Share

Siapa kamu, Kai?

Penulis: Sugar Crush
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-27 07:50:18

“Kamu mirip zombie daripada dokter, Bella.” Kalimat tersebut dilontarkan Bella pada dirinya sendiri saat dia melihat rupa wajah pada cermin yang terletak di ruang perawat.

Dengan kantung mata hitam menyerupai panda, Bella memasuki ruang kerjanya. Tubuhnya begitu lelah setelah menjaga sang ibu yang pingsan karena dehidrasi di rumah sakit sejak kemarin sore hingga pagi ini. Jika saja, hari ini dia tidak ada shift pagi, Bella ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Belum lagi, luka di tangan Bella saat ini berdenyut nyeri secara berkala.

Tok! Tok!

Belum sempat Bella memberikan reaksi, pintu ruangannya telah terbuka kecil.

“Dok, ayo handover,” kata Adrian sembari menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Bella.

Setelah menganggukkan kepala lalu meletakkan semua barang-barangnya ke atas meja, Bella mengikuti langkah Adrian menuju ruang perawat tanpa banyak bicara. Tenaganya sudah habis.

Di sana, telah lengkap. Sebelum memulai hari, para tenaga medis di ruangan akan melakukan kegiatan rutin yaitu operan shift jaga, istilah kerennya handover. Bertujuan untuk memberikan informasi antara tenaga kesehatan berjaga kemarin kepada shift pagi ini dengan menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien.

“Oke, baik. Izin kepala ruangan dan Dokter Bella, saya akan membuka handover pagi ini.” Sembari membuka buku laporan, Rio yang bertugas shift malam kemarin pun memulai pembicaraan. Lantas, dilanjutkan dengan pembacaan jumlah klien yang ada di ruang Merpati kemudian suasana yang terjadi kemarin malam.

Sepanjang operan shift jaga, Bella benar-benar tidak memperhatikan selain berusaha menahan rasa kantuk dan juga lelah. Dia ingin cepat-cepat memejamkan mata karena sudah tidak tahan lagi.

Beberapa saat kemudian, operan telah selesai. Para perawat beserta adik mahasiswa segera melakukan kegiatan harian pasien. Pagi ini, jadwal senam lalu dilanjut pemeriksaan kesehatan dan ditutup dengan kegiatan hobi klien masing-masing.

Hampir saja mata Bella tertutup rapat sepenuhnya, adik mahasiswa perawat yang tengah praktik di ruangan Merpati pun menginstruksikan sambil memanggil namanya.

“Em, iya kenapa, Dik?” Sembari mengerjab-erjabkan mata guna mengusir rasa kantuk, Bella pun bertanya.

“Mohon maaf sebelumnya, Dok. Itu, Pak Kaisar mau mengobrol sama Dokter. Tapi masih di kamar isolasi,” katanya dengan takut-takut.

Kalimat itu membuat kepala Bella menoleh kepada Rio yang tengah bersiap akan pulang. Lantas, dia pun bertanya, “Kaisar kenapa masih di kamar isolasi, Yo?”

“Oh itu, Kaisar sendiri, Dok, yang minta. Katanya, mau keluar menunggu Dokter Bella jaga saja. Mungkin dia merasa bersalah sama dokter,” jawab Rio tanpa beban. Kemudian, dia mengambil segerombolan kunci dan berjalan memasuki ruangan besar yang merupakan kamar-kamar pasien. Diikuti oleh Bella.

Mendengar Kaisar mencarinya membuat rasa lelah dan kantuk di dalam diri Bella langsung terhempas. Tergantikan oleh semangat membara tiada tara.

“Sudah, biar saya saja.” Ketika Rio ingin membuka kunci pada gembok di pintu kamar isolasi, Bella segera menghentikan. Seluruh pasien sudah berada di lapangan khusus senam, di sana hanya ada Kaisar saja membuat Bella kembali berkata, “Pulang lah, Yo. Saya akan bicara dengan Kaisar.”

Melihat tatapan Rio ingin memprotes membuat Bella pun menyahuti, “Tidak apa. Di sini hanya ada saya dan Kaisar saja.”

Lantas, Rio pun pamit dan bergegas pergi dari sana. Kepergian pria itu membuat Bella segera membuka gembok pada kamar isolasi dan menghampiri Kaisar yang juga menolehkan kepala kepadanya.

“Selamat pagi, Kai. Sudah mandi pagi ini?” Sembari menghampiri Kaisar yang duduk di pinggir jendela, Bella pun bertanya basa-basi.

Kepala dengan tatapan datar itu mengangguk kaku.

Tak berniat menyembunyikan kekehan kecil sebagai respon atas jawaban Kaisar, Bella pun duduk di hadapan pasiennya ini. Senyuman lebar tak tertinggal terpatri di wajah manisnya. “Kenapa di sini? Kata Rio, kamu tidak mau keluar ruangan karena merasa bersalah sama saya?”

Kaisar mengangguk. Lantas, dia pun berdiri sambil terus membalas tatapan Bella tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Disaat seperti ini, mengapa Kaisar nampak normal? Sebenarnya, siapa kamu ini, Kai?” Melihat wajah serta gestur Kaisar, membuat batin Bella penuh tanya. Hingga, kedua matanya membeliak ketika pria dengan wajah dipenuhi oleh kumis dan janggut tipis ini menekuk kedua lutut di hadapannya.

“Eh, ada apa, Kai? Untuk apa kamu berlutut di hadapan saya?” Tak mampu menahan keterkejutan hingga mulut Bella menganga, dia pun sontak bertanya cepat.

Kedua tangan berkulit kasar itu memilin satu sama lain dengan gugup. Hingga, pada akhirnya kepala Kaisar mendongak membuat iris mata hitam pekat itu bertabrakan dengan mata hazel Bella. Perlahan-lahan, suara gugup Kaisar terdengar, “Dokter Bella ....”

“Iya, Kai?”

“Saya minta maaf karena telah menyakiti dokter kemarin. Sangat sakit sekali ya, Dok, lukanya? Maaf, Dok. Karena saya membiarkan suara itu mengendalikan akal sehat saya sehingga membuat Anda menderita.” Setelah menghembuskan napas panjang, Kaisar berkata panjang dengan raut wajah panik yang tidak bisa disembunyikan.

Bella tidak bisa mengeluarkan suara dari kerongkongannya. Sebab, dia teramat terkejut mendengar Kaisar yang bicara lebih dari satu kata padanya. “Sungguh kemajuan!” batinnya berseru tersadar.

“Dok?” Suara mencicit Kaisar kembali terdengar ragu sebab tidak ada timbal balik dari Bella.

Sambil mengulum senyuman, Bella pun berkata, “Oke. Dengan satu syarat.”

Kali ini, giliran Kaisar yang tak memberikan jawaban melainkan tatapan cemasnya.

“Kamu dilarang bicara irit, pendiam, dingin, menatap datar kepada saya. Saya akan maafkan kalau kamu mulai terbuka kepada saya, Kai. Selama 3 tahun ini, saya sama sekali tidak bisa menebak jalan pemikiranmu karena kamu benar-benar tidak membuka pintu benteng fondasi kehidupan kamu,” ujar Bella serius. Dia memanfaatkan kejadian ini agar semakin mengenal Kaisar.

Mata Bella dan Kaisar saling terkunci. Berusaha mungkin, Bella meyakinkan dari tatapan bahwa dia benar-benar serius ingin mengenal Kaisar.

“Kai, saya bukan hanya ingin menjadi orang asing di dalam hidupmu. Saya ingin berperan penting dalam kesembuhan kamu yang selalu saya nantikan setiap harinya. Kamu jangan merasa sendiri lagi karena ada saya yang akan selalu menghampiri kamu dikala kesedihan itu datang kembali.” Sedikit mencondongkan tubuh ke arah Kaisar, Bella pun berusaha meyakinkannya sembari menggenggam sebelah tangan pria itu.

Kaisar ingin menarik tangannya. Tetapi ketika merasa kehangatan yang dialirkan dari tubuh Bella, membuat pria berusia 24 tahun ini mengurungkan niat dan memilih untuk menatap lama tautan tangan mereka.

“Saya harap, kamu bisa berpikir untuk menjadikan saya sebagai rumah ternyaman kamu, Kai,” bisik Bella kembali dengan nada amat lembut.

Bella sengaja tidak berkata lagi agar memberikan waktu Kaisar berpikir. Dia berusaha menyembunyikannya perasaan cemas menunggu jawaban. Bella sangat takut ditolak oleh pasiennya ini. Sungguh lucu, bukan?

Karena, Bella jatuh cinta dengan pasiennya sendiri.

Hingga, beberapa menit kemudian, Kaisar akhirnya mendongak. Untuk pertama kalinya bagi Bella melihat tatapan sedih, terluka, dan sebuah air mata menetes dari sudut mata Kaisar.

“D-dok ... s-saya adalah seorang pembunuh.”

Bab terkait

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Semua orang memiliki masa lalu

    “Kai ... saya tidak pernah tahu apa yang kamu alami di masa lalu, dulu. Tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai beban di pundakmu sendiri.” Tangan Bella tak henti-hentinya mengusap pundak Kaisar yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. ‘Kaisar lagi down, makanya dia mengarang seperti itu,’ batin Bella menyahut dengan tidak percaya atas kalimat Kaisar baru saja, yang menyatakan kata mengejutkan. Kaisar berusaha tidak menatap Bella yang terus memandang dia. Dirinya pun tak bisa berkata-kata lagi melihat reaksi biasa saja tersebut. Jika Kaisar sedang berusaha memecahkan respon Bella, maka, gadis itu berusaha keras menenangkan debaran jantung yang kian terpacu kuat. Hingga pada akhirnya, Bella berdehem keras sembari menepuk bahu Kaisar beberapa kali dengan lembut. Dia pun berkata, “Sudah, masalah yang telah terjadi tidak perlu dipikirkan kembali, hm? Ayo, teman-teman yang lain tengah kegiatan di ruang terbuka. Mari kita susul ke sana.” Ketika Bella sudah berdiri dan ingin menarik

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-09
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Bella, si CEGIL

    "Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya. Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya. Walau hanya sedikit. "Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian. Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong. "Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana. Kini bergantian Rio

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-14
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan Selalu Ada

    "Kai, rambutmu sudah panjang, saya potong, ya." Sontak, gerakan tangan Kaisar, si pemilik rambut tersebut berhenti saat mendengar penawaran yang ingin sekali dirinya tolak. Namun, Bella tidak memberikan sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang harus dipenuhi detik itu juga. "Yuk!" Dalam sekali gerakan, tangan Bella menarik Kaisar untuk berdiri sehingga tomat-tomat di genggamannya berhamburan di tanah. Sebelum pergi, pandangan Bella beralih kepada beberapa teman sekamar Kaisar yang berada di sekitar mereka lalu dia berkata, "Pak, kalau mau dipotong rambutnya, ke lapangan saja ya!" Kemudian, tak menunggu lama, Bella membawa Kaisar menuju lapangan indoor. Lama kelamaan, tangannya yang menarik itu menyelip ke jari-jari tangan Kaisar hingga menggenggamnya ringan. Selang beberapa detik, Bella menunggu beberapa saat untuk menunggu reaksi penolakan. Tapi, dia tidak mendapatkan itu dari Kaisar membuatnya berasumsi jika pria ini nyaman dengan perlakuannya. Sesampainya di lapangan dan me

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-23
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan (2)

    "Kaisar?!" Bella tak mampu menahan pekikan ketika melihat sosok yang mengeluarkan suara tinggi hingga pasien di depannya menjauh ketakutan. Kaisar yang kini menarik lengan Bella agar mundur beberapa langkah. "Kai, tidak apa-apa. Tenang, dia tidak menyakiti saya." Dengan sigap, Bella mengusap otot bisep Kaisar yang langsung bersentuhan dengan kulit tangannya dikarenakan pemuda itu memakai lengan pendek. "Tenang ya, sudah, gak papa." Sorot mata tajam Kaisar masih memandang pasien di depan Bella, sampai dia melihat sebuah telapak tangan kecil yang menutupi indera penglihatannya dan menarik Kaisar dalam kesadaran. "Kaisar, ini teman baru. Namanya Mas Sam, mau kenalan gak?" Kaisar menolehkan kepalanya, memandang Bella dan dalam beberapa detik langsung memalingkan wajah. "Mas Sam malu kalau duluan nyapa, Kaisar mau kan ngobrol duluan dan ngajak Mas Sam ke mana-mana?" Bella kembali bersuara. Matanya melirik ke arah Samuel yang beringsut menjauhi mereka karena ketakutan oleh tindakan Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-24
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Penyesalan Selalu Diakhir

    “Dokter Bella! Pak Andri mengamuk kembali! Saya dan Rio sudah mengisolasinya di kamar B sebab beliau mencelakai salah satu teman sekamarnya!”Merasa namanya dipanggil, Arabella Jennie Manuel, atau kerap disapa Bella pun menoleh. Tahun ini, Bella baru saja selesai menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis di RS Jiwa Provinsi dan resmi bergabung sebagai dokter spesialis Jiwa dan Psikiater di ruang Merpati. Kamar rawat inap bagi pasien yang telah tak mengalami gejala gangguan jiwa dan bersiap akan pulang ke rumah. Atau, istilahnya yaitu pasien sudah normal.Kepala cantiknya menoleh sambil memberikan senyuman tipis, mengapresiasi kinerja rekan perawatnya yang juga merupakan kenalan Bella. Lantas, suara indahnya pun terdengar ketika menjawab, “Ada apa? Mengapa dia mengamuk? Apakah halusinasinya kembali ketika senam barusan?”Perawat ruangan Merpati sekaligus teman SMA Bella yakni Adrian pun duduk di hadapan Bella. Saat ini, mereka berada di ruang perawat yang terletak di tengah-tengah

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Kamu Selalu Ada Untukku?

    “Halo, Dok? Mengapa bengong?” Sentuhan di bahu Bella membuatnya kembali pada kenyataan. “Dokter Bella menangis?” Sahutan kembali terdengar, tetapi bukan berasal dari suara yang sama. Kini, terselip kepanikan pada nada bicaranya. Kepala Bella dipalingkan berlawanan arah. Tangannya terangkat tuk mengusap kedua pipinya ternyata telah basah. Sebuah senyuman yang amat dipaksakan tersemat ketika dirinya memutuskan tuk menatap lawan bicara. “Sudah selesai terapinya?” Sebuah pertanyaan dilayangkan tuk mengalihkan suasana. Namun, tak dapat Bella sembunyikan sebuah pancaran hangat dan mimik wajah bahagia ketika memandang pasien di hadapannya yang tengah membawa sebuah sarung. “Hari ini terapinya gimana Kaisar? Lancar?” tanyanya pada salah satu pasien. Sayangnya, bukan hanya Bella yang memiliki perasaan berbunga itu. Hampir seluruh perawat lajang di ruangan Merpati ini bersikap sedikit lembut ketika berhadapan dengan pasien bernama Kaisar Magenta. Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pend

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Andai Waktu Bisa Diulang

    “Huft, bagaimana caranya menarik perhatian Kaisar?”Sembari menopang pipi dengan telapak tangan, Bella bergumam bingung. Otaknya bekerja lebih keras daripada saat dia ujian OSCE dulu. Menaklukkan sifat Kaisar lebih sulit dibandingkan dengan mata kuliah kedokteran.Getaran pada ponsel Bella mengalihkan perhatian sang pemiliknya yang kini segera mengambil barang elektronik tersebut. Senyuman sendu terbit di kedua sudut bibirnya kala melihat isi pesan di sana.[Mama]‘Mbak, jangan lupa pulang ya. Nanti sore ada acara doa anak-anak panti untuk memperingati hari kepergian adikmu.’Jari jempolnya bergegas mengetikkan balasan. Tetapi, ketika ingin mengirim pesan tersebut, seseorang duduk di hadapannya. Yang mana, saat ini Bella tengah berada di taman samping ruangan.Kehadiran seseorang membuat Bella mendongak. Matanya membeliak saat wajah tampan yang kini menyiratkan ketakutan tengah mencuri pandangan ke arahnya. “Kai?!” serunya tak menyangka. Hingga, dirinya melupakan balasan kepada sang i

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

    ‘Hahahaha, seharusnya kamu menusuk tepat di jantung Dokter Bella! Menyenangkan bukan menghirup aroma kenikmatan dari cairan merah pekat itu? Ayo lakukan lagi!’“Pergi!!” Kaisar berteriak kuat sembari menatap ke segala arah. Saat ini, wanita itu sudah tidak ada di pandangan matanya. Tetapi suara tanpa wujud masih memenuhi pemikiran Kaisar.Teriakan membahana Kaisar mengundang beberapa orang mendekat. Adrian, Rio, dan Rafael yang kebetulan akan keluar menuju dapur. Mereka bergegas menghampiri gazebo.“Dokter Bella!” Adrian mendekati Bella, matanya membeliak melihat kondisi mengenaskan teman sekaligus rekan kerjanya ini. Dia pun segera membalut luka Bella menggunakan sapu tangan miliknya agar pendarahan tidak semakin parah.“Kai, lo kambuh?!” Dengan panik, Rafael melayangkan pertanyaan. Selama 1 tahun di sini tetapi dia belum terbiasa menyaksikan pasien tengah kambuh. Apalagi, Kaisar. Yang jarang sekali seperti ini.Dengan gerakan waspada, Rio mendekat ke arah Kaisar. Lantas, dia pun ber

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-27

Bab terbaru

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan (2)

    "Kaisar?!" Bella tak mampu menahan pekikan ketika melihat sosok yang mengeluarkan suara tinggi hingga pasien di depannya menjauh ketakutan. Kaisar yang kini menarik lengan Bella agar mundur beberapa langkah. "Kai, tidak apa-apa. Tenang, dia tidak menyakiti saya." Dengan sigap, Bella mengusap otot bisep Kaisar yang langsung bersentuhan dengan kulit tangannya dikarenakan pemuda itu memakai lengan pendek. "Tenang ya, sudah, gak papa." Sorot mata tajam Kaisar masih memandang pasien di depan Bella, sampai dia melihat sebuah telapak tangan kecil yang menutupi indera penglihatannya dan menarik Kaisar dalam kesadaran. "Kaisar, ini teman baru. Namanya Mas Sam, mau kenalan gak?" Kaisar menolehkan kepalanya, memandang Bella dan dalam beberapa detik langsung memalingkan wajah. "Mas Sam malu kalau duluan nyapa, Kaisar mau kan ngobrol duluan dan ngajak Mas Sam ke mana-mana?" Bella kembali bersuara. Matanya melirik ke arah Samuel yang beringsut menjauhi mereka karena ketakutan oleh tindakan Ka

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan Selalu Ada

    "Kai, rambutmu sudah panjang, saya potong, ya." Sontak, gerakan tangan Kaisar, si pemilik rambut tersebut berhenti saat mendengar penawaran yang ingin sekali dirinya tolak. Namun, Bella tidak memberikan sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang harus dipenuhi detik itu juga. "Yuk!" Dalam sekali gerakan, tangan Bella menarik Kaisar untuk berdiri sehingga tomat-tomat di genggamannya berhamburan di tanah. Sebelum pergi, pandangan Bella beralih kepada beberapa teman sekamar Kaisar yang berada di sekitar mereka lalu dia berkata, "Pak, kalau mau dipotong rambutnya, ke lapangan saja ya!" Kemudian, tak menunggu lama, Bella membawa Kaisar menuju lapangan indoor. Lama kelamaan, tangannya yang menarik itu menyelip ke jari-jari tangan Kaisar hingga menggenggamnya ringan. Selang beberapa detik, Bella menunggu beberapa saat untuk menunggu reaksi penolakan. Tapi, dia tidak mendapatkan itu dari Kaisar membuatnya berasumsi jika pria ini nyaman dengan perlakuannya. Sesampainya di lapangan dan me

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Bella, si CEGIL

    "Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya. Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya. Walau hanya sedikit. "Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian. Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong. "Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana. Kini bergantian Rio

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Semua orang memiliki masa lalu

    “Kai ... saya tidak pernah tahu apa yang kamu alami di masa lalu, dulu. Tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai beban di pundakmu sendiri.” Tangan Bella tak henti-hentinya mengusap pundak Kaisar yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. ‘Kaisar lagi down, makanya dia mengarang seperti itu,’ batin Bella menyahut dengan tidak percaya atas kalimat Kaisar baru saja, yang menyatakan kata mengejutkan. Kaisar berusaha tidak menatap Bella yang terus memandang dia. Dirinya pun tak bisa berkata-kata lagi melihat reaksi biasa saja tersebut. Jika Kaisar sedang berusaha memecahkan respon Bella, maka, gadis itu berusaha keras menenangkan debaran jantung yang kian terpacu kuat. Hingga pada akhirnya, Bella berdehem keras sembari menepuk bahu Kaisar beberapa kali dengan lembut. Dia pun berkata, “Sudah, masalah yang telah terjadi tidak perlu dipikirkan kembali, hm? Ayo, teman-teman yang lain tengah kegiatan di ruang terbuka. Mari kita susul ke sana.” Ketika Bella sudah berdiri dan ingin menarik

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Siapa kamu, Kai?

    “Kamu mirip zombie daripada dokter, Bella.” Kalimat tersebut dilontarkan Bella pada dirinya sendiri saat dia melihat rupa wajah pada cermin yang terletak di ruang perawat.Dengan kantung mata hitam menyerupai panda, Bella memasuki ruang kerjanya. Tubuhnya begitu lelah setelah menjaga sang ibu yang pingsan karena dehidrasi di rumah sakit sejak kemarin sore hingga pagi ini. Jika saja, hari ini dia tidak ada shift pagi, Bella ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Belum lagi, luka di tangan Bella saat ini berdenyut nyeri secara berkala.Tok! Tok!Belum sempat Bella memberikan reaksi, pintu ruangannya telah terbuka kecil.“Dok, ayo handover,” kata Adrian sembari menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Bella.Setelah menganggukkan kepala lalu meletakkan semua barang-barangnya ke atas meja, Bella mengikuti langkah Adrian menuju ruang perawat tanpa banyak bicara. Tenaganya sudah habis.Di sana, telah lengkap. Sebelum memulai hari, para tenaga medis di ruangan akan

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

    ‘Hahahaha, seharusnya kamu menusuk tepat di jantung Dokter Bella! Menyenangkan bukan menghirup aroma kenikmatan dari cairan merah pekat itu? Ayo lakukan lagi!’“Pergi!!” Kaisar berteriak kuat sembari menatap ke segala arah. Saat ini, wanita itu sudah tidak ada di pandangan matanya. Tetapi suara tanpa wujud masih memenuhi pemikiran Kaisar.Teriakan membahana Kaisar mengundang beberapa orang mendekat. Adrian, Rio, dan Rafael yang kebetulan akan keluar menuju dapur. Mereka bergegas menghampiri gazebo.“Dokter Bella!” Adrian mendekati Bella, matanya membeliak melihat kondisi mengenaskan teman sekaligus rekan kerjanya ini. Dia pun segera membalut luka Bella menggunakan sapu tangan miliknya agar pendarahan tidak semakin parah.“Kai, lo kambuh?!” Dengan panik, Rafael melayangkan pertanyaan. Selama 1 tahun di sini tetapi dia belum terbiasa menyaksikan pasien tengah kambuh. Apalagi, Kaisar. Yang jarang sekali seperti ini.Dengan gerakan waspada, Rio mendekat ke arah Kaisar. Lantas, dia pun ber

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Andai Waktu Bisa Diulang

    “Huft, bagaimana caranya menarik perhatian Kaisar?”Sembari menopang pipi dengan telapak tangan, Bella bergumam bingung. Otaknya bekerja lebih keras daripada saat dia ujian OSCE dulu. Menaklukkan sifat Kaisar lebih sulit dibandingkan dengan mata kuliah kedokteran.Getaran pada ponsel Bella mengalihkan perhatian sang pemiliknya yang kini segera mengambil barang elektronik tersebut. Senyuman sendu terbit di kedua sudut bibirnya kala melihat isi pesan di sana.[Mama]‘Mbak, jangan lupa pulang ya. Nanti sore ada acara doa anak-anak panti untuk memperingati hari kepergian adikmu.’Jari jempolnya bergegas mengetikkan balasan. Tetapi, ketika ingin mengirim pesan tersebut, seseorang duduk di hadapannya. Yang mana, saat ini Bella tengah berada di taman samping ruangan.Kehadiran seseorang membuat Bella mendongak. Matanya membeliak saat wajah tampan yang kini menyiratkan ketakutan tengah mencuri pandangan ke arahnya. “Kai?!” serunya tak menyangka. Hingga, dirinya melupakan balasan kepada sang i

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Kamu Selalu Ada Untukku?

    “Halo, Dok? Mengapa bengong?” Sentuhan di bahu Bella membuatnya kembali pada kenyataan. “Dokter Bella menangis?” Sahutan kembali terdengar, tetapi bukan berasal dari suara yang sama. Kini, terselip kepanikan pada nada bicaranya. Kepala Bella dipalingkan berlawanan arah. Tangannya terangkat tuk mengusap kedua pipinya ternyata telah basah. Sebuah senyuman yang amat dipaksakan tersemat ketika dirinya memutuskan tuk menatap lawan bicara. “Sudah selesai terapinya?” Sebuah pertanyaan dilayangkan tuk mengalihkan suasana. Namun, tak dapat Bella sembunyikan sebuah pancaran hangat dan mimik wajah bahagia ketika memandang pasien di hadapannya yang tengah membawa sebuah sarung. “Hari ini terapinya gimana Kaisar? Lancar?” tanyanya pada salah satu pasien. Sayangnya, bukan hanya Bella yang memiliki perasaan berbunga itu. Hampir seluruh perawat lajang di ruangan Merpati ini bersikap sedikit lembut ketika berhadapan dengan pasien bernama Kaisar Magenta. Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pend

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Penyesalan Selalu Diakhir

    “Dokter Bella! Pak Andri mengamuk kembali! Saya dan Rio sudah mengisolasinya di kamar B sebab beliau mencelakai salah satu teman sekamarnya!”Merasa namanya dipanggil, Arabella Jennie Manuel, atau kerap disapa Bella pun menoleh. Tahun ini, Bella baru saja selesai menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis di RS Jiwa Provinsi dan resmi bergabung sebagai dokter spesialis Jiwa dan Psikiater di ruang Merpati. Kamar rawat inap bagi pasien yang telah tak mengalami gejala gangguan jiwa dan bersiap akan pulang ke rumah. Atau, istilahnya yaitu pasien sudah normal.Kepala cantiknya menoleh sambil memberikan senyuman tipis, mengapresiasi kinerja rekan perawatnya yang juga merupakan kenalan Bella. Lantas, suara indahnya pun terdengar ketika menjawab, “Ada apa? Mengapa dia mengamuk? Apakah halusinasinya kembali ketika senam barusan?”Perawat ruangan Merpati sekaligus teman SMA Bella yakni Adrian pun duduk di hadapan Bella. Saat ini, mereka berada di ruang perawat yang terletak di tengah-tengah

DMCA.com Protection Status