Beranda / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / BAB 4 - PERTEMUAN KELUARGA

Share

BAB 4 - PERTEMUAN KELUARGA

Marsha mematut cermin, kini dirinya tengah di rias oleh make up artist yang telah di sewa oleh ibunya. Setelah selesai di make up, Marsha langsung memakai strap dress yang telah di siapkan oleh ibunya.

Saat Marsha sudah mengganti pakainnya dengan gaun berwarna navy yang sangat kontras di kulit putih miliknya, Clara dan Rossa penata riasnya sangat terkejut saat melihat Marsha yang saat ini jauh lebih dewasa. Marsha terlihat sangatlah cantik dan anggun.

"Nona Marsha, anda sangat cantik," puji Rossa.

"Sayang, mama tidak menyangka putri mama sangatlah cantik," kata Clara, dia tidak berhenti menatap putrinya yang terlihat sangat cantik hari ini.

Marsha hanya memutar bola matanya malas. Sangat menyebalkan hanya bertemu dengan pria yang di jodohkan, dia harus di rias seperti ini.

"Rossa, bisa tinggalkan aku sebentar dengan putri ku?" pinta Clara.

"Baik nyonya," Rossa langsung berjalan meninggalkan Clara dan Marsha.

Clara melangkah mendekat ke arah Marsha, lalu dia mengelus dengan lembut pipi putrinya itu. "Marsha, wajah mu harus senyum sayang. Mama tidak ingin Paman Lukas dan anaknya melihat mu dengan wajah mu yang cemberut seperti itu."

"Ma, mama tahu kan aku tidak ingin menikah," kata Marsha yang mencoba membujuk ibunya kembali.

Clara mendesah pelan. "Sayang, bukankah kau sudah setuju untuk pertemuan ini?"

'Bagaimana tidak setuju, jika papa dan mama selalu memaksa!' batin Marsha.

"Yasudah ayo kita berangkat sekarang, papa sudah menunggu di bawah," ajak Clara. Marsha mengangguk pelan.

***

Marsha dan keluarganya kini sudah tiba di mansion mewah milik Keluarga Geovan. Marsha yang melihat mansion ini pun sempat terkejut karena mansion ini jauh lebih besar dari masion keluarganya. Marsha dan keluarganya mulai turun dari mobil, para pelayan menyambut ramah kedatangan Marsha dan keluarganya.

"Mario," panggil Lukas saat melihat Mario.

"Lukas," Mario langsung memeluk Lukas.

"Ini putri mu?" tanya Lukas.

"Ya, ini Marsha Nicholas putri ku," jawab Mario.

"Marsha, kau cantik sekali sayang.." Veronica sejak tadi tidak berhenti menatap Marsha yang sangat cantik.

Marsha tersenyum "Apa kabar paman dan bibi?"

"Kami semua baik sayang," jawab Veonica.

"Kau sangat cantik Marsha," puji Lukas.

"Terimakasih paman."

"Lebih baik kita masuk," kata Veronica. Kemudian mereka semua berjalan masuk ke dalam mansion. Saat Veronica melihat salah satu pelayannya, dia meminta untuk pelayan memanggil William.

"Marsha, kau masih kuliah kan?" tanya Veronia dengan tatapan lembut pada Marsha.

Marsha mengangguk dan tersenyum, "Masih bibi, saat ini aku smester lima."

"Apa rencanamu setelah lulus kuliah nanti Marsha?" tanya Lukas.

"Karena aku berencana untuk membuka perusahaan event organizer paman tapi mungkin bisa berubah. Aku belum memastikannya," jawab Marsha.

Lukas tersenyum. "Hebat kalau kau sudah berniat membuka bisnis sendiri."

Obrolan mereka terhenti, ketika sosok pria tampan, dengan tubuh tegap dan atletis menuruni tangga. Semua orang pun menatap sosok pria itu sambil tersenyum.

Marsha mengernyitkan dahinya saat melihat sosok pria tampan itu, dia tidak henti mentap pria tampan itu yang melangkah mendekat.

Veronica tersenyum ke arah putranya. "William sayang.. perkenalkan ini Marsha," kata Veronica yang memperkenalkan Marsha. "Sedangkan di sebelah Marsha adalah Paman Mario dan juga Bibi Clara," lanjutnya.

'Jadi pria itu bernama William,' batin Marsha. Namun, tiba-tiba mata Marsha membulat sempurna, saat menatap pria yang bernama William.

"Astaga dia!" Marsha terkejut saat melihat William.

William yang merasa terus di tatap oleh gadis di hadapannya, dia memincingkan matanya menatap gadis yang berada di hadapannya itu. "Gadis itu?" William terkejut saat melihat gadis yang berada di hadapanya itu.

"William duduk lah dulu," pinta Lukas dan William langsung duduk tepat di samping Veronica.

"William, jadi papa sudah memutuskan kalian akan menikah satu minggu lagi," ujar Lukas yang sontak membuat Marsha dan William terkejut.

"Pa, apa tidak terlalu cepat?" seru William yang berusaha menahan emosinya.

"Tidak, ini semua sudah di atur," tukas Lukas tegas.

"Bukan begitu Mario?" Lukas kini mengalihkan pandangannya menatap Mario.

Mario mengangguk. "Benar, kami sudah menyiapkan pernikahan kalian."

'Apa-apaan ini kenapa aku akan menikah satu minggu lagi,' batin Marsha.

Mendengar dirinya akan menikah satu minggu lagi, benar-benar membuat Marsha seperti tersambar petir. Bahkan ayah dan ibunya tidak mengatakan apa pun pada dirinya. Entah kenapa Marsha merutuki kebodohannya yang mau bertemu dengan keluarga dari pria yang dijodohkan olehnya. Jika Marsha tahu orang tuanya sudah menyetujui mereka akan menikah satu minggu lagi, sudah pasti Marsha akan melarikan diri.

"Paman dan bibi, maaf boleh aku berbicara sebentar dengan Marsha?" kata William menatap Mario dan Clara.

Lukas dan Veronica tersenyum saat mendengar William ingin mengobrol dengan Marsha.

"Tentu boleh, kau akan menjadi suaminya," jawab Clara.

"Marsha, pergilah dengan William. Dia ingin mengobrol dengan mu," kata Mario.

Marsha menghela napas dalam dan langsung beranjak dari tempat duduknya. Lalu mengikuti William menuju taman di mansionnya.

"Jadi kau Marsha?" seru William yang kini sudah tiba di taman belakang mansion keluarganya.

"Astaga Paman, aku tidak tahu kalau kau itu William.." kata Marsha yang membuat William langsung menatap tajam dirinya.

Marsha berdecak kesal. "Kau itu lebih tua dariku. Jadi aku memanggilmu dengan sebutan paman."

"Panggil aku William," tukas William dingin.

Marsha mendengus. "Baiklah, William. Maaf telah merusak bajumu. Sungguh aku tidak sengaja."

"Lupakan masalah bajuku gadis kecil! Jika lain kali kau menabrakku dengan kuemu lagi, lihatlah aku akan melemparmu dari sini!" desis William tajam.

"Tenanglah aku akan berhati-hati." balas Marsha. "Yasudah, apa yang ingin kau bicarakan. Kenapa kau membawa ku kesini?" tanya Marsha dengan wajah kesal.

"Aku ingin bertanya dengan mu, apa kau menginginkan perjodohan ini?" tanya Willam sambil menatap lekat Marsha yang berdiri di hadapannya.

"Aku ini masih muda, siapa yang ingin dijodohkan denganmu. Terlebih usia kita berbeda jauh," balas Marsha sinis.

"Kau tidak menyukai perjodohan ini? harusnya kau bangga akan menjadi Nyonya Geovan," ujar William yang masih tidak percaya ada gadis yang menolaknya. Dalam hidup William tidak pernah di tolak oleh gadis mana pun.

Marsha membuang napas kasar. "Aku tidak perduli dengan itu. Memangnya siapa yang menginginkan menikah muda."

William masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh gadis kecil di hadapannya ini. Gadis yang ternyata menabraknya kemarin dan menumpahkan kuenya ke baju miliknya. Dan kini ternyata gadis kecil itu akan dijodohkan padanya.

William kembali menatap Marsha yang tengah mengalihkan pandangannya, jika di lihat-lihat memang Marsha adalah gadis yang sangat cantik. Itulah yang di pikir oleh William, Tapi tetap saja, William tidak pernah memiliki pasangan seorang gadis kecil seperti Marsha.

"Jadi kau ini tidak suka dengan perjodohan ini?" tanya William kembali.

"Tentu, jika aku bisa melarikan diri dan menghindar dari perjodohan ini. Percaya lah aku akan melakukannya," jawab Marsha meyakinkan.

William menyeringai, "Good, kalau begitu kita buat kesepakatan."

"Kesepakatan?" Marsha mengerutkan dahinya. Dia sedikit bingung dengan ucapan William.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status