Dua hari kemudian, Rebecca akhirnya menerima telepon dari Lupita. Namun, isinya bukanlah tuntutan uang seperti yang dia perkirakan.Rebecca: "Kamu bilang apa?!"Lupita: "Ajak aku dan anakku ke hotel tempat kamu dan ibu-ibu sosialita itu kumpul untuk minum teh sore. Kenapa? Ada masalah?"Rebecca hampir melempar ponselnya ke dinding, tetapi dia menahan diri. Dengan gigi terkatup, dia berkata perlahan, "Hotel itu cuma untuk anggota!"Lupita: "Terus kenapa?"Rebecca: "Kalau bukan anggota, nggak bisa masuk!"Lupita: "Ya sudah, bikin aku jadi anggota, gampang!"Rebecca menggertakkan giginya. Minta jadi anggota? Kalau cuma ngomong memang mudah! Untuk menjadi anggota tetap, perlu akumulasi belanja minimal empat miliar di hotel itu. Siapa Lupita ini, berani-beraninya dia minta?Lupita: "Pokoknya aku mau ke sana minum teh sore ini. Kamu pikirkan saja caranya!"Akhirnya, Rebecca terpaksa menggunakan status keanggotaannya untuk membawa Lupita dan Rocky masuk ke hotel itu.Namun apesnya, di sana di
Dua jam kemudian, Lupita dan Rocky keluar dari mal dengan membawa belanjaan.Tiba-tiba ....Lupita berkata, "Aduh! Aku lupa beli kalung! Ayo, kita balik lagi ...."Rocky yang kedua tangannya sudah penuh dan kakinya hampir patah setelah berjalan begitu lama langsung mengeluh, "Ibu, gimana kalau hari ini cukup sampai di sini saja? Kita bawa barang sebanyak ini, bolak-balik lagi capek banget."Lupita mengerutkan kening. Namun melihat barang bawaan mereka, dia tahu bahwa memang kurang nyaman jika mereka harus balik lagi. Kemudian, matanya berbinar dan terpaku pada kalung yang melingkar di leher Rebecca."Eh? Kalung di lehermu itu lumayan bagus, kasih ke aku saja. Kamu tinggal beli yang baru saja."Rebecca tertegun, matanya membelalak lebar. Kalung ini adalah edisi terbatas Cartier. Dia harus menunggu empat bulan dan menghabiskan puluhan miliar untuk mendapatkannya.Siapa dia? Berani-beraninya langsung minta begitu saja? Seberapa tebal mukanya untuk bisa mengucapkan kalimat itu?!Lupita lan
Lupita mengeluh beberapa kali. Dia merasa pemandangan di museum tidak menarik dan hanya merasa sesak karena orang yang berdesakan."Ayo pergi, ayo pergi, keluar saja cepat ...," katanya dengan nada tidak sabar.Rebecca hanya tersenyum sinis, menahan ejekan di hatinya. Dia hampir mengikuti mereka keluar ketika tiba-tiba melihat sosok yang familier di seberang.Nadine bersama Kelly berdiri di sana. Di belakang mereka ada pasangan pria dan wanita yang lebih tua.Pria itu tampak asyik memotret salah satu artefak di balik kaca dengan ponselnya, sementara wanita di sebelahnya memperhatikan dengan penuh perhatian. Jika dilihat lebih dekat, wanita itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Nadine.Rebecca segera menyimpulkan, "Pasti ini orang tua Nadine."Di depan artefak, Jeremy sedang berbicara dengan penuh semangat sambil memotret. "Pakaian berhiaskan permata ini benar-benar menakjubkan .... Lihat desainnya, pengerjaannya, warna-warninya ... sungguh luar biasa."Beberapa hari yang lalu, Na
Kerumunan perlahan bubar dan rombongan Nadine bersiap menuju ke ruang pameran berikutnya. Namun, begitu mereka berbalik, tanpa sengaja mereka bertemu langsung dengan Rebecca.Kelly yang melihat kejadian itu, langsung berseru dramatis, "Wah!"Ekspresi Nadine tetap tenang dan mengalihkan pandangannya ke tempat lain dengan santai.Bagi Nadine, Rebecca kini hanyalah orang asing. Tidak ada lagi kewajiban untuk bersikap sopan, bahkan untuk basa-basi sekalipun. Bertemu tanpa saling menyapa adalah pilihan terbaik untuk menghindari kecanggungan.Namun yang mengejutkan, Rebecca justru melangkah maju dan menyapa dengan senyuman canggung, "Nadine, kamu juga lagi jalan-jalan ya?"Jeremy dan Irene saling bertukar pandang. Kenalan? Namun, mereka belum pernah mendengar Nadine menyebut nama Rebecca. Kedua orang tua itu pun langsung merasa penasaran tentang siapa wanita ini.Melihat situasi itu, Kelly mendekat dan berbisik pelan di telinga mereka untuk menjelaskan situasinya.Mendengar itu, ekspresi Ire
Nadine segera merangkul lengan Irene sambil berkata, "Kita jarang sekali punya kesempatan keluar begini. Tentu saja aku ingin bawa kalian makan sesuatu yang spesial."Irene tersenyum kecil karena tidak ingin merusak suasana. Namun, saat Jeremy masuk ke restoran dan melihat menu, dia hampir terperanjat dari tempat duduknya."Ini ... ini ... steik termurah saja harganya dua juta lebih?"Nadine buru-buru menenangkannya, "Aku punya kartu anggota, nanti bisa dapat diskon.""Oh, begitu ya. Ya sudah ...." Jeremy kembali duduk, menyesap air lemonnya untuk menenangkan diri, lalu bertanya santai, "Diskonnya berapa persen?""Diskonnya lima persen.""Pfftt!!!" Jeremy hampir menyemburkan air lemon dari mulutnya."Ayah! Jaga sikap dong! Ingat, kita harus tetap berwibawa!" Nadine mengingatkannya sambil menahan tawa.Sementara itu, Kelly yang duduk di samping mereka sudah tertawa terbahak-bahak hingga perutnya sakit.Saat makanan disajikan, aroma dan rasanya membuat Jeremy terpaksa mengakui bahwa maha
Setelah makan, Kelly mendapat panggilan telepon dan harus pergi, sementara Nadine membawa orang tuanya pulang.Meskipun sudah jalan-jalan seharian dan sangat lelah, Jeremy tetap bersemangat saat melihat foto-foto di ponselnya."Aku kasih tahu ya, piala dan piring enamel emas ini ... dan kalung berlapis perak ini ...." Suara Jeremy memenuhi seluruh koridor.Irene jarang sekali melihatnya bersikap kekanak-kanakan seperti ini. Dia sampai tidak bisa menahan diri untuk tersenyum.Sepanjang perjalanan, Nadine hanya menjadi pendengar yang baik. Dia hanya memberi respons saat diminta.Tiga orang itu mengobrol sambil naik sampai ke lantai tujuh. Nadine mengeluarkan kuncinya dan siap untuk membuka pintu.Saat ini, pintu di seberang terbuka."Eh? Arnold, mau keluar ya?" sapa Jeremy dengan ramah.Nadine spontan menoleh dan bertemu dengan tatapan Arnold yang penuh senyuman. Hari ini, dia mengenakan kaus putih dengan celana kasual khaki. Sederhana, tetapi bersih dan dewasa.Ini pertama kalinya merek
Mendengar ini, Rebecca kembali teringat pada keluarga Nadine yang ditemuinya hari ini. Dia memandang lampu kristal yang menggantung di langit-langit, lalu bergumam pelan, "Seandainya aku tahu akan seperti ini, lebih baik dulu aku terima Nadine saja ...."Setidaknya, Rebecca tidak akan bertemu ibu yang menyebalkan dan adik yang rendahan seperti itu.Clarine juga menghela napas. "Ya ...."Jika dulu ibunya menerima Nadine, mungkin sekarang anak Nadine dan Reagan sudah besar. Selain itu, Clarine tidak perlu bersaing dengan Nadine dalam memperebutkan kuota.Sayangnya, waktu tidak bisa diputar kembali.....Kelly menerima telepon dan segera meninggalkan restoran. Saat pergi, dia membayar tagihan dan memperingatkan Nadine, "Aku yang traktir Paman dan Bibi kali ini. Jangan coba-coba berebut denganku."Setelah itu, Kelly buru-buru keluar dan menginjak pedal gas hingga menghilang dari pandangan. Setengah jam kemudian, mobil berhenti di bawah gedung Maple Entertainment.Seorang pemuda berdiri di
Denver duduk di samping Kelly dengan patuh, lalu mengangkat gelasnya dan mulai bersulang dengan satu per satu orang di meja."Maaf, aku terlambat. Aku akan bersulang untuk kalian semua." Denver langsung meneguk tiga gelas sebagai permintaan maaf. Kemudian, dia tersenyum dan mengobrol.Hari ini, tokoh utamanya adalah seorang pria paruh baya yang duduk di kursi utama. Dia adalah bos dari Raize Entertainment, juga seorang investor terkenal di dunia hiburan, Zayn.Pandangan Zayn tertuju pada Kelly. Dia tersenyum sambil bertanya, "Kelly, sejak kapan kamu tertarik dengan bisnis dunia hiburan?""Aku nggak tertarik, cuma main-main saja.""Main-main juga nggak masalah, yang penting senang. Kamu butuh bantuan?" Zayn tidak meladeni Denver yang sedang bersulang. Dia hanya fokus berbincang dengan Kelly."Terima kasih, Paman. Aku nggak begitu memahami industri kalian, jadi jangan menggodaku lagi."Zayn adalah teman baik ayah Kelly, Dexter. Makanya, Kelly memanggilnya dengan sebutan paman.Denver men
"Ada apa?" tanya Nadine.Keduanya langsung mendongak, seperti anak kecil yang akhirnya melihat orang tua mereka setelah mendapatkan perlakuan tidak adil.Mikha langsung berlari ke arahnya, matanya sudah memerah bahkan sebelum sempat bicara. Darius menyusul di belakang, ekspresinya jelas tegang dan tangannya juga terkepal erat.Nadine langsung merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, dia tetap tenang. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian duduk di luar dan nggak masuk?""Kak Nadine ...." Mikha berusaha menahan air matanya. Meskipun matanya sudah berkaca-kaca, dia tetap bersikeras untuk tidak membiarkannya jatuh. "Kami nggak bisa masuk lagi!""Apa maksudnya nggak bisa masuk lagi?" Nadine terkejut."Kemarin, tim inspeksi kampus dan pemadam kebakaran distrik tiba-tiba datang ke laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ...."Pemeriksaan kebakaran adalah prosedur rutin, jadi mereka berdua tidak berpikir terlalu banyak dan langsung membukakan pintu serta bekerja sama dengan baik.Siapa sangka,
"Ibu, sadarlah, aku ini anakmu! Kelly itu siapa? Kenapa aku baru bilang satu dua kata tentang dia, kamu langsung mau patahin kakiku?"Phoebe menyahut, "Karena dia adalah menantuku yang sudah kutetapkan! Nggak boleh ada yang menyakitinya, termasuk kamu!"Teddy merasa mata dan hidungnya sedikit memanas. Menantu ....Dia membalikkan badan, menyilangkan tangan di dada, lalu bergumam dengan suara rendah, "Dia punya standar tinggi, barang-barang ini mungkin nggak menarik baginya ...." Sama seperti Teddy yang juga tidak menarik baginya!"Benar juga." Phoebe mengangguk santai. "Kelly punya standar tinggi, tapi dia juga punya modal untuk mencari yang lebih baik! Kamu kira semua orang sepertimu? Kerjaannya cuma bersenang-senang."Teddy langsung berbalik dan berteriak dengan kesal, "Aku ini anak kandungmu! Anak kandung!""Tahu kok, nggak perlu teriak.""?""Pokoknya, aku tinggalkan perhiasan ini di sini. Kamu cari kesempatan untuk memberikannya pada Kelly. Ngerti?"Teddy tidak merespons. Phoebe l
Setelah pria itu pergi, Kelly menatap peralatan makan di meja dengan jijik. Seharusnya, tadi dia menyuruh Teddy merapikan semuanya dulu sebelum pergi."Halo, tolong panggilkan petugas kebersihan untuk dua jam .... Ya, bersih-bersih ... seluruh rumah. Semuanya harus bersih ... terutama sofa ...."Sementara itu, setelah Teddy membanting pintu dan pergi, dia langsung mengemudi pulang ke apartemennya. Kecepatannya hampir mencapai 150 km/jam, seakan-akan tak takut mati.Begitu masuk, Teddy langsung melepas baju dan masuk ke kamar mandi, mencoba menghilangkan aroma yang tertinggal karena kejadian semalam.Namun entah kenapa, setelah selesai mandi, aroma samar khas Kelly masih saja tercium olehnya."Sial ...." Dengan marah, Teddy menendang sofa.Namun akibatnya ... ingatan tentang kejadian semalam sontak menyeruak di kepalanya, dimulai di sofa, lalu berlanjut ke kamar .... Penuh gairah, penuh kegilaan.Teddy berpikir mati-matian, tetapi tetap tidak mengerti. Kenapa wanita yang semalam begitu
Senyuman Teddy langsung membeku. "Maksudmu?"Membereskan barang-barang dan pergi bukan masalah. Namun, apa maksudnya jangan datang lagi?Kelly menjawab dengan tenang, "Maksudnya seperti yang kamu dengar. Aku ingat aku pernah bilang, aku nggak akan terlibat dengan pria yang punya hubungan kerja sama denganku.""Setelah kejadian semalam, kita sudah jelas terlibat. Satu-satunya solusi adalah kita nggak bekerja sama lagi."Teddy perlahan duduk tegak, menatapnya dengan tatapan suram. "Aku nggak mabuk semalam. Dari caramu merespons, kamu juga nggak mabuk, 'kan?""Benar."Saat hubungan itu terjadi, mereka berdua sadar sepenuhnya. Jadi, ini bukan sekadar khilaf karena alkohol."Heh ...." Teddy tertawa dingin. "Kita baru saja tidur bersama dan aku bahkan belum pakai baju, tapi sekarang kamu mau mencampakkanku begitu saja?"Sudut bibir Kelly berkedut. "Kamu sendiri yang memilih nggak pakai baju, itu salah siapa? Aku sih nggak keberatan.""Aku keberatan, sialan!" Suara Teddy tiba-tiba meninggi. "
Pagi-pagi, sinar matahari menyinari masuk. Pakaian berserakan di lantai, dari sofa ruang tamu hingga depan ranjang kamar. Hampir semuanya adalah pakaian pria, hanya ada satu jubah tidur wanita.Teddy menggerakkan kelopak matanya dan terbangun. Ketika mengingat kembali kegilaan dan keintiman semalam, sudut bibirnya terangkat tanpa sadar.Teddy menoleh ke samping, melihat wanita yang masih terlelap. Ekspresinya lembut dan penuh kehangatan yang bahkan tidak disadarinya.Kelly masih tidur, matanya terpejam rapat dan napasnya stabil. Tatapan Teddy menyusuri wajah cantiknya, lalu turun ke leher. Kulit putihnya dipenuhi bekas yang ditinggalkan Teddy saat malam penuh gairah itu.Teddy bukan lagi anak muda yang mudah terpukau oleh tubuh wanita. Namun, semalam dia seperti binatang buas yang pertama kali merasakan daging. Sungguh liar dan tak kenal lelah. Pada akhirnya, Kelly harus menamparnya agar dia berhenti.Sakit? Ya, memang sakit. Namun, puas tidak? Benar-benar puas!Memikirkan itu, senyuma
Teddy kehabisan kata-kata."Selesai," katanya sambil mematikan pengering rambut.Kelly merapikan rambutnya dengan jari. Harus diakui, hasilnya halus tapi tetap lembut. Teddy menyeringai. "Gimana?"Untuk pertama kalinya, Kelly mengangguk puas. "Buka salon deh, aku langsung jadi member VIP."Teddy berpikir, 'Terima kasih, tapi nggak deh.'Kelly menguap, lalu berjalan ke tempat tidur. Setelah menjatuhkan diri dan berguling dua kali, dia membungkus dirinya dengan selimut. "Aku tidur dulu. Tolong matikan lampu, tutup pintu, lalu pulang. Bye-bye ...."Memangnya aku ini pembantunya?! Teddy menggerutu dalam hati, tapi tangannya tetap patuh. Dia mematikan lampu, menutup pintu dengan pelan, lalu keluar.Setelah minum anggur, Kelly tertidur dalam keadaan sedikit mabuk. Hanya dalam sekejap, dia telah tertidur nyenyakBegitu keluar, Teddy melihat botol anggur di wajan kaca yang masih tersisa. Setelah berpikir sejenak, dia mengambil gelas anggur dan menuangkan segelas untuk dirinya sendiri.Kemudian
Kelly meletakkan gelas anggurnya dan berdiri. "Sudah cukup." Minum terlalu banyak bisa menimbulkan masalah, apalagi kalau di rumah ada seorang pria. Dia masih tahu batasannya.Teddy menghentikan gerakannya. "Belum habis, kenapa berhenti?""Kamu kira ini bar? Mau minum sampai pagi?""Anggurnya udah aku siapin, kalau nggak habis, sayang dong?""Sayang buat siapa? Aku bisa minum sendiri besok."Teddy terdiam.Kelly melirik jam dinding. "Sudah malam, pulang sana.""Tunggu, kenapa begitu sih?""Aku kenapa?""Waktu butuh aku, kamu terima. Setelah nggak butuh, langsung diusir. Begitu caramu?""Terus mau gimana? Mau aku suruh kamu nginap?""Pacar nginap di rumah pacar itu hal biasa. Walaupun kita cuma pura-pura, tapi setidaknya harus terlihat meyakinkan, 'kan?"Kelly mendengus. "Sok drama! Memangnya ada yang peduli kita tidur bareng atau nggak?"Baru saja dia selesai bicara, ponsel Teddy berdering. Panggilan video dari WhatsApp. Dia melirik layarnya dan menyeringai. "Tuh, ada yang peduli."Kel
Kelly menegaskan, "Aku. Nggak. Makan. Mi."Teddy menatapnya dengan ekspresi "Kamu pikir aku bakal percaya?"Saat Kelly berbalik hendak masuk kamar, Teddy tiba-tiba berseru, "Nggak mau coba segelas?"Kelly menoleh, matanya melirik wajan kaca yang berembun di meja. Kebetulan sekali, ini jenis anggur favoritnya dan sudah didinginkan dengan sempurna ...."Baiklah, tuangkan satu untukku!" Godaan yang sulit ditolak.Teddy langsung sigap mengambil gelas. "Ini, coba deh! Aku yang dinginkan, dijamin puas!"Kelly menerima gelasnya dan tersenyum sinis. "Itu semua karena anggur yang aku beli bagus.""Iya, iya. Anggurnya bagus, tapi teknikku juga hebat. Kalau digabung, hasilnya luar biasa. Gimana?""Nggak usah bawa-bawa aku," kata Kelly sambil meneguk seteguk pertama.Teddy terdiam. Bahkan dalam obrolan santai, Kelly tetap tidak mau rugi sedikit pun. Baru satu tegukan, Kelly langsung harus mengakui bahwa Teddy benar-benar punya keterampilan."Gimana? Nggak mengecewakan, 'kan?" Teddy mengangkat dagu
"A-aku capek, jadi minggir sebentar buat istirahat, eh malah ketiduran ...."Kelly langsung memutar ke sisi lain mobil, menarik pintu kursi penumpang depan, dan duduk. "Kebetulan, antarin aku pulang."Teddy mendengus. "Kamu benaran nggak tahu malu, ya." Meskipun begitu, sudut bibirnya tetap melengkung ke atas."Oke deh, hari ini sekalian aku jadi malaikat baik hati. Pegangan yang kencang ...." Begitu dia menginjak gas, mobil melesat seperti anak panah yang dilepas dari busurnya.Kelly: "Gila! Pelan sedikit! Aku masih betah hidup, nggak mau ketemu malaikat maut bareng kamu!"Teddy: "Kenapa? Kita bisa dikubur dalam satu liang lahat, romantis, 'kan? Hehehe ...."Kelly hanya bisa memberikan tatapan menjijikkan kepadanya. Kalau pun mati, mereka pasti bakal dikubur di tempat terpisah!Dua puluh menit kemudian ....Kelly: "Berhenti di depan gerbang apartemen aja, aku jalan sendiri ke dalam.""Nggak bisa! Belum sampai depan pintu!"Dengan satu putaran setir, Teddy langsung mengarahkan mobil ma