Share

Bab 5 - PERJANJIAN I

William kembali menatap Marsha yang tengah mengalihkan pandangannya, jika di lihat-lihat memang Marsha adalah gadis yang sangat cantik. Itulah yang di pikir oleh William, Tapi tetap saja, William tidak pernah memiliki pasangan seorang gadis kecil seperti Marsha.

"Jadi kau ini tidak suka dengan perjodohan ini?" tanya William kembali.

"Tentu, jika aku bisa melarikan diri dan menghindar dari perjodohan ini. Percaya lah aku akan melakukannya," jawab Marsha.

William menyeringai. "Good, kalau begitu kita buat kesepakatan."

"Kesepakatan?" Marsha mengerutkan dahinya. Dia sedikit bingung dengan ucapan William.

"Ya, kesepakatan. Kita akan tetap menikah. Dan berpura-pura kita menerima perjodohan ini, aku akan membuat perjanjian besok untuk kita. Besok pagi kau ke kantor ku. Aku akan memberikan surat perjanjian itu pada mu," jelas William.

Mendengar ucapan William membuat Marsha tersenyum. "Setuju! tentu aku menyetujuinya!"

"Allright, sekarang berikan nomor ponsel mu." William menyerakan ponsel miliknya. Marsha langsung menerima ponsel milik William.

"Aku sudah missed call nomorku dari ponselmu." Marsha menyerahkan ponsel milik William.

"Aku akan mengirimkan alamat kantor ku, sekarang lebih baik kita masuk," balas William.

Marsha mengangguk setuju, kemudian dia berjalan masuk ke dalam mengikuti William. Sejak tadi Marsha tidak berheti tersenyum senang, karena itu artinya meski dirinya sudah menikah tapi dia tetap bebas.

Veronica menatap William dan Marsha masuk ke dalam dan menatap mereka dengan tatapan lembut. "Kalian sudah selesai bicara?"

William mengangguk singkat. "Ya."

Veronica tersenyum. "Marsha sayang, kau sering datang ke sini ya."

"Ya bibi.. aku akan mengusahakan untuk datang," balas Marsha dengan senyuman hangat di wajahnya.

"Baiklah, Lukas kami harus pulang," pamit Mario.

Lukas mengangguk. "Ya, hati-hati. Kau seringlah main ke sini. Kita sudah lama tidak bertemu."

Mario menepuk bahu Lukas. "Sebentar lagi anak-anak kita akan menikah. Kita akan sering bertemu."

"Kau benar," balas Lukas.

Setelah keluarga Marsha berpamitan, mereka langsung berjalan menuju mobil dan segera meninggalkan kediaman rumah milik Keluarga Geovan.

***

Keesokan hari, Marsha langsung bersiap menuju kantor William. Kemarin, saat Marsha sudah pulang William mengirimkan alamat kantornya pada Marsha. Marsha sudah tidak sabar untuk membahas perjanjian yang di maksud William.

Beruntunglah, hari ini Marsha tidak memilki jadwal kuliah. Jadi dia tidak perlu terburu-buru. Marsha menuju walk in closet miliknya, dia memilih mini dress berwarna kuning bermotif tanpa lengan. Dipadukan dengan sepatu flat shoes merk gucci pemberian dari ibunya,

Marsha memoles wajahnya dengan make up tipis. Kemudian, dia mengambil kunci mobil di atas meja riasnya. Dia berjalan meninggalkan kamar menuju mobil. Tidak lama kemudian, Marsha masuk ke dalam mobil dan mulai melajukan mobilnya menuju perusahaan millik William.

Setelah dari kantor William, Marsha sudah mengirim pesan pada Karin untuk bertemu di caffe. Dia sudah tidak sabar menceritakan ini pada Karin. Dia memang benar-benar beruntung. Ternyata Dewi Fortuna masih memihak padanya.

Empat puluh lima menit, waktu yang di tempuh Marsha menuju kantor William. Kini mobil Marsha mulai memasuki halaman parkir perusahan milik William. Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam lobby perusahaan.

"Selamat pagi nona, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang receptionist ketika Marsha menghamirinya.

"Pagi, aku Marsha. Aku ingin bertemu dengan William Geovan," jawb Marsha.

"Maaf, apa nona sudah membuat janji dengan Tuan William?"

"Sudah, kemarin aku sudah membuat janji dengannya."

"Baik, kalau begitu mohon di tunggu nona."

Marsha mengangguk. Kemudian receptionist itu melakukan panggilan telepon.

"Nona, nona bisa langsung naik ke lantai 98. Di sana adalah ruangan Tuan William," ujar receptionist itu sambil menyerahkan kartu akses gedung.

"Baiklah, terima kasih. " Marsha langsung mengambil kartu akses gedung dan berjalan menuju lift.

Ting

Pintu lift terbuka, Marsha melangkah keluar dari pintu lift. Dia menatap sosok pria yang melangkah mendekat ke arahnya.

"Selamat pagi nona, saya Albert assistant dari Tuan William," sapa Albert ketika melihat Marsha keluar dari pintu lift.

"Pagi, aku Marsha Nicholas," jawab Marsha dengan lembut.

"Mari nona.. Tuan William sudah menunggu anda," kata Albert. Marsha menganguk lalu mengikuti Albert masuk ke ruang kerja William.

Marsha melangkah masuk ke ruang kerja William. Saat dia tiba di ruang kerja William, mata Marsha tidak henti menatap ruang kerja yang sangat besar dan mewah. Ruang kerja yang jauh lebih besar dari ruang kerja ayahnya.

"Aku pikir kau terlambat," tukas William dingin saat melihat Marsha melangkah masuk ke ruang kerjanya.

"Aku tidak mungkin terlambat ketika membahas penting," balas Marsha dengan santai. Lalu dia berjalan menuju sofa dan duduk di sofa itu.

William bangkit dari kursi kerjanya, dia berjalan ke arah sofa dan duduk di hadapan Marsha. "Baca ini dan pelajari dengan baik," William menyerahkan map coklat pda Marsha.

Marsha menerima map coklat itu, dan langsung membukanya. Terdapat sebuah lembar perjanjian. Dengan cepat Marsha menguarkan kertas itu dan membacanya.

Pihak Pertama : William Geovan

Pihak Kedua    : Marsha Nicholas

Pernikahan hanya berjalan tiga tahun.

Tidur harus satu kamar demi menjaga rahasia tidak terbongkar, tapi di larang untuk bersentuhan.

Pihak pertama memberikan uang bulanan dan juga menghidupi pihak kedua.

Di larang ikut campur urusan masalah pribadi masing-masing.

Pihak pertama dan pihak kedua harus terlihat bahagia dan mesra hanya di depan orang tua saja.

Pihak kedua di larang melawan pada pihak pertama.

Pihak ke dua harus menuruti permintaan pihak pertama.

Marsha menutup perjanjian itu, lalu meletakannya di atas meja. "Aku sudah membaca tapi ada dua point yang memberatkanku."

William menautkan alisnya, "Point mana yang membuat mu keberatan?"

"Point nomor enam dan nomorr tujuh. Kenapa aku harus menurutimu?" seru Marsha yang tidak terima.

"Listen to me, gadis kecil! aku yang menghidupi mu. Aku akan membayar seluruh pendidikan mu dan juga memberikan kehidupan yang baik untuk mu, Tentu kau harus menurutiku," tukas William menekankan.

Marsha berdecak kesal. "Aku akan menikah dengan mu bukan? Tentu kau yang harus menghidupiku. Jika aku masih meminta uang pada orang tuaku. Apa kata mereka?"

"Dan karena aku akan menikah denganmu dan menjadi suamimu. Aku memintamu menurut dan tidak melawanku. Jika kau melawan percayalah aku akan melempar mu!" balas William dingin.

"Terserah, bukannya aku tidak memiliki pilihan lain?" seru Marsha kesal. "Tapi ingat, kau jangan berani macam-macam dengan ku."

William tersenyum sinis. "Aku tidak tertarik pada gadis kecil."

Marsha mendengus tak suka. "Aku tidak peduli denganmu yang tidak tertarik padaku. Tapi aku ini sudah berusia 20 tahun."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status