Share

BAB 6 - PERJANJIAN II

Marsha mendengus tak suka. "Aku tidak perduli dengan mu yang tidak tertarik. Tapi usia ku sudah 20 tahun. Bukan gadis kecil lagi!" 

"Terserah, lebih baik kau tanda tangan." William menyerahkam pena pada Marsha.

"Ya," Marsha mengambil pena yang ada di atas meja dan langsung menandatangani surat perjanjian itu. 

"Sudah. " Marsha memberikan surat perjanjian pada William.

"William, aku ingin bertanya sesuatu pada mu," ucap Marsha setelah menyerahkan surat perjanjian itu. 

William menatap lekat Marsha. "Apa yang ingin kau katakan?" 

"Hem.. begini apa aku boleh memiliki kekasih?" tanya Marsha hati-hati.

"Tidak," jawab William dingin.

Marsha mendelik, dia menatap tajam William. "Kenapa aku tidak boleh memiliki kekasih?" 

"Aku tahu kau ini belum pernah memiliki kekasih bukan? Jika sampai orang tuamu tahu kau memiliki kekasih. Lalu kau kenapa-kenapa mereka akan menyalahkanku. Aku tidak mau di salahkan atas perbuatan bodohmu!" tukas William dingin.

"CK! aku ini bukan anak kecil lagi. Aku bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk," balas Marsha tidak terima.

"Dengarkan aku, kau bisa memiliki kekasih saat perjanjian kita ini berakhir."  William mengatakan dengan tegas.

Marsha mendegus tak suka. "Tiga tahun itu lama sekali William."

"Jangan berisik, kau ini masih kuliah. Lebih baik selesaikan pendidikanmu," jawab William dingin.

"Sudahlah, aku harus pulang sekarang." Marsha yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang kerja William. 

***

"Marsha!" suara Karin berteriak saat melihat Marsha melangkah masuk ke dalam kafe.

Marsha tersenyum, dia langsung berjalan menghampiri Karin. "Maaf, aku terlambat."

"Lama sekali kau Marsha!" dengus Karin kesal.

"Maaf tadi aku harus menyelesaikan urusanku dulu dengan William," balas Marsha.

Karin mengangguk. "Bagaimana pertemuan mu dengan William?"

Marsha tersenyum senang. "Itu yang aku ingin katakan padamu."

"Kenapa kau terlihat sangat bahagia?" Karin memincingkan matanya menatap sahabatnya penuh selidik. "Kau jauh cinta pada William?" 

Marsha berdecak. "Kau ini! siapa yang jatuh cinta!"

"Jadi kalau bukan jatuh cinta. kenapa wajahmu seperti bahagia setelah bertemu William?" tanya Karin lagi.

"Ya tentu aku bahagia! aku dan William sama-sama menolak pernikahan ini. Dan kami memutuskan untuk membuat perjanjian," jawab Marsha antusias.

Karin menatap tak percaya. "Perjanjian? Perjanjian apa maksud mu?" 

"Kami hanya menikah tiga tahun saja dan kami juga berpura-pura mesra di depan orang tua kami. Selain itu aku dengan William dilarang ikut campur masalah pribadi." Marsha menjelaskan pada Karin dan tersirat di wajahnya sangat senang.

"Marsha, Apa kau ini sudah kehilangan akal sehat mu? Tiga tahun kemudian artinya kau akan menjadi janda?" tanya Karin yang masih tidak percaya, dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya ini. 

"Memangnya kenapa kalau aku janda? Kami tidak akan berhubungan suami istri, itu sudah ada di perjanjian. Kami juga dilarang bersentuhan," ujar Marsha dengan senyuman diwajahnya.

"Apa kau ini yakin itu tidak akan terjadi? Kalian tinggal satu atap lalu satu kamar, apa bisa itu tidak akan terjadi?" tanya Karin memastikan.

"CK! kau jangan gila Karin. Aku tidak mungkin melakukan itu dengan William. Aku hanya mencintai Raymond!" jawab Marsha menegaskan.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan," balas Karin. "Lebih baik aku mencari di internet artikel tentang William Geovan. Aku akan melihat apa dia lebih tampan dari Raymond."  Karin mengambil ponsel di dalam tas. Lalu dia mulai mencari artikel mengenai William Geovan di Internet. Saat Karin melihat artikel tentang William Geovan di internet, seketika matanya membulat sempurna. Dia kembali memastikan pria itu. "Marsha, ini bukannya pria tampan yang kau tabrak dengan kue mu itu?" 

Marsha mengangguk. "Kau mengingatnya?"

"Astaga sha, siapa yang tidak mengingatnya. Dalam hidup ku, aku belum pernah bertemu dengan pria setampan dia. Dan kau lihat tubuhnya sangat menggoda. Ah dia benar-benar idaman para gadis." Karin terus menatap layar ponselnya itu.

"Sudahlah kau jangan berlebihan, dia itu sudah tua dan menyebalkan," seru Marsha kesal. 

"Apa kau itu buta? Dia jauh lebih tampan dari Raymod. Kau benar-benar beruntung memiliki calon suami seperti dia." balas Karin. "Dan apa kau bilang tadi? Tua? Kau ini sungguh gila Marsha! Usianya masih 28 tahun. Itu masih muda!"

"Aku tidak perduli! Jika memang kau menyukainya untukmu saja," jawab Marsha tidak perduli. 

Karin menggeleng pelan. "Percayalah Marsha Nicholas, aku yakin kau nanti akan jatuh cinta padanya. Apalagi jika sudah satu rumah, bagaimana bisa kau menolak pesona dari seorang Willoam Geovan. Dia ini sungguh tampan."

"CK! sudah ku katakan, aku tidak akan jatuh hati padanya Karin! kau ini benar-benar menyebalkan!" dengus Marsha.

"Ya, ya terserah kau saja. Tapi apa kau tidak takut orang tua kalian mengetahui ini?" tanya Karin. 

"Tidak akan, lagi pula aku hanya menceritakan pada mu. Jadi kau harus menjaga mulut mu ini, jangan sampai kau keceplosan bicara," peringat Marsha.

"Tenanglah, aku tidak mungkin keceplosan. Kau ini sudah tahu kita bersahabat sejak kecil!" balas Karin. 

"Tapi tunggu, jadi kapan kalian menikah?"  

"Satu minggu lagi." 

Karin membelalak. "Apa? Satu minggu lagi?" 

"Ya, ternyata orang tua kami sudah merencanakannya, Jadi tidak mungkin kami membatalkannya, lagi pula pernikahanku dengannya hanya pura-pura saja. Jadi meskipun statusku sudah menikah, aku akan bebas!" kata Marsha dengan senyum bahagia di wajahnya.

Karin menghela napas dalam. "Terserah kau saja, intinya aku akan selalu mendukung mu."

"Aku tahu itu. kau memang sahabat terbaikku."

"Tapi, apa William memiliki kekasih?"

Marsha mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu dan aku juga tidak perduli."

Karin mengambil ponselnya dan kembali mencari artikel di internet tentang kehidupan pribadi William Geovan. Saat mendapatkan satu artikel tentang kehidupan pribadi William. Karin langsung menunjukan pada Marsha. "Lihatlah artikel ini, dia pernah dekat dengan artis cantik asal dari Italia."

Marsha menatap layar ponsel Karin, sosok wanita cantik dan seksi tengah berfoto dengan William. "Mereka sangat cocok," komentar Marsha.

"Apa kau tidak marah?" Karin menautkan alisnya menatap bingung Marsha. 

"Marah? Untuk apa? Aku mencintai Raymond. Dan dia juga mungkin mencintai gadis itu, lalu adil bukan?" balas Marsha yang tidak peduli.

"Aku bisa gila dengan mu Marsha! apa kau sama sekali tidak tertarik dengan William?" seru Karin. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Marsha. 

"William dia memang pria yang tampan, aku mengakui itu. Tapi kau tahu, aku dengannya menikah hanya karena perjodohan saja. Bukan karena kami saling mencintai."  Marsha kembali menegaskan.

Karin mendengus tak suka. "Terserah, tapi aku sangat yakin kalian pasti akan segera jatuh cinta. Dan aku akan menunggu waktu di mana kau menceritakan tentang perasaanmu pada William." 

Marsha mencebik. "Tidak mungkin Karin Wiratmaja! aku tidak mungkin jatuh cinta padanya!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status