Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 179."Gak ikut masuk, Wen?" tanya Sean. "Ogah, aku lebih suka melihat istrimu itu." Wendi menunjuk ke arah Rani dengan ujung bibirnya. Sean mengikuti arah bibir dan mata Wendi, dia nyaris tertawa melihat Rani tengah membujuk Junior.Semalam saat mendengar mommy-nya minta nomor ponselnya. Junior langsung menyembunyikan benda itu, kedua kakek dan neneknya juga kompak tutup mulut. Mereka lebih memilih bekerjasama dengan sang cucu, dari pada dengan anak dan menantunya."Gak boleh, Mommy kan sudah punya nomor opa dan Oma," ujar Junior. Dia tak tak mau mommy-nya tau soal nomor ponselnya, dia takut mommy-nya akan melacaknya. Bisa gawat kalau wanita yang melahirkan dirinya tau siapa anaknya yang sebenarnya."Nomor ponsel kamu kan lain, Sayang. Kenapa sih tidak mau memberitahukan pada Mommy, apa ada yang kamu sembunyikan dari Mommy?" tanya Rani sembari menatap Junior. Dia berharap apa yang dia lakukan, membuat anaknya patuh dan menyebutkan nomornya. Sayangnya kali ini tatapan matanya
Talak bab 180Rani duduk bersandar di kepala tempat tidur. Tangannya membelai perutnya yang terlihat membuncit, namun matanya terlihat kosong menatap ke depan. Sean menarik napas melihatnya seperti itu, perlahan dia mendekat lalu mengecup bibir sang istri. Rani tersadar lalu meraih wajah Sean yang berada di depan wajahnya, memberinya belaian ringan, lalu menyerahkan handuk untuknya mandi."Memikirkan Wendi?" tanya Sean lirih. Rani tidak menjawab hanya menganggukkan kepala, dia memang sedang memikirkan Wendi. Sean balik membelai pipi Rani lalu mengecup keningnya dengan lembut."Pasti berat baginya menghadapi situasi ini. Dia tak bersalah tapi dia yang mendapat tekanan dari segala arah, sekarang dia pasti bingung memikirkan ibunya, yang mungkin sedang berada di tangan ayahnya. Mami bilang Wendi meminta kita untuk tidak ikut campur. Apa itu berarti dia tak perduli dengan kedua orang tuanya termasuk ibunya juga?" tanya Rani sembari mengusap bibir Sean dengan ibu jarinya. Sean tidak menj
Talak bab 181"Masih marah?" tanya Sean sembari berbaring di atas tubuh Rani. Pria itu bermain dengan pipi dan wajah dan istri, Rani tak menjawab hanya bibirnya yang maju lima centi."Jangan marah lagi sekarang tolong ceritakan, apa yang membuatmu marah dan apa yang kau sembunyikan dariku?" tanya Sean akhirnya. Dia berguling lalu berbaring di samping Rani. "Sudah terlambat, aku tak berminat mengatakan apapun padamu." Rani menarik selimut, lalu tidur membelakangi Sean.Sean hanya menarik napas panjang lalu memeluk pinggang istrinya. Matahari sudah terbit ketika Rani membuka mata, tak ada lagi Sean yang tadi berbaring di sampingnya. Mungkin sudah berangkat kerja, perlahan Rani turun dari tempat tidur lalu melangkah menuju ke kamar mandi.Rani segera mandi lalu bersiap untuk menyelesaikan pekerjaannya. Pekerjaan untuk memberi pelajaran pada seseorang yang mengusik ketenangan. "Apa kau tak terlalu kejam, Bos?" tanya seorang wanita berwajah mungil. "Menurutmu?" tanyanya balik.Dia menargetk
Talak bab 182Rani hendak keluar dari toilet ketika mendengar suara dari luar. Seorang wanita terdengar senang membicarakan tentang seorang pria, yang membuatnya kesal pria itu ternyata bernama Sean.Mungkin dia tak akan mengira kalau yang wanita itu bicarakan ternyata suaminya, tapi saat dia menyebut kejadian di luar tadi, dia bisa menyimpulkan kalau wanita ini sedang membicarakannya dan Sean. "Ayolah, kau saja yang terlalu lemah. Bisa kalah dengan seorang janda, bahkan dia tak cantik-cantik amat. Kau tak bisa mengodanya karena kau tak tau caranya." Wanita itu terdengar sombong saat bicara. Sepertinya dia sedang menelpon temannya.'Siapa yang pernah mengoda Sean, perasaan semua sudah aku singkirkan? Kenapa masih ada yang bertahan dan menyusun kekuatan?' tanya Rani dalam hati. 'Tidak bisa dibiarkan ini, harus segera aku tumpas bibit pelakor ini sebelum berakar dalam."Sudahlah, aku akan tunjukkan padamu. Betapa hebatnya aku memisahkan mereka, sebesar apapun cintanya dan sang istri, ak
Talak bab 183Rani tersentak sampai berkas yang ada di tangannya terjatuh. Wendi yang menyadari kesalahannya segera meminta maaf, baru saja menarik napas lega kembali seseorang menerjang masuk, ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. "Marco!" Kali ini Wendi menemani Rani berteriak karena dia juga terkejut. "Maaf, maaf." Marco segera menutup pintu lalu melangkah mendekati Rani dan Wendi. Pria itu tak langsung bicara tapi mengambil air minum di meja lalu menenggaknya hingga habis, tak perduli meski itu sisa Rani yang dia tak tau itu juga bekas Wendi, karena tadi dia sempat meminumnya sebelum Marco masuk."Ini pasti ada hubungan dengan Gilang, iya kan?" tanya Wendi dengan tenang. "Gilang mengamuk, iblis itu bangun setelah lebih dari sepuluh tahun tertidur." Marco tidak menjawab tapi dari menyebut nama Gilang. "Ceritakan," pinta Rani. "Dia membuat masalah besar ...." Rani menarik napas panjang, demi menenangkan dirinya sebelum meledak."Kalian bicara bersamaan, bagaimana aku bisa mendengar da
Talak bab 184Rani menatap barang yang di bawa Miko. Katanya oleh-oleh kiriman Sean, setelah malam dia meninggalkannya bersama Shena. Ternyata besoknya Sean tetap pergi bersama wanita itu, dan ini sudah hari ketiga pria itu pergi.Selama itu juga Rani menolak panggilan atau pesan Sean. Dia kecewa namun tak membuat pria itu mengurungkan niatnya, Rani membiarkan saja apa yang suaminya lakukan. Percuma juga menasehati jika diabaikan. "Tolong bawa ke mansion Mami dan papi akan senang menerima kiriman darinya." Rani mendorong barang bawaan Miko. Pria itu sudah kembali dan meninggalkan Sean, karena ada pekerjaan di sini."Tapi kata Sean ini khusus untukmu." Miko kembali mendorong paper bag yang dia bawa merasa kesal Rani menerima lalu melemparkannya ke tempat sampah, Miko terdiam tak berani lagi bicara. Dia tau Rani masih marah pada suaminya hingga bertindak seperti itu. "Jika kau ke sana lagi, jangan membawa apapun untukku saat kembali." Rani berkata tanpa melihat Miko. Meski tak melihat w
Talak bab 185.Sean terlihat bingung sembari menatap wajah Rani. Kemudian beralih menatap ke paper bag yang dia tau isinya, oleh-oleh yang dia titipkan pada Miko beberapa hari yang lalu. Namun sekarang dia bingung karena sang istri menyerahkan kembali padanya."Bawa kembali benda itu karena aku tak menginginkannya, kau bisa memberikan pada wanita lain yang lebih membutuhkannya. Aku akan mengingatkan sekali lagi padamu, aku tak pernah berniat berbagi suami jadi aku yang akan mundur. Jika kau sudah tak punya waktu untuk menunggu biar aku yang menggugat cerai dirimu, aku rasa Minggu ini kita bisa langsung sidang pertama. Sekarang kau sudah bisa pulang untuk istirahat, atau menemui wanita itu." Rani segera berfikir dari tempatnya duduk. Dia tak perduli meski melihat Sean tengah mengepalkan tangannya. Entah apa yang pria itu pikirkan Rani sudah tidak perduli, dia hanya ingin menenangkan dirinya dari rasa yang membuatnya muak. "Aku tak tau kenapa selalu salah padamu, Sayang. Aku selalu ber
Talak bab 186Sean berdiri mematung menatap wanita berperut buncit. Dia berjalan pelan menuju ke pemakaman umum, setelah satu bulan menghilang akhirnya dia menemukan Rani. "Sayang." Sean menghambur lalu memeluk istrinya.Cukup lama dia memeluk dan mencium puncak kepala Rani. Hingga dia merasakan sebuah dorongan di perutnya, dengan bingung dia melepas pelukannya dan menatap sang istri. "Kita sudah bercerai jangan melupakan batasanmu," sindir Rani pelan.Sean terkejut mendengar ucapan Rani, berharap apa yang dia dengar itu salah. Walau kenyataannya dia tau apa yang Rani katakan itu benar semua. Dia sudah menjatuhkan talak pada sang istri, walau waktu itu dalam keadaan marah."Pergilah, karena tak ada urusanmu di sini. Jangan membuat orang lain salah paham, hingga membuatku diperlakukan seperti pelakor," ketus Rani sambil melangkah meninggalkan Sean."Sebenarnya apa salahku, Rani? Kenapa kau terus meminta cerai, apa tak ada cara lain jika memang aku berbuat salah?" tanya Sean pelan. perta