Home / Lain / Takdir Yang Tersembunyi / Inilah Waktunya

Share

Inilah Waktunya

Author: Putri Malu
last update Last Updated: 2021-05-19 05:02:19

"Ada masalah di kantor, Mba."

Ucapan terakhir pak Rendra benar-benar mengangguku memejamkan mataku saja aku tak bisa. Aku terlalu penasaran mengenai masalah apa yang terjadi di perusahaan, membuat otakku tak berhenti berputar. Aku bahkan sudah mencoba menelepon pak Rendra berkali-kali tapi tak diangkat sama sekali. Aku harap nenek sihir itu tidak membuat masalah yang serius.

"Aku harus segera masuk ke perusahaan secepatnya."

***

Aku menengadahkan kepalaku menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi di hadapanku. Aku tahu orang-orang yang sedang berlalu lalang itu pasti sedang melirikku.

Tak berselang lama aku menyudahi kegiatanku, lalu berjalan masuk ke dalam menuju gedung tersebut. Baru saja aku ingin masuk lebih dalam, tiba-tiba dua orang petugas keamanan menghentikan langkahku.

"Permisi ada yang bisa saya bantu?" 

"Saya mau bertemu dengan ibu Teresia Margaretha."

"Maaf apakah sudah membuat janji sebelumnya?"

"Bilang saja padanya Adelia Christanto ingin menemuinya," ucapku penuh penekanan.

"Silahkan tunggu di sini saya akan bicara terlebih dahulu dengan petugas informasi."

Aku menurutinya. Aku berdiri di depan pintu masuk yang hanya bisa dimasuki oleh karyawan perusahaan sambil tetap memperhatikan sang petugas keamanan tersebut. Tampak ia yang sedang berbincang dengan seorang wanita cantik yang berdiri dibalik meja besar dekat pintu masuk.

Setelah pembicaraan mereka selesai aku lihat wanita itu sedang berbicara dengan seseorang ditelepon. Tak lama setelah wanita itu menutup teleponnya petugas keamanan itu berjalan menghampiriku lagi.

Bip.

Petugas keamanan itu membuka pintu penghalang tersebut dengan kartu karyawan yang menggantung dilehernya

"Silahkan Mba boleh menuju ruang direktur, ruangannya ada di―"

Tanpa pikir panjang aku bergegas pergi menuju lify tanpa perlu mendengarkan petunjuk darinya.

Ting.

Pintu lift terbuka sesaat setelah aku menekannya, aku diam tak beranjak tatapanku berubah saat tahu Nadia Margaretha ada di dalam lift itu. Kulihat ia masih sibuk dengan handphonenya dan ia tak menyadari keberadaanku beberapa saat.

"Kamu mau masuk atau ng―" kalimatnya tidak ia selesaikan saat Nadia mengalihkan pandangannya padaku.

"Adelia? ngapain kamu di sini?"

Aku segera masuk ke dalam lift itu dan tak menghiraukan pertanyaannya lalu menekan tombol angka 20 di papan lift tersebut.

"Ada urusan apa kamu ke ruang direktur?" Tanya Nadia dengan nada sinis.

Pertanyaan demi pertanyaan ia lontarkan kepadaku sepanjang perjalanan, membuatku ingin sekali menyumpal mulutnya. Tapi aku berusaha tak mempedulikannya meskipun sebenarnya aku ingin sekali memaki wanita satu ini. Tak berselang lama pintu lift terbuka.

"Anak sama ibu sama saja, tidak tahu diri!" gumamku kemudian berlalu pergi meninggalkannya.

"Apa? Apa kamu bilang?!" tanya Nadia dengan nada kesal kemudian mengekoriku dari belakang.

"Dasar kurang a―"

"Selamat pagi Mba Adelia," sapa pak Rendra ramah. "Loh, Mba Nadia ada apa kembali lagi ke sini?" 

Aku terus berjalan menuju pintu ruangan dimana sang nenek sihir itu berada dan tanpa mempedulikan sapaan sang sekretaris sedang Nadia tetap mengekorku di belakang.

BRAKK!

Aku membuka pintu ruangan itu dengan sangat keras. Tampak nenek sihir itu sedang duduk di balik meja kerjanya. Dari raut wajahnya aku tahu ia terkejut dengan kehadiranku.

Tanpa mempedulikannya aku segera duduk di sebuah sofa di ruangan itu lalu menyilangkan kedua kakiku dan meletakkan tanganku di atas dada.

"Ngapain kamu kesini? Anak kurang ajar!"

Mendengar perkataannya sontak membuatku naik pitam, aku menatap ke arahnya sinis.

"Saya Adelia Christanto akan mengambil alih perusahaan ayah saya yang telah kamu curi!" ucapku penuh penekanan sambil terus menatapnya.

"Hah? Apa? Hahahaha ...."

Ada apa dengannya? Dia pikir aku sedang membuat lelucon.

"Jangan mimpi kamu! Dulu ini memang perusahaan ayahmu tapi tidak untuk saat ini!" seru Tere lalu bangkit dari duduknya dan menatap tajam ke arahku.

"Memang anak ini tuh kebanyakan mimpi di siang bolong Ma," timpal Nadia dari belakangku.

Mendengar hal itu hatiku semakin panas, aku tak terima. Aku bangkit dari dudukku lalu menghampiri mereka berdua. Ingin sekali rasanya aku menampar mereka.

"Dasar kalian manusia tidak tahu diri!" Desisku penuh penekanan di hadapan mereka.

"Apa kamu bilang?" Teriak Tere.

"Manusia gak-tahu-diri!" Seruku tak mau kalah.

Akhirnya adu mulut antara aku dan mereka pun tak terelakkan.

"Tenang Mba Adel!" Desis pak Rendra yang tiba-tiba muncul di belakangku.

"Sana kamu pergi dari sini! Lagian ngapain sih pak Rendra ngijinin dia masuk," sungut Nadia.

"Dasar kurang ajar! Lebih baik kamu keluar dari sini! Sebelum saya panggil petugas keamanan untuk menyeret kamu keluar!" perintah nenek sihir itu dengan lantang.

Aku menatapnya tajam, sedangkan pak Rendra sibuk menarik tanganku untuk ke luar dari ruangan tersebut.

"Lepasin Pak!" Aku membanting lengan Pak Rendra yang menggenggam tanganku.

"Urusan saya belum selesai dengan mereka!" ucapku kemudian berbalik badan untuk masuk kembali ke ruangan itu, tapi pak Rendra menahan tanganku lagi.

"Sebaiknya Mba ikut saya!" Aku diam tak memprotes dan tetap mengikutinya, langkah kaki pak Rendra berhenti di ruangan yang masih berada di lantai tersebut, lalu ia melepaskan tanganku dan membalikkan tubuhnya.

"Seharusnya bapak biarkan saya menampar mereka berdua," ucapku penuh emosi.

"Apa dengan menampar mereka perusahaan ini akan kembali ke tangan Mba Adel?" tanya pak Rendra tegas.

Aku diam tak bersuara, yang dikatakan pak Rendra benar. Kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah tapi yang ada malah akan menambah masalah. 

"Sebaiknya Mba duduk dulu saya akan ambilkan air minum," pintanya. Aku mengiyakan.

Glek ... Glek ... Glek

Aku tegak habis air yang diberikan pak Rendra tak setetes pun aku sisakan kemudian aku letakkan gelas itu di atas meja sampai menimbulkan suara yang cukup keras lalu menghela napas panjang.

"Kalau Mba Adel sudah tenang saya akan mulai bicara."

Aku menatap tajam ke arah pak Rendra seperti mengerti maksud dari tatapanku pak Rendra mulai menceritakan masalah yang terjadi kemarin, pak Rendra bilang bahwa perusahaan mengalami kerugian sekitar 12 miliar rupiah semenjak PT.PRATAMA memutuskan kontrak kerja dengan perusahaan.

"Beredar juga rumor bahwa para pemegang saham meminta bu Tere dilengserkan dari posisinya," lanjut pak Rendra.

Sebenarnya aku tidak mengerti mengapa PT.PRATAMA sangat berpengaruh dengan perusahaan ayah, sebenarnya perusahaan macam apa itu? Sepenting itukah?

"Dilengserkan? Aku harus mengambil kesempatan ini," gumamku.

"Oh iya Mba Adel saya ada sesuatu buat Mba." Pak Rendra menyerahkan map berwarna biru padaku membuat dahiku mengkerut.

Aku mengambil berkas itu ragu sambil terus menatap pak Rendra. Untuk melenyaokan keraguanku akhirnya kubuka perlahan map tersebut. Aku terbelalak ketika tahu bahwa isi surat tersebut adalah surat wasiat ayah untukku, dan yang lebih mengejutkan lagi disitu tertulis bahwa ayah mewariskan 20% sahamnya untukku membuatku tersenyum lebar.

"Kenapa baru memberitahu hal sepenting ini hari ini, Pak?" Tanyaku heran sambil terus menatap isi surat itu tak percaya.

"Sebenarnya saya ingin memberitahu Mba Adel sehari setelah mendiang ayah Mba meninggal, tapi saat itu situasinya tidak memungkinkan, dan juga saya mengunjungi rumah Mba, tapi pembantu disana memberitahu saya bahwa Mba Adel meninggalkan rumah, dan karena beberapa hal terjadi di perusahaan membuat saya lupa akan surat ini," tutur pak Rendra.

Aku tak terlalu menanggapi alasan pak Rendra, yang terpenting bagiku adalah surat ini. Aku yakin surat ini sudah cukup meyakinkan para direksi untuk melengserkan nenek sihir itu dari posisinya.

"Kapan rapat direksi diadakan Pak?"

"Dua hari lagi Mba." Aku menyeringai.

Lihat saja nenek sihir aku akan menendangmu dari perusahaan ini segera.

- To be continued -

Related chapters

  • Takdir Yang Tersembunyi   Aku Berhasil

    Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, itu artinya sisa satu jam lagi rapat direksi akan diadakan. Aku sudah tak sabar.Aku raih blouse lengan panjang berwarna soft pink lalu kupadukan dengan rok pendek selutut yang warnanya tidak jauh berbeda dengan blouse yang aku gunakan. Aku berputar-putar di depan cermin memastikan penampilanku sempurna.Kulihat lagi polesan make up di wajahku, oh tidak kutemukan sedikit lipstik yang keluar dari garis bibirku. Dengan cepat kuraih tisu yang tak jauh dariku kemudian kubersihkan lipstik berwarna merah tua itu.Setelah selesai aku alihkan perhatianku lalu menata rambutku sedemikian rupa."Sempurna!" Gumamku.Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar kostku, tampak semua penghuni wanita disana menatapku. Kuyakin mereka terpesona dengan penampilanku. Kulihat sebuah mobil avanza berwarna hitam terparkir tak jauh dari tempat dimana aku tinggal. Aku hampiri

    Last Updated : 2021-05-21
  • Takdir Yang Tersembunyi   Masalah Baru

    "Selamat ibu Adelia." Pak Tommy mengulurkan tangannya padaku, dengan senang hati aku terima uluran tangannya."Terimakasih pak Tommy," kataku lalu tersenyum lebar.Satu persatu orang yang berada di ruangan itu menghampiriku dan menyalamiku, kulirik sekilas ke arah sang nenek sihir Teresia Margaretha. Tergambar jelas wajahnya menahan amarah, tatapannya yang tajam seolah-olah ingin menusukku. Aku berikan senyuman tersinis yang aku miliki sambil mengangkat kedua bahuku.BRAKK!!Teresia keluar dari ruangan lalu membanting pintu dengan sangat keras hingga mengalihkan perhatian orang-orang di ruangan tersebut beberapa saat. Aku tahu mereka tidak peduli dengan itu itulah sebabnya mereka tetap menyalamiku dan memberikan ucapan selamat, kemudian satu persatu dari mereka meninggalkan ruang pertemuan."Jadi apa rencana Mba ... maksud saya ibu Adelia?" tanya pak Rendra setelah mereka semua pergi.

    Last Updated : 2021-05-24
  • Takdir Yang Tersembunyi   Ayah Sang Direktur

    "Saya juga tidak berniat menjalin dengan perusahaan yang dipimpin oleh direktur arogan seperti anda. Ayo Pak kita pergi dari sini buang-buang waktu saja," ucapku kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Aku membuka pintu ruangan itu kasar, kulangkahkan kakiku secepat mungkin sedang pak Rendra mengekorku dibelakang berusaha mengimbangi langkahku."Dasar direktur arogan memangnya kamu pikir kamu hebat, lihat saja perusahaanku juga bisa bangkit tanpa harus menjalin kerjasama dengan kamu!" umpatku dalam hati.Aku hentikan langkahku sesaat setelah keluar dari gedung perusahaan itu lalu membalikkan tubuhku, "Cih! Menyesal? Yang ada saya yang menyesal pernah menginjakkan kaki saya di perusahaan ini!" umpatku sambil menggerakkan kaki menginjak-injak tanah berulang kali."Ibu Adel ayo kita pergi dari sini semua orang memperhatikan ibu."Mendengar pak Rendra mengatakan hal itu, aku tegakkan

    Last Updated : 2021-05-25
  • Takdir Yang Tersembunyi   Perjanjian Gila

    Tak satupun dari pekerjaanku selesai, pikiranku penuh dengan berbagai pertanyaan. Disatu sisi aku penasaran dengan apa yang akan pak Agung katakan tapi disisi lain aku tak mau berhubungan dengannya apalagi menemuinya. "Haaa...." Aku mendengus kesal kemudian menghentikan kegiatan menulisku lalu meletakkan bolpoin yang aku genggam di atas meja dengan kasar. Aku sandarkan punggungku ke kursi lalu menengadahkan kepalaku sesaat kemudian kembali ke posisi semula. Aku melirik jam dinding yang berada dihadapanku dan waktu menunjukkan pukul 5 sore. Aku mendekatkan diriku ke meja lalu kutumpu kepalaku dengan kedua tangan yang kuletakkan di atas meja dan setelah menimbang-nimbang aku meraih telepon yang berada di meja kemudian menghubungi pak Rendra. "Halo pak. Tolong katakan padanya aku akan berada di sana 1 jam dari sekarang," kataku singkat. "Baik Bu." "Ish, sigap sekali dia. A

    Last Updated : 2021-06-11
  • Takdir Yang Tersembunyi   Pergi Untuk Kembali

    “STOOPPP!!! TIDAK BISAKAH KALIAN BERHENTI MEMBUAT AKU MENDERITA? AKU SUDAH MUAK DENGAN KALIAN BERDUA!“ teriakku marah. PLAKK! Sebuah tamparan keras berhasil mendarat dipipiku dengan sempurna. Aku hanya menatap tajam ke arah seorang wanita paruh baya yang berdiri di hadapanku tanpa berkata apapun. Aku benar-benar muak dengan semua ini. “Berani sekali kau berteriak kepada kami seperti itu!" Sahut seorang wanita paruh baya dengan nada yang tak kalah kerasnya. “Aku putuskan mulai hari ini aku akan angkat kaki dari rumah ini! Cih, rumah? Bahkan ini tidak pantas disebut rumah! Pantasnya ini disebut neraka!" kataku sambil membelalakan mataku. "Lihat saja aku akan kembali dan mengusir kalian semua dari sini!“ ancamku seraya pergi. BRAKK!! Aku banting pintu dengan sekencang-kencangnya tak peduli. “DASAR ANAK KURANG AJAR!“ teriak wanita itu dari dalam. *** Tes ... Tes ...Tes Ku tengadahkan kepalaku ke atas langit. Sedikit demi sedikit air hujan membasahi wajahku. Aku tak peduli lagip

    Last Updated : 2021-05-13
  • Takdir Yang Tersembunyi   Apa Yang Terjadi?

    Aku masih tak bergeming dan wanita itu masih menatapku. Semakin lama bibir tipisnya kembali ke posisi semula."Kenalin, gue nadia." Wanita itu mengulurkan tangannya ke arahku."Nadia mar-ga-re-tha," ucapnya lagi penuh penekanan.Kusimpan gelas yang sedari tadi kugenggam di atas meja yang berada di sampingku, lalu meraih tangannya."Gue Adelina Chris-tan-to," balasku tak mau kalah.Kami saling menatap, kemudian kami saling menyinggungkan senyuman. Entah kenapa aku tidak nyaman dengan cara tersenyum Nadia padaku. Aku merasa senyumannya tidak tulus."Nadiaa ...." Suara wanita yang tak lain adalah ibu tiriku membuat kami saling melepaskan genggaman. Aku menengok ke arah sumber suara tampak ibu tiriku berjalan cepat ke arah kami diikuti ayahku di belakangnya.Ibu tiriku segera memeluk wanita muda bernama Nadia itu, membuatku mundur satu langkah.&nbs

    Last Updated : 2021-05-18

Latest chapter

  • Takdir Yang Tersembunyi   Perjanjian Gila

    Tak satupun dari pekerjaanku selesai, pikiranku penuh dengan berbagai pertanyaan. Disatu sisi aku penasaran dengan apa yang akan pak Agung katakan tapi disisi lain aku tak mau berhubungan dengannya apalagi menemuinya. "Haaa...." Aku mendengus kesal kemudian menghentikan kegiatan menulisku lalu meletakkan bolpoin yang aku genggam di atas meja dengan kasar. Aku sandarkan punggungku ke kursi lalu menengadahkan kepalaku sesaat kemudian kembali ke posisi semula. Aku melirik jam dinding yang berada dihadapanku dan waktu menunjukkan pukul 5 sore. Aku mendekatkan diriku ke meja lalu kutumpu kepalaku dengan kedua tangan yang kuletakkan di atas meja dan setelah menimbang-nimbang aku meraih telepon yang berada di meja kemudian menghubungi pak Rendra. "Halo pak. Tolong katakan padanya aku akan berada di sana 1 jam dari sekarang," kataku singkat. "Baik Bu." "Ish, sigap sekali dia. A

  • Takdir Yang Tersembunyi   Ayah Sang Direktur

    "Saya juga tidak berniat menjalin dengan perusahaan yang dipimpin oleh direktur arogan seperti anda. Ayo Pak kita pergi dari sini buang-buang waktu saja," ucapku kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut.Aku membuka pintu ruangan itu kasar, kulangkahkan kakiku secepat mungkin sedang pak Rendra mengekorku dibelakang berusaha mengimbangi langkahku."Dasar direktur arogan memangnya kamu pikir kamu hebat, lihat saja perusahaanku juga bisa bangkit tanpa harus menjalin kerjasama dengan kamu!" umpatku dalam hati.Aku hentikan langkahku sesaat setelah keluar dari gedung perusahaan itu lalu membalikkan tubuhku, "Cih! Menyesal? Yang ada saya yang menyesal pernah menginjakkan kaki saya di perusahaan ini!" umpatku sambil menggerakkan kaki menginjak-injak tanah berulang kali."Ibu Adel ayo kita pergi dari sini semua orang memperhatikan ibu."Mendengar pak Rendra mengatakan hal itu, aku tegakkan

  • Takdir Yang Tersembunyi   Masalah Baru

    "Selamat ibu Adelia." Pak Tommy mengulurkan tangannya padaku, dengan senang hati aku terima uluran tangannya."Terimakasih pak Tommy," kataku lalu tersenyum lebar.Satu persatu orang yang berada di ruangan itu menghampiriku dan menyalamiku, kulirik sekilas ke arah sang nenek sihir Teresia Margaretha. Tergambar jelas wajahnya menahan amarah, tatapannya yang tajam seolah-olah ingin menusukku. Aku berikan senyuman tersinis yang aku miliki sambil mengangkat kedua bahuku.BRAKK!!Teresia keluar dari ruangan lalu membanting pintu dengan sangat keras hingga mengalihkan perhatian orang-orang di ruangan tersebut beberapa saat. Aku tahu mereka tidak peduli dengan itu itulah sebabnya mereka tetap menyalamiku dan memberikan ucapan selamat, kemudian satu persatu dari mereka meninggalkan ruang pertemuan."Jadi apa rencana Mba ... maksud saya ibu Adelia?" tanya pak Rendra setelah mereka semua pergi.

  • Takdir Yang Tersembunyi   Aku Berhasil

    Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, itu artinya sisa satu jam lagi rapat direksi akan diadakan. Aku sudah tak sabar.Aku raih blouse lengan panjang berwarna soft pink lalu kupadukan dengan rok pendek selutut yang warnanya tidak jauh berbeda dengan blouse yang aku gunakan. Aku berputar-putar di depan cermin memastikan penampilanku sempurna.Kulihat lagi polesan make up di wajahku, oh tidak kutemukan sedikit lipstik yang keluar dari garis bibirku. Dengan cepat kuraih tisu yang tak jauh dariku kemudian kubersihkan lipstik berwarna merah tua itu.Setelah selesai aku alihkan perhatianku lalu menata rambutku sedemikian rupa."Sempurna!" Gumamku.Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar kostku, tampak semua penghuni wanita disana menatapku. Kuyakin mereka terpesona dengan penampilanku. Kulihat sebuah mobil avanza berwarna hitam terparkir tak jauh dari tempat dimana aku tinggal. Aku hampiri

  • Takdir Yang Tersembunyi   Inilah Waktunya

    "Ada masalah di kantor, Mba."Ucapan terakhir pak Rendra benar-benar mengangguku memejamkan mataku saja aku tak bisa. Aku terlalu penasaran mengenai masalah apa yang terjadi di perusahaan, membuat otakku tak berhenti berputar. Aku bahkan sudah mencoba menelepon pak Rendra berkali-kali tapi tak diangkat sama sekali. Aku harap nenek sihir itu tidak membuat masalah yang serius."Aku harus segera masuk ke perusahaan secepatnya."***Aku menengadahkan kepalaku menatap sebuah gedung yang menjulang tinggi di hadapanku. Aku tahu orang-orang yang sedang berlalu lalang itu pasti sedang melirikku.Tak berselang lama aku menyudahi kegiatanku, lalu berjalan masuk ke dalam menuju gedung tersebut. Baru saja aku ingin masuk lebih dalam, tiba-tiba dua orang petugas keamanan menghentikan langkahku."Permisi ada yang bisa saya bantu?""Saya mau bertemu dengan ibu Teresia Margare

  • Takdir Yang Tersembunyi   Apa Yang Terjadi?

    Aku masih tak bergeming dan wanita itu masih menatapku. Semakin lama bibir tipisnya kembali ke posisi semula."Kenalin, gue nadia." Wanita itu mengulurkan tangannya ke arahku."Nadia mar-ga-re-tha," ucapnya lagi penuh penekanan.Kusimpan gelas yang sedari tadi kugenggam di atas meja yang berada di sampingku, lalu meraih tangannya."Gue Adelina Chris-tan-to," balasku tak mau kalah.Kami saling menatap, kemudian kami saling menyinggungkan senyuman. Entah kenapa aku tidak nyaman dengan cara tersenyum Nadia padaku. Aku merasa senyumannya tidak tulus."Nadiaa ...." Suara wanita yang tak lain adalah ibu tiriku membuat kami saling melepaskan genggaman. Aku menengok ke arah sumber suara tampak ibu tiriku berjalan cepat ke arah kami diikuti ayahku di belakangnya.Ibu tiriku segera memeluk wanita muda bernama Nadia itu, membuatku mundur satu langkah.&nbs

  • Takdir Yang Tersembunyi   Pergi Untuk Kembali

    “STOOPPP!!! TIDAK BISAKAH KALIAN BERHENTI MEMBUAT AKU MENDERITA? AKU SUDAH MUAK DENGAN KALIAN BERDUA!“ teriakku marah. PLAKK! Sebuah tamparan keras berhasil mendarat dipipiku dengan sempurna. Aku hanya menatap tajam ke arah seorang wanita paruh baya yang berdiri di hadapanku tanpa berkata apapun. Aku benar-benar muak dengan semua ini. “Berani sekali kau berteriak kepada kami seperti itu!" Sahut seorang wanita paruh baya dengan nada yang tak kalah kerasnya. “Aku putuskan mulai hari ini aku akan angkat kaki dari rumah ini! Cih, rumah? Bahkan ini tidak pantas disebut rumah! Pantasnya ini disebut neraka!" kataku sambil membelalakan mataku. "Lihat saja aku akan kembali dan mengusir kalian semua dari sini!“ ancamku seraya pergi. BRAKK!! Aku banting pintu dengan sekencang-kencangnya tak peduli. “DASAR ANAK KURANG AJAR!“ teriak wanita itu dari dalam. *** Tes ... Tes ...Tes Ku tengadahkan kepalaku ke atas langit. Sedikit demi sedikit air hujan membasahi wajahku. Aku tak peduli lagip

DMCA.com Protection Status