Baca juga cerita ini: 1. Istriku Minta Cerai Setelah Aku Tagih Hutangnya. 2. Kunci Brangkas Rahasia Suamiku. 3. Maaf, Aku Pantang Cerai 4. Bawa Anak Lelakimu Pulang, Bu. Happy reading and bantu vote ya guys. terima kasih.
Talak bab 182Rani hendak keluar dari toilet ketika mendengar suara dari luar. Seorang wanita terdengar senang membicarakan tentang seorang pria, yang membuatnya kesal pria itu ternyata bernama Sean.Mungkin dia tak akan mengira kalau yang wanita itu bicarakan ternyata suaminya, tapi saat dia menyebut kejadian di luar tadi, dia bisa menyimpulkan kalau wanita ini sedang membicarakannya dan Sean. "Ayolah, kau saja yang terlalu lemah. Bisa kalah dengan seorang janda, bahkan dia tak cantik-cantik amat. Kau tak bisa mengodanya karena kau tak tau caranya." Wanita itu terdengar sombong saat bicara. Sepertinya dia sedang menelpon temannya.'Siapa yang pernah mengoda Sean, perasaan semua sudah aku singkirkan? Kenapa masih ada yang bertahan dan menyusun kekuatan?' tanya Rani dalam hati. 'Tidak bisa dibiarkan ini, harus segera aku tumpas bibit pelakor ini sebelum berakar dalam."Sudahlah, aku akan tunjukkan padamu. Betapa hebatnya aku memisahkan mereka, sebesar apapun cintanya dan sang istri, ak
Talak bab 183Rani tersentak sampai berkas yang ada di tangannya terjatuh. Wendi yang menyadari kesalahannya segera meminta maaf, baru saja menarik napas lega kembali seseorang menerjang masuk, ke ruangannya tanpa mengetuk pintu. "Marco!" Kali ini Wendi menemani Rani berteriak karena dia juga terkejut. "Maaf, maaf." Marco segera menutup pintu lalu melangkah mendekati Rani dan Wendi. Pria itu tak langsung bicara tapi mengambil air minum di meja lalu menenggaknya hingga habis, tak perduli meski itu sisa Rani yang dia tak tau itu juga bekas Wendi, karena tadi dia sempat meminumnya sebelum Marco masuk."Ini pasti ada hubungan dengan Gilang, iya kan?" tanya Wendi dengan tenang. "Gilang mengamuk, iblis itu bangun setelah lebih dari sepuluh tahun tertidur." Marco tidak menjawab tapi dari menyebut nama Gilang. "Ceritakan," pinta Rani. "Dia membuat masalah besar ...." Rani menarik napas panjang, demi menenangkan dirinya sebelum meledak."Kalian bicara bersamaan, bagaimana aku bisa mendengar da
Talak bab 184Rani menatap barang yang di bawa Miko. Katanya oleh-oleh kiriman Sean, setelah malam dia meninggalkannya bersama Shena. Ternyata besoknya Sean tetap pergi bersama wanita itu, dan ini sudah hari ketiga pria itu pergi.Selama itu juga Rani menolak panggilan atau pesan Sean. Dia kecewa namun tak membuat pria itu mengurungkan niatnya, Rani membiarkan saja apa yang suaminya lakukan. Percuma juga menasehati jika diabaikan. "Tolong bawa ke mansion Mami dan papi akan senang menerima kiriman darinya." Rani mendorong barang bawaan Miko. Pria itu sudah kembali dan meninggalkan Sean, karena ada pekerjaan di sini."Tapi kata Sean ini khusus untukmu." Miko kembali mendorong paper bag yang dia bawa merasa kesal Rani menerima lalu melemparkannya ke tempat sampah, Miko terdiam tak berani lagi bicara. Dia tau Rani masih marah pada suaminya hingga bertindak seperti itu. "Jika kau ke sana lagi, jangan membawa apapun untukku saat kembali." Rani berkata tanpa melihat Miko. Meski tak melihat w
Talak bab 185.Sean terlihat bingung sembari menatap wajah Rani. Kemudian beralih menatap ke paper bag yang dia tau isinya, oleh-oleh yang dia titipkan pada Miko beberapa hari yang lalu. Namun sekarang dia bingung karena sang istri menyerahkan kembali padanya."Bawa kembali benda itu karena aku tak menginginkannya, kau bisa memberikan pada wanita lain yang lebih membutuhkannya. Aku akan mengingatkan sekali lagi padamu, aku tak pernah berniat berbagi suami jadi aku yang akan mundur. Jika kau sudah tak punya waktu untuk menunggu biar aku yang menggugat cerai dirimu, aku rasa Minggu ini kita bisa langsung sidang pertama. Sekarang kau sudah bisa pulang untuk istirahat, atau menemui wanita itu." Rani segera berfikir dari tempatnya duduk. Dia tak perduli meski melihat Sean tengah mengepalkan tangannya. Entah apa yang pria itu pikirkan Rani sudah tidak perduli, dia hanya ingin menenangkan dirinya dari rasa yang membuatnya muak. "Aku tak tau kenapa selalu salah padamu, Sayang. Aku selalu ber
Talak bab 186Sean berdiri mematung menatap wanita berperut buncit. Dia berjalan pelan menuju ke pemakaman umum, setelah satu bulan menghilang akhirnya dia menemukan Rani. "Sayang." Sean menghambur lalu memeluk istrinya.Cukup lama dia memeluk dan mencium puncak kepala Rani. Hingga dia merasakan sebuah dorongan di perutnya, dengan bingung dia melepas pelukannya dan menatap sang istri. "Kita sudah bercerai jangan melupakan batasanmu," sindir Rani pelan.Sean terkejut mendengar ucapan Rani, berharap apa yang dia dengar itu salah. Walau kenyataannya dia tau apa yang Rani katakan itu benar semua. Dia sudah menjatuhkan talak pada sang istri, walau waktu itu dalam keadaan marah."Pergilah, karena tak ada urusanmu di sini. Jangan membuat orang lain salah paham, hingga membuatku diperlakukan seperti pelakor," ketus Rani sambil melangkah meninggalkan Sean."Sebenarnya apa salahku, Rani? Kenapa kau terus meminta cerai, apa tak ada cara lain jika memang aku berbuat salah?" tanya Sean pelan. perta
Talak bab 187Rani terkejut mendapati sebuah undangan makan malam. Arca tertawa melihat wajah wanita itu yang terlihat shock berat, bukan tanpa sebab Rani seperti itu, karena dia sudah berusaha untuk mendapatkan undangan itu tapi tidak mendapatkannya. Siapa sangka ternyata Arca justru mendapatkannya dengan begitu mudah."Bersiaplah, kemungkinan besar orang yang kau cari akan muncul kali ini. Alasan karena ini bukan acara makan malam biasa, tapi memperkenalkan pewaris sah pengusaha berlian." Rani menelan ludah mendengar kata pengusaha berlian. Meski kekayaan pengusaha ini di atas keluarga Narendra, tapi soal kekuasaan dan pengaruh bisnis tetap keluarga Narendra nomor satu. Rani yakin Sean juga pasti akan datang tak mungkin dia tidak menerima undangan dari saingannya."Sudah waktunya kita ketemu lagi. Menyelesaikan masalah masa lalu yang belum selesai," desis Rani. "Apa kau yakin akan datang?" tanya Arca lirih. Rani tak menjawab dia hanya menyimpan undangan itu ke dalam laci. "Bersiapl
Talak bab 188Sean duduk menunduk di depan kedua mertuanya. Saat ini dia sudah pusing karena Rani berkeras hendak bercerai, sudah berulang kali dia menjelaskan kalau dia dan Shakila hanya rekan kerja tak lebih, tapi kecemburuan Rani membuatnya berkeras untuk berpisah."Kami tidak bisa lagi ikut campur, Sean. Masalah ini hanya kalian berdua yang bisa menyelesaikannya, kami sudah berusaha tapi Rani tetap dengan keputusannya. Entah apa yang membuatnya berkeras dengan keputusannya.Ayah tidak ingin menyalahkan salah satu dari kalian, karena itu bukan wewenang kami. Hanya saja ayah minta coba berpikir melalui istrimu, mana bisa dia tenang saat suaminya pergi berhari-hari dengan wanita lain meskipun hanya untuk bekerja. Apalagi dia sedang hamil saat ini." Ibrahim menarik napas lalu menatap menantunya. Iba? Tentu saja, tapi dia juga tidak bisa memaksa anaknya untuk bertahan, menghadapi pernikahannya yang menekannya. "Bawa semua ini kembali. Kami tidak mau Rani marah atau tertekan dengan pemb
Talak bab 189Rani mengangkat kepalanya lalu tersenyum. Dengan lembut dia meraih gelas berisi air tapi tidak meminumnya, dia melirik seseorang yang mengepalkan tangan karena geram. "Minum, Ra. Kenapa tidak meminumnya?" tanya Kainan. Yah, orang yang mengulurkan gelas berisi air itu adalah Kainan. Bukannya menjawab Rani malah tersenyum menatapnya. "Soal minum bisa nanti, Kai. Apa kau tidak ingin bertemu teman lamamu?" Rani mengulurkan jari telunjuknya setelah melihat Kainan kebingungan. "Singa ompong itu sudah kembali lagi, bukan begitu Arca Tama Prayuda?" tanya Rani membuat semua orang terkejut. Begitu juga dengan Wendi dan Marco yang mendengar melalui alat yang menempel di balik baju Rani. "Kau masih tidak berubah juga masih selalu menggangapku rendah." Arca berlari hendak menyerang Rani. Saat Kainan terpaku seseorang menangkis serangan Arca. Sehingga tidak mengenai Rani. "Jangan berani menyerang istriku." Sean melawan Arca, sehingga pertarungan terjadi membuat suasana kalang-kabut.