Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 186Sean berdiri mematung menatap wanita berperut buncit. Dia berjalan pelan menuju ke pemakaman umum, setelah satu bulan menghilang akhirnya dia menemukan Rani. "Sayang." Sean menghambur lalu memeluk istrinya.Cukup lama dia memeluk dan mencium puncak kepala Rani. Hingga dia merasakan sebuah dorongan di perutnya, dengan bingung dia melepas pelukannya dan menatap sang istri. "Kita sudah bercerai jangan melupakan batasanmu," sindir Rani pelan.Sean terkejut mendengar ucapan Rani, berharap apa yang dia dengar itu salah. Walau kenyataannya dia tau apa yang Rani katakan itu benar semua. Dia sudah menjatuhkan talak pada sang istri, walau waktu itu dalam keadaan marah."Pergilah, karena tak ada urusanmu di sini. Jangan membuat orang lain salah paham, hingga membuatku diperlakukan seperti pelakor," ketus Rani sambil melangkah meninggalkan Sean."Sebenarnya apa salahku, Rani? Kenapa kau terus meminta cerai, apa tak ada cara lain jika memang aku berbuat salah?" tanya Sean pelan. perta
Talak bab 187Rani terkejut mendapati sebuah undangan makan malam. Arca tertawa melihat wajah wanita itu yang terlihat shock berat, bukan tanpa sebab Rani seperti itu, karena dia sudah berusaha untuk mendapatkan undangan itu tapi tidak mendapatkannya. Siapa sangka ternyata Arca justru mendapatkannya dengan begitu mudah."Bersiaplah, kemungkinan besar orang yang kau cari akan muncul kali ini. Alasan karena ini bukan acara makan malam biasa, tapi memperkenalkan pewaris sah pengusaha berlian." Rani menelan ludah mendengar kata pengusaha berlian. Meski kekayaan pengusaha ini di atas keluarga Narendra, tapi soal kekuasaan dan pengaruh bisnis tetap keluarga Narendra nomor satu. Rani yakin Sean juga pasti akan datang tak mungkin dia tidak menerima undangan dari saingannya."Sudah waktunya kita ketemu lagi. Menyelesaikan masalah masa lalu yang belum selesai," desis Rani. "Apa kau yakin akan datang?" tanya Arca lirih. Rani tak menjawab dia hanya menyimpan undangan itu ke dalam laci. "Bersiapl
Talak bab 188Sean duduk menunduk di depan kedua mertuanya. Saat ini dia sudah pusing karena Rani berkeras hendak bercerai, sudah berulang kali dia menjelaskan kalau dia dan Shakila hanya rekan kerja tak lebih, tapi kecemburuan Rani membuatnya berkeras untuk berpisah."Kami tidak bisa lagi ikut campur, Sean. Masalah ini hanya kalian berdua yang bisa menyelesaikannya, kami sudah berusaha tapi Rani tetap dengan keputusannya. Entah apa yang membuatnya berkeras dengan keputusannya.Ayah tidak ingin menyalahkan salah satu dari kalian, karena itu bukan wewenang kami. Hanya saja ayah minta coba berpikir melalui istrimu, mana bisa dia tenang saat suaminya pergi berhari-hari dengan wanita lain meskipun hanya untuk bekerja. Apalagi dia sedang hamil saat ini." Ibrahim menarik napas lalu menatap menantunya. Iba? Tentu saja, tapi dia juga tidak bisa memaksa anaknya untuk bertahan, menghadapi pernikahannya yang menekannya. "Bawa semua ini kembali. Kami tidak mau Rani marah atau tertekan dengan pemb
Talak bab 189Rani mengangkat kepalanya lalu tersenyum. Dengan lembut dia meraih gelas berisi air tapi tidak meminumnya, dia melirik seseorang yang mengepalkan tangan karena geram. "Minum, Ra. Kenapa tidak meminumnya?" tanya Kainan. Yah, orang yang mengulurkan gelas berisi air itu adalah Kainan. Bukannya menjawab Rani malah tersenyum menatapnya. "Soal minum bisa nanti, Kai. Apa kau tidak ingin bertemu teman lamamu?" Rani mengulurkan jari telunjuknya setelah melihat Kainan kebingungan. "Singa ompong itu sudah kembali lagi, bukan begitu Arca Tama Prayuda?" tanya Rani membuat semua orang terkejut. Begitu juga dengan Wendi dan Marco yang mendengar melalui alat yang menempel di balik baju Rani. "Kau masih tidak berubah juga masih selalu menggangapku rendah." Arca berlari hendak menyerang Rani. Saat Kainan terpaku seseorang menangkis serangan Arca. Sehingga tidak mengenai Rani. "Jangan berani menyerang istriku." Sean melawan Arca, sehingga pertarungan terjadi membuat suasana kalang-kabut.
Talak bab 190Rani menatap pria yang berbaring di lantai beralaskan karpet. Meski diam tapi wajahnya penuh dengan airmata, jika tidak karena perut buncitnya dia juga akan ikut tiduran di samping ...Wendi. Yah, pria yang tengah rapuh itu memang Wendi. Sakit hati, marah dan geram. Membuatnya berbaring demi meredakan amarahnya, amarah karena Rani melarang menghajar pria itu dengan alasan dia ayah kandungnya."Om masih mau nangis lagi?" tiba-tiba terdengar suara Junior. Anak itu tidak menghampiri ibunya tapi langsung berbaring di samping Wendi. "Memangnya aku anak kecil yang nangis sepertimu." Mendengar ucapan Wendi tidak membuat Junior marah, dia hanya memutar matanya dengan malas saja."Mana pernah Jun nangis, gak usah malu kalau memang nangis, tapi kalau mau nangis jangan sampai ingus keluar seperti itu jijik tau." Dengan santai Jun melemparkan tisu ke arah Wendi. Melihat interaksi kedua laki-laki itu, membuat Rani menarik napas lega."Kau jangan tenang dulu, Ran. Masih ada yang harus
Talak bab 191Rani menatap tiga orang wanita yang tengah bersitegang di depannya. Wanita itu mendengarkan saja setiap kata ibu dan mertuanya, meskipun dia kurang puas dengan adegan Itu. Rasanya dia ingin sekali membantu kedua wanita tercintanya itu. Untuk memberi pelajaran pada Stella musuh dalam selimut mami mertuanya. Wanita pendukung setia "Gita" palsu. "Aku sudah menduga perbuatanmu, tapi tak menyangka kau bisa bertindak begitu jauh, Stella. Ku beri kau kehidupan kelas atas tapi kau bawa juga kehidupan kelas rendahmu." Meski terkesan pelan saat bicara tapi cukup membuat Stella bungkam. Dia tak berani bicara karena di depannya ada Sean yang menatapnya dingin."Kelamaan gak sih, mereka memberi Stella pelajaran? Perasaan gak ada adegan yang menegangkan gitu," rutuk Rani di depan Wendi. Saat ini mereka masih duduk manis menyaksikan adegan di depannya."Memangnya adegan apa yang kau inginkan?" tanya Wendi bingung. "Tampar kek atau tendang gitu. Muak banget aku menahan selama ini, waja
Talak bab 192Sean terlihat meneliti foto yang Rani berikan padanya. Dia melirik Shena yang terlihat tenang seolah tak merasa bersalah, pria itu kembali meneliti foto perhiasan yang sama persis dengan milik Rani, tapi berada di tubuh Shena. Dua perhiasan yang sama persis tidak ada perbedaannya, tapi dia yakin perhiasan itu cuma satu kenapa ada tiruan yang berada di tangan Shena. Desain perhiasan itu dia buat sendiri, demi meluapkan kerinduannya pada sang istri yang dia kira sudah meninggal. Dua tahun perhiasan itu dibuat tapi kenapa sudah ada tiruannya. Pertanyaan Sean membuat jantungnya berdetak kuat, dia tak rela ungkapan cinta dan kerinduannya ada di tubuh wanita lain."Tunjukkan padaku barang yang ada padamu, Shena," pinta Sean dengan nada dingin. Shena mengelengkan kepala lalu mengeluarkan sebuah kotak dari dalam tasnya. Melihat kotak itu membuat Rani mual dan memilih untuk pergi saja, melihat Rani hendak berdiri Sean segera mencekal tangan sang istri dan memaksanya duduk. "Berh
Talak bab 193Rani membuka mata berusaha memijat kepalanya yang terasa sakit. Namun dia terkejut karena tangannya terikat dengan kuat, perlahan dia melihat ke sekeliling dan melihat kalau tempat ini terlihat sangat kotor. "Ini dimana?" tanyanya dengan bingung. "Kau sudah bangun?" tanya seseorang dengan suara dingin. Rani mencoba melihat siapa orang itu, sayang tak terlihat karena lampu yang temaram. Bahkan orang itu berada di kegelapan. "Siapa kau dan ini di mana?" tanya Rani."Kau tak ingat? Bagus itu akan memudahkan rencanaku menghabisimu. Selama ini kau begitu bangga dengan dukungan banyak orang, saat ini kau sendiri tak ada yang akan menolongmu," pria itu tertawa dengan sangat puas."Kau salah jika mengira aku mengandalkan para pria untuk melindungiku. Ada kekuatan lain yang tak bisa kau jangkau dengan otak kecilmu itu." Rani menghentakkan kakinya dan tiba-tiba terdengar suara keras di luar ruangan. "Lapor komandan, kami sudah tiba. Ijin menyerbu musuh," terdengar seorang wanita.
Rani berhenti menguap saat melihat di depan lobby perusahaannya penuh wartawan. Dia dan Sean saling pandang setelah itu sibuk mengaktifkan ponselnya, benar saja ratusan panggilan dan pesan masuk tanpa di buka.'Buka link ini.' Pesan Wendi. Pesan yang sama dari Marco, Gilang dan yang lainnya. Sean segera menyambar ponsel sang istri lalu membuka link dari Wendi. Sean terlihat marah begitu melihat Vidio lama Rani saat di bully."Berikan padaku." Rani merampas ponselnya dari tangan Sean. Meski dia tau Sean bukan marah padanya tapi tetap saja dia tak mau sang suami melihat keadaannya yang memalukan itu, apalagi dia tau vidio itu telah di edit sedemikian rupa. "Jangan menangis." Sean memeluk tubuh Rani yang mulai bergetar. Pria itu menghapus airmata di pipi sang istri dan menenangkan. Rani mencoba memejamkan mata untuk bersiap menghadapi wartawan, Sean menggenggam telapak tangannya dan meminta agar tidak keluar tapi Rani menolaknya. "Ini kesempatan bagus untuk menghancurkan Riri dan membe
Talak bab 202Rani menatap Marco dan Wendi yang duduk di depannya setelah memberikan laporan. Wanita itu tersenyum sinis sembari mengetukkan jarinya di atas meja. "Lawan yang lumayan tangguh, kelicikan mereka patut mendapatkan acungan jari jempol. Kali ini Hardian yang mereka gigit sampai mati." Rani tertawa sinis."Ada bagusnya juga jadi aku bisa menendang mereka dengan kekuatanku sendiri. Kalian bisa istirahat sisanya biar aku yang membereskannya." Rani kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Di Sedangkan Marco dan Wendi menikmati camilan buatan Rani. "Sebenarnya aku kasihan dengan teman kedua wanita itu. Dia hanya ingin menjilat tapi baru mulai langsung jadi korban fitnah, siapa sangka dia akan menjadi tersangka hanya karena meletakkan lipstik di dalam tas menjadi meletakkan narkoba." Wendi teringat pada wanita yang menangis sembari memohon saat di kantor polisi."Justru para penjilat seperti itu yang pantas di musnahkan, mereka yang punya andil besar untuk menyakiti orang ya
Talak bab 201"Kau sudah gila, Sean!" pekik Rani saat melihat siapa orang-orang yang ada di dalam kantor polisi. "Kau bahkan membawa orang dari dinas pendidikan, juga Kepala sekolah yang lama." Rani merasa kakinya lemas. Uang menyelesaikan masalah yang tak dia selesaikan selama lebih dari sepuluh tahun."Setelah masalah ini selesai, kau harus mengalihkan sebagian hartamu padaku," dengus Rani dengan kesal. "Macam orang miskin aja gayamu." Sean juga tak mau kalah mencibir istrinya tanpa menyadari di belakang mereka Della dan Hardian sudah sampai, mereka mendengar suami-istri itu bercanda berdua. "Cepat jalan!" Sean dan Rani berbalik saat mendengar bentakan itu.Mereka tersenyum melihat Della dan Hardian datang. Sean merengkuh bahu sang istri menghindari Della dan Hardian, kedua orang itu terpaksa melangkah masuk dan terpekik saat melihat keluarga mereka datang. "Anak kurang ajar, kau membuat keluarga kita malu." Della jatuh setelah sang ibu mendorongnya. Wanita itu meringis saat merasaka
Talak bab 200Wendi dan Marco terlihat duduk sambil cemberut. Mereka kesal karena harus mengikuti permintaan Rani, sedangkan Sean terlihat diam sembari menggenggam telapak tangan sang istri. "Selama ini aku tidak berada di sampingmu saat kau membutuhkanku, tapi saat ini aku akan menemanimu untuk bermain sampai puas." Sean mengecup kening Rani lalu membiarkannya keluar dari mobil.Rani berdiri di depan hotel tempat reuni di adakan. Dia tersenyum walau terlihat getir, dia tau sudah waktunya dia membalas apa yang dia dapatkan selama sekolah dulu. "Sayang tenang saja aku ada di belakangmu. Bermain saja sepuasmu urusan lainnya aku yang akan membereskannya," ujar Sean dari dalam mobil.Rani berbalik sebentar lalu menganggukkan kepala. Setelah itu dia berjalan menuju ke dalam hotel, dengan senyum di bibir dia menghampiri kerumunan orang yang pasti sedang menunggunya. "Kau berjalan kaki apa tidak naik mobil, Ran?" tanya seseorang seperti yang dia duga mereka memang menunggunya."Naik, tapi tur
Talak bab 199Marco berdiri di depan Rani dengan kepala menunduk. Dia menatap berkas di tangannya, namun tak berani menyerahkan pada wanita itu. Wendi yang juga berada di ruangan itu bersama Rani merasa heran, karena merasa bosan dengan keraguan Marco, maka Wendi segera merampas berkas itu dan menyerahkan pada Rani. Hanya saja Wendi tidak menyangka setelah itu Marco akan kabur begitu saja. Merasa ada yang aneh pria itu segera berdiri dan bersiap untuk melarikan diri, sayangnya dia terlambat karena Rani sudah menarik kerah bajunya dan menjambak rambutnya dengan keras. "Brengsek, Sean mengenal Della wibisana!" Mendengar ucapan Rani membuat otak Wendi nyaris meledak. Pantas saja Marco Kabur secepat kilat dan dia dengan bodohnya mengorbankan diri menerima kemarahan Rani. "Pergi, bantu Marco menyelidiki sejak kapan mereka kenal!" Rani kembali berteriak membuat Wendi segera keluar dari ruangan Rani. Begitu sampai depan pintu matanya berkilau, saat melihat Sean datang membawa banyak bungku
Talak bab 198Wendi menatap tajam dua orang di depannya. Dia kesal karena menangkap adegan tak pantas di dalam lift. Saat dia sedang kesal, Sean dan Rani tengah bercumbu dengan penuh nafsu.Jika dia tidak menarik kerah baju Sean, pria itu tidak akan pernah tau kalau pintu lift sudah terbuka cukup lama. Bukannya malu Sean sempat mencium lagi bibir sang istri sebelum membawanya keluar dan berjalan menuju ke ruangan Wendi."Bersihkan bibirmu itu." Wendi melemparkan kotak tisu di depan Sean, sedangkan Rani langsung kabur ke kamar mandi membenarkan lipstiknya. "Kau sudah cukup dewasa dan tau rasanya pisah lama dengan wanitamu. Jangan bilang kau belum menyentuh gadis itu?" Sean menunjuk pada foto di meja Wendi.Wajah seorang gadis yang mengorbankan diri demi Rani dan Wendi. Gadis satu-satunya yang menguasai jiwa dan raga Wendi, mendengar pertanyaan Sean membuat Wendi meringis karena dia memang belum menyentuh pujaan hatinya itu."Tunggu apa lagi? Nikahi dia. Jika kau tak berani maka biarkan
Talak bab 197Rumah keluarga Narendra gempar saat Rani kembali membawa kedua anaknya pulang. Kedua orang tua Rani dan kedua orang tua Sean menangis, saat melihat kedua cucunya dalam keadaan sehat.Semua orang bahagia kecuali Sean. Pria itu menatap di kejauhan Rani tengah berbicara dengan Wendi, dia merasa marah dan cemburu namun tak mampu berbuat apa-apa. Jari lentiknya mengetuk meja dari pelan kemudian menjadi cepat saat melihat Rani memeluk Wendi. "Tetap di tempat, Daddy. Jika tidak mommy bisa mengamuk saat seseorang menganggu dia yang sedang bicara." Entah sejak kapan Junior sudah duduk di sampingnya. Menatap seolah kasihan pada sang ayah.Sean menarik napas sembari menatap sang anak. Semakin lama anak ini semakin mirip Wendi selalu membuatnya kesal, lihat caranya bicara seolah dia bukan ayahnya. "Apa kau tau, Jun? Papi bisa mengirim dirimu pergi jika terus membuat Papi kesal," ancam Sean.Bukannya takut Junior malah menatap seolah tak percaya. Hal itu membuat Sean semakin kesal, t
Talak bab 196Di jalanan sepi terlihat sebuah mobil Fortuner melaju dengan sangat cepat. Di belakangnya terlihat beberapa motor mengejar, Lotus terlihat begitu tenang mengemudikan mobil Fortuner itu, di belakangnya Junior duduk sibuk dengan ponselnya.Meski berusia belia tapi anak itu mewarisi ketenangan Rani. Sesekali dia melirik ke belakang lalu memberi perintah, untuk melaju ke arah yang sudah dia tentukan. "Apa Tuan muda sudah menunggu di sana, Tuan Muda kecil?" tanya Lotus dengan suara masih terdengar santai. Junior tak menjawab tapi menganggukkan kepala. "Kita akan lihat siapa yang akan muncul duluan," jawab Junior dengan wajah tenang. Lotus membawa mobilnya menuju jalan yang sudah Junior tentukan. Di belakangnya para pengejarnya masih berusaha mengalahkan Lotus, tapi mereka resah karena orang yang mereka kejar sangat ahli mengemudi.Tak berapa lama Junior meminta Lotus melambatkan mobilnya. Para pengejar itu terlihat bingung namun mereka senang, karena mengira pekerjaan mereka
Talak bab 195Keluarga Narendra gempar saat mendengar penangkapan Stella. Tuduhannya tak main-main pengedar dan penyalahgunaan obat terlarang. Pihak rumah sakit segera menghubungi Sean, karena ada dugaan Stella menyalahgunakan jabatannya saat bekerja di rumah sakit mereka."Ini gila! Berani sekali wanita itu melakukan hal seperti ini." Sean meradang setelah mengetahui perbuatan Stella. Tak ada cara lain Sean juga melaporkan temuannya.Dalam beberapa hari Sean menghadapi banyak tekanan. Apalagi saat mendengar Margin juga di tangkap, saat sedang pesta seks dan narkoba di sebuah hotel. Nama baik rumah sakitnya harus terseret, karena Stella dan Margin pernah bekerja di tempatnya."Sial!" pekik Sean dengan kesal. Di depannya Miko hanya bisa diam, karena dia juga tidak tau cara menghadapi situasi mereka saat ini. "Kirim pengacara untuk menghadapi jika ada tuduhan dari Stella dan Margin. Mereka pasti tidak mau jatuh sendiri, pasti mencari kambing hitam." Sean memberi perintah pada Miko. Mere