Share

44. Sebuah Janji

"cicicuit cicicuit"

Terdengar suara burung bersahutan, membangunkanku di pagi yang sudah datang menjelang. Sinar mentari pagi terlihat memasuki celah gorden kamarku.

"Ah, kenapa aku bisa bangun sesiang ini?" Gumamku. Di saat ibu masih ada, sangat tidak mungkin bagiku untuk bangun terlambat seperti ini. Aku dan ibu selalu bangun sebelum subuh untuk menyiapkan segala sesuatunya yang akan kami bawa ke pasar. Tapi itu semua kini hilang. Sudah tiada lagi.

Atau kupikir jika hari kemarin aku terlalu lelah. Dari mulai menghadapi Bulik Endang dan juga suaminya. Hingga menghadapi perdebatan mengenai hak kepemilikan rumah pada malam harinya. Sampai dengan pernikahan yang baru saja semalam baru saja aku lakukan.

"Ah, iya. Aku sudah menikah!" lirihku agar suaraku tak terdengar oleh Om Juna. Aku sampai lupa jika sekarang aku sudah menjadi istri orang.

Dengan perlahan aku bangkit dan melihat tempat dimana Om Juna tidur semalam. Tetapi lelaki itu tidak berada di tempatnya. Kupindai seluruh kamar yang
Yasmin_imaji

Mau satu dong yang kayak Arjuna.. 💓

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status