Beranda / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 2 - PERTEMUAN TIDAK MENYENANGKAN

Share

BAB 2 - PERTEMUAN TIDAK MENYENANGKAN

Marsha yang baru saja kembali dari kampus. Dia memutuskan mendengarkan saran dari Karin. Paling tidak Marsha bertemu dahulu dengan anak dari Geovan Group. Akhirnya Marsha mengatakan pada kedua orang tuanya jika ia mau untuk di pertemukan terlebih dahulu dengan sosok William Geovan.

Kedua orang tuanya pun sangat bahagia dengan keputusan Marsha ini. Tapi Marsha sudah mengatakan pada orang tuanya, jika dia hanya ingin bertemu terlebih dahulu. Marsha ingin tahu apakah pria yang di jodohkan padanya menyukai perjodohan ini. Marsha sangat berharap pria itu tidak menyukai perjodohan ini.

Entah harus bicara apa dengan Raymond. Karena Raymond sebenarnya tahu jika Marsha menyukai Raymond. Hanya saja Marsha menolak Raymond karena larangan dari orang tuanya, yang tidak memperbolehkan dirinya memiliki seorang kekasih.

Raymond pernah mengatakan pada Marsha, jika dia akan menunggu Marsha hingga Marsha siap untuk menerima dirinya. Dan Marsha sudah berencana menerima Raymond saat dirinya lulus kuliah nanti.

Kini kenyataan pahit di antara Marsha dengan Raymond. Marsha sudah pasti melukai hati Raymond. Raymond adalah sosok pria yang tampan dan berhati lembut. dia selalu memperilakukan Marsha dengan sangat baik.

Saat ini Raymond memimpin perusahaan keluarganya yang berada di Jepang. Rencananya Raymond akan kembali tahun ini. Raymond lebih tua lima tahun di atas Marsha.

Marsha yang tengah membaringkan tubuhnya di ranjang, dia mengambil ponselnya dan terus menatap foto Raymond. Kebiasaan Marsha memang dia akan memandang foto Raymond sebelum ia tidur. Dengan melihat foto Raymond akan sedikit menghibur dirinya dari rasa rindunya pada Raymond.

"Harus bicara apa aku dengan mu Raymond, aku akan dijodohkan dengan pria yang bahkan aku tidak pernah melihat wujudnya seperti apa," kata Marsha lirih, dia terus menatap layar ponselnya.

***

Marsha dan Karin memasuki salah satu kafe terdekat dengan kampus. Marsha memilih untuk tidak ingin langsung pulang. Dia lebih memilih untuk menenangkan pikirannya. Besok dia akan bertemu dengan pria yang akan dijodohkannya. Jika memikirkan itu, Marsha selalu merasa sesak.

"Karin, kau duduk dulu. Aku akan memesan minuman langsung," kata Marsha. Dia menunjuk satu tempat duduk diujung dekat kaca.

"Sha, kau panggil saja pelayannya. Tidak perlu ke sana," balas karin.

"Tidak rin, aku ingin langsung ke sana. Aku ingin memesan red velvet cake."

"Jangan lupa kau belikan juga untuk ku." .

"Ya, aku akan belikan." Kemudian Marsha langsung berjalan menuju kasir.

"Hi nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan.

"Aku ingin dua ice chocolate dan dua red velvet cake," jawab Marsha.

"Baik nona, nanti kami antar," ucap pelayan itu dengan ramah.

"Berikan dua red velvet cake saja dulu. nanti minumannya baru kalian antar," kata Marsha dan pelayan langsung memberikan red velvet cake pada Marsha.

Dengan mata berbinar Marsha sudah tidak sabar untuk memakan red velvet yang ada di tangannya ini. "Sepertinya satu untuk ku saja masih kurang," gumam Marsha.

Marsha langsung berjalan menuju tempat duduknya, dia sudah tidak sabar untuk menikmati red velvet yang berada di tangannya ini. Namun saat Marsha berjalan, kaki Marsha menginjak sesuatu hingga membuatnya terpeleset.

Brukkkk

Marsha menumpahkan red velvet yang berada di tangannya pada seorang pria.

Karin yang melihat Marsha menumpahkan red velvet pada seorang pria, dia langsung menggarukan kepalanya.  "Bagaimana Marsha jalan saja bisa terpeleset!" gerutu Karin dan langsung menghampiri Marsha.

"Kau ini bodoh atau apa! hah! kau menumpahkan kue di baju ku!" bentak pria itu dengan keras hingga membuat Marsha terkesiap mendengar bentakan pria di hadapannya ini.

Marsha meneguk ludahnya sudah payah, dia mengumpat dalam hati. Pria di hadapannya ini sangat tampan tapi membuat Marsha takut saat mendengar bentakan dari pria itu.

Marsha memberanikan diri menatap pria di hadapanya. "Hem. ..begini paman maaafkan aku, sungguh aku tidak sengaja menumpahkannya paman. Tadi kakiku terpeleset paman, maaf aku benar-benar tidak sengaja," kata Marsha menjelaskan, dia mengigit bibir bawahnya berusaha mengatasi kegugupanya.

Pria itu menajamkan matanya pada Marsha. "Apa! kau tadi barusan memanggil ku apa?!" sentak pria itu.

"Maksud apa? Paman marah karena aku memanggil sebutan paman?" ucap Marsha dengan suara polosnya.

Pria itu menggeram, menahan emosinya. "Kau! jangan mencoba menguji kesabaran ku."

"M-Maaf paman, aku sungguh tidak sengaja..." kata Marsha, dia tidak berani menatap pria di hadapannya itu.

"Jangan panggil aku paman!" bentak pria itu dengan nada tinggi. "Sekali lagi kau memanggil ku paman. Aku lempar kau dari sini!" geram pria itu, dengan kilatan mata tajam.

Marsha kembali memerhatikan pria di hadapannya. "Hem, tapi usia kita berbeda jauh paman?"

"Usia ku baru 28 tahun jangan pernah kau sebut aku dengan panggilan paman!" seru pria itu.

"Paman, usia ku baru 20 tahun. Kita berbeda delapan tahun, aku hanya menghormati panggilan untuk orang yang lebih tua di atas ku. Jadi aku memanggil mu dengan sebutan paman." Marsha mengatakan ini dengan senyum di wajahnya.

"Kau-" geram pria itu.

"Marsha, kamu ini bagaimana kenapa bisa terjatuh!" seru Karin yang kini sudah berada di samping Marsha.

"Aku juga tidak ingin terjatuh. Salahkan lantainya kenapa licin sekali," balas Marsha yang tidak terima disalahkan.

"Paman, maafkan aku..." Marsha mengucapkan dengan nada pelan pada pria yang dia tabrak itu.

"Berhenti memanggil ku paman atau aku akan benar-benar melempar mu dari sini!" tukas pria itu dengan nada ancaman.

'Pria ini tampan tapi galak sekali,' batin Marsha.

"Baiklah tuan, maafkan aku." Marsha menghela napas dalam dan memilih untuk mengalah.

"Kau lihat bajuku jadi kotor karena kuemu ini!" tukas pria itu dingin.

"Astaga, baiklah aku akan mengganti bajumu. Berapa harga bajumu?" balas Marsha yang kesal.

Pria itu tersenyum sinis. "Gadis kecil, kau tidak akan mampu membayar bajuku!"

"Katakan saja berapa harga bajumu?" ucap Marsha ketus.

"Marsha, bajunya dia keluaran merk ternama dunia, uang jajan mu yang kau tabung akan langsung habis," bisik Karin ditelinga Marsha.

Marsha yang mendengar ucapan Karin ia hanya bisa menelan ludahnya. 'Sial sekali aku hari ini,' gerutu Marsha dalam hati.

"Baju yang ku kenakan saat ini 150 ribu dollar," jawab pria asing itu dengan santai. Marsha langsung terkejut. Hampir saja Marsha jatuh pingsan mendengar harga baju yang dikenakan oleh pria yang dia tabrak ini. Bahkan Marsha tidak akan mungkin di berikan uang jajan oleh ayahnya sebanyak itu.

"Marsha, lebih baik kamu berdamai dengannya. Katakan padanya kau masih menjadi seorang mahasiswi," bisik Karin kembali.

'Aku hanya memilki tabungan dari hasilku mengumpulkan uang jajan saja, hanya baru setengahnya saja dari harga baju itu. Itu pun mengumpulkan dengan susah payah,' batin Marsha.

"Kenapa kau diam sekarang?" sindir pria itu.

"Begini tuan, aku masih seorang mahasiswi. Aku tidak mungkin meminta ayahku mengeluarkan uang sebanyak itu. Hem jadi begini saja aku akan mencucikan baju tuan hingga bersih bagaimana?" tawar Marsha dengan senyuman di wajahnya.

Pria itu langsung menyeringai saat mendengar ucapan gadis yang tengah menabraknya. "Tidak perlu, aku tidak membutuhkan itu! pergilah kau dari hadapanku sebelum aku melempar mu dari sini!" seru pria itu dengan tatapan tajam ke arah Marsha.

"Marsha ayo kita pergi." Karin langsung menarik tangan Marsha.

"Terimakasih Paman, kau telah memaafkanku..." teriak Marsha yang sudah berlari jauh.

"Kau-" geram pria itu.

Marsha langsung berlari menuju mobilnya dan langsung meninggalkan kafe. Kali ini dia benar-benar beruntung karena tidak di tuntut untuk mengganti rugi akibat baju pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status