Home / Romansa / Takdir Cinta Dokter Jiwa / Semua orang memiliki masa lalu

Share

Semua orang memiliki masa lalu

Author: Sugar Crush
last update Last Updated: 2023-12-09 19:57:02

“Kai ... saya tidak pernah tahu apa yang kamu alami di masa lalu, dulu. Tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai beban di pundakmu sendiri.” Tangan Bella tak henti-hentinya mengusap pundak Kaisar yang kini menundukkan kepala dalam-dalam.

‘Kaisar lagi down, makanya dia mengarang seperti itu,’ batin Bella menyahut dengan tidak percaya atas kalimat Kaisar baru saja, yang menyatakan kata mengejutkan.

Kaisar berusaha tidak menatap Bella yang terus memandang dia. Dirinya pun tak bisa berkata-kata lagi melihat reaksi biasa saja tersebut. Jika Kaisar sedang berusaha memecahkan respon Bella, maka, gadis itu berusaha keras menenangkan debaran jantung yang kian terpacu kuat.

Hingga pada akhirnya, Bella berdehem keras sembari menepuk bahu Kaisar beberapa kali dengan lembut. Dia pun berkata, “Sudah, masalah yang telah terjadi tidak perlu dipikirkan kembali, hm? Ayo, teman-teman yang lain tengah kegiatan di ruang terbuka. Mari kita susul ke sana.”

Ketika Bella sudah berdiri dan ingin menarik lengan Kaisar, pria itu tidak bergeming sama sekali.

“Ada apa, Kai?” tanya Bella heran.

Namun, Kaisar tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

“Ayo, tidak apa-apa,” bujuk Bella kembali.

Helaan napas kecil lolos dari bibir Kaisar yang sebelumnya terkatup sempurna. Kepalanya pun mendongak dan secepat kilat berpaling dengan panik ketika mata kelamnya bertabrakan dengan milik Bella.

“Saya masih sakit, Dok,” cicit Kaisar dengan kepala menunduk dalam. Kedua tangannya memilin ujung pakaiannya sendiri.

“Kata siapa? Saya dokternya, mengapa kamu mendiagnosis dirimu sendiri seperti itu?” Dengan cepat, Bella menyanggahnya. Sungguh, dia tidak ingin mendebatkan hal ini tetapi Kaisar selalu menilai rendah dirinya. Dia tak suka itu!

“Kai—“ Ketika Bella ingin kembali memanggil, Kaisar lebih dulu berdiri dari duduknya dan berjalan mundur, hingga punggung pria itu menabrak dinding di belakang. “Hei, ada apa?” tanyanya melanjutkan.

Tampak terlihat jika Kaisar menelan ludah kasar sebelum menjawab, “A-anda bahaya di dalam sini, Dok. Saya monster yang dapat melenyapkan Anda.”

Saat Bella ingin bersuara kembali, dia mengurungkan niatnya saat melihat raut tidak nyaman yang terpatri di wajah Kaisar. Dia menghela napas panjang dan mengangguk menyerah. “Baik lah, tapi kamu bisa kembali ke kamar. Tidak perlu di ruang isolasi ini, oke?”

Kaisar tidak memberikan reaksi apapun selain berpaling.

Bella paham. "Kalau kamu mendengar suara, tahu kan apa yang harus dilakukan?" tanyanya berusaha menyakinkan diri sendiri bahwa Kaisar baik-baik saja ditinggal.

Lantas, kedua tangan Kaisar terangkat ke sisi telinga, menutupnya rapat-rapat lalu berkata, "Pergi, pergi! Kamu suara palsu, kamu tidak nyata."

Senyuman manis Bella terpatri di kedua sudut bibirnya. Dia puas. Kemudian, Bella meninggalkan ruang isolasi tersebut dan membiarkan Kaisar memutuskan apa yang akan dilakukan. Dia tidak ingin memaksanya.

***

“Gimana kondisi Kaisar, Dok?”

Baru saja duduk bersama para perawat, Rio segera menodongkan pertanyaan yang berada di benak mereka semua.

Bella membuka rekam medik Kaisar dan menuliskan catatan perkembangan harian pria itu tanpa menjawab pertanyaan Rio. Lebih tepatnya, dia tengah berpikir harus memberitahu apa atas kondisi Kaisar yang memburuk dari biasanya.

Namun, lamunan Bella harus buyar ketika Rio melaporkan jika ada telepon dari pihak keluarga Kaisar untuk Bella. Membuatnya bergegas beranjak menuju telepon ruangan dan menyapa dengan hangat.

“Dengan Dokter Bella di sini, ada yang bisa saya bantu?” Mendapati jika lawan bicaranya ialah keluarga Kaisar membuat Bella begitu hangat bagaikan matahari 32°.

‘Saya Louis, sekretaris Pak Mario, ayahanda Mas Kaisar. Saya ingin berkonsultasi mengenai agenda perkuliahan Mas Kaisar ....’

Mimik wajah kecewa tak mampu Bella sembunyikan ketika mendengar runtutan tujuan dari lawan bicaranya tersebut. Dia berharap jika orang itu adalah ayah atau ibu Kaisar, sebab, selama merawat pemuda itu, dia tidak pernah melihat atau bertegur sapa dengan mereka.

Namun, sesegera mungkin Bella mengalihkan perhatian saat kembali memikirkan kalimat Louis. Perkuliahan Kaisar .... agenda yang rutin dijalani setiap hari libur, berarti sabtu dan minggu selama 1 tahun belakangan ini.

1 tahun yang lalu, masa cuti yang Kaisar ajukan segera habis, dia wajib menjalani rutinitas di universitas atau keluar dari bangku perguruan tinggi. Mengingat kondisi Kaisar yang jarang kambuh serta dapat beraktivitas normal, asal tidak berat dan membuat stres, Bella pun memberikan surat izin. Dengan catatan, Kaisar tidak diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Hingga, tanpa terasa dalam beberapa waktu lagi, Kaisar akan menjalani wisuda dan lulus.

Tetapi, jika Bella menuliskan kondisi Kaisar beberapa hari ini, pemuda itu berkemungkinan besar menghentikan segala aktivitas dan fokus pengobatan, bukan?

‘Dokter Bella?’ Suara Louis menyentaknya dari seberang telepon.

Bella berdehem beberapa kali lalu menjawab, “Ya? Bagaimana, Pak?”

‘Esok, saya akan menjemput Mas Kaisar untuk menghadiri seminar dan bimbingan mengenai skripsi yang harus diambil dalam semester akhir. Saya ingin meminta surat izin dari Dokter,’ jelas Louis kemudian.

Bella dalam kebimbangan!

Jika dia mengizinkan, bagaimana kalau nanti gejala Kaisar tiba-tiba menguar?

Atau, kalau dia menolak, Kaisar tidak akan lulus dan mengulang semester depan! Dan itu, mampu memunculkan gejala depresinya.

“Apakah tidak bisa dilakukan dengan zoom meeting seperti biasanya?” Setelah mendiamkan lama, suara Bella akhirnya keluar bersama dengan lontaran pertanyaan.

‘Menurut surat undangan, seluruh mahasiswa diwajibkan hadir sebagai luring. Tetapi jika kondisi Mas Kaisar kurang memungkinkan hadir, saya akan mengupayakan segala cara ....’

Bella paham dengan kalimat itu. Berarti, tidak apa-apa jika dia menolak kepergian Kaisar besok, kan? Semua demi kesehatannya!

“Baik, upayakan ya, Pak. Untuk kali ini, saya tidak merekomendasikan Kaisar meninggalkan rumah sakit. Ah, saya akan mengirimkan undangan kepada orang tua Kaisar untuk berkonsultasi dengan saya terkait kondisi Kaisar dalam beberapa hari ke depan,” kata Bella memberitahukan dengan hati tidak yakin.

Dia tidak memiliki apapun untuk dikonsultasikan dengan orang tua Kaisar, tetapi bibir cantiknya ini kelepasan hingga begitu berani melemparkan umpan tersebut. Bella pun menggigit bibir bawahnya ragu.

Beberapa saat, tidak terdengar apapun dari Louis. Hingga, pria itu menjawab, 'Maaf belum bisa menepati undangan tersebut, Dok. Orang tua Mas Kaisar sedang dalam perjalanan dinas ke luar kota.'

Selalu seperti itu ... alasan yang Bella dapatkan ketika mengundang Tuan dan Nyonya yang merupakan keluarga Kaisar.

Panggilan pun tak lama berakhir. Bella tak bisa menyembunyikan ketidak sukaan atas pembicaraan barusan.

"Dok, gimana?" Rio dan Adrian saling tatap satu sama lain hingga Rio lah melayang pertanyaan.

Bella tersenyum kecil dan kembali menuju mejanya. Dia kembali mengambil pulpen untuk menuliskan catatan perkembangan harian Kaisar setiap hari.

Dalam data subjek, dia begitu ragu menuliskan. Hingga, seharusnya sebagai Dokter, Bella menuliskan kejujuran dengan kondisi yang ada ... dia memilih tuk mengabaikannya.

Data Subjektif : Klien mengatakan tidak lagi melihat, mendengar, suara yang memerintahkannya untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain.

Bella tersenyum kecut membacanya. "Tidak papa, semua demi Kaisar. Dia harus sembuh agar bisa beraktivitas seperti biasa ...."

Related chapters

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Bella, si CEGIL

    "Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya. Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya. Walau hanya sedikit. "Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian. Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong. "Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana. Kini bergantian Rio

    Last Updated : 2023-12-14
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan Selalu Ada

    "Kai, rambutmu sudah panjang, saya potong, ya." Sontak, gerakan tangan Kaisar, si pemilik rambut tersebut berhenti saat mendengar penawaran yang ingin sekali dirinya tolak. Namun, Bella tidak memberikan sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang harus dipenuhi detik itu juga. "Yuk!" Dalam sekali gerakan, tangan Bella menarik Kaisar untuk berdiri sehingga tomat-tomat di genggamannya berhamburan di tanah. Sebelum pergi, pandangan Bella beralih kepada beberapa teman sekamar Kaisar yang berada di sekitar mereka lalu dia berkata, "Pak, kalau mau dipotong rambutnya, ke lapangan saja ya!" Kemudian, tak menunggu lama, Bella membawa Kaisar menuju lapangan indoor. Lama kelamaan, tangannya yang menarik itu menyelip ke jari-jari tangan Kaisar hingga menggenggamnya ringan. Selang beberapa detik, Bella menunggu beberapa saat untuk menunggu reaksi penolakan. Tapi, dia tidak mendapatkan itu dari Kaisar membuatnya berasumsi jika pria ini nyaman dengan perlakuannya. Sesampainya di lapangan dan me

    Last Updated : 2023-12-23
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan (2)

    "Kaisar?!" Bella tak mampu menahan pekikan ketika melihat sosok yang mengeluarkan suara tinggi hingga pasien di depannya menjauh ketakutan. Kaisar yang kini menarik lengan Bella agar mundur beberapa langkah. "Kai, tidak apa-apa. Tenang, dia tidak menyakiti saya." Dengan sigap, Bella mengusap otot bisep Kaisar yang langsung bersentuhan dengan kulit tangannya dikarenakan pemuda itu memakai lengan pendek. "Tenang ya, sudah, gak papa." Sorot mata tajam Kaisar masih memandang pasien di depan Bella, sampai dia melihat sebuah telapak tangan kecil yang menutupi indera penglihatannya dan menarik Kaisar dalam kesadaran. "Kaisar, ini teman baru. Namanya Mas Sam, mau kenalan gak?" Kaisar menolehkan kepalanya, memandang Bella dan dalam beberapa detik langsung memalingkan wajah. "Mas Sam malu kalau duluan nyapa, Kaisar mau kan ngobrol duluan dan ngajak Mas Sam ke mana-mana?" Bella kembali bersuara. Matanya melirik ke arah Samuel yang beringsut menjauhi mereka karena ketakutan oleh tindakan Ka

    Last Updated : 2024-03-24
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Penyesalan Selalu Diakhir

    “Dokter Bella! Pak Andri mengamuk kembali! Saya dan Rio sudah mengisolasinya di kamar B sebab beliau mencelakai salah satu teman sekamarnya!”Merasa namanya dipanggil, Arabella Jennie Manuel, atau kerap disapa Bella pun menoleh. Tahun ini, Bella baru saja selesai menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis di RS Jiwa Provinsi dan resmi bergabung sebagai dokter spesialis Jiwa dan Psikiater di ruang Merpati. Kamar rawat inap bagi pasien yang telah tak mengalami gejala gangguan jiwa dan bersiap akan pulang ke rumah. Atau, istilahnya yaitu pasien sudah normal.Kepala cantiknya menoleh sambil memberikan senyuman tipis, mengapresiasi kinerja rekan perawatnya yang juga merupakan kenalan Bella. Lantas, suara indahnya pun terdengar ketika menjawab, “Ada apa? Mengapa dia mengamuk? Apakah halusinasinya kembali ketika senam barusan?”Perawat ruangan Merpati sekaligus teman SMA Bella yakni Adrian pun duduk di hadapan Bella. Saat ini, mereka berada di ruang perawat yang terletak di tengah-tengah

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Kamu Selalu Ada Untukku?

    “Halo, Dok? Mengapa bengong?” Sentuhan di bahu Bella membuatnya kembali pada kenyataan. “Dokter Bella menangis?” Sahutan kembali terdengar, tetapi bukan berasal dari suara yang sama. Kini, terselip kepanikan pada nada bicaranya. Kepala Bella dipalingkan berlawanan arah. Tangannya terangkat tuk mengusap kedua pipinya ternyata telah basah. Sebuah senyuman yang amat dipaksakan tersemat ketika dirinya memutuskan tuk menatap lawan bicara. “Sudah selesai terapinya?” Sebuah pertanyaan dilayangkan tuk mengalihkan suasana. Namun, tak dapat Bella sembunyikan sebuah pancaran hangat dan mimik wajah bahagia ketika memandang pasien di hadapannya yang tengah membawa sebuah sarung. “Hari ini terapinya gimana Kaisar? Lancar?” tanyanya pada salah satu pasien. Sayangnya, bukan hanya Bella yang memiliki perasaan berbunga itu. Hampir seluruh perawat lajang di ruangan Merpati ini bersikap sedikit lembut ketika berhadapan dengan pasien bernama Kaisar Magenta. Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pend

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Andai Waktu Bisa Diulang

    “Huft, bagaimana caranya menarik perhatian Kaisar?”Sembari menopang pipi dengan telapak tangan, Bella bergumam bingung. Otaknya bekerja lebih keras daripada saat dia ujian OSCE dulu. Menaklukkan sifat Kaisar lebih sulit dibandingkan dengan mata kuliah kedokteran.Getaran pada ponsel Bella mengalihkan perhatian sang pemiliknya yang kini segera mengambil barang elektronik tersebut. Senyuman sendu terbit di kedua sudut bibirnya kala melihat isi pesan di sana.[Mama]‘Mbak, jangan lupa pulang ya. Nanti sore ada acara doa anak-anak panti untuk memperingati hari kepergian adikmu.’Jari jempolnya bergegas mengetikkan balasan. Tetapi, ketika ingin mengirim pesan tersebut, seseorang duduk di hadapannya. Yang mana, saat ini Bella tengah berada di taman samping ruangan.Kehadiran seseorang membuat Bella mendongak. Matanya membeliak saat wajah tampan yang kini menyiratkan ketakutan tengah mencuri pandangan ke arahnya. “Kai?!” serunya tak menyangka. Hingga, dirinya melupakan balasan kepada sang i

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

    ‘Hahahaha, seharusnya kamu menusuk tepat di jantung Dokter Bella! Menyenangkan bukan menghirup aroma kenikmatan dari cairan merah pekat itu? Ayo lakukan lagi!’“Pergi!!” Kaisar berteriak kuat sembari menatap ke segala arah. Saat ini, wanita itu sudah tidak ada di pandangan matanya. Tetapi suara tanpa wujud masih memenuhi pemikiran Kaisar.Teriakan membahana Kaisar mengundang beberapa orang mendekat. Adrian, Rio, dan Rafael yang kebetulan akan keluar menuju dapur. Mereka bergegas menghampiri gazebo.“Dokter Bella!” Adrian mendekati Bella, matanya membeliak melihat kondisi mengenaskan teman sekaligus rekan kerjanya ini. Dia pun segera membalut luka Bella menggunakan sapu tangan miliknya agar pendarahan tidak semakin parah.“Kai, lo kambuh?!” Dengan panik, Rafael melayangkan pertanyaan. Selama 1 tahun di sini tetapi dia belum terbiasa menyaksikan pasien tengah kambuh. Apalagi, Kaisar. Yang jarang sekali seperti ini.Dengan gerakan waspada, Rio mendekat ke arah Kaisar. Lantas, dia pun ber

    Last Updated : 2023-09-27
  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Siapa kamu, Kai?

    “Kamu mirip zombie daripada dokter, Bella.” Kalimat tersebut dilontarkan Bella pada dirinya sendiri saat dia melihat rupa wajah pada cermin yang terletak di ruang perawat.Dengan kantung mata hitam menyerupai panda, Bella memasuki ruang kerjanya. Tubuhnya begitu lelah setelah menjaga sang ibu yang pingsan karena dehidrasi di rumah sakit sejak kemarin sore hingga pagi ini. Jika saja, hari ini dia tidak ada shift pagi, Bella ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Belum lagi, luka di tangan Bella saat ini berdenyut nyeri secara berkala.Tok! Tok!Belum sempat Bella memberikan reaksi, pintu ruangannya telah terbuka kecil.“Dok, ayo handover,” kata Adrian sembari menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Bella.Setelah menganggukkan kepala lalu meletakkan semua barang-barangnya ke atas meja, Bella mengikuti langkah Adrian menuju ruang perawat tanpa banyak bicara. Tenaganya sudah habis.Di sana, telah lengkap. Sebelum memulai hari, para tenaga medis di ruangan akan

    Last Updated : 2023-09-27

Latest chapter

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan (2)

    "Kaisar?!" Bella tak mampu menahan pekikan ketika melihat sosok yang mengeluarkan suara tinggi hingga pasien di depannya menjauh ketakutan. Kaisar yang kini menarik lengan Bella agar mundur beberapa langkah. "Kai, tidak apa-apa. Tenang, dia tidak menyakiti saya." Dengan sigap, Bella mengusap otot bisep Kaisar yang langsung bersentuhan dengan kulit tangannya dikarenakan pemuda itu memakai lengan pendek. "Tenang ya, sudah, gak papa." Sorot mata tajam Kaisar masih memandang pasien di depan Bella, sampai dia melihat sebuah telapak tangan kecil yang menutupi indera penglihatannya dan menarik Kaisar dalam kesadaran. "Kaisar, ini teman baru. Namanya Mas Sam, mau kenalan gak?" Kaisar menolehkan kepalanya, memandang Bella dan dalam beberapa detik langsung memalingkan wajah. "Mas Sam malu kalau duluan nyapa, Kaisar mau kan ngobrol duluan dan ngajak Mas Sam ke mana-mana?" Bella kembali bersuara. Matanya melirik ke arah Samuel yang beringsut menjauhi mereka karena ketakutan oleh tindakan Ka

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Perubahan Selalu Ada

    "Kai, rambutmu sudah panjang, saya potong, ya." Sontak, gerakan tangan Kaisar, si pemilik rambut tersebut berhenti saat mendengar penawaran yang ingin sekali dirinya tolak. Namun, Bella tidak memberikan sebuah penawaran, melainkan pernyataan yang harus dipenuhi detik itu juga. "Yuk!" Dalam sekali gerakan, tangan Bella menarik Kaisar untuk berdiri sehingga tomat-tomat di genggamannya berhamburan di tanah. Sebelum pergi, pandangan Bella beralih kepada beberapa teman sekamar Kaisar yang berada di sekitar mereka lalu dia berkata, "Pak, kalau mau dipotong rambutnya, ke lapangan saja ya!" Kemudian, tak menunggu lama, Bella membawa Kaisar menuju lapangan indoor. Lama kelamaan, tangannya yang menarik itu menyelip ke jari-jari tangan Kaisar hingga menggenggamnya ringan. Selang beberapa detik, Bella menunggu beberapa saat untuk menunggu reaksi penolakan. Tapi, dia tidak mendapatkan itu dari Kaisar membuatnya berasumsi jika pria ini nyaman dengan perlakuannya. Sesampainya di lapangan dan me

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Bella, si CEGIL

    "Selamat pagi, Semesta. Aku berharap hari ini Kaisar menjadi lebih baik daripada kemarin ...." Suara penuh harap keluar dari bibir Bella ketika matanya menatap matahari yang telah berada di singgasananya. Kakinya melangkah dengan riang dan juga cepat, tak sabar sekali rasanya ingin bertemu Kaisar. Apalagi, mengingat pria itu sudah sedikit lebih terbuka dengannya. Walau hanya sedikit. "Pagi, Dokter Bella. Senyumannya cerah sekali, matahari nanti iri, Dok." Baru saja memasuki ruangan, godaan yang menurut Bella sedikit mengejek terlontar dari Adrian. Bella hanya terkekeh sambil mendekati meja perawat yang sudah ramai. Masalahnya, saat ini sudah pukul 08.30 WIB, bahkan lagu dangdut untuk senam setiap pagi sudah hampir selesai. Kepala Bella menoleh ke kiri dengan mata berkeliaran mencari sosok Kaisar, tapi tak ditemukan. Membuatnya tersenyum kecut dan duduk di kursi kosong. "Sudah Operan?" tanyanya basa-basi. Pasalnya, dia tak melihat perawat shift malam di sana. Kini bergantian Rio

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Semua orang memiliki masa lalu

    “Kai ... saya tidak pernah tahu apa yang kamu alami di masa lalu, dulu. Tetapi, jangan jadikan hal itu sebagai beban di pundakmu sendiri.” Tangan Bella tak henti-hentinya mengusap pundak Kaisar yang kini menundukkan kepala dalam-dalam. ‘Kaisar lagi down, makanya dia mengarang seperti itu,’ batin Bella menyahut dengan tidak percaya atas kalimat Kaisar baru saja, yang menyatakan kata mengejutkan. Kaisar berusaha tidak menatap Bella yang terus memandang dia. Dirinya pun tak bisa berkata-kata lagi melihat reaksi biasa saja tersebut. Jika Kaisar sedang berusaha memecahkan respon Bella, maka, gadis itu berusaha keras menenangkan debaran jantung yang kian terpacu kuat. Hingga pada akhirnya, Bella berdehem keras sembari menepuk bahu Kaisar beberapa kali dengan lembut. Dia pun berkata, “Sudah, masalah yang telah terjadi tidak perlu dipikirkan kembali, hm? Ayo, teman-teman yang lain tengah kegiatan di ruang terbuka. Mari kita susul ke sana.” Ketika Bella sudah berdiri dan ingin menarik

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Siapa kamu, Kai?

    “Kamu mirip zombie daripada dokter, Bella.” Kalimat tersebut dilontarkan Bella pada dirinya sendiri saat dia melihat rupa wajah pada cermin yang terletak di ruang perawat.Dengan kantung mata hitam menyerupai panda, Bella memasuki ruang kerjanya. Tubuhnya begitu lelah setelah menjaga sang ibu yang pingsan karena dehidrasi di rumah sakit sejak kemarin sore hingga pagi ini. Jika saja, hari ini dia tidak ada shift pagi, Bella ingin sekali mengistirahatkan tubuhnya yang sudah tidak bertenaga. Belum lagi, luka di tangan Bella saat ini berdenyut nyeri secara berkala.Tok! Tok!Belum sempat Bella memberikan reaksi, pintu ruangannya telah terbuka kecil.“Dok, ayo handover,” kata Adrian sembari menyembulkan kepalanya ke dalam ruangan Bella.Setelah menganggukkan kepala lalu meletakkan semua barang-barangnya ke atas meja, Bella mengikuti langkah Adrian menuju ruang perawat tanpa banyak bicara. Tenaganya sudah habis.Di sana, telah lengkap. Sebelum memulai hari, para tenaga medis di ruangan akan

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Aku Tidak Pernah Menyesal Mencintaimu

    ‘Hahahaha, seharusnya kamu menusuk tepat di jantung Dokter Bella! Menyenangkan bukan menghirup aroma kenikmatan dari cairan merah pekat itu? Ayo lakukan lagi!’“Pergi!!” Kaisar berteriak kuat sembari menatap ke segala arah. Saat ini, wanita itu sudah tidak ada di pandangan matanya. Tetapi suara tanpa wujud masih memenuhi pemikiran Kaisar.Teriakan membahana Kaisar mengundang beberapa orang mendekat. Adrian, Rio, dan Rafael yang kebetulan akan keluar menuju dapur. Mereka bergegas menghampiri gazebo.“Dokter Bella!” Adrian mendekati Bella, matanya membeliak melihat kondisi mengenaskan teman sekaligus rekan kerjanya ini. Dia pun segera membalut luka Bella menggunakan sapu tangan miliknya agar pendarahan tidak semakin parah.“Kai, lo kambuh?!” Dengan panik, Rafael melayangkan pertanyaan. Selama 1 tahun di sini tetapi dia belum terbiasa menyaksikan pasien tengah kambuh. Apalagi, Kaisar. Yang jarang sekali seperti ini.Dengan gerakan waspada, Rio mendekat ke arah Kaisar. Lantas, dia pun ber

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Andai Waktu Bisa Diulang

    “Huft, bagaimana caranya menarik perhatian Kaisar?”Sembari menopang pipi dengan telapak tangan, Bella bergumam bingung. Otaknya bekerja lebih keras daripada saat dia ujian OSCE dulu. Menaklukkan sifat Kaisar lebih sulit dibandingkan dengan mata kuliah kedokteran.Getaran pada ponsel Bella mengalihkan perhatian sang pemiliknya yang kini segera mengambil barang elektronik tersebut. Senyuman sendu terbit di kedua sudut bibirnya kala melihat isi pesan di sana.[Mama]‘Mbak, jangan lupa pulang ya. Nanti sore ada acara doa anak-anak panti untuk memperingati hari kepergian adikmu.’Jari jempolnya bergegas mengetikkan balasan. Tetapi, ketika ingin mengirim pesan tersebut, seseorang duduk di hadapannya. Yang mana, saat ini Bella tengah berada di taman samping ruangan.Kehadiran seseorang membuat Bella mendongak. Matanya membeliak saat wajah tampan yang kini menyiratkan ketakutan tengah mencuri pandangan ke arahnya. “Kai?!” serunya tak menyangka. Hingga, dirinya melupakan balasan kepada sang i

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Kamu Selalu Ada Untukku?

    “Halo, Dok? Mengapa bengong?” Sentuhan di bahu Bella membuatnya kembali pada kenyataan. “Dokter Bella menangis?” Sahutan kembali terdengar, tetapi bukan berasal dari suara yang sama. Kini, terselip kepanikan pada nada bicaranya. Kepala Bella dipalingkan berlawanan arah. Tangannya terangkat tuk mengusap kedua pipinya ternyata telah basah. Sebuah senyuman yang amat dipaksakan tersemat ketika dirinya memutuskan tuk menatap lawan bicara. “Sudah selesai terapinya?” Sebuah pertanyaan dilayangkan tuk mengalihkan suasana. Namun, tak dapat Bella sembunyikan sebuah pancaran hangat dan mimik wajah bahagia ketika memandang pasien di hadapannya yang tengah membawa sebuah sarung. “Hari ini terapinya gimana Kaisar? Lancar?” tanyanya pada salah satu pasien. Sayangnya, bukan hanya Bella yang memiliki perasaan berbunga itu. Hampir seluruh perawat lajang di ruangan Merpati ini bersikap sedikit lembut ketika berhadapan dengan pasien bernama Kaisar Magenta. Pasien dengan gangguan jiwa halusinasi pend

  • Takdir Cinta Dokter Jiwa   Penyesalan Selalu Diakhir

    “Dokter Bella! Pak Andri mengamuk kembali! Saya dan Rio sudah mengisolasinya di kamar B sebab beliau mencelakai salah satu teman sekamarnya!”Merasa namanya dipanggil, Arabella Jennie Manuel, atau kerap disapa Bella pun menoleh. Tahun ini, Bella baru saja selesai menjalani Pendidikan Program Dokter Spesialis di RS Jiwa Provinsi dan resmi bergabung sebagai dokter spesialis Jiwa dan Psikiater di ruang Merpati. Kamar rawat inap bagi pasien yang telah tak mengalami gejala gangguan jiwa dan bersiap akan pulang ke rumah. Atau, istilahnya yaitu pasien sudah normal.Kepala cantiknya menoleh sambil memberikan senyuman tipis, mengapresiasi kinerja rekan perawatnya yang juga merupakan kenalan Bella. Lantas, suara indahnya pun terdengar ketika menjawab, “Ada apa? Mengapa dia mengamuk? Apakah halusinasinya kembali ketika senam barusan?”Perawat ruangan Merpati sekaligus teman SMA Bella yakni Adrian pun duduk di hadapan Bella. Saat ini, mereka berada di ruang perawat yang terletak di tengah-tengah

DMCA.com Protection Status