Home / Romansa / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 6 - PERJANJIAN II

Share

BAB 6 - PERJANJIAN II

last update Last Updated: 2024-11-14 16:32:19

Marsha mendengus tak suka. "Aku tidak perduli dengan mu yang tidak tertarik. Tapi usia ku sudah 20 tahun. Bukan gadis kecil lagi!" 

"Terserah, lebih baik kau tanda tangan." William menyerahkam pena pada Marsha.

"Ya," Marsha mengambil pena yang ada di atas meja dan langsung menandatangani surat perjanjian itu. 

"Sudah. " Marsha memberikan surat perjanjian pada William.

"William, aku ingin bertanya sesuatu pada mu," ucap Marsha setelah menyerahkan surat perjanjian itu. 

William menatap lekat Marsha. "Apa yang ingin kau katakan?" 

"Hem.. begini apa aku boleh memiliki kekasih?" tanya Marsha hati-hati.

"Tidak," jawab William dingin.

Marsha mendelik, dia menatap tajam William. "Kenapa aku tidak boleh memiliki kekasih?" 

"Aku tahu kau ini belum pernah memiliki kekasih bukan? Jika sampai orang tuamu tahu kau memiliki kekasih. Lalu kau kenapa-kenapa mereka akan menyalahkanku. Aku tidak mau di salahkan atas perbuatan bodohmu!" tukas William dingin.

"CK! aku ini bukan anak kecil lagi. Aku bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk," balas Marsha tidak terima.

"Dengarkan aku, kau bisa memiliki kekasih saat perjanjian kita ini berakhir."  William mengatakan dengan tegas.

Marsha mendegus tak suka. "Tiga tahun itu lama sekali William."

"Jangan berisik, kau ini masih kuliah. Lebih baik selesaikan pendidikanmu," jawab William dingin.

"Sudahlah, aku harus pulang sekarang." Marsha yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan ruang kerja William. 

***

"Marsha!" suara Karin berteriak saat melihat Marsha melangkah masuk ke dalam kafe.

Marsha tersenyum, dia langsung berjalan menghampiri Karin. "Maaf, aku terlambat."

"Lama sekali kau Marsha!" dengus Karin kesal.

"Maaf tadi aku harus menyelesaikan urusanku dulu dengan William," balas Marsha.

Karin mengangguk. "Bagaimana pertemuan mu dengan William?"

Marsha tersenyum senang. "Itu yang aku ingin katakan padamu."

"Kenapa kau terlihat sangat bahagia?" Karin memincingkan matanya menatap sahabatnya penuh selidik. "Kau jauh cinta pada William?" 

Marsha berdecak. "Kau ini! siapa yang jatuh cinta!"

"Jadi kalau bukan jatuh cinta. kenapa wajahmu seperti bahagia setelah bertemu William?" tanya Karin lagi.

"Ya tentu aku bahagia! aku dan William sama-sama menolak pernikahan ini. Dan kami memutuskan untuk membuat perjanjian," jawab Marsha antusias.

Karin menatap tak percaya. "Perjanjian? Perjanjian apa maksud mu?" 

"Kami hanya menikah tiga tahun saja dan kami juga berpura-pura mesra di depan orang tua kami. Selain itu aku dengan William dilarang ikut campur masalah pribadi." Marsha menjelaskan pada Karin dan tersirat di wajahnya sangat senang.

"Marsha, Apa kau ini sudah kehilangan akal sehat mu? Tiga tahun kemudian artinya kau akan menjadi janda?" tanya Karin yang masih tidak percaya, dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya ini. 

"Memangnya kenapa kalau aku janda? Kami tidak akan berhubungan suami istri, itu sudah ada di perjanjian. Kami juga dilarang bersentuhan," ujar Marsha dengan senyuman diwajahnya.

"Apa kau ini yakin itu tidak akan terjadi? Kalian tinggal satu atap lalu satu kamar, apa bisa itu tidak akan terjadi?" tanya Karin memastikan.

"CK! kau jangan gila Karin. Aku tidak mungkin melakukan itu dengan William. Aku hanya mencintai Raymond!" jawab Marsha menegaskan.

"Aku tidak mengerti dengan apa yang kau pikirkan," balas Karin. "Lebih baik aku mencari di internet artikel tentang William Geovan. Aku akan melihat apa dia lebih tampan dari Raymond."  Karin mengambil ponsel di dalam tas. Lalu dia mulai mencari artikel mengenai William Geovan di Internet. Saat Karin melihat artikel tentang William Geovan di internet, seketika matanya membulat sempurna. Dia kembali memastikan pria itu. "Marsha, ini bukannya pria tampan yang kau tabrak dengan kue mu itu?" 

Marsha mengangguk. "Kau mengingatnya?"

"Astaga sha, siapa yang tidak mengingatnya. Dalam hidup ku, aku belum pernah bertemu dengan pria setampan dia. Dan kau lihat tubuhnya sangat menggoda. Ah dia benar-benar idaman para gadis." Karin terus menatap layar ponselnya itu.

"Sudahlah kau jangan berlebihan, dia itu sudah tua dan menyebalkan," seru Marsha kesal. 

"Apa kau itu buta? Dia jauh lebih tampan dari Raymod. Kau benar-benar beruntung memiliki calon suami seperti dia." balas Karin. "Dan apa kau bilang tadi? Tua? Kau ini sungguh gila Marsha! Usianya masih 28 tahun. Itu masih muda!"

"Aku tidak perduli! Jika memang kau menyukainya untukmu saja," jawab Marsha tidak perduli. 

Karin menggeleng pelan. "Percayalah Marsha Nicholas, aku yakin kau nanti akan jatuh cinta padanya. Apalagi jika sudah satu rumah, bagaimana bisa kau menolak pesona dari seorang Willoam Geovan. Dia ini sungguh tampan."

"CK! sudah ku katakan, aku tidak akan jatuh hati padanya Karin! kau ini benar-benar menyebalkan!" dengus Marsha.

"Ya, ya terserah kau saja. Tapi apa kau tidak takut orang tua kalian mengetahui ini?" tanya Karin. 

"Tidak akan, lagi pula aku hanya menceritakan pada mu. Jadi kau harus menjaga mulut mu ini, jangan sampai kau keceplosan bicara," peringat Marsha.

"Tenanglah, aku tidak mungkin keceplosan. Kau ini sudah tahu kita bersahabat sejak kecil!" balas Karin. 

"Tapi tunggu, jadi kapan kalian menikah?"  

"Satu minggu lagi." 

Karin membelalak. "Apa? Satu minggu lagi?" 

"Ya, ternyata orang tua kami sudah merencanakannya, Jadi tidak mungkin kami membatalkannya, lagi pula pernikahanku dengannya hanya pura-pura saja. Jadi meskipun statusku sudah menikah, aku akan bebas!" kata Marsha dengan senyum bahagia di wajahnya.

Karin menghela napas dalam. "Terserah kau saja, intinya aku akan selalu mendukung mu."

"Aku tahu itu. kau memang sahabat terbaikku."

"Tapi, apa William memiliki kekasih?"

Marsha mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu dan aku juga tidak perduli."

Karin mengambil ponselnya dan kembali mencari artikel di internet tentang kehidupan pribadi William Geovan. Saat mendapatkan satu artikel tentang kehidupan pribadi William. Karin langsung menunjukan pada Marsha. "Lihatlah artikel ini, dia pernah dekat dengan artis cantik asal dari Italia."

Marsha menatap layar ponsel Karin, sosok wanita cantik dan seksi tengah berfoto dengan William. "Mereka sangat cocok," komentar Marsha.

"Apa kau tidak marah?" Karin menautkan alisnya menatap bingung Marsha. 

"Marah? Untuk apa? Aku mencintai Raymond. Dan dia juga mungkin mencintai gadis itu, lalu adil bukan?" balas Marsha yang tidak peduli.

"Aku bisa gila dengan mu Marsha! apa kau sama sekali tidak tertarik dengan William?" seru Karin. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Marsha. 

"William dia memang pria yang tampan, aku mengakui itu. Tapi kau tahu, aku dengannya menikah hanya karena perjodohan saja. Bukan karena kami saling mencintai."  Marsha kembali menegaskan.

Karin mendengus tak suka. "Terserah, tapi aku sangat yakin kalian pasti akan segera jatuh cinta. Dan aku akan menunggu waktu di mana kau menceritakan tentang perasaanmu pada William." 

Marsha mencebik. "Tidak mungkin Karin Wiratmaja! aku tidak mungkin jatuh cinta padanya!"

Related chapters

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 7 - KENCAN I

    William menyandarkan punggungnya di kursi. Memejamkan mata lelah. Pikirannya kini tidak bisa berpikir jernih. Tujuannya kembali ke Kanada, hanya untuk memimpin perusahaan tapi dia harus di hadapkan dengan kenyataan harus menikahi wanita yang bahkan dia tidak mengenal wanita itu. Hingga detik ini, William masih terus memikirkan cara bagaimana dirinya harus menjelaskan pada Alice. Tidak mungkin William membiarkan kekasihnya harus terluka karena ini. Terdengar suara dering ponsel membuat William menghentikan lamunannya. William membuka matanya, dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja. William membuang napas kasar, ketika menatap ke layar tertera ibunya menghubungi dirinya. Tidak ada pilihan lain, tidak mungkin William tidak menjawab panggilan itu. William menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya?" jawab William saat panggilannya sudah tersambung. "William, apa kau sibuk?" tanya Veronica dari seberang line. "Tidak, ada apa

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 8 - KENCAN II

    Marsha mematut cermin, kini tubuhnya sudah terbalut dengan gaun berwarna merah lengan panjang. Gaun ini sungguh indah dan berkelas. Tubuh Marsha terlihat sempurna saat memakai gaun ini. Gaun lengan panjang yang memperlihatkan punggung mulus milik Marsha ini memang sangat menawan.Gaun pemberian Clara sang ibu, harus Marsha akui ibunya memiliki selera yang sangat berkelas dalam fashion. Setiap gaun yang dipilihakan oleh Clara, membuat Marsha terlihat dewasa dan sangat cantik.Marsha mengambil clutch di atas meja rias, dia kembali menatap cermin memastikan tidak ada yang kurang dari dirinya. Meski hanya bertemu dengan William, tapi Marsha selalu ingin tampil sempurna di mana pun dia berada. "Oh sweetheart, you're looking wonderfull," seru Clara dengan tatapan kagum ketika melihat Marsha menghampirinya. "Marsha, kau tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik," Mario mengusap rambut putrinya itu. 'Sayangnya aku sudah berdandan cantik hanya pergi dengan William. Harusnya jika sudah berdan

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 9 - MENJEMPUT MARSHA

    Sinar matahari pagi bersinar begitu cerah. Kini Marsha sudah berada di kampus, dia lebih menyukai datang ke kampus lebih awal. Sejak dirinya akan dijodohkan dengan William, membuat dirinya selalu ingin datang ke kampus lebih awal. Marsha duduk di taman sembari menikmati cuaca pagi yang begitu menyejukan. Musim semi adalah musim terbaik bagi Marsha. Hembusan angin begitu menenangkan. Marsha memejamkan mata sebentar, menikmati cuaca yang begitu indah. "Marsha?" panggil Karin, saat dia melangkah menuju taman dan mendapati sahabatnya tengah berada di taman.Marsha membuka matanya, dia mengalihkan pandanganya. Lalu menatap Karin yang duduk di sampingnya."Kau tidak masuk kelas?" tanya Marsha. "Tidak, nanti saja," jawab Karin. "Kau kenapa datang ke kampus Marsha? pernikahanmu sebentar lagi. Apa kau tidak melakukan persiapan?"Marsha mendesah pelan."Persiapan apa yang kau maksud? Semua telah diatur, aku tidak perlu melakukan persiapan." "Aku lupa kalau semua telah diatur," jawab Karin de

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 10 - FITTING GAUN PENGANTIN

    Mobil Rolls Royce milik William, kini sudah tiba di butik. William dan Marsha turun dari mobil, mereka melangkah masuk ke dalam butik itu. Pandangan Marsha kini menatap sosok wanita yang berjalan ke arahnya. "Selamat siang Tuan William dan Nona Marsha, perkenalkan saya Grace designer gaun pernikahan kalian," ujar Grace dengan senyuman hangat di wajahnya. "Siang Grace," balas Marsha. William hanya membalas dengan anggukan singkat di kepalanya. "Nona.. Mari ikut saya ke fiiting room," kata Grace."Ya," jawab Marsha singkat. Kemudian, Marsha melangkah masuk ke dalam fitting room. Seketika Marsha terdiam, menatap sebuah gaun mewah dengan taburan swarovski di gaun itu. Marsha mendekat, dia menyentuh gaun yang sangat indah itu. "Nona, apa anda menyukai gaun ini?" tanya Grace saat Marsha menyentuh gaun di hadapannya. "Aku tidak mungkin tidak menyukai gaun seindah ini," jawab Marsha dengan tatapan kagum pada gaun itu. "Ini gaun pengantin anda nona," balas Grace. "Silahkan dicoba terleb

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 11 - TERLAMBAT KE KAMPUS

    William menyandarkan punggungnya di kursi, sembari menyesap wine di tangannya. William menatap tumpukan dokumen di hadapannya. Pikirannya sedang tidak bisa berpikir jernih. Terlebih menjelang hari pernikahannya, membuat William terus memikirkan Alice. Hingga detik ini William masih belum tahu, bagaimana harus menjelaskannya ada Alice. Terdengar suara ketukan pintu membuat William menghentikan lamunannya, William mengalihkan pandangannya, dia menatap ke arah pintu dan langsung menginterupsi untuk masuk."Tuan," sapa Albert menundukan kepalanya saat masuk ke dalam ruang kerja William. "Ada apa Albert?" tanya William dingin. "Tuan, saya ingin menginformasikan jika dua hari lagi grand launching dari perusahaan teknologi Xavier Company," ujar Albert.William membuang napas kasar. "Apa tidak bisa di wakilkan denganmu?" "Maaf tuan, tapi tidak bisa. Jika Tuan Lukas sampai tahu, beliau akan marah," jawab Albert William mengangguk. "Aku akan ke sana.""Tuan, ada hal penting yang ingin saya

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 12 - QUALITY TIME BERSAMA MERTUA

    Marsha memarkiran mobilnya di salah satu butik Hermes Toronto. Tadi siang, setelah Marsha menyelesaikan kuliahnya Veronica mengirimkan pesan padanya untuk bertemu di salah satu butik Hermes. Kini Marsha melangkah masuk ke dalam butik. Saat tiba di dalam, Marsha sudah melihat Veronita tengah memilih tas. Marsha melangkah mendekat ke arah Veronica. "Bibi Veronica," sapa Marsha yang kini berada di belakang Veronica. Tentu Veronica belum menyadari kedatangannya. Karena Veronica tengah fokus pada tas-tas yang dipilih olehnya. Veronica mengalihkan pandangannya, seketika senyum di bibirnya terukir saat melihat Marsha sudah berada di hadapannya. "Sayang, kau sudah datang? Maafkan bibi yang tidak melihatmu sayang.." "Tidak apa-apa bibi," jawab Marsha. "Aku juga baru datang." "Baiklah, sayang bibi sudah memilihkan beberapa dress keluaran terbaru untukmu. Dan bibi juga sudah memilihkan tas keluaran terbaru untukmu," ujar Veronica. Marsha mendelik, maenatap tak percaya. Marsha menelan saliv

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 13 - BERSAMA WILLIAM

    Pagi hari, Marsha sudah tiba di kampus. Beruntung lah hari ini dia tidak datang terlambat. Sebenarnya semester ini dia tengah dipusingkan dengan menentukan perusahaan untuk magang. Marsha bisa saja memilih magang di perusahaan keluarganya. Tapi Marsha ingin berusaha sendiri, dan tidak mungkin juga dia magang di tempat William itu adalah hal yang paling Marsha hindari. Jika saja Marsha magang di perushaan William, sudah pasti dirinya akan selalu berdebat dengan pria itu.Kini Marsha duduk disebuah kafe terdekat dengan kampus. Hari ini Marsha sengaja tidak sarapan di rumah, dia lebih memilih untuk sarapan di kampus. Marsha memesan hot chocolate dan sandwich tuna untuknya. Karin yang baru saja tiba di kafe, dia menatap Marsha berada di kafe itu, dengan cepat Karin berjalan menghampiri Marsha. "Masha?" panggil Karin, dia langsung duduk di hadapan Marsha. "Tidak biasanya kau pagi hari ini kafe. Biasanya kau selalu sarapan di rumah.""Karin? Kau datang pagi?" tanya Marsha sembari menikmat

    Last Updated : 2024-11-14
  • Takdir Perjanjian Pernikahan   BAB 14 - FIRST KISS

    Menjelang hari pernikahan, William semakin sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan beberapa kali, William berpegian keluar kota. William memang tidak memperdulikan pernikahan ini. Dengan bekerja membuat pikiran William teralihkan dari rasa bersalahnya pada Alice. William duduk di kursi kebesarannya, dia baru saja menanda tangani dokumen yang diberikan Albert. Jika biasanya William selalu membaca dokumen yang diberikan Albert, kali ini Wiliam mempercayakan Albert untuk memeriksa dokumen itu."Tuan," panggil Albert yang kini berada di hadapan William. "Ada apa?" tanya William dingin."Maaf tuan, apa tuan akan berniat berbulan madu? Jika tuan ingin berbulan madu, saya akan menunda jadwal meeting tuan dengan client kita," ujar Albert. William membuang napas kasar. "Tidak, aku tidak akan berbulan madu.""Baik tuan," jawab Albert. CeklekSuara pintu terbuka, William dan Albert mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Terlihat raut wajah kesal William karena ada yang membuka pintu ruang kerjany

    Last Updated : 2024-11-14

Latest chapter

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 528 – TA S2 - Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian... Tokyo, Japan... "Selena... Miracle... Hati-hati, jangan melempar bola salju seperti itu," seru Marsha memberikan peringatan pada kedua putrinya itu, yang tengah bermain salju. "Sean, jaga kedua adikmu. Jangan sampai mereka terluka," lanjutnya yang sedikit berteriak memperingatkan putra sulungnya itu, yang juga ikut bermain salju dengan Selena dan Miracle. "Sayang, Sean akan menjaga Selena dan Miracle dengan baik. Kau tenang saja," William merengkuh bahu Marsha seraya mengecup kening Marsha. "Lihatlah, Dominic masih tertidur pulas, meski tadi suaramu kencang. Tapi dia tetap tenang," ujarnya yang kini melihat ke arah Dominic yang tengah dalam pelukan Marsha. Marsha mendesah pelan, kemudian dia menatap Dominic yang masih tertidur pulas. Beruntung, putra bungsunya itu, tidak terbangun karena mendengar suaranya yang sedikit kencang memperingati ketiga anaknya. Ya, waktu berjalan begitu cepat. Kini Dominic berusia delapan bulan. William dan Marsha, sengaja men

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 527 – TA S2 - Extra Chapter V

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Marsha meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi laki-lakinya. Persalinan berjalan dengan lancar. Anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. William selalu mencium Marsha selama proses persalinan. Kebahagiaan William dan Marsha kini benar-benar begitu lengkap ketika mengetahui anak keempat mereka adalah laki-laki. "Nyonya Marsha, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Marsha. Sesaat William menatap Marsha dengan tatapan yang begitu bahagia. Tidak pernah terpikir dalam hidup mereka, akan kembali merasakan kebahagiaan ini lagi."Dia mirip dengan Sean saat bayi," ucap William di telinga Marsha seraya memberikan banyak kecupan dipipi istrinya itu. "Terima kasih, sayang. Terima kasih telah memberikanku hadiah yang luar biasa."Marsha tersenyum dia terus mengusap lembut kepala bayi laki-lakinya itu. "Aku juga sangat bahagia, William. Melahirkan buah cinta kita adala

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 526 – TA S2 - Extra Chapter IV

    Marsha mematut cermin. Tubuhnya kini telah terbalut dress khusus wanita hamil yang membuat Marsha sangat nyaman. Ya, lagi dan lagi Marsha mengalami kenaikan berat badan cukup drastis. Berkali-kali suaminya mengatakan dirinya sangat cantik dan seksi saat hamil, namun Marsha tentu tidak akan percaya. Bagaimana tidak? Setiap kali Marsha menatap ke cermin, dia selalu melihat tubuhnya tampak begitu besar. Beruntung, kali ini adalah kehamilan yang terakhirnya. Memiliki empat anak sudah lebih dari cukup bagi Marsha. Padahal dulu, dia hanya menginginkan dua anak saja. Tapi William tidak akan pernah mau jika hanya dua anak. Bahkan hingga detik ini, William selalu meminta untuk kembali menambah anak. Marsha benar-benar tidak habis pikir dengan keinginan sang suami. "Setelah melahirkan, aku harus berolah raga. Aku tidak ingin gemuk seperti ini terus," gumam Marsha seraya mengusap perut buncitnya. "Sayang, Mommy sangat mencintaimu. Tenang saja, Mommy tidak akan menyalahkanmu karena kau membuat t

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 525 – TA S2 - Extra Chapter III

    Suara teriakan yang keras membuat Laura yang baru saja menata pajangan di rumahnya, langsung terkejut. Dengan cepat Laura mengalihkan pandangannya, menatap ke arah pintu rumahnya. Seketika Laura mengerutkan keningnya, melihat Lea yang baru saja pulang sekolah, dengan raut wajah yang marah melangkah masuk ke dalam rumah. "Ahg! Kenapa mereka itu menyebalkan sekali! Mereka menggangguku!" seru Lea dengan suara keras kala tiba di rumah. "Sayang? Kau kenapa?" Laura mendekat ke arah Lea, dia langsung mengelus lembut pipi putrinya itu. "Tidak baik, gadis cantik masuk ke dalam rumah dengan wajah yang kesal. Sekarang katakan pada Mommy ada apa dan di mana Ken? Kenapa Ken tidak pulang bersama denganmu?" Lea mendengus, dia mencebikan bibirnya. "Ken masih berada di sekolah. Ada khursus yag harus dia ikuti. Mommy, aku rasanya ingin pindah sekolah saja. Aku tidak mau bersekolah di sekolah yang sama dengan Ka Sean. Aku pusing, Mommy!" Laura menautkan alisnya menatap bingung Lea. "Kenapa, sayang?

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 524 – TA S2 - Extra Chapter II

    "Mommy..." Seorang anak perempuan berusia empat tahun berlari menghampiri Karin yang tengah memasak di dapur. Disusul dengan anak laki-laki yang juga berusia empat tahun, ikut berlari menghampiri Karin. Karin yang baru saja selesai masak, dan hendak meletakan makanan di atas meja, dia langsung mengalihkan pandangannya kala ada yang memanggilnya. Seketika senyum di bibir Karin terukir, melihat kedua anaknya tengah menghampirinya. Dengan cepat Karin langsung membuka tangannya dan memberikan pelukan hangat pada kedua anaknya itu. "Kelvin... Charlotte... Kalian sudah pulang?" Karin memberikan banyak kecupan pada kedua anaknya itu. "Ya, Mommy. Kami sudah pulang," jawab Kelvin dan Charlotte bersamaan seraya memeluk erat tubuh Karin. "Bagaimana hari kalian di sekolah? Apa kalian selalu bersama Selena dan Miracle?" tanya Karin sambil mengelus lembut pipi Kelvin dan Charlotte. Kelvin Frans Geovan dan Charlotte Frans Geovan, anak kembar dari Frans dan Karin yang berusia empat tahun ini ben

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 523 – TA S2 - Extra Chapter I

    Lima Tahun Kemudian..."Astaga, Miracle. Hentikan bermain dengan pisau! Nanti kau terluka, Miracle!" Suara Marsha berseru dengan nada yang keras, agar putri kecilnya itu menghentikan bermain dengan pisau. Vanessa Miracle William Geovan, sejak kecil William mengajarkan bela diri pada Miracle, demi melindungi dirinya sendiri. Tentu William melakukan itu semua karena Miracle tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. William selalu waspada jika suatu saat ada yang berusaha mencelakai putrinya. Namun, Miracle sangat berbeda dengan Selena, saudara kembarnya yang berambut pirang, memiliki sifat yang begitu lemah lembut. Sangat sulit bagi William, mengajarkan Selena bela diri, karena berkali-kali Selena akan selalu terluka. Itu kenapa Willliam lebih memilih menjaga Selena dengan banyak pengawal yang mengikuti putrinya itu. "Mom, aku bisa melempar pisau di papan tepat sasaran. Aku hebat, kan, Mom?" Miracle tersenyum bangga, kala pisau yang dia lempar ke papan, tepat sasaran. Kemudian, dia pun

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 522 – TA S2 - Perfect Ending

    Karin menatap keindahan Canada's sugar beach. Sudah sejak beberapa hari lalu dirinya ingin pergi ke pantai ini. Tapi dia terpaksa menunda karena Frans disibukan dengan pekerjaannya. Dengan kaki telanjang, dan perut yang membuncit Karin melangkah melusuri pantai. Ya, kini kandangan Karin memasuki minggu ke tiga puluh empat. Selama kehamilan ini. Karin dilarang untuk melakukan kegiatan berat. Biasanya Karin menghabiskan waktu bersantai di rumah atau menonton film drama kesukannya. Jika Karin ingin keluar rumah, maka Frans harus ikut dengannya. Sejak hamil, sifat Frans memang begitu overprotective padanya. Dulu Karin berpikir, dia tidak akan pernah tahu bagaiamaa sifat seorang suami yang mengatasi istrinya yang tengah mengandung, tapi ternyata Tuhan begitu baik padanya, hingga memberikan kesempatan untuknya hamil. Kebahagiaan Frans dan Karin bertambah saat Dokter memberitahu dia hamil bayi kembar. Tentu Karin dan Frans begitu bahagia menyambut bayi kembar mereka. "Frans, kenapa kau tid

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 521 – TA S2 - Kebahagiaan Karin dan Frans

    "Karin, pagi ini aku berangkat lebih awal. Banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan menggantikan William. Beberapa hari ke depan, William tidak masuk ke kantor," ucap Frans seraya memakai dasi. Karin yang tengah duduk, dia bangkit berdiri mendekat ke arah Frans, dan langsung mengambil alih Frans yang tengah memakai dasi. "Aku mengerti, William pasti sedang menemani Marsha yang baru melahirkan. Saat ini Marsha benar-benar membutuhkan William berada disisinnya." Karin menepuk pelan dada Frans kala selesai memakaikan dasi suaminya. "Terima kasih sudah mengerti," Frans menarik dagu Karin, mencium dan melumat lembut bibir Karin. "Yasudah aku berangkat sekarang. Malam ini kau tidurlah duluan. Jangan menungguku." "Hati-hati. Kabari aku jika kau sudah di kantor. Jangan lupakan makan siangmu," balas Karin mengingatkan. Frans mengangguk. Kemudian, dia mengecup singkat bibir Karin, lalu melangkah keluar meninggalkan kamar. Karin hendak menemani Frans, namun, Frans memintanya untuk tetap di

  • Takdir Perjanjian Pernikahan   Bab 520 – TA S2 - Welcome Baby Twins

    Suara tangis bayi memecahkan kesunyiaan dalam ruang operasi. Marsha meneteskan air matanya, kala mendengar suara tangis bayi kembarnya. Persalinan berjalan dengan lancar. Anak mereka lahir dengan selamat dan sempurna. William selalu mencium Marsha selama proses persalinan. Kebahagiaan William dan Marsha kini benar-benar begitu lengkap ketika mengetahui anak kembar mereka adalah perempuan. Hal yang membuat William bertambah bahagia adalah saat sang Dokter mengatakan anak kembar mereka bukanlah kembar identik. Anak perempuan pertama yang lebih dulu lahir memiliki rambut pirang seperti Marsha. Sedangkan anak perempuan kedua yang lahir, memiliki rambut coklat seperti William. Sungguh, William tidak menyangka, bayi kembarnya akan lahir dengan begitu special. Kini Marsha tidak akan lagi iri, karena sekarang, Marsha memiliki satu anak yang begitu mirip dengannya. "Nyonya Marsha, silahkan lakukan proses IMD." Dokter menyerahkan bayi mungkin itu ke dalam gendongan Marsha. Sedangkan William d

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status