Share

Bab 124

Author: Patricia
Irene berkata, "Aku lupa beli merica. Nad, bantu aku ambil di sana."

"Oke." Nadine tahu Irene tidak ingin dirinya mendengar obrolan mereka.

Setelah melihat putrinya pergi, Irene berujar, "Sudah kubilang tadi pagi. Biar kupertimbangkan dulu."

"Mau sampai kapan? Aku sudah mengusulkannya sejak tiga bulan lalu. Aku sudah beri waktu, kamu malah terus menunda. Sampai sekarang, kamu belum memberiku jawaban pasti."

Irene mengernyit. "Kita sudah lama bekerja sama. Kamu seharusnya tahu keahlianku adalah novel misteri. Total kata pun sekitar 200 hingga 300 kata. Sekarang kamu mau aku menulis webnovel. Ini nggak sesuai denganku."

"Keduanya sama-sama novel kok. Kenapa nggak sesuai? Semua sastra sama saja!" Nada bicaranya terdengar tajam. Senyumannya juga hilang.

Irene mencoba menganalisis, "Begini, webnovel sangat panjang. Rata-rata berisi jutaan kata. Yang populer kebanyakan adalah romansa kota dan pernikahan keluarga kaya. Ini bukan keahlianku. Lalu, gimana aku bisa menulisnya?"

"Kamu masih ingat
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 125

    "Apa seorang penulis yang tidak bisa menghasilkan hasil karya pantas disebut sebagai penulis?"Irene mulai kesal. "Aku punya banyak ide, tapi kamu ...."Lauren menyela, "Idemu itu nggak unik dan nggak punya nilai jual. Sia-sia kalau ditulis karena nggak bakal laku! Kamu kira kamu masih Ratu Novel Misteri yang terkenal itu?""Kasarnya, kamu sudah kedaluwarsa! Irene, sebaiknya kamu menyadari posisimu sekarang! Berkaca dulu!""Ibu ...." Nadine tidak tahan lagi sehingga bergegas menghampiri.Irene segera menahan air matanya dan tersenyum. "Sudah ambil?"Nadine menggoyangkan merica di tangannya. "Nah. Sudah siang, mungkin Ayah sudah pulang. Lebih baik kita cepat bayar dan pulang.""Oke.""Bibi Lauren, kami pulang dulu." Nadine membantu ibunya berpamitan. Dia tahu Irene sedang sedih dan tidak ingin menghadapi orang yang membuatnya sedih."Ya, hati-hati di jalan." Lauren tersenyum. Kemudian, dia menatap Irene. "Coba pertimbangkan lagi. Kita teman lama. Kita sudah lama bekerja sama."Irene han

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 126

    Selain itu, dari percakapan Lauren dengan ibunya, Nadine tidak merasakan kepedulian editor terhadap penulis, melainkan penekanan dan manipulasi.Nadine memelas pada ibunya, "Boleh nggak? Boleh nggak ...?"Irene pasrah dan berkata, "Oke, nanti Ibu kirim habis pulang. Takutnya kamu nggak bisa baca sampai habis!"Nadine menjamin, "Pasti habis!"....Saat Nadine pulang ke rumah, Jeremy sedang menempel stiker kaligrafi di pintu, tetapi tidak bisa melihatnya secara keseluruhan. Nadine memiringkan kepala dan berkomentar, "Ayah, kayaknya agak miring. Ke kiri sedikit."Irene keluar dari mobil dan berdecak sambil menggelengkan kepala. Dia menyangkal, "Kenapa aku rasa agak ke atas? Coba turunkan sedikit."Jeremy dengan patuh menggeser stiker kaligrafi sedikit ke bawah. Lalu, Irene berkomentar lagi, "Nggak bisa, terlalu ke bawah. Naik sedikit lagi."Nadine berkata, "Kurang lebih oke."Usai menempel stiker kaligrafi, Jeremy turun dari tangga dan membandingkan kedua stiker kaligrafi. Rasanya agak a

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 127

    Mereka hanya perlu menjaga kesantunan dan tidak mencari masalah satu sama lain. Reagan yang terapit di tengah-tengah mereka lebih sering memilih untuk cuek. Reagan tidak mau mengungkit hal itu maupun banyak tanya, hanya menutup sebelah mata. Reagan tidak pernah berniat untuk menyelesaikan konflik antara pacar dan ibunya. Nadine juga tidak pernah mengajukan permintaan karena memaklumi Reagan. Misalnya, tentang melewatkan malam tahun baru di mana, menemaninya atau menemani Rebecca. Nadine tidak pernah menyulitkan Reagan.Jika dipikirkan lagi saat ini, pengalahan, penahanan, dan pemakluman Nadine sebelumnya hanya bersifat sepihak. Pria tidak akan menghargai pengorbanan wanita, melainkan merasa biasa dan memang sudah sepantasnya.Nadine berkata, "Ya. Aku kangen orang tuaku, jadi beli tiket pulang."Meskipun jawaban Nadine singkat, Kelly tahu betul betapa sulit Nadine mengumpulkan keberanian untuk pulang.Kelly bertanya, "Gimana kabar Paman dan Bibi? Sudah lama nggak ketemu mereka. Titip s

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 128

    Nadine tersenyum seraya berucap, "Nggak apa-apa. Nggak usah dipikirkan."Meskipun begitu, suasana menjadi hening. Tiba-tiba, di sisi Kelly menjadi berisik. Kelly berkata, "Nadine, sudah dulu. Acara keluarga sudah mau mulai. Ibuku sibuk cari aku.""Oke," sahut Nadine. Nadine menutup telepon dan ingin menaruh ponselnya. Tepat saat itu, ada beberapa pesan masuk di WhatsApp dari Stendy. Isinya adalah gugatan lintas batas, tanda terima penanganan kasus, pemberitahuan kemajuan kasus secara ringkas, serta dokumen-dokumen yang perlu ditandatangani oleh Nadine.Proses gugatan lintas batas lebih rumit dibanding gugatan pada umumnya dan memakan waktu yang lebih banyak. Sejujurnya, Nadine agak terkejut terhadap kemajuan penanganan kasus secepat itu.Nadine mengunduh dokumen dan membubuhkan tanda tangan digital, lalu mengirim kembali dokumen itu kepada Stendy. Stendy langsung menerima dokumen pada detik berikutnya. Stendy mengirim pesan WhatsApp dengan nada bercanda.[ Percaya banget sama aku? Ng

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 129

    Nadine juga memberi ucapan selamat tahun baru. Suaranya yang lembut dan kalem seakan-akan menyiratkan kegirangan.Arnold membayangkan Nadine sedang memegang ponsel dan tersenyum saat memberi ucapan selamat tahun baru padanya. Saat cahaya dari kembang api yang menyinari wajah samping Nadine, itu pasti sangat cantik.....Pada 1 Januari, Nadine diperbolehkan untuk tidur sampai pukul 11 siang. Cahaya matahari memanjat ke atas balkon dan menembus gorden. Nadine membuka matanya yang mengantuk. Bayangan dari dahan-dahan pohon di luar jendela terpantul di gorden. Matahari sudah terbit?Nadine bangkit duduk dan menguap. Lalu, dia berjalan menuju jendela dan menarik gorden hingga terbuka. Benar saja, cahaya matahari menyinari tumpukan salju di lereng gunung dengan menyilaukan.Jeremy dan Irene sedang membaca buku di halaman sambil berjemur. Jeremy memiliki pendengaran yang tajam. Dia tahu Nadine sudah bangun dari suara gorden dibuka. Jeremy berprofesi sebagai seorang guru dan taat waktu. Dia

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 130

    Sekarang sedang libur semester. Sebagian besar murid sudah diliburkan sehingga halaman sekolah sangat sepi.Satpam mengamati Nadine yang berdiri di depan gerbang. Dia bertanya, "Kamu libur kuliah dan pulang untuk tengok guru-guru, ya?"Murid kelas 12 harus mengikuti bimbingan belajar sehingga tetap ada sesi pembelajaran yang diadakan di sekolah.Sebelum Nadine sempat menjawab, satpam melambaikan tangannya yang tadi dilipat di belakang badan dan berdeham. Dia berkata, "Masuk saja, tapi jangan berisik. Jangan ganggu anak kelas 12 belajar."Nadine terdiam. Keheningan sungguh berat. Nadine tidak berjalan menuju kantor guru karena tujuannya bukan untuk menengok para guru, melainkan berkeliling di lapangan selama dua putaran. Ketika hendak pergi, Nadine melewati dinding kehormatan di sekolah. Lalu, Nadine melihat foto dirinya. Ada keterangan di bawah.[ Nadine Wicaksono: Angkatan 20xx. Juara 1 Ujian Nasional IPA Kota Linong. Diterima di Fakultas Biologi Universitas Brata. ]Angin yang berem

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 131

    Ekspresi Jeremy langsung menjadi muram. "Bu Wanda, Nadine adalah anak baik. Entah dari mana pun kamu mendengar semua itu, tolong jangan pernah katakan lagi! Karena semua itu cuma omong kosong, bahkan bisa dibilang fitnah! Itu bukan sikap yang pantas dimiliki oleh seorang pendidik."Usai bicara, Jeremy beranjak pergi dengan langkah mantap. Bahkan dari punggungnya juga tampak jelas dia sedang murka!Wanda menatapnya dengan sinis. "Huh, padahal jelas-jelas sudah melakukannya, tapi nggak rela diomongin orang? Anak baik apanya? Omong kosong! Dasar perusak nama baik sekolah, nggak tahu malu ...."Dulu, Jeremy sangat membanggakan dirinya. Punya anak yang selalu meraih peringkat pertama di semua mata pelajaran, memenangkan banyak kompetisi, hingga terkenal di seluruh angkatan, bahkan di sekolah.Setiap rapat evaluasi, dia selalu menyebut nama Nadine dengan senyum bangga di wajahnya. Namun, apa hasilnya? Apa gunanya masuk Universitas Brata? Akhirnya jadi mainan orang kaya juga! Huh!Nadine mend

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 132

    "Wah, ternyata benaran Nadine. Waktu di depan pintu tadi kukira aku yang salah orang!" Tetangganya yang bernama Karen ini terkenal suka mencampuri urusan orang lain dan suaranya juga sangat keras.Suaminya juga mengajar di SMA Cendekia. Mereka pindah ke daerah perumahan ini bersamaan dengan keluarga Nadine.Melihat Nadine keluar, Karen langsung bergegas menghampirinya dan menilai penampilan Nadine dari atas hingga ke bawah. "Ckck, Sayang, hebat sekali! Hidup di kota memang mengubah penampilan seseorang. Kamu sudah kaya sekarang ya!"Nadine kehabisan kata-kata."Lihatlah dandanan, tubuhmu, pakaian, dan sepatumu ini. Modis sekali!" Karen terus-menerus memujinya sambil melemparkan tatapan menggoda pada Nadine. "Nak, katanya kamu hidup senang di kota ya? Bisa nggak carikan kenalan untuk anak perempuanku?"Nadine agak kebingungan. "Kenalan apanya?""Duh, kenalan semacam bos besar atau orang kaya. Anakku punya tubuh yang seksi dan wajahnya juga cantik. Apalagi, dia masih muda. Masih umur 22

Latest chapter

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 685

    Kode sandi untuk membuka ponsel dan melakukan pembayaran ....Arnold menjawab tanpa menoleh sama sekali. Nada bicaranya juga sama menyebalkannya dengan sosok punggungnya. "Dia yang kasih tahu aku."Stendy dan Reagan pun tidak bisa berkata-kata.....Saat Nadine terbangun, langit di luar jendela sudah terang. Tidak ada sinar matahari, tapi juga tidak sedang hujan. Angin musim dingin bertiup kencang menerpa ranting pohon yang gersang. Tidak ada sehelai pun daun yang tersisa di dahannya.Nadine duduk perlahan. Aroma khas disinfektan rumah sakit langsung menusuk hidung dan membuatnya refleks mengusap pelipis dan hidung.Saat melirik ke arah pergelangan kakinya yang cedera, Nadine mendapati kakinya sudah dibalut rapi. Dia tak bisa melihat jelas kondisinya, tapi tetap mencoba menggerakkannya sedikit.Untung saja .... Meski masih terasa nyeri, kakinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.Saat itulah Kelly masuk ke kamar sambil membawa termos berisi air hangat. Begitu melihat Nadine sudah du

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 684

    Clarine menatap kesal ke arah mobil kakaknya yang melaju mengejar ambulans yang membawa Nadine. Dia sampai mengentakkan kakinya karena kesal. Padahal, dia adik kandung Reagan! Padahal mereka searah, tapi Reagan malah tidak mau membawanya ....Lagi-lagi ... semua ini karena Nadine. Clarine merasa, dia dan Nadine sepertinya memang ditakdirkan saling bertentangan sejak awal!....Rumah Sakit Pusat – Instalasi Gawat Darurat.Setelah menanyakan kondisi pasien, dokter segera menginstruksikan pemeriksaan menyeluruh untuk Nadine.Saat Stendy menyampaikan informasinya, Arnold yang berdiri di samping langsung menambahkan dengan detail. Dari berapa suhu tubuh Nadine, kapan demamnya mulai mereda, pukul berapa dia mulai berkeringat, dan seterusnya ....Sampai-sampai sang dokter sempat melirik Arnold dengan takjub. Setelah pemeriksaan selesai, Nadine dipindahkan ke ruang rawat. Dalam perjalanan, dia sempat siuman sebentar.Arnold langsung mendekat. "Nadine, kamu bisa dengar aku?"Gadis itu menganggu

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 683

    Mikha dan Darius juga segera ikut membantu. Tak lama kemudian, ambulans pun tiba.Begitu perawat dan dokter memastikan siapa pasiennya, mereka langsung melakukan pemeriksaan awal. Setelah kondisi Nadine dipastikan stabil untuk dipindahkan, mereka dibantu oleh Arnold dan Stendy untuk mengangkat tubuhnya ke atas tandu dan mendorongnya masuk ke dalam mobil.Perawat yang ikut serta bertanya, "Ada keluarga pasien? Cepat naik!""Aku!""Aku bisa!""Aku!"Ketiga suara terdengar bersamaan.Perawat mengernyit. "Dua orang saja cukup. Sisanya silakan ke rumah sakit pakai kendaraan sendiri." Dia menunjuk ke arah Arnold dan Stendy. Lagi pula, dari tadi mereka yang tampak paling sigap. Wajah mereka sama-sama lelah, penuh kekhawatiran, tapi tidak tampak dibuat-buat.Sedangkan pria satu lagi yang tertinggal ....Sebelum menutup pintu, perawat melirik sekilas ke arah Reagan. Pria itu masih bau alkohol, wajahnya kusut tak karuan, matanya seperti bisa membunuh orang kapan saja.Lupakan saja.Karena tidak

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 682

    Di dalam gazebo yang terbuka dari keempat sisi, Arnold dan Stendy duduk bersila di lantai, sementara Nadine berada tepat di antara mereka.Stendy tampak tertidur, kepalanya miring dan sedikit menunduk. Dari sudut pandang Reagan, posisi itu terlihat seolah-olah kepala Stendy bersandar langsung ke bahu Nadine.Arnold juga memejamkan mata. Meskipun duduknya lebih tegak, satu tangan menopang kepala, bahunya justru bersentuhan erat dengan bahu Nadine. Bukan karena sengaja ingin mengambil keuntungan, tapi karena ingin memberi sandaran bagi Nadine yang masih lemas.Bahkan dalam tidurnya, Arnold tetap mempertahankan postur itu dan tidak berani melonggarkan kekuatan di bahunya sedikit pun. Tengah malam tadi, Stendy sempat tidak tega melihat kondisinya dan menawarkan untuk bertukar tempat. Namun, Arnold hanya berkata pelan, "Nggak usah, dia ringan sekali."Stendy hanya bisa terdiam. Orang ini ... ternyata dendamnya panjang juga.Padahal mereka bertiga sama-sama berpakaian rapi dan tidak ada ges

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 681

    Di mata kedua pria itu, yang mereka lihat adalah Nadine yang bersandar lemah di tiang gazebo. Kedua pipinya memerah, tubuhnya terus menggigil, dan tangannya memeluk tubuh sendiri erat-erat."Nadine? Nadine? Kamu dengar aku?" Arnold mencoba membangunkannya dengan suara cemas.Namun, mata Nadine tetap tertutup rapat dan bulu matanya bergetar gelisah. Seakan-akan sedang berada di antara sadar dan tidak sadar, tidurnya tampak sangat tidak tenang.Arnold langsung merasa panik, lalu menyentuh keningnya. "Nggak bisa! Suhu tubuh Nadine terus naik. Kalau begini terus, sebelum pintu dibuka, kondisinya bisa memburuk."Stendy juga mulai kehilangan kesabaran. "Kamu pikir aku nggak tahu? Tapi di sini nggak ada apa-apa! Kita bisa apa?"Tidak ada obat penurun panas, tidak ada pemanas ruangan, bahkan tempat berteduh yang layak pun tak tersedia.Arnold meliriknya, lalu mengangkat satu tangan. Dia membuka tangannya dengan lebar dan mengarahkannya ke udara dengan sudut 90 derajat dari tubuh. Stendy menata

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 680

    "Jadi, aku harap semua bisa saling memahami."Wajah Reagan masih terlihat kaku, tapi setidaknya dia tidak lagi membuat keributan. Jelas, kata-kata tadi cukup masuk ke pikirannya. Jinny mengembuskan napas lega. Namun ....Suara bisikan dan tatapan dari orang-orang di sekitar mulai membuatnya merasa tak nyaman.Bagaimanapun juga, pacarnya sampai kehilangan kendali hanya karena seorang wanita lain di depan umum. Selain itu, wanita itu adalah teman satu jurusan dan satu fakultasnya, hanya beda dosen pembimbing. Situasi ini terlalu gampang disalahartikan.Di dunia ini, ada banyak penonton yang senang "menonton drama". Seberapa besarnya kerumunan, tergantung pada seberapa "gurih" gosip yang disajikan.Melihat semua kehebohan ini hanya demi Nadine, Nella tidak tahan untuk mencibir, "Konyol banget."Dia kira entah ada masalah sebesar apa, tapi ternyata ... hanya ini?Nadine juga nggak mati, 'kan? Orangnya sudah ketemu juga. Apa perlu sampai membuat seisi kebun botani heboh?"Iya nih," Kaeso la

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 679

    Keributan itu langsung menarik perhatian banyak mahasiswa dan staf kebun botani yang berkerumun."Siapa sih orang ini? Gaya banget!""Sepertinya aku pernah lihat dia. Waktu acara pertemuan kemarin dia datang barengan sama Jinny. Mungkin pacarnya?""Nggak deh, setahuku dia itu pengusaha. Pernah muncul beberapa kali di majalah bisnis.""Punya duit memang beda, ya. Bahkan bisa-bisanya ngomong mau nutup kebun botani milik negara .... ckck ...."Melihat kerumunan semakin ramai, staf penanggung jawab mulai merasa tidak tenang. Kelopak matanya berkedut dan dia menghela napas dalam-dalam.Awalnya, dia tidak berniat memperpanjang urusan dengan Reagan. Namun, karena ada banyak orang yang melihat kejadian itu, dia merasa harus meluruskan keadaan. Kebun botani ini bukan dikelola dengan mengandalkan investasi dari para pengusaha ....Namun, belum sempat dia buka mulut, suara gaduh dari kerumunan terdengar. Darius dan Mikha menerobos masuk dengan cemas."Pak! Kami teman sekelompok Nadine! Dia sudah

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 678

    Melihat Nadine menggigil hebat, Stendy langsung melepas jaketnya, bersiap untuk menyelimutkannya. Namun Arnold berkata, "Jaketmu juga basah. Lebih baik pakai punyaku saja."Sambil bicara, dia sudah membuka ritsleting jaket gunungnya, lalu memakaikannya langsung ke tubuh Nadine.Stendy terdiam.Nadine benar-benar merasa kedinginan. Padahal dia sudah meminum air hangat dan mengganti pakaian basahnya dengan yang kering. Namun, rasa dingin itu seolah meresap sampai ke tulang, makin lama makin menusuk.Menjelang dini hari, hujan benar-benar turun lagi. Bukan hujan deras disertai petir, melainkan gerimis yang tak kunjung berhenti. Situasi ini justru terasa semakin menyiksa.Angin dingin menyusul, menderu tanpa ampun.Gazebo itu hanya beratap dan ditopang oleh empat tiang. Tidak ada dinding untuk menghalangi angin. Saat angin bertiup, tubuh mereka langsung menjadi sasaran.Suara Nadine bergetar. "A-aku ... kedinginan ...."Meski sudah mengenakan jaket Arnold dan memeluk tubuhnya sendiri erat-

  • Tak Sudi Merajut Cinta Dengan Mantan   Bab 677

    Setelah menutup telepon, Arnold menyampaikan informasi dari pihak pengelola kepada mereka berdua. Tepat saat itu, suara gemuruh kembali terdengar dari langit. Angin berembus membawa udara lembap, menyapu wajah mereka.Nadine mengerutkan kening. "Sepertinya ... bakal hujan lagi.""Di depan ada gazebo kecil, kita bisa berteduh di sana," kata Stendy sambil menoleh ke sekeliling dan melihat sebuah gazebo tak jauh dari sana.Nadine mengangguk.Tak ada pilihan lain. Sebelum pintu berhasil dibuka, mereka memang hanya bisa menunggu di sini. Stendy pun kembali menggendong Nadine menuju gazebo tersebut.Sesampainya di sana, Nadine menepuk pundaknya pelan. "Turunin saja."Stendy menurunkan tubuhnya dengan hati-hati, sementara Arnold juga bersiaga di samping dan siap menangkap jika Nadine terjatuh. Untungnya, hanya satu kakinya yang cedera. Kaki satunya masih bisa menopang.Dengan bantuan keduanya, Nadine melompat pelan dan duduk di bangku panjang yang ada di dalam gazebo. Arnold membuka ranselnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status