Share

Bab 4

Author: Fauziah Naura
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Dalam beberapa hari terakhir, aku dipaksa untuk menyaksikan Kevin dan Vivi terus bersama.

Mereka mendiskusikan detail pernikahan, mencoba gaun pengantin serta riasan di bawah tatapanku.

Ini adalah pertama kalinya aku tahu bahwa Kevin bisa melakukan begitu banyak hal untuk sebuah pernikahan.

Dulu saat kami merencanakan pernikahan, aku beberapa kali meminta dia untuk membahas detailnya bersama.

Namun, yang aku dapat hanyalah balasan singkat, "Kamu nggak tahu aku sangat sibuk, ya?"

"Ini hanya pernikahan saja, apa aku juga harus repot memikirkannya?"

Ternyata itu bukan karena masalah dia tidak punya waktu, tetapi perbedaan antara cinta dan tidak cinta.

Awalnya, hatiku terasa sakit sampai sulit bernapas setiap kali aku melihat mereka. Namun, kelamaan aku menjadi mati rasa.

Hingga akhirnya hari pernikahan mereka tiba.

Kevin mengenakan setelan jas yang pas di tubuhnya, sementara Vivi mengenakan gaun pengantin yang dibuat khusus oleh Kevin untuknya.

Mereka terlihat seperti pasangan pangeran dan putri dari negeri dongeng.

Tidak seperti aku tiga tahun lalu, yang bahkan harus menyewa gaun pengantin seharga 4 juta.

Mereka berdiri di pintu untuk menyambut tamu. Semua orang memberikan ucapan selamat yang tulus kepada mereka.

Rekan-rekan dari tim yang dulu pernah berjuang bersamaku, semua hadir di pernikahan ini.

Ternyata, dalam tiga tahun sejak kematianku, mereka semua menerima hubungan Kevin dan Vivi.

Muridku Dani, bahkan memberikan amplop merah sambil berujar, "Selamat atas pernikahan Vivi dan Kak Kevin!"

"Pada hari yang bahagia ini, Kak Kevin harus minum lebih banyak denganku nanti!"

Vivi bersandar di pelukan Kevin, tersenyum, lalu berkata, "Aku dan Kevin sedang bersiap untuk punya anak, jadi kami nggak akan minum dulu!"

Begitu Vivi mengatakan itu, semua orang terkejut sesaat, lalu segera memberikan respons.

"Aku mau menjadi ibu angkat!"

"Aku akan jadi ayah angkatnya!"

Aku terdiam di tempat.

Mereka mau punya anak?

Suasana langsung mencapai puncaknya.

Aku melihat semua wajah penuh senyuman bahagia.

Namun, hatiku terasa seperti diremas oleh sebuah tangan yang besar. Makin lama terasa makin kencang, hingga aku sulit bernapas.

"Kak Vivi, kamu selalu melindungi Kak Kevin!" goda Dani dengan nada bercanda sambil memandang Vivi dengan tatapan tidak puas.

"Baiklah, nanti saat kelahiran anak kalian, kalian harus memberiku minuman tambahan!"

Aku melihat murid yang aku besarkan ini, mengucapkan selamat kepada tunanganku dan pembunuhku.

"Aku ikut senang melihat kalian bahagia!"

"Kalian berdua orang yang begitu baik, akhirnya bisa bersama. Kalian nggak lagi dihalangi oleh perempuan jalang seperti Jessica!"

Aku merasa begitu kesakitan hingga tak bisa berkata apa-apa. Kata-kata Dani terasa seperti pisau.

Menusuk jiwaku berkali-kali.

Vivi menasihati dengan lembut, "Dani, jangan mengatakan itu. Jessica adalah gurumu."

Meski dia mengucapkan ini, wajah Vivi tampak penuh dengan kebanggaan.

Dani mencemooh, "Jessica itu bukan apa-apa! Aku merasa malu pernah memanggilnya guru!"

"Kak Vivi, kamu terlalu baik. Kalau saja saat itu Jessica nggak mengambil semua persediaan, kalau saja kami terlambat sedikit saja, kamu pasti sudah mati!"

Vivi dan Kevin saling menatap dalam-dalam, dengan ekspresi penuh kepasrahan.

"Bagus kalau dia pergi. Kalau nggak, kalian nggak akan bisa bersama!"

"Aku nggak tahu si pengkhianat Jessica itu lari ke mana. Kalau aku menemukannya, pasti akan aku buat dia menyesal!"

Melihat situasi yang tidak nyaman, orang-orang segera menarik Dani, lalu berujar, "Ini adalah hari bahagia, kenapa kamu harus menyebutkan orang sialan itu?"

Related chapters

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 5

    Ketika kerumunan bubar, orang yang muncul terakhir adalah Hardi Wijaya, guruku yang paling aku hormati."Ayah angkat! Kamu datang?" Ketika melihat Hardi, mata Vivi langsung bersinar.Guruku memberikan amplop merah yang tebal kepadanya, lalu berkata, "Anakku, selamat atas pernikahanmu!"Anakku? Dulu guruku juga memanggilku seperti itu."Kevin, jaga Vivi baik-baik!" Hardi tersenyum sambil menepuk pundak Kevin."Dani nggak salah. Syukurlah Jessica pergi. Kalau nggak, dia akan menghalangi kalian. Dia hampir membuat kalian kehilangan kesempatan ini!""Terkadang aku berharap dia benar-benar mati di Asanti. Jangan sampai dia muncul lagi dalam hidup kita!"Aku melayang di udara, mendengarkan kata-kata mereka yang lucu.Aku tak bisa tertawa, juga tak bisa menangis.Dulu aku adalah bintang yang paling bersinar di mata semua orang di tim ekspedisi ilmiah.Namun, sekarang tak ada satu pun dari mereka yang memercayaiku.Kevin memandang guruku, lalu berkata, "Pak Hardi, lupakan saja. Jessica sudah m

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 6

    Aku melihat sosok Kevin sedikit demi sedikit membungkuk saat dia memegang ponselnya.Ponsel itu jatuh dari tangannya yang lemas, terhempas ke tanah.Mata Kevin tampak kosong, dia menatap lurus ke depan."Kevin, ada apa? Siapa yang menelepon?" tanya Vivi yang berdiri di sampingnya. Wanita itu memperhatikannya dengan cemas.Kevin tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menelan kembali kata-katanya."Nggak apa-apa. Ini hanya telepon dari rekan kerjaku," kata Kevin.Hardi tertawa sambil mendorongnya pelan, lalu berkata, "Kevin, hari ini adalah hari bahagiamu. Kenapa kamu masih memikirkan pekerjaan?""Ayo cepat masuk, pernikahannya akan segera dimulai!" Vivi menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia mencoba menarik Kevin masuk ke dalam.Namun, aku bisa melihat Kevin seolah diselimuti oleh awan gelap yang tidak bisa disingkirkan.Kevin memperhatikan Vivi dengan cermat, seakan ingin melihat wajah aslinya.Aku sangat mengenal tatapan itu. Itu adalah tatapan yang sering kali dia

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 7

    Kembali ke meja autopsi yang begitu familier.Bersama dengan sosok Kevin yang juga begitu familier."Bagaimana bisa kamu? Bagaimana bisa kamu?"Tangan Kevin tampak gemetaran hebat. Dia mencoba beberapa kali sebelum akhirnya berhasil membuka kantong yang berisi tubuhku.Ketika terbuka, hawa dingin keluar dari dalamnya.Kevin sama sekali tidak peduli. Dia hanya mendekat untuk melihat wajahku dengan lebih jelas.Namun, wajahku penuh dengan luka-luka yang mengerikan, membuatnya sulit untuk mengenali wajah asliku.Seolah-olah menyadari sesuatu, dia segera mengalihkan pandangannya ke perutku.Luka-luka yang mengerikan memenuhi perutku.Kevin memperhatikan setiap luka dengan cermat, hingga pandangannya akhirnya jatuh pada satu luka yang tidak begitu mencolok.Bekas luka itu sudah cukup lama. Panjangnya hanya sekitar lima sentimeter, dengan bekas jahitan yang masih terlihat.Ini adalah luka yang aku dapatkan empat tahun lalu saat aku masih berhubungan dengan Kevin.Empat tahun yang lalu, Kevin

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 8

    Kevin menatap tubuhku lama sekali.Ketika aku berpikir dia akan terus menatap, tiba-tiba dia bangkit, menutup kantong mayatku, lalu menempatkanku kembali ke tempat semula.Dia mengambil kunci, lalu langsung pulang.Namun, begitu pintu rumah terbuka, yang menyambutnya adalah sebuah pukulan."Kevin, kamu itu manusia bukan? Kamu meninggalkan Kak Vivi sendirian di pernikahan.""Apa kamu tahu berapa banyak orang yang menertawakan dia pada saat itu?"Orang yang memukulnya adalah Dani. Wajahnya tampak dipenuhi dengan ketidakpuasan terhadap Kevin.Namun, Kevin seolah-olah tidak mendengar apa pun. Dia hanya berjalan masuk ke dalam rumah dalam diam."Kevin, meski kamu nggak mau menikahi anak angkatku, kamu nggak bisa memperlakukan dia seperti ini!"Hardi memukul meja dengan keras.Aku menatap dingin pada semua ini, melihat orang-orang ini membela Vivi yang hatinya terluka.Kevin duduk di depan Vivi, tanpa satu pun kata permintaan maaf."Nggak apa-apa. Ayah angkat, Kevin ada urusan pekerjaan tadi

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 9

    Setelah kalimat itu terucap, semua orang terpaku di tempat.Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat."Siapa yang ... dibawa pulang?" tanya Vivi.Aku melihat ke arah Vivi yang tampak sangat gugup hingga tangannya bergetar. Dia menggigit bibir bawahnya dengan keras.Kevin menatapnya dalam-dalam, mengulangi perkataannya lagi, "Mereka membawa seseorang dari misi, seorang yang sudah meninggal.""Orang itu adalah Jessica.""Kamu bilang Jessica kabur, tapi kenapa jasadnya ada di Asantri?"Vivi mulai bicara dengan tidak jelas, "Mungkin dia meninggal dalam pelarian ....""Meninggal dalam pelarian secara kebetulan?" Kevin tertawa sinis, lalu melanjutkan, "Kalau begitu, kenapa tubuhnya penuh dengan luka?""Wajah, leher, perut, semuanya penuh dengan luka tusukan.""Semua barang bukti yang bisa mengidentifikasinya sudah diambil ...."Saat mengatakan ini, suara Kevin terdengar serak."Vivi, bagaimana aku bisa memercayaimu?""Kevin, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" tanya Hardi dengan tid

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 10

    Kevin mengusir semua orang dan menyendiri di ruang penyimpanan di rumahnya.Ruangan itu penuh dengan debu. Di sudut paling dalam, Kevin menarik keluar sebuah kotak.Isinya tidak banyak, hanya barang-barang yang pernah aku berikan kepadanya.Di atasnya ada sebuah gelang batu alam.Itu adalah gelang yang dipasangkan oleh Ibu Kevin di tanganku sebelum beliau meninggal."Jessica, aku akan pergi. Setelah ini, kamu dan Kevin harus hidup dengan baik!"Apa yang aku katakan waktu itu?Aku berkata, "Bibi, jangan khawatir! Aku pasti akan hidup bahagia bersama Kevin. Kamu nggak perlu khawatir!"Namun, pada akhirnya aku tidak bisa bersama dengan Kevin hingga akhir. Aku tidak bisa memberikan penjelasan kepada wanita tua itu.Kevin menatap gelang itu dengan ekspresi yang muram.Tangannya gemetar saat mencoba mengambil gelang itu. Makin lama tangannya pun makin bergetar hebat.Gelang itu terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai hingga hancur berkeping-keping.Retakan itu seperti luka yang melingkar

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 11

    Pada hari kelima Kevin mengurung diri di rumah, akhirnya ada kabar yang datang."Kevin, mungkin kamu harus mempersiapkan diri secara mental," kata Hardi dengan nada sedih di telepon."Setelah dilakukan tes DNA, ditemukan jejak darah Jessica di kapal. Vivi juga sudah mengakui kejahatannya ....""Ternyata dulu Vivi yang berencana mencuri persediaan dan kabur. Saat Jessica mengetahuinya, dia ....""Vivi mungkin akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup."Ketika Hardi mengatakan ini, suaranya terdengar sedikit tercekat. Kemudian, dia melanjutkan, "Selama bertahun-tahun ini, kita sudah salah menuduh Jessica ...."Kevin menerima hasil itu dengan tenang, "Baik, aku mengerti."Setelah berkata demikian, Kevin menutup telepon. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, dia akhirnya keluar rumah.Begitu melihat Kevin, mata Vivi langsung berbinar. Dia bertanya, "Kevin, kamu datang untuk menyelamatkanku, 'kan?"Kevin tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi malah balik bertanya, "Vivi, saat kamu memb

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 1

    Aku melayang di udara, tertegun melihat orang yang ada di meja autopsi.Orang itu bahkan sudah tidak bisa disebut manusia lagi. Seluruh tubuhnya tertutup oleh lapisan es yang tipis.Bahkan aku pun tidak bisa mengenali bahwa orang itu adalah diriku."Kak Kevin, kamu sudah datang?" tanya asisten di samping saat melihat kedatangan Kevin."Kali ini tim ekspedisi menemukan ini di Asantri.""Wajahnya sudah dirusak, sementara semua benda yang bisa membuktikan identitasnya juga diambil. Kami curiga ini adalah pembunuhan yang disengaja."Ketika mendengar bahwa ini berasal dari Asantri, gerakan Kevin terhenti sesaat. Kemudian, dia memakai sarung tangan steril dengan ekspresi acuh tak acuh.Aku melayang di udara sambil menatap pria di depanku dengan tatapan tajam.Tiga tahun, aku sudah mati selama tiga tahun.Setelah aku mati, jiwaku terjebak di Asantri. Setiap hari aku dihantam oleh angin serta es yang dingin.Hingga akhirnya seseorang menemukanku, lalu membawaku kembali.Namun, aku tidak pernah

Latest chapter

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 11

    Pada hari kelima Kevin mengurung diri di rumah, akhirnya ada kabar yang datang."Kevin, mungkin kamu harus mempersiapkan diri secara mental," kata Hardi dengan nada sedih di telepon."Setelah dilakukan tes DNA, ditemukan jejak darah Jessica di kapal. Vivi juga sudah mengakui kejahatannya ....""Ternyata dulu Vivi yang berencana mencuri persediaan dan kabur. Saat Jessica mengetahuinya, dia ....""Vivi mungkin akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup."Ketika Hardi mengatakan ini, suaranya terdengar sedikit tercekat. Kemudian, dia melanjutkan, "Selama bertahun-tahun ini, kita sudah salah menuduh Jessica ...."Kevin menerima hasil itu dengan tenang, "Baik, aku mengerti."Setelah berkata demikian, Kevin menutup telepon. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, dia akhirnya keluar rumah.Begitu melihat Kevin, mata Vivi langsung berbinar. Dia bertanya, "Kevin, kamu datang untuk menyelamatkanku, 'kan?"Kevin tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi malah balik bertanya, "Vivi, saat kamu memb

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 10

    Kevin mengusir semua orang dan menyendiri di ruang penyimpanan di rumahnya.Ruangan itu penuh dengan debu. Di sudut paling dalam, Kevin menarik keluar sebuah kotak.Isinya tidak banyak, hanya barang-barang yang pernah aku berikan kepadanya.Di atasnya ada sebuah gelang batu alam.Itu adalah gelang yang dipasangkan oleh Ibu Kevin di tanganku sebelum beliau meninggal."Jessica, aku akan pergi. Setelah ini, kamu dan Kevin harus hidup dengan baik!"Apa yang aku katakan waktu itu?Aku berkata, "Bibi, jangan khawatir! Aku pasti akan hidup bahagia bersama Kevin. Kamu nggak perlu khawatir!"Namun, pada akhirnya aku tidak bisa bersama dengan Kevin hingga akhir. Aku tidak bisa memberikan penjelasan kepada wanita tua itu.Kevin menatap gelang itu dengan ekspresi yang muram.Tangannya gemetar saat mencoba mengambil gelang itu. Makin lama tangannya pun makin bergetar hebat.Gelang itu terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai hingga hancur berkeping-keping.Retakan itu seperti luka yang melingkar

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 9

    Setelah kalimat itu terucap, semua orang terpaku di tempat.Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat."Siapa yang ... dibawa pulang?" tanya Vivi.Aku melihat ke arah Vivi yang tampak sangat gugup hingga tangannya bergetar. Dia menggigit bibir bawahnya dengan keras.Kevin menatapnya dalam-dalam, mengulangi perkataannya lagi, "Mereka membawa seseorang dari misi, seorang yang sudah meninggal.""Orang itu adalah Jessica.""Kamu bilang Jessica kabur, tapi kenapa jasadnya ada di Asantri?"Vivi mulai bicara dengan tidak jelas, "Mungkin dia meninggal dalam pelarian ....""Meninggal dalam pelarian secara kebetulan?" Kevin tertawa sinis, lalu melanjutkan, "Kalau begitu, kenapa tubuhnya penuh dengan luka?""Wajah, leher, perut, semuanya penuh dengan luka tusukan.""Semua barang bukti yang bisa mengidentifikasinya sudah diambil ...."Saat mengatakan ini, suara Kevin terdengar serak."Vivi, bagaimana aku bisa memercayaimu?""Kevin, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" tanya Hardi dengan tid

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 8

    Kevin menatap tubuhku lama sekali.Ketika aku berpikir dia akan terus menatap, tiba-tiba dia bangkit, menutup kantong mayatku, lalu menempatkanku kembali ke tempat semula.Dia mengambil kunci, lalu langsung pulang.Namun, begitu pintu rumah terbuka, yang menyambutnya adalah sebuah pukulan."Kevin, kamu itu manusia bukan? Kamu meninggalkan Kak Vivi sendirian di pernikahan.""Apa kamu tahu berapa banyak orang yang menertawakan dia pada saat itu?"Orang yang memukulnya adalah Dani. Wajahnya tampak dipenuhi dengan ketidakpuasan terhadap Kevin.Namun, Kevin seolah-olah tidak mendengar apa pun. Dia hanya berjalan masuk ke dalam rumah dalam diam."Kevin, meski kamu nggak mau menikahi anak angkatku, kamu nggak bisa memperlakukan dia seperti ini!"Hardi memukul meja dengan keras.Aku menatap dingin pada semua ini, melihat orang-orang ini membela Vivi yang hatinya terluka.Kevin duduk di depan Vivi, tanpa satu pun kata permintaan maaf."Nggak apa-apa. Ayah angkat, Kevin ada urusan pekerjaan tadi

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 7

    Kembali ke meja autopsi yang begitu familier.Bersama dengan sosok Kevin yang juga begitu familier."Bagaimana bisa kamu? Bagaimana bisa kamu?"Tangan Kevin tampak gemetaran hebat. Dia mencoba beberapa kali sebelum akhirnya berhasil membuka kantong yang berisi tubuhku.Ketika terbuka, hawa dingin keluar dari dalamnya.Kevin sama sekali tidak peduli. Dia hanya mendekat untuk melihat wajahku dengan lebih jelas.Namun, wajahku penuh dengan luka-luka yang mengerikan, membuatnya sulit untuk mengenali wajah asliku.Seolah-olah menyadari sesuatu, dia segera mengalihkan pandangannya ke perutku.Luka-luka yang mengerikan memenuhi perutku.Kevin memperhatikan setiap luka dengan cermat, hingga pandangannya akhirnya jatuh pada satu luka yang tidak begitu mencolok.Bekas luka itu sudah cukup lama. Panjangnya hanya sekitar lima sentimeter, dengan bekas jahitan yang masih terlihat.Ini adalah luka yang aku dapatkan empat tahun lalu saat aku masih berhubungan dengan Kevin.Empat tahun yang lalu, Kevin

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 6

    Aku melihat sosok Kevin sedikit demi sedikit membungkuk saat dia memegang ponselnya.Ponsel itu jatuh dari tangannya yang lemas, terhempas ke tanah.Mata Kevin tampak kosong, dia menatap lurus ke depan."Kevin, ada apa? Siapa yang menelepon?" tanya Vivi yang berdiri di sampingnya. Wanita itu memperhatikannya dengan cemas.Kevin tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menelan kembali kata-katanya."Nggak apa-apa. Ini hanya telepon dari rekan kerjaku," kata Kevin.Hardi tertawa sambil mendorongnya pelan, lalu berkata, "Kevin, hari ini adalah hari bahagiamu. Kenapa kamu masih memikirkan pekerjaan?""Ayo cepat masuk, pernikahannya akan segera dimulai!" Vivi menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia mencoba menarik Kevin masuk ke dalam.Namun, aku bisa melihat Kevin seolah diselimuti oleh awan gelap yang tidak bisa disingkirkan.Kevin memperhatikan Vivi dengan cermat, seakan ingin melihat wajah aslinya.Aku sangat mengenal tatapan itu. Itu adalah tatapan yang sering kali dia

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 5

    Ketika kerumunan bubar, orang yang muncul terakhir adalah Hardi Wijaya, guruku yang paling aku hormati."Ayah angkat! Kamu datang?" Ketika melihat Hardi, mata Vivi langsung bersinar.Guruku memberikan amplop merah yang tebal kepadanya, lalu berkata, "Anakku, selamat atas pernikahanmu!"Anakku? Dulu guruku juga memanggilku seperti itu."Kevin, jaga Vivi baik-baik!" Hardi tersenyum sambil menepuk pundak Kevin."Dani nggak salah. Syukurlah Jessica pergi. Kalau nggak, dia akan menghalangi kalian. Dia hampir membuat kalian kehilangan kesempatan ini!""Terkadang aku berharap dia benar-benar mati di Asanti. Jangan sampai dia muncul lagi dalam hidup kita!"Aku melayang di udara, mendengarkan kata-kata mereka yang lucu.Aku tak bisa tertawa, juga tak bisa menangis.Dulu aku adalah bintang yang paling bersinar di mata semua orang di tim ekspedisi ilmiah.Namun, sekarang tak ada satu pun dari mereka yang memercayaiku.Kevin memandang guruku, lalu berkata, "Pak Hardi, lupakan saja. Jessica sudah m

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 4

    Dalam beberapa hari terakhir, aku dipaksa untuk menyaksikan Kevin dan Vivi terus bersama.Mereka mendiskusikan detail pernikahan, mencoba gaun pengantin serta riasan di bawah tatapanku.Ini adalah pertama kalinya aku tahu bahwa Kevin bisa melakukan begitu banyak hal untuk sebuah pernikahan.Dulu saat kami merencanakan pernikahan, aku beberapa kali meminta dia untuk membahas detailnya bersama.Namun, yang aku dapat hanyalah balasan singkat, "Kamu nggak tahu aku sangat sibuk, ya?""Ini hanya pernikahan saja, apa aku juga harus repot memikirkannya?"Ternyata itu bukan karena masalah dia tidak punya waktu, tetapi perbedaan antara cinta dan tidak cinta.Awalnya, hatiku terasa sakit sampai sulit bernapas setiap kali aku melihat mereka. Namun, kelamaan aku menjadi mati rasa.Hingga akhirnya hari pernikahan mereka tiba.Kevin mengenakan setelan jas yang pas di tubuhnya, sementara Vivi mengenakan gaun pengantin yang dibuat khusus oleh Kevin untuknya.Mereka terlihat seperti pasangan pangeran da

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 3

    Jiwaku dipaksa mengikuti Kevin pulang ke rumah.Rumah yang dulu adalah rumahku, kini sudah tak ada jejakku sama sekali.Yang ada sekarang adalah barang-barang milik Vivi dan Kevin yang tinggal bersama."Kamu sudah pulang?" kata Vivi sambil langsung memeluk pinggang Kevin begitu dia pulang.Kevin dengan lembut balas memeluknya, menenggelamkan wajahnya di leher Vivi, lalu memejamkan mata.Betapa hangatnya pemandangan itu.Gerakan mereka tampak begitu mesra serta alami. Dulu, Kevin tak pernah melakukan hal itu padaku."Apa tanganmu masih sakit?" tanya Kevin.Vivi tersenyum sambil menggelengkan kepala, lalu menjawab, "Nggak sakit lagi!"Kevin memandangnya dengan penuh kasih sayang, lalu berujar, "Apa kamu diam-diam minum obat pereda nyeri lagi?""Jessica sudah menikammu berkali-kali saat itu! Sekarang bahkan masih ada efek sampingnya."Aku melayang di udara, ingin membela diri. "Ini jelas bukan perbuatanku, aku nggak melakukannya!" pikirku.Mengapa hanya dari tuduhan tak berdasar Vivi, aku

DMCA.com Protection Status