masuk.” Ibu Cecil memaksa.

“Kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan nyawa suami Ibu” Dokter itu berjanji.

“Ayah ku kenapa dok?” Cecil kecil bertanya kepada dokter itu, matanya berkaca-kaca.

“Ayahmu akan baik-baik saja cantik. Kamu harus tenang dan mempercayakan tugas ini kepada kami yah hehe.” Dokter itu berusaha menghibur Cecil.

“Benarkah dok?”

“Ayah mu adalah seorang pahlawan nak mana mungkin kami ingin kehilangannya.” Dokter itu menyampaikan sesuatu kepada Cecil lalu masuk ke ruang ICU.

     Detak jantung Ibu Cecil berdegub kencang menanti kedatangan dokter untuk menyampaikan hasilnya. Sementara itu pundak Cecil di rangkul oleh prajurit yang merupakan pengawal Ayah nya. Tiba-tiba saja suara gagang pintu berdecit di balik pintu itu muncul seseorang ia adalah seorang perawat.

“Dokter sedang berjuang sekarang kami mohon agar Ibu bersabar dulu yah Permisi.” Perawat itu pergi setelah setelah menyampaikan pesannya.

     Keadaan Ibu Cecil sekarang nampak lebih tenang. Prajurit yang sejak tadi diam itu kini mulutnya bergerak kemudian menceritakan kronologi kejadian yang di alami oleh Pak Jhon. Panjang lebar ia menjelaskan Ibu Ceci kembali bersedih.

“Kurang lebih seperti itu yang terjadi.” Prajurit itu mengakhiri

“Tidak! Ini tidak mungkin terjadi, ternyata suamiku di dalam tengah berjuang menghadapi oprasi pengeluaran peluru yang tersangkut di bagian dada dan perutnya.” Ibu Cecil shock setelah mendengar apa yang sebenarnya terjadi.

Sebelum ia kembali panik. Suara gagang pintu kembali berdecit dan yang keluar sekarang adalah dokter yang tadi.

“Syukurlah oprasi kami berhasil dan sekarang kondisi suami anda telah membaik, yang di butuhkan Pak Jhon sekarang adalah istirahat secara intensif selama beberapa minggu dan harus rajin mengonsumsi obat yang kami anjurkan. Untuk masalah biaya semuanya sudah di atur oleh pemerintah.”

     Rasa syukur memenuhi dada mereka mengingat bahwa suami, Ayah, atau, kapten, dan apapun itu selamat dari perang hampir saja merenggut nyawanya. Setelah kejadian itu Ayah Cecil di naikkan pangkatnya sebagai Mayor. Melihat perjuangan seorang dokter demi menyelamatkan nyawa pasiennya mendorong Cecil untuk menjadi seorang dokter kelak di masa depan maka dari itu orang tua Cecil selalu memberikan yang terbaik dalam urusan pendidikannya dan sekarang ia bersekolah di SMA Royal Avesta yaitu sekolah menengah terbaik di kota Avesta bahkan di Negeri ini.

***

     Takdir lain di rasakan oleh Marco yang di besarkan di Distrik Neraka tanpa kehadiran sososk orang tua dan harus berbagi kasih sayang dengan anak-anak lain yang hidup bersamanya di panti. Ibu nya adalah seorang PSK yang bekerja di club malam kota Avesta ia melahirkan anak laki-laki tanpa Ayah karena ia tidak tahu siapakah Ayah yang sebenarnya dari anak ini karena saking seringnya ia berkencan dengan lelaki hidung belang. Makanya Marco di buang Ibu nya sendiri kemudian di kirim ke Distrik Neraka

     Ibu panti yang bernama Jeje inilah yang menggantikan sosok Ibu dan Ayah di salah satu panti asuhan di Distrik Neraka. Usianya kala itu masih tiga puluh delapan tahun dimana ia ditugaskan sebagai Ibu panti oleh pemerintah di Distrik Neraka bersamaan dengan dua anak yang di kirim dari kota Avesta anak bayi itu adalah Marco dan Leo. Kasih sayang Jeje kepada anak-anak asuhnya boleh di kata tidak sama rata di mana Marco dan Leo yang masih berusia tiga bulan mendapatkan kasih sayang lebih dari Jeje. Perlakuan Ibu panti kepada anak-anak yang berusia enam sampai sepuluh tahun cukup keras dimana pukulan demi pukulun mereka dapatkan setiap kali melakukan aksi kenakalan atau melanggar aturan-aturan panti. Tidak ada teguran lembut seorang Ibu disini intinya hidup harus serba di siplin. Selain hukuman pukul ada juga hukuman lapar dan tidur di luar.

     Ketika usia Marco dan Leo menginjak enam tahun perlakuan kasar Jeje mulai mereka rasakan.

     Ketika Marco yang di ajari membaca tetapi ia tidak tahu maka mulut Jeje langsung membentaknya dengan mengeluarkan perkataan yang tidak mengenakkan hati. Leo yang tidak mampu berlari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali maka langsung di tending seperti anak kucing. Kesalahan demi kesalahan mereka lakukan sampai-sampai ada  satu kesalahan yang sangat besar yang Marco lakukan yaitu mengata-ngatai Jeje sebagai orang jahat.

“Dasar kau monsterrrrrr! Kalau saja aku hidup bersama Ibu kandungku sekarang dia pasti akan menyayangiku dan tidak menyiksaku seperti ini.”

“APA yang kau katakana barusan Marco? Kalau saja Ibu mu sayang padamu kau pasti akan di rawat olehnya hahaha tapi sekarang lihatlah kau ada dimana HAHH?” Jeje membentak-bentak Marco.

     Mendengar perkataan itu Marco seketika diam kemudian air mata nya jatuh sebutir demi sebutir. Sayang sekali kala itu tidak ada sosok Ibu yang bisa ia peluk. Kakinya harus berdiri sendiri untuk menopang kesedihannya. Leo yang melihat sahabatnya hancur langsung memeluknya dan berkata.

“Kau tidak sendirian Marco. ada aku yang merasakan sakit seperti yang kau alami.”

“Terima kasih Leo.” Kata Marco lirih.

Setelah puas menangis ia pun mengusap air matanya dan berteriak sekencang-kencangnya

“Aku membencimu Jeje sialan hahaha.”

“Apaaaa? Mulutmu sangat kurang ajar Marco.” Jeje mulai terbawa emosi.

“Kenapa? Apakah kau marah?”

“Baiklah kalau kau ingin memberontak silahkan saja tapi asal kau tahu tempat ini adalah daerah kekuasaanku. Sekarang aku tetapkan hukum terberat yang  pernah aku berikan kepada kau si anak pembangkang yaitu kau harus tidur di luar panti selama setahun penuh dan jatah makanmu hanya satu kali saja dalam sehari” Sunggu Jeje sangat-sangat marah hingga memutuskan hukuman yang paling berat kepada Marco

     Marco hanya terdiam serasa ingin mengulang waktu untuk menyesali apa yang telah ia katakana barusan. Leo sangat-sangat terkejut akan hal tersebut sampai-sampai ia ingin menyumpal mulut Jeje.

“Sudah terlambat untuk menyesal Marco HAHAHA.” Jeje tertawa puas.

     Marco yang hidup di jalan kekerasan telah membentuk karakter buruknya seperti sering mencari gara-gara dan terlibat perkelahian di usianya yang masih sangat muda ia telah rutin mengonsumsi rokok dari hasil kerjanya sebagai buruh untuk mencukupi kebutuhan hidupnya namun di sisi lain kemandiriannya sebagai manusia makin meningkat.  Sejak kecil Marco sudah di juluki sebagai Monster Kid yaitu anak yang sangat tangguh dalam perkelahian. Leo yang kali itu sangat memperhatikan Marco membiarkannya begitu saja melakukan apapun itu karena Leo tahu tidak akan ada yang peduli tentang kehidupan mereka tidak ada mimpi di tempat ini yaitu Distrik Neraka.

     Semenjak Marco menjadi anak yang paling kuat di antara anak seumurannya. Membuat seorang anak yang lebih tua dua tahun darinya jadi tertarik untuk berduel dengannya anak itu adalah Roger si pembantai. Roger hidup di panti asuhan yang berbeda dengan Marco sepanjang karirnya sebagai brandalan ia tidak pernah kalah berkelahi satu lawan satu dengan siapa pun. Ancaman serius Roger di tanggapinya santai oleh Marco karena selalu ia selalu yakin pada dirinya sendiri.

     Pertemuan mereka akhirnya tiba, segerombolan anak membentuk lingkaran bak ring tinju yang membatasi gerakan petarung. Marco dan Roger kini memasuki lingkaran itu dan

MULAI!

     Serangan tubi-tubi Marco membuat Roger kewalan tetapi itu hanyalah umpun agar Morco lebih mendekatkan kepalanya pada Roger dan

PRAKKK

     Suara keras menghantam kepala Marco hingga berdarah, ternyata Roger sengaja ingin membenturkan kepalanya dengan kepala Marco. Tampan ampu  Roger langsung menginjak kepalanya sampai Marco tidak sanggup lagi untuk melawan.

“Lemah sekali.” Roger menyindir.

     Marco kala itu hanya terdiam lesu mengingat bahwa ia masih harus berjuang lagi agar kelak ia tidak di permalukan lagi. Anak buah Marco yang selama ini setia kini meninggalkannya sendiri kecuali Leo. Marco berpikir bahwa apa yang ia lakukan selama ini tidak ada gunanya sungguh kekalahan adalah musuh terbesar dalam hidupnya. Kekalahan yang ia rasakan sempat membuatnya depresi selama beberapa tahun. Marco yang dulunya terkenal temperamental dan serius kini ia berubah menjadi lebih santai dan lugu. Perubahan Marco ini di sebabkan oleh Leo yang tanpa jeda memotivasinya untuk tetap semangat menjalani hidup di tempat ini. Maka dari itu sifat Marco yang sekarang lebih fokus untuk melindungi apa yang ia miliki sekarang seperti dirinya dan sahabatnya yang selalu ada ketika ia sedang terpuruk yaitu Leo. Harapannya kedepan adalah kekuatan yang ia miliki akan menjadi tameng pelindung dari siapa saja yang berniat mengganggu kebahagiannya sekarang dan nanti. Sifat temperamental Marco sebenarnya belum tersegel kuat sehingga amarah dahsyatnya masih sering keluar secara refleks.

     SMA BBS adalah sekolah pilihan Marco bukan tanpa alasan melainkan untuk menjadi penantang baru di sana. Namun pada akhirnya ia memutuskan untuk meraih puncak SMA BSS setelah merasakan atmosfer yang membuat darahya berdesir. Deru semangat di dalam dadanya semakin tak karuan ketika ia berhasil menumbangkan salah satu brandalan yang terkenal kuat di angkatannya yaitu Felix si ketua faksi The Tammarin.

To be continued…    

Related chapters

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Masalah

    Irama langkah kaki Marco dan Cecil serentak menghentak trotoar melintasi sejumlah kemegahan kota Avesta. Sebagai seorang pria Marco sengaja memperlambat langkah kakinya agar mereka jalan beriringan. Marco merasa bahwa ia telah kehilangan sesuatu selama ini yang ia maksud adalah perasaan terhadap lawan jenis. Sesekali matanya melirik ke arah Cecil ia memperhatikan wajahnya yang mulus tanpa lecet. Tangan Marco yang perkasa itu merabah-rabah wajahnya sendiri lalu membandingkannya“gawat.”“Kenapa?” Cecil bertanya“Wajahku berminyak.” Jawab Marco.“Itu bukan masalah yang jadi masalah sekarang adalah ketersesatanmu di kota besar ini.”“Hehe iya yah.” Marco tersadar. Menyusuri jalan di kota Avesta sungguh menyenangkan sampai-sampai kita lupa merasakan lelah, hal inilah yang di rasakan Marco sekarang apalagi ini kali pertama ia datang ke k

    Last Updated : 2021-02-27
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Kembali

    Tiga pasang mata memandang langit kota Avesta disana mereka melihat matahari mulai tenggelam memudarkan jingganya. Cecil merasa sedih karena Marco belum mendapatkan solusi dari masalahnya. Rafael mengetahui bahwa ada sesuatu yang aneh diantara Marco dan Cecil, ia tahu pasti bahwa penduduk asli Distrik Neraka tidak di perbolehkan keluar dari tembok perbatasan apalagi sampai berkeliaran di kota Avesta. Marco mengusap wajahnya yang berminyak tidak tahu lagi harus berbuat apa. Pikirannya melayang-layang kesana kemari mengingat sahabatnya Leo yang mungkin sedang sibuk mencarinya sekarang, walaupun Distrik Neraka adalah tempat yang buruk dimata orang-orang awam tetapi baginya disanalah tempat kembali dari hiruk pikuk. Wajah cemas Marco menggugah simpati Rafael. Yang tadinya lawan berubah menjadi kawan ia menawarkan Cecil dan Marco untuk mendiskusikan masalah ini di rumahnya tetapi Cecil menolak tawaran itu karena hari sudah gelap dan Ibunya p

    Last Updated : 2021-02-28
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Fokus

    Ibarat angin berlalu Cecil berusaha melupakan Marco. Di dalam kamarnya ia berbaring sambil menatap langit-langit. Di balik lamunannya itu muncul ilusi optik yang menggambarkan wajah sangar Marco. Cecil yang melihat itu langsung mengedip-ngedipkan matanya dengan cepat untuk mengusir bayangan Marco yang tiada henti-hentinya. Tangan kanannya meraih sesuatu. Kemudian di tariknya benda itu hingga berhadapan langsung dengan wajahnya.TIK…TIK…TIK…Cecil mengetikkan sesuatu di ponselnya, terlihat nama salah satu kontaknya yaitu Rafael.“Bisakah kita bertemu sekarang.” Cecil mengajak Rafael melalui aplikasi chatnya. Posisi tubuh Cecil berubah yang semula berbaring sekarang berbalik jadi tengkurap. Posisi seperti ini sangat disukainya apalagi ketika ia sedang bermain ponsel atau membaca buku. Beberapa aplikasi ia kunjungi sambil menscrol-scrol berandanya.PING!  

    Last Updated : 2021-04-20
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Mari Kita Selesaikan

    Leo mendekati Marco lalu ia memegang pundak sahabatnya.“Jangan ada acara lari-larian lagi.”“Huft, baiklah.” Marco melunak. Kedua sudut di ujung bibir Leo melengkung, akhirnya beban pikiran yang selama ini ia bawa kamana-mana akan segera di tumpah ruahkan. Sehari saja tidak bersama Marco hidup yang ia jalani terasa hambar. Sederet pertanyaan serius pun mulai mengantri di kepalanya. Mulai dari “Dari mana saja kau kemarin lalu?” juga “Apa yang telah terjadi padamu?” dan masih banyak lagi. Leo sudah tidak sabar menanyakannya. Perlahan-lahan lututnya menekuk hingga ia duduk. Bola mata Leo menyudut kearah Marco. Mulutnya terbuka seakan-akan ingin segera bicara, disusul suara dari kerongkongan yang kemudian keluar menjadi sebuah kalimat.“Sekarang dunia ini sudah berubah yah?”“Iya, kau benar.” Jawab Marco sambil menatap apa s

    Last Updated : 2021-05-20
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Lakukan

    Tanpa rem air mata Marco meluncur dari sudut matanya melewati pelipisnya. Beberapa saat legang mereka berdua tidak ada niatan untuk berdiri. Marco masih menikmati kesedihannya sedangkan Leo tersenyum bahagia, ia menganggap misinya telah selesai. Tempat itu tidaklah ramai hanya ada beberapa orang saja yang luntang-lantung di jalanan. “Mau sampai kapan kau menangis hah?” Leo menegur Marco. Tidak ada respon darinya yang ada hanyalah suara tangis yang semakin kencang. “Kalau saja Chucky melihat sekarang mungkin ia akan berubah pikiran untuk tunduk kepadamu hahaha.” Suasananya menjadi cair karena lelucon Leo. “Haha hiks… hiks… hiks…” Marco ikut tertawa walaupun tangisan sendunya masih berlangsung. Kedua tangan Leo menekan tanah ia berusaha bangkit setelah terjatuh akibat pertarungannya dengan Marco. Kedua kakinya bergerak susul-menyusul menuju tempat Marco terbaring, uluran tangan yang ia berikan kepada Marco

    Last Updated : 2021-05-21
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Kenapa Harus Kamu

    Mulut Marco terbuka lebar bersama tangan yang menutupinya agar serangga yang lewat di depan wajahnya tidak masuk, matanya berair setelah menguap. Pagi ini ia sangat mengantuk tetapi semangatnya untuk datang kesekolah tepat waktu jauh lebih tinggi. Tangan kirinya meraba gagang pintu kamar kos lalu di putar. Krekk Cahaya surya yang tadinya terhalang oleh pintu kamar kos Marco kini mulai memenuhi ruangan. Hari Marco disambut oleh mentari yang menyinari bumi setiap hari. Ia pun keluar dari kamar kosnya lalu mengunci pintu kemudian berjalan menuju kamar kos Leo. “Sekarang giliranku untuk membangunkanmu hehe.” Kata Marco sambil menggesesek-gesekan kedua telapak tangannya. Marco berniat untuk mendobrak pintu kamar kos Leo. Beberapa langkah kebelakang ia mengambil ancang-ancang sesampainya pada posisi yang pas ia pun mulai menghitung mundur “3…2…1…” Pintu kamar kos Leo terbuka

    Last Updated : 2021-05-26
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Waktu

    Hoammz… Mulut Marco terbuka lebar bersama tangan yang menutupinya agar serangga yang lewat di depan wajahnya tidak terhisap ke dalam, matanya berair setelah menguap. Pagi ini ia sangat mengantuk tetapi semangatnya untuk datang kesekolah tepat waktu jauh lebih tinggi. Tangan kirinya meraba gagang pintu kamar kos lalu di putar.Krekk Cahaya surya yang tadinya terhalang oleh pintu kamar kos Marco kini mulai memenuhi ruangan. Hari Marco disambut oleh mentari yang menyinari bumi setiap hari. Ia pun keluar dari kamar kosnya lalu mengunci pintu kemudian berjalan menuju kamar kos Leo.“Sekarang giliranku untuk membangunkanmu hehe.” Kata Marco sambil menggesesek-gesekan kedua telapak tangannya. Marco berniat untuk mendobrak pintu kamar kos Leo. Beberapa langkah kebelakang ia mengambil ancang-ancang sesampainya pada posisi yang pas ia pun mulai menghitung mundur“3&he

    Last Updated : 2021-05-26
  • Tambatan Hati Si Brandalan   Belum Cukup

    Ouchh Marco merintih sementara Dory tersenyum puas. Sepertinya pertarungan di antara mereka berat sebelah Marco yang sudah kewalahan ketika melawan tiga puluh orang anak buah Dory dan Rico membuatnya bertarung melawan Dory tidak dalam performa terbaik. Nampaknya tinjuan keras Dory membentur gusinya dengan keras terlihat ketika Marco meludah air liurnya keluar bersama darah. Satu serangan masuk belum cukup bagi Dory untuk memuaskan hasratnya. Dengan cepat Dory memulai serangan tapi sayang timingnya kurang pas sehingga Marco dapat menghindarinya. Mata Marco tidak berkedip sedetik pun ia fokus memperhatikan gaya bertarung Dory menurutnya gaya bertarung musuhnya kali ini lebih sembrono tetapi celah untuk menyerangnya sulit di temukan. Sebisa mungkin Marco menghindari serangan Dory walaupun tidak semuanya. Tangan yang di gunakan Marco menangkis sudah tidak kuat lagi sama rasanya ketika menangkis balok kayu kekuatan tangan Dory ia akui sangat. Mata Marco melotot

    Last Updated : 2021-05-26

Latest chapter

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Menerjang Tantangan

    Marco meletakkan kepala Leo di lantai secara perlahan-lahan ketita sudah menyentuh lantai Marco pun hendak berdiri di saat lutut kanannya sudah lurus tiba-tiba terdengar suara tawa.“Hahahaha.” Leo terbangun dari acting pingsannya dan menertawai Marco dengan sangat keras.Marco yang sudah menangis bombay karena khawatir dengan kondisi Leo membuka mulutnya tidak percaya sambil mengelap air matanya yang sempat keluar tadi.“Bagaimana acting pingsan ku bagus kan? Hahahah.” Leo menertawai Marco yang berhasil ia kerjai.Marco masih tidak percaya kalau dia sebenarnya sedang di bohongi oleh Leo tangannya pun menunjukkan letak Leo duduk tadi di atas kursi kemudian menunjuk ke lantai di mana Leo tadi terjatuh dengan sangat nyata.“Syukurlah itu kalau itu semua hanyalah kejahilanmu.” Marco sama sekali tidak dendam bahkan ia mengulurkan tangan kanannya kepada Leo untuk bangun.“Aku tadi kesal ketika kau mengage

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Menjalaninya Bersama

    “Sebagai seorang brandalan kita harus berani maka dari itu aku memberanikan diri untuk menceritakan masalahku kepada kalian semua. Pada awalnya Leo juga tidak tahu apa-apa sama seperti kalian tapi sekarang semuanya pasti akan mengetahuinya. Sebenarnya aku sedang punya masalah besar yang melibatkan keberlangsungan hidupku.” Ujar Leo.Marco berhenti sejenak di antara teman-temannya tidak ada yang menyela cerita yang di bawakan oleh ketua mereka. Hati Marco terasa berat untuk menceritakan kelanjutannya. Dengan penuh perhatian Chucky menyuh Marco untuk berhenti.“Cukup Marco.” Chucky berdiri.“Tidak apa-apa aku bisa melanjutkannya jadi duduklah sebelum aku menendangmu keluar.” Marco merasa bahwa dirinya kuat untuk menceritakan masalahnya.“Baiklah.” Chucky kembali duduk dengan wajah ketakutan.“Sebenarnya aku punya masalah di tempat kerja.” Marco terus terang kepada teman-temannya.Tema

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Masih berlanjut

    Orang yang ia tabrak itu adalah Alan. Saking terkejutnya sampai-sampai wajah Freya pucat bagaimana tidak orang yang barusan ia bicarakan bersama Chika tiba-tiba saja muncul di hadapannya dengan cepat ia kembali menunduk supaya Alan tidak keburu mengenalinya.“Kenapa kamu menunduk.” Alan berusaha melihat wajah wanita itu dari bawah.DUG…DUG…DUG…Jantung Freya berdetak kencang ia deg-degan bukan karena jatuh cinta melainkan karena ia takut apabila Alan mengenalinya. Dalam hati Freya mengatakan. “Gawat.” Sambil menggigit bibirnya.ALAN.Tiba-tiba saja di sisi lain tempat itu Chika memanggil nama Alan ia memang berniat untuk menyelamatkan Freya yang terjebak. Alan yang mendengar namanya di panggil seketika langsung clingak-clinguk memcarinya. Momentum emas itu di manfaatkan oleh Freya untuk lari ia sempat menoleh ke belakang dan di lihatnya Chika mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jempul sebagai

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Pertanda Baik

    Cecil kembali tersenyum lalu mengangguk seperti seperti sebelumnya. Nampaknya ia hanya mengetes Freya apakah anak itu benar-benar serius ingin mengajaknya.“Kau duduk dulu yah aku akan segera kembali.” Cecil meninggalkan Freya di ruang tamu sendirian sedangkan ia berlari masuk ke dalam kamarnya.Setelah Freya menunggu selama kurang lebih sepuluh menit akhirnya Cecil keluar dari kamarnya. Sekarang ia sudah rapi mulai dari baju sampai gaya rambut semuanya telah ia ganti.“Baiklah kalau begitu ayo kita menggaet cowok.” Freya sangat bersemangat.“Ehh?” Cecil merasa ada yang aneh dari kalimat Freya barusan.“Upss maaf maksudku mari kita jalan-jalan di mall hehehe.” Freya memperbaiki kesalahan dalam kalimatnya sambil cengengesan.Ibu Cecil akhirnya keluar dari dapur ia menyertai putri dan juga temannya sebelum berangkat.“Kalian sudah mau berangkat?” Tanya Ibu Cecil dengan ra

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Tidak Penting

    Di dalam kamar yang gelap Marco merenung. Matanya menatap langit-langit ruangan, fikirannya terbang kesana kemari. Sebenarnya Marco ingin meminta bantuan Leo dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya sekarang tetapi lagi-lagi ia memikirkan wanita yang di temui di kota Avesta. Marco pernah berjanji kepada wanita itu kalau ia akan menjadi kuat suatu saat nanti, maka dari itu Marco berfikir kalau dirinya harus berhenti meminta tolong kepada orang lain. Bagaimana mungkin ia bisa melindungi wanita yang di cintainya itu kalau dirinya saja tidak bisa ia lindungi dari berbagai macam masalah sehingga mengharuskannya untuk meminta tolong kepada orang lain sampai keenakan dan tidak lagi mengandalkan dirinya sendiri. Marco sangat dilema memikirkan ego yang terlalu mengekangnya.Marco pun memejamkan mata ia berniat untuk tidur agar ia dapat melupakan masalahnya sejenak. Pecuma saja otak dan perutnya tidak bisa di ajak kompromi. Otak yang selalu memikirkan masalah yang ia hadapi sekara

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Terjadi Lagi

    Marco menunggu pertanyaan Leo sambil menilikkan kepalanya.“Besok pagi saja, aku ngantuk hoamz.”Keesokan harinya mereka berdua berangkat ke sekolah di tengah perjalanan tita-tiba Marco mengingat kalau Leo ingin menayakan sesuatu tadi malam.“Kau ingin menanyakan apa tadi malam?” Marco melihat ke arah Leo.“Maksudmu?” Leo melupakan pertanyaannya tadi malam.“Ya sudah.” Marco tidak lagi membahasnya.Kedua orang itu telah sampai di sekolah. Marco dan Leo terlihat bingung ketika melihat sejumlah orang berkumpul di tengah lapangan sekolah. Seorang pria berdiri dengan pakaian rapi di tengah-tengah mereka. Marco dan Leo masih berdiri di tempat sambil melihat orang-orang yang berkerumun di tempat itu.Di samping Marco terdapat seorang siswa yang lewat, tanpa ragu Marco menarik lengan orang yang tidak di kenalnya itu.“Apa maksudmu hah?” Orang yang di tarik itu merasa keberata

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Kembali Seperti Dulu

    “Wah wah wah.” Paman bongsor yang melihat Marco baru datang kerja geleng-geleng.Marco yang datang bersama Leo hanya bisa menunduk ia tahu bahwa selama ini ia sering bolos kerja. Leo berniat untuk membela temannya itu tetapi melihat keadaannya sekarang. Dengan ramah paman bongsor itu mengajak Marco duduk bersama, sepertinya ia akan membahas sesuatu yang penting.“Silahkan duduk.” Paman bongsor itu mempersilahakan Marco untuk duduk.“Oh iya.” Marco pun duduk bersama dengan paman bongsor itu.“Mengapa kau masih di sini? Cepat pergi sana lanjutkan pekerjaanmu.” Paman bongsor itu mengusir Leo yang tadinya berdiri di samping Marco.Leo pun pergi dari tempat itu sambil mengenakan kaos tangan kerjanya, dari kejauhan ia melihat mereka berdua berbincang-bincang dengan serius.“Ayo silahkan di makan.” Paman bongsor itu menyuruh Marco untuk memakan kue yang ia sediakan di atas meja.Mar

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Awal Baru

    Plak…Plak…Plak…Terdengar suara tepuk tangan pelan sedang berjalan menghampiri mereka. Terlihat seseorang yang tidak asing lagi di ingatan mereka yang ada di kelas 1-3. Belum melihatnya saja Dory sudah tahu hanya dari bunyi tepuk-tangannya ia bisa langsung menebak kalau dia adalah Roger.Lagi dan lagi Roger mengusik kehidupan Marco dan Leo, wajar saja Roger melakukan hal itu karena mereka berdua telah di anggap sebagai antek-antek yang nantinya akan berusaha menggulingkan tahta Marduk. Roger sudah menduga kalau Rico dan Dory akan melakukan hal yang sangat hina di mana mereka akan menjilat ke kubu Marco.“Wah wah wah kalian berdua telah menemukan rumah baru yah?” Roger menyinggung Rico dan Dory.Teman-teman Marco mulai percaya dengan Dory, tidak ada yang berani menanggapi perkataan Roger semuanya kelihatan takut. Hanya ada satu orang yang berani yaitu Marco.“Oiii Roger lama tidak berjumpa.” Marco menyapa

  • Tambatan Hati Si Brandalan   Istirahat

    Tangan Marco bergerak-gerak matanya mengerjap-ngerjap.“Aku ada di mana?” Marco berbicara dengan dirinya sendiri ia membuka mata sambil memegangi kepalanya.“Kau ada di ruang UKS sekarang.” Terdengar suara yang ia kenal ada di sampingnya ternyata itu suara Leo.Marco dengan spontan memutar kepalanya untuk melihat Leo kemudian ia memandangi wajah sahabatnya itu dan seketika ia merasa bersyukur atas apa yang dimilikinya sekarang. Tidak ada orang yang sebaik Leo di dalam kehidupan Marco, selama ini ia hidup sebatang kara tanpa Ayah dan Ibu yang ia miliki dari dulu sampai sekarang hanyalah dirinya sendiri dan Leo.“Ternyata kau.” Marco menyadari kehadiran Leo.“Iya. Sekarang bagaimana keadaanmu?” Leo masih mencemaskan Marco.“Aku baik-baik saja.” Marco menjawab pertanyaan Leo sambil tersenyum.“Apanya yang baik-baik saja, wajah mu masih bonyok tau hahaha.” Leo berusah

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status