Ketika melihat keduanya berpisah dengan ekspresi masam, Stendy pun tersenyum. Sepertinya metode yang digunakan Reagan sama sekali tidak berguna.Meskipun sekarang hubungan Reagan dan Stendy sudah retak, dulu mereka adalah sahabat. Jadi, Stendy tahu betul cara Reagan membujuk orang. Paling-paling membeli hadiah, mengaku salah, membujuk. Sayangnya, Nadine tidak akan menerima semua itu lagi."Stendy, sepertinya kamu sangat senang?" tanya Eva tiba-tiba. Nada bicaranya terdengar polos dan tidak bersalah."Tentu saja.""Karena Kak Reagan ditolak Kak Nadine?"Stendy mengangkat alis dan akhirnya menatap Eva untuk pertama kali. "Bukannya kamu juga harap begini?""Ya, aku ingin menemani Kak Reagan untuk selamanya." Eva mengaku."Kalau begitu, kudoakan kalian langgeng." Selesai berbicara, Stendy melepaskan tangan Eva dan mundur.Eva tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih. Kuharap kamu berhasil mendapat tambatan hatimu juga."Stendy berbalik dan melirik Reagan dengan simpati. Reagan mengira dirin
Stendy terkekeh-kekeh. "Aku tetap akan melakukan hal yang kuinginkan. Kamu nggak usah repot-repot mengurusku. Kadang, kita nggak tahu hasilnya kalau nggak dicoba.""Sekalipun hasilnya mengecewakan?" tanya Nadine."Ya, aku akan mengakui kekalahanku nantinya." Sorot mata Stendy terlihat mendalam.Nadine tidak menyangka Stendy akan begitu keras kepala. Dia tidak berbasa-basi lagi. Stendy tidak berbicara lagi karena bisa merasakan keresahan Nadine. Mereka hanya sama-sama mendengar deru ombak.Hingga tengah malam, Stendy pergi. Setelah Stendy pergi, Nadine baru teringat pada kegigihan dan keras kepala Stendy tadi.Sebenarnya Stendy adalah orang yang tahu batasan. Pengejarannya tidak memaksa, tidak gegabah, juga tidak mengganggu Nadine. Tidak seperti Reagan yang ngotot dulu. Kini, Reagan pun suka emosi tidak jelas.Nadine mengembuskan napas panjang. Ya sudah, dia juga tidak bisa memaksakan kehendak orang. Yang penting mengurus hidupnya sendiri dengan baik.Ketika Nadine berbalik untuk kembal
Setelah mendengar ini, ekspresi Reagan membaik. Namun, Nadine meneruskan, "Termasuk kamu.""Sekarang sudah malam sekali. Kalau kamu masih mau menggila, aku bakal panggil satpam kemari," tegas Nadine."Nad ...." Reagan masih ingin berbicara."Aku hitung sampai tiga. Satu, dua ...." Nadine mengeluarkan ponselnya dan membuka antarmuka panggilan.Reagan merasa enggan, tetapi tidak ada cara lain. Dia hanya memberi tahu Nadine akan mencarinya lagi besok, lalu berjalan pergi.Di balkon restoran yang tidak jauh dari sana, Eva menyaksikan semuanya. Karena gelap, ekspresinya tidak terlihat jelas.Keesokan hari setelah langit terang, Kelly baru pulang. Nadine menuangkan susu sambil memegang roti. Begitu menggigit roti, dia mendengar suara seseorang menekan kode sandi pintu.Kelly sudah mengganti gaunnya. Dia tampak menyenandungkan lagu dengan senang. Ketika melihat roti lapis di meja, Kelly mendekat dan mengambil satu. Harum dan renyah. Kelly menjulurkan tangan untuk mengambil lagi.Nadine duduk
Nadine memiringkan kepalanya berpikir sesaat. Hanya beberapa gambaran yang dapat dibayangkannya. Namun, setelah mendengar perkataan instruktur, dia menjadi tidak begitu buruk lagi.Siang hari, ketika suhu mulai panas, mereka diizinkan turun ke air. Ada beberapa jenis baju selam. Mereka memilih sesuai keinginan masing-masing. Kelly memilih yang seksi, sedangkan Nadine memilih yang agak tertutup.Meskipun begitu, ketika mereka keluar dari ruang ganti, banyak tatapan yang tertuju pada mereka. Bahkan, ada yang bersiul kepada mereka.Sebelum turun ke air, instruktur menyuruh mereka mencoba suhu air dulu."Jangan terlalu gugup setelah turun. Aku akan membawa kalian ke lokasi menyelam. Tim penyelamat ada di sekitar. Kalau terjadi sesuatu, beri isyarat tangan saja. Mereka akan langsung menolong kalian.""Oke." Nadine memandang ke depan dengan penuh penantian."Kalau begitu, selamat datang di dunia bawah laut. Semoga menyenangkan."Nadine tersenyum melihat instruktur itu tersenyum. Hanya saja,
Setelah memikirkan ini, Nadine langsung berbalik dan berenang secepat mungkin. Ikan-ikan di sekitar juga ketakutan dan melarikan diri. Nadine menggertakkan giginya sambil melirik ke belakang. Ternyata ikan hiu itu telah mengejarnya dengan kecepatan tinggi.Nadine melirik ke sekeliling. Di sekitarnya adalah terumbu karang. Namun, tidak jauh dari sana, ada gua untuk bersembunyi.Setelah melihat ini, Nadine mengubah arahnya dan berenang ke gua itu. Dia bisa merasakan ikan hiu itu makin dekat dengannya. Dia tidak berani menoleh. Di momen genting, Nadine berenang masuk ke dalam gua itu.Bam! Tubuh ikan hiu yang besar menabrak gua, membuat terumbu karang di sekitar berguncang. Benturan kuat itu membuat lengan Nadine terhempas ke belakang. Rasanya sakit sekali.Nadine mencoba menggerakkan lengannya. Untungnya masih aman. Setelah ikan hiu itu pergi, dia akan berenang ke atas.Namun, beberapa menit kemudian, Nadine mendapati oksigennya sudah menipis. Ada yang aneh! Sebelum turun ke air, instruk
"Wajahnya agak pucat. Mau diantar ke rumah sakit nggak?" Instruktur yang diabaikan Kelly dan Nadine sejak tadi tiba-tiba bertanya demikian.Nadine baru menyadari orang-orang di sekitarnya tampak lega melihatnya selamat. Kelly berucap, "Aku sudah panggil ambulans tadi. Apa masih ada yang sakit?""Sepertinya tanganku cedera." Nadine mencoba menggerakkan tangannya. Tadi masih bisa bergerak, tetapi sekarang tidak bisa lagi."Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa tiba-tiba tenggelam?" tanya Kelly."Sepertinya tabung oksigenku bermasalah," timpal Nadine setelah terdiam sejenak.Kelly terpikir akan sesuatu. Dia segera mengambil tabung oksigen yang dilemparkannya ke samping. Sepertinya tidak ada yang salah, tetapi bagian bawah tabungnya ... berlubang? Lubangnya memang sangat kecil, tetapi tetap berbahaya.Kelly langsung menatap instruktur dengan tatapan tajam. Instruktur buru-buru menjelaskan dengan panik, "Ini nggak mungkin. Semua barang kami diganti setiap tahun. Selain itu, kami memeriksanya
Nadine mulai merasa dingin. Angin laut berembus. Dia tak kuasa merinding. "Achoo ...."Kelly tentu tahu orang-orang ini saling menyalahkan. Dia semula ingin mengusut masalah ini hingga tuntas, tetapi Nadine bersin dan batuk. Jadi, Kelly hanya bisa mengantar Nadine ke helikopter dulu.Sesampainya di rumah sakit, suster segera membawakan pakaian ganti saat melihat Nadine basah kuyup. Kelly khawatir pada tangan Nadine. Dia berpesan pada dokter untuk memeriksa dengan baik.Untungnya, tidak ada masalah besar. Tidak ada cedera tulang dan hanya terkilir. Nadine akan pulih dalam dua hari.Setelah mengambil salep untuk melancarkan peredaran darah, keduanya naik helikopter lagi untuk kembali ke hotel di pulau.Kelly masih jengkel. Dia ingin mencari orang yang menyediakan jasa penyelaman. Sikap orang itu termasuk baik, tetapi tetap mengelak bahwa ini adalah kesalahan pihak hotel.Ketika Kelly berdebat dengan penanggung jawab itu, Reagan kebetulan kembali. Begitu mendengar mereka menyebut nama Nad
Nadine memandang ke sekeliling. Kamar yang gelap gulita membuatnya merasa dirinya seperti sudah mati. Untung hanya mimpi.Nadine tak kuasa menarik napas dalam-dalam. Dia seperti baru diangkat dari laut dan butuh udara segar.Ting! Angin berembus, membuat lonceng angin menimbulkan suara. Nadine melirik ke luar. Malam yang tenang membuat deru ombak terdengar jelas.Nadine masih merasa takut akibat mimpi buruk tadi. Dia berbaring, tetapi tidak bisa tidur. Jadi, dia mengambil jaketnya dan memutuskan untuk keluar.Larut malam, angin laut terasa makin dingin. Nadine mengeratkan jaketnya sambil menginjak pasir dengan santai.Malam ini tidak ada bintang. Langit gelap gulita. Hanya ada beberapa lampu kecil di tepi pantai. Jika dipikir-pikir, Nadine merasa ada yang tidak beres dengan kejadian hari ini. Intuisi memberitahunya bahwa ada sesuatu yang dilewatkannya.Semuanya terlihat seperti kecelakaan, tetapi juga terlalu kebetulan. Petugas bersikeras mengatakan terlambat menolong karena ke kamar m