Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 2 - PERTEMUAN TIDAK MENYENANGKAN

Share

BAB 2 - PERTEMUAN TIDAK MENYENANGKAN

last update Last Updated: 2024-10-30 03:07:44

Marsha yang baru saja kembali dari kampus. Dia memutuskan mendengarkan saran dari Karin. Paling tidak Marsha bertemu dahulu dengan anak dari Geovan Group. Akhirnya Marsha mengatakan pada kedua orang tuanya jika ia mau untuk di pertemukan terlebih dahulu dengan sosok William Geovan.

Kedua orang tuanya pun sangat bahagia dengan keputusan Marsha ini. Tapi Marsha sudah mengatakan pada orang tuanya, jika dia hanya ingin bertemu terlebih dahulu. Marsha ingin tahu apakah pria yang di jodohkan padanya menyukai perjodohan ini. Marsha sangat berharap pria itu tidak menyukai perjodohan ini.

Entah harus bicara apa dengan Raymond. Karena Raymond sebenarnya tahu jika Marsha menyukai Raymond. Hanya saja Marsha menolak Raymond karena larangan dari orang tuanya, yang tidak memperbolehkan dirinya memiliki seorang kekasih.

Raymond pernah mengatakan pada Marsha, jika dia akan menunggu Marsha hingga Marsha siap untuk menerima dirinya. Dan Marsha sudah berencana menerima Raymond saat dirinya lulus kuliah nanti.

Kini kenyataan pahit di antara Marsha dengan Raymond. Marsha sudah pasti melukai hati Raymond. Raymond adalah sosok pria yang tampan dan berhati lembut. dia selalu memperilakukan Marsha dengan sangat baik.

Saat ini Raymond memimpin perusahaan keluarganya yang berada di Jepang. Rencananya Raymond akan kembali tahun ini. Raymond lebih tua lima tahun di atas Marsha.

Marsha yang tengah membaringkan tubuhnya di ranjang, dia mengambil ponselnya dan terus menatap foto Raymond. Kebiasaan Marsha memang dia akan memandang foto Raymond sebelum ia tidur. Dengan melihat foto Raymond akan sedikit menghibur dirinya dari rasa rindunya pada Raymond.

"Harus bicara apa aku dengan mu Raymond, aku akan dijodohkan dengan pria yang bahkan aku tidak pernah melihat wujudnya seperti apa," kata Marsha lirih, dia terus menatap layar ponselnya.

***

Marsha dan Karin memasuki salah satu kafe terdekat dengan kampus. Marsha memilih untuk tidak ingin langsung pulang. Dia lebih memilih untuk menenangkan pikirannya. Besok dia akan bertemu dengan pria yang akan dijodohkannya. Jika memikirkan itu, Marsha selalu merasa sesak.

"Karin, kau duduk dulu. Aku akan memesan minuman langsung," kata Marsha. Dia menunjuk satu tempat duduk diujung dekat kaca.

"Sha, kau panggil saja pelayannya. Tidak perlu ke sana," balas karin.

"Tidak rin, aku ingin langsung ke sana. Aku ingin memesan red velvet cake."

"Jangan lupa kau belikan juga untuk ku." .

"Ya, aku akan belikan." Kemudian Marsha langsung berjalan menuju kasir.

"Hi nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang pelayan.

"Aku ingin dua ice chocolate dan dua red velvet cake," jawab Marsha.

"Baik nona, nanti kami antar," ucap pelayan itu dengan ramah.

"Berikan dua red velvet cake saja dulu. nanti minumannya baru kalian antar," kata Marsha dan pelayan langsung memberikan red velvet cake pada Marsha.

Dengan mata berbinar Marsha sudah tidak sabar untuk memakan red velvet yang ada di tangannya ini. "Sepertinya satu untuk ku saja masih kurang," gumam Marsha.

Marsha langsung berjalan menuju tempat duduknya, dia sudah tidak sabar untuk menikmati red velvet yang berada di tangannya ini. Namun saat Marsha berjalan, kaki Marsha menginjak sesuatu hingga membuatnya terpeleset.

Brukkkk

Marsha menumpahkan red velvet yang berada di tangannya pada seorang pria.

Karin yang melihat Marsha menumpahkan red velvet pada seorang pria, dia langsung menggarukan kepalanya.  "Bagaimana Marsha jalan saja bisa terpeleset!" gerutu Karin dan langsung menghampiri Marsha.

"Kau ini bodoh atau apa! hah! kau menumpahkan kue di baju ku!" bentak pria itu dengan keras hingga membuat Marsha terkesiap mendengar bentakan pria di hadapannya ini.

Marsha meneguk ludahnya sudah payah, dia mengumpat dalam hati. Pria di hadapannya ini sangat tampan tapi membuat Marsha takut saat mendengar bentakan dari pria itu.

Marsha memberanikan diri menatap pria di hadapanya. "Hem. ..begini paman maaafkan aku, sungguh aku tidak sengaja menumpahkannya paman. Tadi kakiku terpeleset paman, maaf aku benar-benar tidak sengaja," kata Marsha menjelaskan, dia mengigit bibir bawahnya berusaha mengatasi kegugupanya.

Pria itu menajamkan matanya pada Marsha. "Apa! kau tadi barusan memanggil ku apa?!" sentak pria itu.

"Maksud apa? Paman marah karena aku memanggil sebutan paman?" ucap Marsha dengan suara polosnya.

Pria itu menggeram, menahan emosinya. "Kau! jangan mencoba menguji kesabaran ku."

"M-Maaf paman, aku sungguh tidak sengaja..." kata Marsha, dia tidak berani menatap pria di hadapannya itu.

"Jangan panggil aku paman!" bentak pria itu dengan nada tinggi. "Sekali lagi kau memanggil ku paman. Aku lempar kau dari sini!" geram pria itu, dengan kilatan mata tajam.

Marsha kembali memerhatikan pria di hadapannya. "Hem, tapi usia kita berbeda jauh paman?"

"Usia ku baru 28 tahun jangan pernah kau sebut aku dengan panggilan paman!" seru pria itu.

"Paman, usia ku baru 20 tahun. Kita berbeda delapan tahun, aku hanya menghormati panggilan untuk orang yang lebih tua di atas ku. Jadi aku memanggil mu dengan sebutan paman." Marsha mengatakan ini dengan senyum di wajahnya.

"Kau-" geram pria itu.

"Marsha, kamu ini bagaimana kenapa bisa terjatuh!" seru Karin yang kini sudah berada di samping Marsha.

"Aku juga tidak ingin terjatuh. Salahkan lantainya kenapa licin sekali," balas Marsha yang tidak terima disalahkan.

"Paman, maafkan aku..." Marsha mengucapkan dengan nada pelan pada pria yang dia tabrak itu.

"Berhenti memanggil ku paman atau aku akan benar-benar melempar mu dari sini!" tukas pria itu dengan nada ancaman.

'Pria ini tampan tapi galak sekali,' batin Marsha.

"Baiklah tuan, maafkan aku." Marsha menghela napas dalam dan memilih untuk mengalah.

"Kau lihat bajuku jadi kotor karena kuemu ini!" tukas pria itu dingin.

"Astaga, baiklah aku akan mengganti bajumu. Berapa harga bajumu?" balas Marsha yang kesal.

Pria itu tersenyum sinis. "Gadis kecil, kau tidak akan mampu membayar bajuku!"

"Katakan saja berapa harga bajumu?" ucap Marsha ketus.

"Marsha, bajunya dia keluaran merk ternama dunia, uang jajan mu yang kau tabung akan langsung habis," bisik Karin ditelinga Marsha.

Marsha yang mendengar ucapan Karin ia hanya bisa menelan ludahnya. 'Sial sekali aku hari ini,' gerutu Marsha dalam hati.

"Baju yang ku kenakan saat ini 150 ribu dollar," jawab pria asing itu dengan santai. Marsha langsung terkejut. Hampir saja Marsha jatuh pingsan mendengar harga baju yang dikenakan oleh pria yang dia tabrak ini. Bahkan Marsha tidak akan mungkin di berikan uang jajan oleh ayahnya sebanyak itu.

"Marsha, lebih baik kamu berdamai dengannya. Katakan padanya kau masih menjadi seorang mahasiswi," bisik Karin kembali.

'Aku hanya memilki tabungan dari hasilku mengumpulkan uang jajan saja, hanya baru setengahnya saja dari harga baju itu. Itu pun mengumpulkan dengan susah payah,' batin Marsha.

"Kenapa kau diam sekarang?" sindir pria itu.

"Begini tuan, aku masih seorang mahasiswi. Aku tidak mungkin meminta ayahku mengeluarkan uang sebanyak itu. Hem jadi begini saja aku akan mencucikan baju tuan hingga bersih bagaimana?" tawar Marsha dengan senyuman di wajahnya.

Pria itu langsung menyeringai saat mendengar ucapan gadis yang tengah menabraknya. "Tidak perlu, aku tidak membutuhkan itu! pergilah kau dari hadapanku sebelum aku melempar mu dari sini!" seru pria itu dengan tatapan tajam ke arah Marsha.

"Marsha ayo kita pergi." Karin langsung menarik tangan Marsha.

"Terimakasih Paman, kau telah memaafkanku..." teriak Marsha yang sudah berlari jauh.

"Kau-" geram pria itu.

Marsha langsung berlari menuju mobilnya dan langsung meninggalkan kafe. Kali ini dia benar-benar beruntung karena tidak di tuntut untuk mengganti rugi akibat baju pria itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rista Riana
Bagus Ceritanya Mantap Judulnya Juga Ok Dan Keren Gue Suka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 3 - WILLIAM GEOVAN

    Siang itu William baru saja kembali dari Italia. William memegang perusahaan keluarganya yang berada di Italia. Karena keinginan ayahnya untuk ia pindah ke Kanada tahun ini. Dengan terpaksa William pun akhirnya kembali ke Kanada."William," panggil Lukas saat melihat William baru saja tiba di rumah.William langsung menoleh dan menatap Lukas "Ya, ada apa?""Kemarilah, ada hal penting yang harus papa bicarakan dengan mu," ujar Lukas dan William langsung berjalan mendekat ke arah orang tuanya."William, apa kau masih ingat dengan sahabat lama papa yang bernama Mario Nicholas?" tanya Lukas menatap lekat William."Ya, aku mengingatnya. Paman Mario yang istrinya adalah orang Indonesia itu?" tanya William. Lukas mengangguk."Papa sudah memutuskan akan menjodohkanmu dengan anak dari sahabat papa itu, namanya Marsha. Papa yakin kau pasti akan menyukai gadis itu." Lukas berkata dengan yakin."Tunggu, maksud papa jadi papa memintaku kembali ke Kanada hanya karena papa ingin menjodohkanku dengan

    Last Updated : 2024-10-30
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 4 - PERTEMUAN KELUARGA

    Marsha mematut cermin, kini dirinya tengah di rias oleh make up artist yang telah di sewa oleh ibunya. Setelah selesai di make up, Marsha langsung memakai strap dress yang telah di siapkan oleh ibunya.Saat Marsha sudah mengganti pakainnya dengan gaun berwarna navy yang sangat kontras di kulit putih miliknya, Clara dan Rossa penata riasnya sangat terkejut saat melihat Marsha yang saat ini jauh lebih dewasa. Marsha terlihat sangatlah cantik dan anggun."Nona Marsha, anda sangat cantik," puji Rossa."Sayang, mama tidak menyangka putri mama sangatlah cantik," kata Clara, dia tidak berhenti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik hari ini.Marsha hanya memutar bola matanya malas. Sangat menyebalkan hanya bertemu dengan pria yang di jodohkan, dia harus di rias seperti ini."Rossa, bisa tinggalkan aku sebentar dengan putri ku?" pinta Clara."Baik nyonya," Rossa langsung berjalan meninggalkan Clara dan Marsha.Clara melangkah mendekat ke arah Marsha, lalu dia mengelus dengan lembut pipi

    Last Updated : 2024-10-30
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 5 - PERJANJIAN I

    William kembali menatap Marsha yang tengah mengalihkan pandangannya, jika di lihat-lihat memang Marsha adalah gadis yang sangat cantik. Itulah yang di pikir oleh William, Tapi tetap saja, William tidak pernah memiliki pasangan seorang gadis kecil seperti Marsha."Jadi kau ini tidak suka dengan perjodohan ini?" tanya William kembali."Tentu, jika aku bisa melarikan diri dan menghindar dari perjodohan ini. Percaya lah aku akan melakukannya," jawab Marsha.William menyeringai. "Good, kalau begitu kita buat kesepakatan.""Kesepakatan?" Marsha mengerutkan dahinya. Dia sedikit bingung dengan ucapan William."Ya, kesepakatan. Kita akan tetap menikah. Dan berpura-pura kita menerima perjodohan ini, aku akan membuat perjanjian besok untuk kita. Besok pagi kau ke kantor ku. Aku akan memberikan surat perjanjian itu pada mu," jelas William.Mendengar ucapan William membuat Marsha tersenyum. "Setuju! tentu aku menyetujuinya!""Allright, sekarang berikan nomor ponsel mu." William menyerakan ponsel m

    Last Updated : 2024-10-30
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 6 - PERJANJIAN II

    Marsha mendengus tak suka. "Aku tidak perduli dengan mu yang tidak tertarik. Tapi usia ku sudah 20 tahun. Bukan gadis kecil lagi!" "Terserah, lebih baik kau tanda tangan." William menyerahkam pena pada Marsha."Ya," Marsha mengambil pena yang ada di atas meja dan langsung menandatangani surat perjanjian itu. "Sudah. " Marsha memberikan surat perjanjian pada William."William, aku ingin bertanya sesuatu pada mu," ucap Marsha setelah menyerahkan surat perjanjian itu. William menatap lekat Marsha. "Apa yang ingin kau katakan?" "Hem.. begini apa aku boleh memiliki kekasih?" tanya Marsha hati-hati."Tidak," jawab William dingin.Marsha mendelik, dia menatap tajam William. "Kenapa aku tidak boleh memiliki kekasih?" "Aku tahu kau ini belum pernah memiliki kekasih bukan? Jika sampai orang tuamu tahu kau memiliki kekasih. Lalu kau kenapa-kenapa mereka akan menyalahkanku. Aku tidak mau di salahkan atas perbuatan bodohmu!" tukas William dingin."CK! aku ini bukan anak kecil lagi. Aku bisa m

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 7 - KENCAN I

    William menyandarkan punggungnya di kursi. Memejamkan mata lelah. Pikirannya kini tidak bisa berpikir jernih. Tujuannya kembali ke Kanada, hanya untuk memimpin perusahaan tapi dia harus di hadapkan dengan kenyataan harus menikahi wanita yang bahkan dia tidak mengenal wanita itu. Hingga detik ini, William masih terus memikirkan cara bagaimana dirinya harus menjelaskan pada Alice. Tidak mungkin William membiarkan kekasihnya harus terluka karena ini. Terdengar suara dering ponsel membuat William menghentikan lamunannya. William membuka matanya, dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja. William membuang napas kasar, ketika menatap ke layar tertera ibunya menghubungi dirinya. Tidak ada pilihan lain, tidak mungkin William tidak menjawab panggilan itu. William menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya?" jawab William saat panggilannya sudah tersambung. "William, apa kau sibuk?" tanya Veronica dari seberang line. "Tidak, ada apa

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 8 - KENCAN II

    Marsha mematut cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna merah lengan panjang. Gaun ini sungguh indah dan berkelas. Tubuh Marsha terlihat sempurna saat memakai gaun ini. Gaun lengan panjang yang memperlihatkan punggung mulus milik Marsha ini memang sangat menawan.Gaun pemberian Clara sang ibu, harus Marsha akui ibunya memiliki selera yang sangat berkelas dalam fashion. Setiap gaun yang dipilihakan oleh Clara, membuat Marsha terlihat dewasa dan sangat cantik.Marsha mengambil clutch di atas meja rias, dia kembali menatap cermin memastikan tidak ada yang kurang dari dirinya. Meski hanya bertemu dengan William, tapi Marsha selalu ingin tampil sempurna di mana pun dia berada. "Oh sweetheart, you're looking wonderfull," seru Clara dengan tatapan kagum ketika melihat Marsha menghampirinya. "Marsha, kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik," Mario mengusap rambut putrinya itu. 'Sayangnya aku sudah berdandan cantik hanya pergi dengan William. Harusnya jika sudah berdan

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 9 - MENJEMPUT MARSHA

    Sinar matahari pagi bersinar begitu cerah. Kini Marsha sudah berada di kampus, dia lebih menyukai datang ke kampus lebih awal. Sejak dirinya akan dijodohkan dengan William, membuat dirinya selalu ingin datang ke kampus lebih awal. Marsha duduk di taman sembari menikmati cuaca pagi yang begitu menyejukan. Musim semi adalah musim terbaik bagi Marsha. Hembusan angin begitu menenangkan. Marsha memejamkan mata sebentar, menikmati cuaca yang begitu indah. "Marsha?" panggil Karin, saat dia melangkah menuju taman dan mendapati sahabatnya tengah berada di taman.Marsha membuka matanya, dia mengalihkan pandanganya. Lalu menatap Karin yang duduk di sampingnya."Kau tidak masuk kelas?" tanya Marsha. "Tidak, nanti saja," jawab Karin. "Kau kenapa datang ke kampus Marsha? pernikahanmu sebentar lagi. Apa kau tidak melakukan persiapan?"Marsha mendesah pelan."Persiapan apa yang kau maksud? Semua telah diatur, aku tidak perlu melakukan persiapan." "Aku lupa kalau semua telah diatur," jawab Karin de

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 10 - FITTING GAUN PENGANTIN

    Mobil Rolls Royce milik William, kini sudah tiba di butik. William dan Marsha turun dari mobil, mereka melangkah masuk ke dalam butik itu. Pandangan Marsha kini menatap sosok wanita yang berjalan ke arahnya. "Selamat siang Tuan William dan Nona Marsha, perkenalkan saya Grace designer gaun pernikahan kalian," ujar Grace dengan senyuman hangat di wajahnya. "Siang Grace," balas Marsha. William hanya membalas dengan anggukan singkat di kepalanya. "Nona.. Mari ikut saya ke fiiting room," kata Grace."Ya," jawab Marsha singkat. Kemudian, Marsha melangkah masuk ke dalam fitting room. Seketika Marsha terdiam, menatap sebuah gaun mewah dengan taburan swarovski di gaun itu. Marsha mendekat, dia menyentuh gaun yang sangat indah itu. "Nona, apa anda menyukai gaun ini?" tanya Grace saat Marsha menyentuh gaun di hadapannya. "Aku tidak mungkin tidak menyukai gaun seindah ini," jawab Marsha dengan tatapan kagum pada gaun itu. "Ini gaun pengantin anda nona," balas Grace. "Silahkan dicoba terleb

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 500 – TA S2 - Welcome Milan

    Pesawat yang membawa William dan Marsha, telah mendarat di Bandar Udara Internasional Malpensa. Kini William dan Marsha turun dari pesawat, mereka berjalan keluar dari pesawat, menuju lobby. Sebelumnya, William sudah meminta sopir dari perusahaan kakeknya yang ada di Milan untuk menjemput. Terlihat Marsha yang tampak begiti kelelahan. Marsha terus memeluk lengan William, menyandarkan kepalanya di lengan kekar sang suami. Ketika sudah tiba di lobby, William dan Marsha melihat sopir sudah menjemput mereka. Sang sopir langsung menundukan kepalanya, menyapa William dan Marsha. Kemudian, William dan Marsha masuk ke dalam mobil. Kini mobil yang membawa William dan Marsha, mulai berjalam meninggalkan lobby bandara. Sepanjang perjalanan, Marsha menyandarkan kepalanya di bahu William. Berkali-kali William menawarkan untuk memanggil dokter, tapi istrinya tida pernah mau. Ya, Marsha saat ini hanya ingin segera tiba di hotel, dan langsung beristirahat. "Marsha, apa besok kau tidak usah datang

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 499 – TA S2 - Goes To Milan

    Waktu menunjukan pukul tujuh pagi, Marsha sudah bangun lebih awal. Ya, pagi ini Marsha harus bersiap-siap karena hari ini dia dan William akan terbang ke Milan. Sungguh, suaminya itu sangat mengejutkannya. Marsha bahkan belum menyiapkan apapun. Beruntung, William sudah menyiapkan hadiah pernikahan Orina dan Antonio, jika belum, sudah pasti dia akan kesal karena semuanya harus terburu-buru. "Sudah semua belum ya?" gumam Marsha seraya mengetuk pelan dagunya dengan telunjuknya. Tatapannya, mentap barang-barang pribadi miliknya dan William. Khusus keberangkatan hari ini, William memutuskan untuk tidak membawa Sean. Tadi pagi, Sean sudah dititipkan pada Veronica dan Lukas. William sengaja tidak membawa Sean, karena putranya itu baru masuk sekolah. Tidak hanya itu, tapi beberapa minggu terakhir, Sean akan banyak berlajar bahasa asing. Itu yang membuat William dan Marsha tidak mungkin membawa Sean. Mengingat pendidikan Sean jauh lebih penting. "Astaga, aku belum membawa perawatan kulit."

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 498 – TA S2 - Sean's Birthday II

    "Tuan William, aku rasa kita bisa membahas kerja sama bisnis," ujar George sambil menatap William yang berdiri di hadapannya. William tersenyum tipis. "Ya, aku rasa itu bukan ide yang buruk. Kita bisa membahas kerja sama." "Nyonya Sofia, Boleh aku menggendong Aurora?" pinta Marsha yang sudah sejak tadi sangat gemas pada bayi perempuan yang digendong Sofia. "Tentu Boleh, Nyonya Marsha..." Sofia langsung memberikan Aurora pada Marsha. Dengan wajah yang begitu bahagia Marsha menggendong Aurora, dia memberikan banyak kecupan pada bayi perempuan yang sangat cantik itu. "Mommy... Mommy menggendong siapa?" Sean yang tadi tengah bermain dengan Lea, dia langsung menghampiri Marsha yang tengah menggendong seorang baik. Marsha mengalihkan pandangannya, melihat Sean yang kini berada di hadapannya. Kemudian dia menundukan tubuhnya seraya berkata, "Sean, apa bayi perempuan ini sangat cantik?" tanyanya dengan lembut pada putranya. Sean mengangguk, lalu dia membawa tangan mungilnya menyentuh pi

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 497 – TA S2 - Sean's Birthday

    Pagi hari semua orang terlihat begitu sibuk. Para pelayan, modar mandir membantu menyiapkan segala kebutuhan ulang tahun Sean. Terlebih tadi pagi, hadiah dari Clara baru saja datang. Sebuah mobil Bugatti Centodieci telah disiapkan oleh Clara dan Mario untuk Sean. Orang pertama yang begitu terkejut adalah Marsha, dia sungguh tidak berpikir orang tuanya akan membelikan sebuah mobil sport untuk Sean. Terlebih Bugatti Centodieci adalah salah satu mobil yang hanya diproduksi sebanyak sepuluh unit. Tentu yang memiiki mobil Bugatti Centodieci, harus rela mengeluarkan uang yang besar. Kini Marsha baru saja selesai berias. Tubuhnya terbalut oleh gaun berwarna merah dengan model atas kemben. Gaun ini benar-benar membuat lengkuk tubuhnya terlihat sempurna. Riasan bold, dengan lipstik merah membuat bibir ranumnya tampak penuh dan seksi. Rambut pirang dan tebalnya, Marsha biarkan tergerai indah, menutupi punggung polosnya. William yang berdiri di ambang pintu, dia tersenyum melihat sang istri ya

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 496 – TA S2 - Menginginkan Yang Sempurna

    Menjelang pesta ulang tahun Sean, Marsha disibukan dengan banyaknya yang harus diurus. Meski, dia menyerahkan pada Luna, assistantnya, tapi tetap saja Marsha ingin terlibat pada pesat ulang tahunnya Sean. Tidak hanya sendiri, Marsha pun turut dibantu oleh Ibu mertuanya. Paling tidak meski Clara, ibunya sendiri tidak ada di dekatnya, ada Ibu mertuanya yang selalu membantu dirinya.Kini Marsha tengah berada di dapur—memasak untuk sang suami. Hari ini, Marsha ingin khsus memasak makanan untuk William. Sudah beberapa minggu terakhir, sang suami selalu masak makanan yang telah disiapkan oleh Andine, chefnya. Untuk kali ini, Marsha ingin sendiri memasak untuk William. "Selesai," ucap Marsha ketika menata tenderloin steak dengan mashed potato di atas piring. Tidak lupa dia menambahkan tartar sauce dan lemon untuk menambah citra rasa makanan yang telah dibuatnya. Setelah selesai memasak, Marsha mengalihkan pandangannnya ke jam dinding, kini sudah pukul enam sore, biasanya William sudah pula

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 495 – TA S2 - Persiapan Ulang Tahun Sean II

    "William, ada yang ingin aku bicarakan padamu.." Marsha melangkah keluar dari walk-in closetnya. Dia baru saja mengganti pakaiannya dengan gaun tidur nyaman. Tatapannya kini menatap sang suami yang duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang seraya fokus pada iPad ditangannya. Kemudian Marsha mendekat, lalu duduk di samping suaminya. "Apa kau sibuk?" William mengalihkan pandangannya, lalu saat dia melihat sang istri sudah duduk di sampingnya, dia langsung meletakan iPad yang ada di tangannya itu ke atas nakas. Kemudian dia menarik tangan Marsha masuk ke dalam pelukannya seraya menjawab, "Apa yang kau ingin bicarakan, sayang?""Aku ingin membahas tentang tadi. Kenapa kau dan Mama sudah membahas tentang jodoh untuk Sean? Putra kita masih sagat kecil, William," ujar Marsha yang memprotes. Sudah sejak tadi dai menahan diri. Meski dia tahu, percuma saja memprotes, tapi setidaknya dia berbicara pada sang suami apa yang dia tidak sukai. "Kenapa kau tidak membiarkan Sea

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 494 – TA S2 - Persiapan Ulang tahun Sean

    "Kalian nikmatilah liburan. Pergilah berbulan madu, nanti Dokter bisa menemani kalian. Ini waktunya kalian menikmati hidup kalian. Masalah perusaahan, biar aku semua yang menanganinya. Setelah Sean berulang tahun nanti, aku akan menyiapkan liburan untuk kalian berdua," ujar William sambil menatap kedua orang tuanya.Veronica dan Lukas sama-sama tersenyum. "Ya, kami percaya, kau bisa mengatasi perusahaan dengan baik," jawab Lukas.Kemudian, tatapan Veeronica teralih pada Marsha yang duduk di samping Wiliam. "Marsha, Mama ingin membahas hal penting..""Ada apa, Ma?" Marsha mengerutkan keningnya, menatap bingung Ibu mertuanya."Ini tentang hadiah ulang tahun, Sean," balas Veronica. Marsha mendesah lega, ternyata mertuanya membahas tentang ulang tahun Sean. Dia berpikir, Ibu mertuanya akan memaksa dirinya agar hamil. Mengingat sudah cukup lama dia menikah dengan William, namun hanya memiliki satu orang putranya. Marsha benar-benar bersyukur memiliki mertua yang begitu pengertian dan meny

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 493 – TA S2 - Ketakutan Marsha

    Marsha melangkah masuk ke dalam kamar William. Kamar yang dulu William sebelum mereka menikah. Entah kenapa, Marsha ingin berada di kamar lama milik William. Kini Marsha duduk di tepi ranjang. Tatapannya, teralih pada foto dirinya dan Sean yang terletak di atas nakas. Marsha langsung mengambil bingkai foto itu, dia menatap wajah putranya yang sekarang sudah tumbuh besar. Ingatan Marsha mengingat, kala Sean masih bayi, sejak dulu putranya itu sudah begitu menggemaskan. Di saat Marsha tengah menatap foto dirinya dan Sean, dia kembali mengingat tanpa terasa pernikahannya dnegan William hampir empat tahun. Dan selama itu juga dirinya masih belum memberikan adik untuk Sean. Marsha mendesah pelan, tadi Laura memberikan kabar bahagia, bahwa telah hamil. Tentu Masha begitu bahagia mendengar kabar itu. Dia sangat senang, melihat adik iparnya memiliki kehidupan yang sempurna. Lea akan segera memiliki seorang adik. Pikiran Marsha mengingat permintaan Sean yang ingin segera memiliki seorang adik

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 492 – TA S2 - Kabar Kehamilan Laura

    Suara dering ponsel terdengar, Marsha yang baru saja selesai mandi dan masih memakai bathrobe, langsung menuju pada ponselnya yang terus berdering itu. Kemudian, dia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas—menatap ke layar, tertera nomor Laura yang menghubunginya. Tanpa menunggu lama, Marsha langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya, Laura?" jawab Marsha saat panggilan terhubung. "Marsha, apa aku mengganggumu? Kau di mana?" tanya Laura dari seberang line. "Tidak, Laura. Aku baru saja selesai mandi. Ada apa?" "Marsha, aku dan Raymond sudah di Toronto, apa kau bisa hari ini ke rumah Mama? Aku dan Raymond hari ini ke rumah Mama." "Kau sudah pulang? Bukannya kau akan pulang besok?" "Tidak, aku dan Raymond memajukan kepulangan kami. Jadi apa kau hari ini bisa datang ke rumah Mama?""Jam berapa kau ke sana?" "Jam sepuluh nanti kalau kakakku tidak bisa ikut, tidak apa-apa, kau saja dengan Sean." "Baiklah aku akan k

DMCA.com Protection Status