Home / Romansa / Takdir Cinta Dokter Jiwa / Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

Share

Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

Author: Sugar Crush
last update Last Updated: 2023-09-27 07:49:37

‘Hahahaha, seharusnya kamu menusuk tepat di jantung Dokter Bella! Menyenangkan bukan menghirup aroma kenikmatan dari cairan merah pekat itu? Ayo lakukan lagi!’

“Pergi!!” Kaisar berteriak kuat sembari menatap ke segala arah. Saat ini, wanita itu sudah tidak ada di pandangan matanya. Tetapi suara tanpa wujud masih memenuhi pemikiran Kaisar.

Teriakan membahana Kaisar mengundang beberapa orang mendekat. Adrian, Rio, dan Rafael yang kebetulan akan keluar menuju dapur. Mereka bergegas menghampiri gazebo.

“Dokter Bella!” Adrian mendekati Bella, matanya membeliak melihat kondisi mengenaskan teman sekaligus rekan kerjanya ini. Dia pun segera membalut luka Bella menggunakan sapu tangan miliknya agar pendarahan tidak semakin parah.

“Kai, lo kambuh?!” Dengan panik, Rafael melayangkan pertanyaan. Selama 1 tahun di sini tetapi dia belum terbiasa menyaksikan pasien tengah kambuh. Apalagi, Kaisar. Yang jarang sekali seperti ini.

Dengan gerakan waspada, Rio mendekat ke arah Kaisar. Lantas, dia pun berkata, “Kai, kamu mendengar suara? Ayo lawan, kamu pasti bisa!”

‘Kaisar~ hahaha! Ayo, celakai lagi dia!’ Suara tanpa wujud kembali menggema di pikiran Kaisar. Membuatnya menekuk lutut di atas tanah dengan masih menutup kedua telinga sambil memejamkan mata.

“P-pergi pergi kamu suara palsu! Kamu tidak nyata!” Dengan gemetar, Kaisar berteriak sambil menerapkan kalimat yang diajarkan oleh para perawat untuk mengusir suara-suara halusinasi ketika kambuh.

“Iya, benar! Bagus! Kamu bisa, Kaisar!” Tak ingin mengacaukan kondisi, Rio hanya bisa menyemangati Kaisar dari jarak aman.

Sedangkan Bella, dia dibantu oleh Rafael untuk mendekati Kaisar dengan Adrian masuk ke dalam ruangan untuk mengambil obat bius dan tali.

Melihat Kaisar tengah gemetar hebat sambil meneriaki kalimat terapi membuat hati Bella sakit. Dia pun mengambil risiko dengan ikut menekuk lututnya di sebelah Kaisar dan melarikan telapak tangan pada punggung pria itu tanpa takut di serang kembali.

“Tidak apa-apa, kamu pasti bisa, Kai. Suara itu palsu, jangan terhipnotis dengan kalimatnya. Singkirkan dia karena dia tidak nyata,” kata Bella bernada amat lembut. Seperti ibu yang tengah memberikan pengertian kepada sang anak. Dia menyingkirkan semua peraturan yang telah ditetapkan pihak RS bahwasanya, tenaga kesehatan wanita tidak boleh berkontak fisik kepada pasien jika tengah kambuh. Ditakutkan terjadi hal-hal kurang menyenangkan.

‘Hmm, kamu mencium aroma darah ini, Kai? Sangat lezat. Buat lagi! Kali ini, di jantungnya!!’ Suara itu kembali memberikan perintah hingga menggema di akal sehat Kaisar.

“Pergi kamu! Kamu suara palsu! Kamu tidak nyata!” Tepat setelah mengatakan itu, Kaisar meraung kesakitan sembari memegangi tangannya yang dia rasa ada sengatan terbakar di sana. “Arghh! Sakitt!”

Bukan hanya Bella yang panik, Rio, Rafael, dan Adrian yang baru datang pun ikut terkejut.

“Kai, jangan menderita sendirian. Saya di sini untukmu.” Tidak memedulikan bahwa sebelah tangannya terluka, Bella pun menarik lengan Kaisar yang terasa terbakar itu lalu mengusapnya dengan pelan sembari meniup-niupkan.

“Dok mundur, biarkan saya injeksi obat penenang untuknya,” seru Adrian sembari mematahkan ampul lalu mengambil obat tersebut menggunakan spuit, atau alat suntik.

“Tidak, biarkan saya saja.” Setelah menjawab demikian, Bella kembali berfokus kepada Kaisar yang masih berperilaku sama. Kini, tangannya terangkat untuk mengusap rambut lepek pria itu dan berkata, “Kai, semesta memang tengah bercanda kepadamu dengan memberikan banyak masalah, maka dari itu, tunjukkan lah. Tunjukkan bahwa kamu bisa menghadapi semuanya dan keluar dari zona bahaya itu. Saya percaya jika kamu bisa, Kaisar. Sebab, tak ada siapa pun yang mampu mengeluarkanmu dari belenggu itu melainkan dirimu sendiri.”

Di dalam diri Kaisar menegang ketika indera pendengarnya menangkap kalimat itu yang berhasil mengusir suara-suara tanpa wujud yang memanipulasi akal sehatnya. Perlahan-lahan, kepala Kaisar mendongak. Membalas tatapan Bella dengan sayu dan mimik wajah sendu. Hingga, matanya terpejam erat dengan kepala lunglai ke dalam pelukan Bella.

“Kaisar pingsan! Rio, cepat bawa dia ke ruangan dan isolasi!” Melihat Kaisar yang kehilangan kesadaran, Adrian bergegas memerintah Rio agar mengamankan pasiennya ini. Kemudian, dia segera membawa Bella supaya segera ditangani karena takut terjadi infeksi.

‘Kaisar, aku harap kamu baik-baik saja ....’

***

“Mengapa Kaisar 2 kali kambuh dalam waktu dekat ya, Dok? Tidak biasanya, padahal, dia tidak pernah kambuh sejak 2 tahun lalu. Apa dia memikirkan sesuatu yang berat sehingga memicu datangnya halusinasi tersebut?” Di dalam ruang kerja Bella kini telah berkumpul kepala ruangan, Adrian, ahli terapi, psikiater, dan tentu Bella sendiri.

Luka pada lengan Bella telah ditangani setelah Adrian membawanya ke UGD. Telat beberapa waktu, dokter umum menyatakan jika risiko infeksi begitu besar sebab ranting pohon yang menusuk lengannya membawa kuman-kuman yang untung saja telah pasif. Kini, lengan Bella telah di perban dengan rapi.

Namun, pikiran Bella tidak bisa fokus terhadap perbincangan tim tenaga medis lainnya saat ini. Dia memikirkan kondisi Kaisar dan juga keadaan di rumahnya yang mana, 30 menit lagi acara pengajian anak yatim piatu untuk mendoakan adiknya akan dilaksanakan. Bella tentu sudah mengabari sang ibu, tetapi tetap saja dia belum tenang sebab tidak datang.

“Kai, sesusah itu melupakan trauma yang terjadi padamu 3 tahun yang lalu, ya? Apa hari ini ... merupakan hari amat berarti untukmu sehingga memicu halusinasi itu terjadi?” Dengan pemikiran menebak-nebak, Bella membatin tanpa menemukan solusi. Menurutnya, Kaisar itu spesial. Dia tidak terlihat memiliki gangguan mental tetapi tidak dinyatakan normal.

Helaan napas kasar lolos dari bibir Bella yang cukup menarik perhatian dari seluruh orang di sana. Mereka sontak menatap sang dokter ruangan dengan heran.

“Ah, Dok. Saya dengar, lagi-lagi Anda mengambil risiko agar menenangkan Kaisar?” Pertanyaan itu dilayangkan dari ahli terapi.

Mendengar namanya disebut membuat Bella menoleh dan menyunggingkan senyuman kecil. Saat mulutnya terbuka untuk menjawab pertanyaan tersebut, seseorang mengetuk pintu ruangan.

“Siapa? Masuk!” Dengan wajah merenggut karena diskusi mereka terganggu, Adrian menyahuti kesal.

Sosok Rafael masuk ke dalam ruangan dengan wajah masa bodo. Dia cengengesan menatap semua orang dan berhenti kepada Bella. “Dok, ke kamar Kaisar, dong. Dia mau minta maaf tuh kayaknya, tapi tidak bisa ke mari. Kan lagi diikat,” ujarnya dengan nada tanpa sopan dan menyindir Adrian pada akhir kalimat.

Setelah berpamitan, Bella keluar dari ruangan tersebut diikut oleh Adrian. Tentu saja sebuah peraturan mengharuskan staf wanita didampingi oleh staf pria sebelum memasuki ruang istirahat pasien. Mereka bergegas menuju kamar isolasi Kaisar.

Pertama kali masuk, bibir Bella manyun ketika melihat kedua tangan dan kaki Kaisar diikat di sisi tempat tidur. Dia mendekat secara perlahan lalu menoleh ke arah Adrian juga Rafael. “Kalian tunggu di luar, saya mau bicara berdua dengan Kaisar,” perintahnya. Dia segera melemparkan tatapan tajam kala kedua pria tersebut ingin mengeluarkan protesnya.

“Apa kamu sudah sadar, Kai?” Setelah hanya mereka berdua di dalam ruangan, Bella melayangkan pertanyaan lembut. Kaisar tak menjawab apapun selain menatap perban yang membalut lengan Bella.

“Ah, ini ... tidak sakit. Bukan salahmu, jangan dipikirkan,” sahutnya kembali guna mengalihkan perhatian.

“D-dok, s-saya ....” Kalimat Kaisar terputus-putus dan berhenti saat suara dering ponsel menggema di ruangan tersebut.

Kedua mata Bella membeliak. Dia lupa menaruh ponselnya sebelum ke mari!

Segera dia ingin mematikan panggilan yang masuk, tetapi melihat sang penelepon membuatnya menjauhi Kaisar sejenak.

“Halo—“

‘Nak, Mama dilarikan ke UGD!’

Related chapters

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Siapa kamu, Kai?

    “Kamu mirip zombie daripada dokter, Bella.” Kalimat tersebut dilontarkan Bella pada dirinya sendiri saat dia melihat rupa wajah pada cermin yang terletak di ruang perawat.Dengan kantung mata hitam menyerupai panda, Bella memasuki ruang kerjanya. Tubuhnya begitu lelah setelah menjaga sang ibu yang pingsan karena dehidrasi di rumah sakit sejak kemarin sore hingga pagi ini. Jika saja, hari ini dia tidak ada shift pagi, Bella ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Belum lagi, luka di tangan Bella saat ini berdenyut nyeri secara berkala.Tok! Tok!Belum sempat Bella memberikan reaksi, pintu ruangannya telah terbuka kecil.“Dok, ayo handover,” kata Adrian sembari menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Bella.Setelah menganggukkan kepala lalu meletakkan semua barang-barangnya ke atas meja, Bella mengikuti langkah Adrian menuju ruang perawat tanpa banyak bicara. Tenaganya sudah habis.Di sana, telah lengkap. Sebelum memulai hari, para tenaga medis di ruangan akan

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Semua orang memiliki masa lalu

    “Kai ... saya tidak pernah tahu apa yang kamu alami di masa lalu, dulu. Tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai beban di pundakmu sendiri.” Tangan Bella tak henti-hentinya mengusap pundak Kaisar yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. ‘Kaisar lagi down, makanya dia mengarang seperti itu,’ batin Bella menyahut dengan tidak percaya atas kalimat Kaisar baru saja, yang menyatakan kata mengejutkan. Kaisar berusaha tidak menatap Bella yang terus memandang dia. Dirinya pun tak bisa berkata-kata lagi melihat reaksi biasa saja tersebut. Jika Kaisar sedang berusaha memecahkan respon Bella, maka, gadis itu berusaha keras menenangkan debaran jantung yang kian terpacu kuat. Hingga pada akhirnya, Bella berdehem keras sembari menepuk bahu Kaisar beberapa kali dengan lembut. Dia pun berkata, “Sudah, masalah yang telah terjadi tidak perlu dipikirkan kembali, hm? Ayo, teman-teman yang lain tengah kegiatan di ruang terbuka. Mari kita susul ke sana.” Ketika Bella sudah berdiri dan ingin menarik

    Last Updated : 2023-12-09
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Bella, si CEGIL

    "Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya. Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya. Walau hanya sedikit. "Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian. Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong. "Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana. Kini bergantian Rio

    Last Updated : 2023-12-14
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan Selalu Ada

    "Kai, rambutmu sudah panjang, saya potong, ya." Sontak, gerakan tangan Kaisar, si pemilik rambut tersebut berhenti saat mendengar penawaran yang ingin sekali dirinya tolak. Namun, Bella tidak memberikan sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang harus dipenuhi detik itu juga. "Yuk!" Dalam sekali gerakan, tangan Bella menarik Kaisar untuk berdiri sehingga tomat-tomat di genggamannya berhamburan di tanah. Sebelum pergi, pandangan Bella beralih kepada beberapa teman sekamar Kaisar yang berada di sekitar mereka lalu dia berkata, "Pak, kalau mau dipotong rambutnya, ke lapangan saja ya!" Kemudian, tak menunggu lama, Bella membawa Kaisar menuju lapangan indoor. Lama kelamaan, tangannya yang menarik itu menyelip ke jari-jari tangan Kaisar hingga menggenggamnya ringan. Selang beberapa detik, Bella menunggu beberapa saat untuk menunggu reaksi penolakan. Tapi, dia tidak mendapatkan itu dari Kaisar membuatnya berasumsi jika pria ini nyaman dengan perlakuannya. Sesampainya di lapangan dan me

    Last Updated : 2023-12-23
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan (2)

    "Kaisar?!" Bella tak mampu menahan pekikan ketika melihat sosok yang mengeluarkan suara tinggi hingga pasien di depannya menjauh ketakutan. Kaisar yang kini menarik lengan Bella agar mundur beberapa langkah. "Kai, tidak apa-apa. Tenang, dia tidak menyakiti saya." Dengan sigap, Bella mengusap otot bisep Kaisar yang langsung bersentuhan dengan kulit tangannya dikarenakan pemuda itu memakai lengan pendek. "Tenang ya, sudah, gak papa." Sorot mata tajam Kaisar masih memandang pasien di depan Bella, sampai dia melihat sebuah telapak tangan kecil yang menutupi indera penglihatannya dan menarik Kaisar dalam kesadaran. "Kaisar, ini teman baru. Namanya Mas Sam, mau kenalan gak?" Kaisar menolehkan kepalanya, memandang Bella dan dalam beberapa detik langsung memalingkan wajah. "Mas Sam malu kalau duluan nyapa, Kaisar mau kan ngobrol duluan dan ngajak Mas Sam ke mana-mana?" Bella kembali bersuara. Matanya melirik ke arah Samuel yang beringsut menjauhi mereka karena ketakutan oleh tindakan Ka

    Last Updated : 2024-03-24
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Penyesalan Selalu Diakhir

    “Dokter Bella! Pak Andri mengamuk kembali! Saya dan Rio sudah mengisolasinya di kamar B sebab beliau mencelakai salah satu teman sekamarnya!”Merasa namanya dipanggil, Arabella Jennie Manuel, atau kerap disapa Bella pun menoleh. Tahun ini, Bella baru saja selesai menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis di RS Jiwa Provinsi dan resmi bergabung sebagai dokter spesialis Jiwa dan Psikiater di ruang Merpati. Kamar rawat inap bagi pasien yang telah tak mengalami gejala gangguan jiwa dan bersiap akan pulang ke rumah. Atau, istilahnya yaitu pasien sudah normal.Kepala cantiknya menoleh sambil memberikan senyuman tipis, mengapresiasi kinerja rekan perawatnya yang juga merupakan kenalan Bella. Lantas, suara indahnya pun terdengar ketika menjawab, “Ada apa? Mengapa dia mengamuk? Apakah halusinasinya kembali ketika senam barusan?”Perawat ruangan Merpati sekaligus teman SMA Bella yakni Adrian pun duduk di hadapan Bella. Saat ini, mereka berada di ruang perawat yang terletak di tengah-tengah

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Kamu Selalu Ada Untukku?

    “Halo, Dok? Mengapa bengong?” Sentuhan di bahu Bella membuatnya kembali pada kenyataan. “Dokter Bella menangis?” Sahutan kembali terdengar, tetapi bukan berasal dari suara yang sama. Kini, terselip kepanikan pada nada bicaranya. Kepala Bella dipalingkan berlawanan arah. Tangannya terangkat tuk mengusap kedua pipinya ternyata telah basah. Sebuah senyuman yang amat dipaksakan tersemat ketika dirinya memutuskan tuk menatap lawan bicara. “Sudah selesai terapinya?” Sebuah pertanyaan dilayangkan tuk mengalihkan suasana. Namun, tak dapat Bella sembunyikan sebuah pancaran hangat dan mimik wajah bahagia ketika memandang pasien di hadapannya yang tengah membawa sebuah sarung. “Hari ini terapinya gimana Kaisar? Lancar?” tanyanya pada salah satu pasien. Sayangnya, bukan hanya Bella yang memiliki perasaan berbunga itu. Hampir seluruh perawat lajang di ruangan Merpati ini bersikap sedikit lembut ketika berhadapan dengan pasien bernama Kaisar Magenta. Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pend

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Andai Waktu Bisa Diulang

    “Huft, bagaimana caranya menarik perhatian Kaisar?”Sembari menopang pipi dengan telapak tangan, Bella bergumam bingung. Otaknya bekerja lebih keras daripada saat dia ujian OSCE dulu. Menaklukkan sifat Kaisar lebih sulit dibandingkan dengan mata kuliah kedokteran.Getaran pada ponsel Bella mengalihkan perhatian sang pemiliknya yang kini segera mengambil barang elektronik tersebut. Senyuman sendu terbit di kedua sudut bibirnya kala melihat isi pesan di sana.[Mama]‘Mbak, jangan lupa pulang ya. Nanti sore ada acara doa anak-anak panti untuk memperingati hari kepergian adikmu.’Jari jempolnya bergegas mengetikkan balasan. Tetapi, ketika ingin mengirim pesan tersebut, seseorang duduk di hadapannya. Yang mana, saat ini Bella tengah berada di taman samping ruangan.Kehadiran seseorang membuat Bella mendongak. Matanya membeliak saat wajah tampan yang kini menyiratkan ketakutan tengah mencuri pandangan ke arahnya. “Kai?!” serunya tak menyangka. Hingga, dirinya melupakan balasan kepada sang i

    Last Updated : 2023-09-27

Latest chapter

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan (2)

    "Kaisar?!" Bella tak mampu menahan pekikan ketika melihat sosok yang mengeluarkan suara tinggi hingga pasien di depannya menjauh ketakutan. Kaisar yang kini menarik lengan Bella agar mundur beberapa langkah. "Kai, tidak apa-apa. Tenang, dia tidak menyakiti saya." Dengan sigap, Bella mengusap otot bisep Kaisar yang langsung bersentuhan dengan kulit tangannya dikarenakan pemuda itu memakai lengan pendek. "Tenang ya, sudah, gak papa." Sorot mata tajam Kaisar masih memandang pasien di depan Bella, sampai dia melihat sebuah telapak tangan kecil yang menutupi indera penglihatannya dan menarik Kaisar dalam kesadaran. "Kaisar, ini teman baru. Namanya Mas Sam, mau kenalan gak?" Kaisar menolehkan kepalanya, memandang Bella dan dalam beberapa detik langsung memalingkan wajah. "Mas Sam malu kalau duluan nyapa, Kaisar mau kan ngobrol duluan dan ngajak Mas Sam ke mana-mana?" Bella kembali bersuara. Matanya melirik ke arah Samuel yang beringsut menjauhi mereka karena ketakutan oleh tindakan Ka

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan Selalu Ada

    "Kai, rambutmu sudah panjang, saya potong, ya." Sontak, gerakan tangan Kaisar, si pemilik rambut tersebut berhenti saat mendengar penawaran yang ingin sekali dirinya tolak. Namun, Bella tidak memberikan sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang harus dipenuhi detik itu juga. "Yuk!" Dalam sekali gerakan, tangan Bella menarik Kaisar untuk berdiri sehingga tomat-tomat di genggamannya berhamburan di tanah. Sebelum pergi, pandangan Bella beralih kepada beberapa teman sekamar Kaisar yang berada di sekitar mereka lalu dia berkata, "Pak, kalau mau dipotong rambutnya, ke lapangan saja ya!" Kemudian, tak menunggu lama, Bella membawa Kaisar menuju lapangan indoor. Lama kelamaan, tangannya yang menarik itu menyelip ke jari-jari tangan Kaisar hingga menggenggamnya ringan. Selang beberapa detik, Bella menunggu beberapa saat untuk menunggu reaksi penolakan. Tapi, dia tidak mendapatkan itu dari Kaisar membuatnya berasumsi jika pria ini nyaman dengan perlakuannya. Sesampainya di lapangan dan me

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Bella, si CEGIL

    "Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya. Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya. Walau hanya sedikit. "Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian. Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong. "Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana. Kini bergantian Rio

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Semua orang memiliki masa lalu

    “Kai ... saya tidak pernah tahu apa yang kamu alami di masa lalu, dulu. Tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai beban di pundakmu sendiri.” Tangan Bella tak henti-hentinya mengusap pundak Kaisar yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. ‘Kaisar lagi down, makanya dia mengarang seperti itu,’ batin Bella menyahut dengan tidak percaya atas kalimat Kaisar baru saja, yang menyatakan kata mengejutkan. Kaisar berusaha tidak menatap Bella yang terus memandang dia. Dirinya pun tak bisa berkata-kata lagi melihat reaksi biasa saja tersebut. Jika Kaisar sedang berusaha memecahkan respon Bella, maka, gadis itu berusaha keras menenangkan debaran jantung yang kian terpacu kuat. Hingga pada akhirnya, Bella berdehem keras sembari menepuk bahu Kaisar beberapa kali dengan lembut. Dia pun berkata, “Sudah, masalah yang telah terjadi tidak perlu dipikirkan kembali, hm? Ayo, teman-teman yang lain tengah kegiatan di ruang terbuka. Mari kita susul ke sana.” Ketika Bella sudah berdiri dan ingin menarik

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Siapa kamu, Kai?

    “Kamu mirip zombie daripada dokter, Bella.” Kalimat tersebut dilontarkan Bella pada dirinya sendiri saat dia melihat rupa wajah pada cermin yang terletak di ruang perawat.Dengan kantung mata hitam menyerupai panda, Bella memasuki ruang kerjanya. Tubuhnya begitu lelah setelah menjaga sang ibu yang pingsan karena dehidrasi di rumah sakit sejak kemarin sore hingga pagi ini. Jika saja, hari ini dia tidak ada shift pagi, Bella ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Belum lagi, luka di tangan Bella saat ini berdenyut nyeri secara berkala.Tok! Tok!Belum sempat Bella memberikan reaksi, pintu ruangannya telah terbuka kecil.“Dok, ayo handover,” kata Adrian sembari menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Bella.Setelah menganggukkan kepala lalu meletakkan semua barang-barangnya ke atas meja, Bella mengikuti langkah Adrian menuju ruang perawat tanpa banyak bicara. Tenaganya sudah habis.Di sana, telah lengkap. Sebelum memulai hari, para tenaga medis di ruangan akan

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

    ‘Hahahaha, seharusnya kamu menusuk tepat di jantung Dokter Bella! Menyenangkan bukan menghirup aroma kenikmatan dari cairan merah pekat itu? Ayo lakukan lagi!’“Pergi!!” Kaisar berteriak kuat sembari menatap ke segala arah. Saat ini, wanita itu sudah tidak ada di pandangan matanya. Tetapi suara tanpa wujud masih memenuhi pemikiran Kaisar.Teriakan membahana Kaisar mengundang beberapa orang mendekat. Adrian, Rio, dan Rafael yang kebetulan akan keluar menuju dapur. Mereka bergegas menghampiri gazebo.“Dokter Bella!” Adrian mendekati Bella, matanya membeliak melihat kondisi mengenaskan teman sekaligus rekan kerjanya ini. Dia pun segera membalut luka Bella menggunakan sapu tangan miliknya agar pendarahan tidak semakin parah.“Kai, lo kambuh?!” Dengan panik, Rafael melayangkan pertanyaan. Selama 1 tahun di sini tetapi dia belum terbiasa menyaksikan pasien tengah kambuh. Apalagi, Kaisar. Yang jarang sekali seperti ini.Dengan gerakan waspada, Rio mendekat ke arah Kaisar. Lantas, dia pun ber

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Andai Waktu Bisa Diulang

    “Huft, bagaimana caranya menarik perhatian Kaisar?”Sembari menopang pipi dengan telapak tangan, Bella bergumam bingung. Otaknya bekerja lebih keras daripada saat dia ujian OSCE dulu. Menaklukkan sifat Kaisar lebih sulit dibandingkan dengan mata kuliah kedokteran.Getaran pada ponsel Bella mengalihkan perhatian sang pemiliknya yang kini segera mengambil barang elektronik tersebut. Senyuman sendu terbit di kedua sudut bibirnya kala melihat isi pesan di sana.[Mama]‘Mbak, jangan lupa pulang ya. Nanti sore ada acara doa anak-anak panti untuk memperingati hari kepergian adikmu.’Jari jempolnya bergegas mengetikkan balasan. Tetapi, ketika ingin mengirim pesan tersebut, seseorang duduk di hadapannya. Yang mana, saat ini Bella tengah berada di taman samping ruangan.Kehadiran seseorang membuat Bella mendongak. Matanya membeliak saat wajah tampan yang kini menyiratkan ketakutan tengah mencuri pandangan ke arahnya. “Kai?!” serunya tak menyangka. Hingga, dirinya melupakan balasan kepada sang i

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Kamu Selalu Ada Untukku?

    “Halo, Dok? Mengapa bengong?” Sentuhan di bahu Bella membuatnya kembali pada kenyataan. “Dokter Bella menangis?” Sahutan kembali terdengar, tetapi bukan berasal dari suara yang sama. Kini, terselip kepanikan pada nada bicaranya. Kepala Bella dipalingkan berlawanan arah. Tangannya terangkat tuk mengusap kedua pipinya ternyata telah basah. Sebuah senyuman yang amat dipaksakan tersemat ketika dirinya memutuskan tuk menatap lawan bicara. “Sudah selesai terapinya?” Sebuah pertanyaan dilayangkan tuk mengalihkan suasana. Namun, tak dapat Bella sembunyikan sebuah pancaran hangat dan mimik wajah bahagia ketika memandang pasien di hadapannya yang tengah membawa sebuah sarung. “Hari ini terapinya gimana Kaisar? Lancar?” tanyanya pada salah satu pasien. Sayangnya, bukan hanya Bella yang memiliki perasaan berbunga itu. Hampir seluruh perawat lajang di ruangan Merpati ini bersikap sedikit lembut ketika berhadapan dengan pasien bernama Kaisar Magenta. Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pend

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Penyesalan Selalu Diakhir

    “Dokter Bella! Pak Andri mengamuk kembali! Saya dan Rio sudah mengisolasinya di kamar B sebab beliau mencelakai salah satu teman sekamarnya!”Merasa namanya dipanggil, Arabella Jennie Manuel, atau kerap disapa Bella pun menoleh. Tahun ini, Bella baru saja selesai menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis di RS Jiwa Provinsi dan resmi bergabung sebagai dokter spesialis Jiwa dan Psikiater di ruang Merpati. Kamar rawat inap bagi pasien yang telah tak mengalami gejala gangguan jiwa dan bersiap akan pulang ke rumah. Atau, istilahnya yaitu pasien sudah normal.Kepala cantiknya menoleh sambil memberikan senyuman tipis, mengapresiasi kinerja rekan perawatnya yang juga merupakan kenalan Bella. Lantas, suara indahnya pun terdengar ketika menjawab, “Ada apa? Mengapa dia mengamuk? Apakah halusinasinya kembali ketika senam barusan?”Perawat ruangan Merpati sekaligus teman SMA Bella yakni Adrian pun duduk di hadapan Bella. Saat ini, mereka berada di ruang perawat yang terletak di tengah-tengah

DMCA.com Protection Status