Share

Bab 3

Author: Fauziah Naura
Jiwaku dipaksa mengikuti Kevin pulang ke rumah.

Rumah yang dulu adalah rumahku, kini sudah tak ada jejakku sama sekali.

Yang ada sekarang adalah barang-barang milik Vivi dan Kevin yang tinggal bersama.

"Kamu sudah pulang?" kata Vivi sambil langsung memeluk pinggang Kevin begitu dia pulang.

Kevin dengan lembut balas memeluknya, menenggelamkan wajahnya di leher Vivi, lalu memejamkan mata.

Betapa hangatnya pemandangan itu.

Gerakan mereka tampak begitu mesra serta alami. Dulu, Kevin tak pernah melakukan hal itu padaku.

"Apa tanganmu masih sakit?" tanya Kevin.

Vivi tersenyum sambil menggelengkan kepala, lalu menjawab, "Nggak sakit lagi!"

Kevin memandangnya dengan penuh kasih sayang, lalu berujar, "Apa kamu diam-diam minum obat pereda nyeri lagi?"

"Jessica sudah menikammu berkali-kali saat itu! Sekarang bahkan masih ada efek sampingnya."

Aku melayang di udara, ingin membela diri. "Ini jelas bukan perbuatanku, aku nggak melakukannya!" pikirku.

Mengapa hanya dari tuduhan tak berdasar Vivi, aku langsung dianggap sebagai orang yang bersalah?

Kevin sama sekali tak pernah memercayaiku.

Sebelum aku menjalin hubungan dengan Kevin, aku tak tahu bahwa dia punya Vivi, gadis yang selalu dia cintai.

Pada tahun kelulusan, Vivi dengan tegas memutuskan hubungan dengan Kevin, lalu pergi belajar ke luar negeri bersama seorang anak keluarga kaya.

Aku baru mengenal Kevin setelah mulai bekerja.

Saat bersama dengannya, Kevin selalu merawatku dengan sangat baik. Teman-temanku bilang dia adalah pacar yang sempurna.

Bahkan aku pun berpikir, kami akan selalu bersama seperti ini.

Namun, pada tahun kami merencanakan pernikahan, Vivi kembali.

Kevin mulai menjauh dalam hubungan kami.

Sudah tak terhitung berapa kali dia meninggalkanku demi Vivi. Dia bahkan menunda pernikahan kami beberapa kali demi wanita itu.

Kevin berkata, "Bisakah kamu berhenti bertingkah seperti orang gila?"

"Aku dan Vivi hanya teman biasa. Kamu jangan terus mencurigai kami."

Namun, apa teman biasa saling memberi hadiah di Hari Valentine?

Apakah dia akan meninggalkan pasangannya di tempat tidur hanya karena satu panggilan telepon dari wanita lain yang mengatakan dia takut petir?

Atau membiarkan teman-temannya mengatakan bahwa Vivi adalah pacar barunya tanpa menyangkal?

Sehari sebelum pernikahan, aku melihat pesan Vivi di ponsel Kevin.

"Kalau nggak ada Jessica, apakah kamu akan menikah denganku?"

Saat melihat balasan Kevin, seluruh tubuhku gemetaran.

Pria itu menjawab, "Ya, aku mencintaimu."

"Tapi Jessica sudah bersamaku selama bertahun-tahun. Menikahinya adalah tanggung jawabku."

Ternyata dalam hatinya, aku hanyalah sebuah tanggung jawab. Sedangkan Vivi adalah orang yang dicintainya.

Meski kemampuan dan prestasi Vivi biasa saja, entah bagaimana Kevin menggunakan koneksinya untuk memasukkan Vivi ke dalam tim ekspedisi ilmiah.

Pertengkaran kami yang paling hebat terjadi setelah itu. Namun, yang aku dapat sebagai balasan hanyalah kalimat dingin darinya.

"Jessica, kamu sudah gila! Kalau kamu berani mempersulit Vivi di tempat kerja hanya karena hubungan kami di masa lalu, lebih baik kita nggak menikah!"

Hari itu, aku dan Kevin mengalami konflik paling besar dalam hubungan kami.

Aku bahkan tidak peduli dengan pernikahan yang sudah di depan mata. Aku langsung mengajukan diri untuk ikut dalam ekspedisi ilmiah ke Asantri.

Namun, aku sama sekali tidak menyangka bahwa Vivi akan ikut serta.

Di minggu ketiga di Asantri, aku baru menyadari bahwa diriku hamil.

Agar tidak merepotkan orang lain, aku merahasiakan berita ini. Aku berpikir akan memutuskan semuanya setelah kami pulang.

Hanya saja, aku tidak menyangka kalau aku tidak akan pernah bisa pulang.

Karena kesalahan Vivi, kami semua terjebak di Asantri.

Anggota tim ekspedisi ilmiah lainnya meninggalkan aku dan Vivi di atas kapal. Mereka berniat mencari bantuan terdekat.

Namun, Vivi mencoba mencuri semua persediaan dan melarikan diri.

Saat aku memergokinya, semua persediaan kami jatuh ke celah es dalam pertengkaran.

"Apa kamu puas sekarang? Sekarang nggak ada yang bisa pergi! Semua ini salahmu!" kata Vivi menyalahkanku.

Di kejauhan, kapal penyelamat sedang mendekat ke arah kami.

Tanpa ragu sedikit pun, Vivi mengambil tali di sebelahnya untuk mencekikku.

Setelah aku pingsan, dia menikamku berkali-kali dengan pisau. Bahkan demi menutupi identitasku, dia juga merusak wajahku.

Pisau yang dia gunakan lebih dingin dari es di Asantri, mengiris kulitku sedikit demi sedikit.

Akhirnya, dia melemparkanku ke dalam danau Asantri.

Setelah aku mati, dia mendorong tubuhku ke luar kapal.

"Maaf, Jessica, hanya dengan kematianmu aku bisa menyimpan rahasiaku selamanya!"

Setelah semuanya beres, dia melukai dirinya sendiri beberapa kali, lalu memberi keterangan palsu.

"Maaf! Jessica kabur membawa persediaan ...."

"Ini semua salahku. Aku nggak menjaga semua ini dengan baik."

Vivi melemparkan semua kesalahan padaku, mengatakan aku melarikan diri karena rasa bersalah.

Aku memandang Vivi yang tampak tak berbahaya di depanku. Amarahku berkobar tak terkendali!

Mengapa setelah aku mati, si pembunuh ini bisa hidup dengan begitu baik?

Dia mengambil tunanganku, juga rumahku!

Vivi bersandar di pelukan Kevin sambil berkata, "Nggak apa-apa, beberapa luka ini bisa membuatmu melihat wajah asli Jessica. Menurutku itu sepadan!"

"Jadi, Kevin, setelah kita menikah, jangan mencari Jessica lagi. Biarkan masa lalu berlalu."

Kevin memandang Vivi dengan tatapan penuh kasih sayang. Suaranya penuh simpati ketika berujar, "Beberapa kali aku melihatmu kesakitan sampai nggak bisa tidur."

"Setiap kali aku memikirkannya, aku ingin sekali menemukan Jessica, membuat dia juga merasakan penderitaanmu!"

Namun, bukankah kamu sudah melakukannya, Kevin?

Bukankah aku sudah kamu bedah dengan tanganmu sendiri?

Related chapters

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 4

    Dalam beberapa hari terakhir, aku dipaksa untuk menyaksikan Kevin dan Vivi terus bersama.Mereka mendiskusikan detail pernikahan, mencoba gaun pengantin serta riasan di bawah tatapanku.Ini adalah pertama kalinya aku tahu bahwa Kevin bisa melakukan begitu banyak hal untuk sebuah pernikahan.Dulu saat kami merencanakan pernikahan, aku beberapa kali meminta dia untuk membahas detailnya bersama.Namun, yang aku dapat hanyalah balasan singkat, "Kamu nggak tahu aku sangat sibuk, ya?""Ini hanya pernikahan saja, apa aku juga harus repot memikirkannya?"Ternyata itu bukan karena masalah dia tidak punya waktu, tetapi perbedaan antara cinta dan tidak cinta.Awalnya, hatiku terasa sakit sampai sulit bernapas setiap kali aku melihat mereka. Namun, kelamaan aku menjadi mati rasa.Hingga akhirnya hari pernikahan mereka tiba.Kevin mengenakan setelan jas yang pas di tubuhnya, sementara Vivi mengenakan gaun pengantin yang dibuat khusus oleh Kevin untuknya.Mereka terlihat seperti pasangan pangeran da

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 5

    Ketika kerumunan bubar, orang yang muncul terakhir adalah Hardi Wijaya, guruku yang paling aku hormati."Ayah angkat! Kamu datang?" Ketika melihat Hardi, mata Vivi langsung bersinar.Guruku memberikan amplop merah yang tebal kepadanya, lalu berkata, "Anakku, selamat atas pernikahanmu!"Anakku? Dulu guruku juga memanggilku seperti itu."Kevin, jaga Vivi baik-baik!" Hardi tersenyum sambil menepuk pundak Kevin."Dani nggak salah. Syukurlah Jessica pergi. Kalau nggak, dia akan menghalangi kalian. Dia hampir membuat kalian kehilangan kesempatan ini!""Terkadang aku berharap dia benar-benar mati di Asanti. Jangan sampai dia muncul lagi dalam hidup kita!"Aku melayang di udara, mendengarkan kata-kata mereka yang lucu.Aku tak bisa tertawa, juga tak bisa menangis.Dulu aku adalah bintang yang paling bersinar di mata semua orang di tim ekspedisi ilmiah.Namun, sekarang tak ada satu pun dari mereka yang memercayaiku.Kevin memandang guruku, lalu berkata, "Pak Hardi, lupakan saja. Jessica sudah m

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 6

    Aku melihat sosok Kevin sedikit demi sedikit membungkuk saat dia memegang ponselnya.Ponsel itu jatuh dari tangannya yang lemas, terhempas ke tanah.Mata Kevin tampak kosong, dia menatap lurus ke depan."Kevin, ada apa? Siapa yang menelepon?" tanya Vivi yang berdiri di sampingnya. Wanita itu memperhatikannya dengan cemas.Kevin tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menelan kembali kata-katanya."Nggak apa-apa. Ini hanya telepon dari rekan kerjaku," kata Kevin.Hardi tertawa sambil mendorongnya pelan, lalu berkata, "Kevin, hari ini adalah hari bahagiamu. Kenapa kamu masih memikirkan pekerjaan?""Ayo cepat masuk, pernikahannya akan segera dimulai!" Vivi menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia mencoba menarik Kevin masuk ke dalam.Namun, aku bisa melihat Kevin seolah diselimuti oleh awan gelap yang tidak bisa disingkirkan.Kevin memperhatikan Vivi dengan cermat, seakan ingin melihat wajah aslinya.Aku sangat mengenal tatapan itu. Itu adalah tatapan yang sering kali dia

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 7

    Kembali ke meja autopsi yang begitu familier.Bersama dengan sosok Kevin yang juga begitu familier."Bagaimana bisa kamu? Bagaimana bisa kamu?"Tangan Kevin tampak gemetaran hebat. Dia mencoba beberapa kali sebelum akhirnya berhasil membuka kantong yang berisi tubuhku.Ketika terbuka, hawa dingin keluar dari dalamnya.Kevin sama sekali tidak peduli. Dia hanya mendekat untuk melihat wajahku dengan lebih jelas.Namun, wajahku penuh dengan luka-luka yang mengerikan, membuatnya sulit untuk mengenali wajah asliku.Seolah-olah menyadari sesuatu, dia segera mengalihkan pandangannya ke perutku.Luka-luka yang mengerikan memenuhi perutku.Kevin memperhatikan setiap luka dengan cermat, hingga pandangannya akhirnya jatuh pada satu luka yang tidak begitu mencolok.Bekas luka itu sudah cukup lama. Panjangnya hanya sekitar lima sentimeter, dengan bekas jahitan yang masih terlihat.Ini adalah luka yang aku dapatkan empat tahun lalu saat aku masih berhubungan dengan Kevin.Empat tahun yang lalu, Kevin

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 8

    Kevin menatap tubuhku lama sekali.Ketika aku berpikir dia akan terus menatap, tiba-tiba dia bangkit, menutup kantong mayatku, lalu menempatkanku kembali ke tempat semula.Dia mengambil kunci, lalu langsung pulang.Namun, begitu pintu rumah terbuka, yang menyambutnya adalah sebuah pukulan."Kevin, kamu itu manusia bukan? Kamu meninggalkan Kak Vivi sendirian di pernikahan.""Apa kamu tahu berapa banyak orang yang menertawakan dia pada saat itu?"Orang yang memukulnya adalah Dani. Wajahnya tampak dipenuhi dengan ketidakpuasan terhadap Kevin.Namun, Kevin seolah-olah tidak mendengar apa pun. Dia hanya berjalan masuk ke dalam rumah dalam diam."Kevin, meski kamu nggak mau menikahi anak angkatku, kamu nggak bisa memperlakukan dia seperti ini!"Hardi memukul meja dengan keras.Aku menatap dingin pada semua ini, melihat orang-orang ini membela Vivi yang hatinya terluka.Kevin duduk di depan Vivi, tanpa satu pun kata permintaan maaf."Nggak apa-apa. Ayah angkat, Kevin ada urusan pekerjaan tadi

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 9

    Setelah kalimat itu terucap, semua orang terpaku di tempat.Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat."Siapa yang ... dibawa pulang?" tanya Vivi.Aku melihat ke arah Vivi yang tampak sangat gugup hingga tangannya bergetar. Dia menggigit bibir bawahnya dengan keras.Kevin menatapnya dalam-dalam, mengulangi perkataannya lagi, "Mereka membawa seseorang dari misi, seorang yang sudah meninggal.""Orang itu adalah Jessica.""Kamu bilang Jessica kabur, tapi kenapa jasadnya ada di Asantri?"Vivi mulai bicara dengan tidak jelas, "Mungkin dia meninggal dalam pelarian ....""Meninggal dalam pelarian secara kebetulan?" Kevin tertawa sinis, lalu melanjutkan, "Kalau begitu, kenapa tubuhnya penuh dengan luka?""Wajah, leher, perut, semuanya penuh dengan luka tusukan.""Semua barang bukti yang bisa mengidentifikasinya sudah diambil ...."Saat mengatakan ini, suara Kevin terdengar serak."Vivi, bagaimana aku bisa memercayaimu?""Kevin, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" tanya Hardi dengan tid

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 10

    Kevin mengusir semua orang dan menyendiri di ruang penyimpanan di rumahnya.Ruangan itu penuh dengan debu. Di sudut paling dalam, Kevin menarik keluar sebuah kotak.Isinya tidak banyak, hanya barang-barang yang pernah aku berikan kepadanya.Di atasnya ada sebuah gelang batu alam.Itu adalah gelang yang dipasangkan oleh Ibu Kevin di tanganku sebelum beliau meninggal."Jessica, aku akan pergi. Setelah ini, kamu dan Kevin harus hidup dengan baik!"Apa yang aku katakan waktu itu?Aku berkata, "Bibi, jangan khawatir! Aku pasti akan hidup bahagia bersama Kevin. Kamu nggak perlu khawatir!"Namun, pada akhirnya aku tidak bisa bersama dengan Kevin hingga akhir. Aku tidak bisa memberikan penjelasan kepada wanita tua itu.Kevin menatap gelang itu dengan ekspresi yang muram.Tangannya gemetar saat mencoba mengambil gelang itu. Makin lama tangannya pun makin bergetar hebat.Gelang itu terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai hingga hancur berkeping-keping.Retakan itu seperti luka yang melingkar

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 11

    Pada hari kelima Kevin mengurung diri di rumah, akhirnya ada kabar yang datang."Kevin, mungkin kamu harus mempersiapkan diri secara mental," kata Hardi dengan nada sedih di telepon."Setelah dilakukan tes DNA, ditemukan jejak darah Jessica di kapal. Vivi juga sudah mengakui kejahatannya ....""Ternyata dulu Vivi yang berencana mencuri persediaan dan kabur. Saat Jessica mengetahuinya, dia ....""Vivi mungkin akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup."Ketika Hardi mengatakan ini, suaranya terdengar sedikit tercekat. Kemudian, dia melanjutkan, "Selama bertahun-tahun ini, kita sudah salah menuduh Jessica ...."Kevin menerima hasil itu dengan tenang, "Baik, aku mengerti."Setelah berkata demikian, Kevin menutup telepon. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, dia akhirnya keluar rumah.Begitu melihat Kevin, mata Vivi langsung berbinar. Dia bertanya, "Kevin, kamu datang untuk menyelamatkanku, 'kan?"Kevin tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi malah balik bertanya, "Vivi, saat kamu memb

Latest chapter

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 11

    Pada hari kelima Kevin mengurung diri di rumah, akhirnya ada kabar yang datang."Kevin, mungkin kamu harus mempersiapkan diri secara mental," kata Hardi dengan nada sedih di telepon."Setelah dilakukan tes DNA, ditemukan jejak darah Jessica di kapal. Vivi juga sudah mengakui kejahatannya ....""Ternyata dulu Vivi yang berencana mencuri persediaan dan kabur. Saat Jessica mengetahuinya, dia ....""Vivi mungkin akan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup."Ketika Hardi mengatakan ini, suaranya terdengar sedikit tercekat. Kemudian, dia melanjutkan, "Selama bertahun-tahun ini, kita sudah salah menuduh Jessica ...."Kevin menerima hasil itu dengan tenang, "Baik, aku mengerti."Setelah berkata demikian, Kevin menutup telepon. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, dia akhirnya keluar rumah.Begitu melihat Kevin, mata Vivi langsung berbinar. Dia bertanya, "Kevin, kamu datang untuk menyelamatkanku, 'kan?"Kevin tidak menjawab pertanyaan itu, tetapi malah balik bertanya, "Vivi, saat kamu memb

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 10

    Kevin mengusir semua orang dan menyendiri di ruang penyimpanan di rumahnya.Ruangan itu penuh dengan debu. Di sudut paling dalam, Kevin menarik keluar sebuah kotak.Isinya tidak banyak, hanya barang-barang yang pernah aku berikan kepadanya.Di atasnya ada sebuah gelang batu alam.Itu adalah gelang yang dipasangkan oleh Ibu Kevin di tanganku sebelum beliau meninggal."Jessica, aku akan pergi. Setelah ini, kamu dan Kevin harus hidup dengan baik!"Apa yang aku katakan waktu itu?Aku berkata, "Bibi, jangan khawatir! Aku pasti akan hidup bahagia bersama Kevin. Kamu nggak perlu khawatir!"Namun, pada akhirnya aku tidak bisa bersama dengan Kevin hingga akhir. Aku tidak bisa memberikan penjelasan kepada wanita tua itu.Kevin menatap gelang itu dengan ekspresi yang muram.Tangannya gemetar saat mencoba mengambil gelang itu. Makin lama tangannya pun makin bergetar hebat.Gelang itu terlepas dari genggamannya, jatuh ke lantai hingga hancur berkeping-keping.Retakan itu seperti luka yang melingkar

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 9

    Setelah kalimat itu terucap, semua orang terpaku di tempat.Tidak ada yang berbicara untuk beberapa saat."Siapa yang ... dibawa pulang?" tanya Vivi.Aku melihat ke arah Vivi yang tampak sangat gugup hingga tangannya bergetar. Dia menggigit bibir bawahnya dengan keras.Kevin menatapnya dalam-dalam, mengulangi perkataannya lagi, "Mereka membawa seseorang dari misi, seorang yang sudah meninggal.""Orang itu adalah Jessica.""Kamu bilang Jessica kabur, tapi kenapa jasadnya ada di Asantri?"Vivi mulai bicara dengan tidak jelas, "Mungkin dia meninggal dalam pelarian ....""Meninggal dalam pelarian secara kebetulan?" Kevin tertawa sinis, lalu melanjutkan, "Kalau begitu, kenapa tubuhnya penuh dengan luka?""Wajah, leher, perut, semuanya penuh dengan luka tusukan.""Semua barang bukti yang bisa mengidentifikasinya sudah diambil ...."Saat mengatakan ini, suara Kevin terdengar serak."Vivi, bagaimana aku bisa memercayaimu?""Kevin, apakah kamu mengatakan yang sebenarnya?" tanya Hardi dengan tid

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 8

    Kevin menatap tubuhku lama sekali.Ketika aku berpikir dia akan terus menatap, tiba-tiba dia bangkit, menutup kantong mayatku, lalu menempatkanku kembali ke tempat semula.Dia mengambil kunci, lalu langsung pulang.Namun, begitu pintu rumah terbuka, yang menyambutnya adalah sebuah pukulan."Kevin, kamu itu manusia bukan? Kamu meninggalkan Kak Vivi sendirian di pernikahan.""Apa kamu tahu berapa banyak orang yang menertawakan dia pada saat itu?"Orang yang memukulnya adalah Dani. Wajahnya tampak dipenuhi dengan ketidakpuasan terhadap Kevin.Namun, Kevin seolah-olah tidak mendengar apa pun. Dia hanya berjalan masuk ke dalam rumah dalam diam."Kevin, meski kamu nggak mau menikahi anak angkatku, kamu nggak bisa memperlakukan dia seperti ini!"Hardi memukul meja dengan keras.Aku menatap dingin pada semua ini, melihat orang-orang ini membela Vivi yang hatinya terluka.Kevin duduk di depan Vivi, tanpa satu pun kata permintaan maaf."Nggak apa-apa. Ayah angkat, Kevin ada urusan pekerjaan tadi

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 7

    Kembali ke meja autopsi yang begitu familier.Bersama dengan sosok Kevin yang juga begitu familier."Bagaimana bisa kamu? Bagaimana bisa kamu?"Tangan Kevin tampak gemetaran hebat. Dia mencoba beberapa kali sebelum akhirnya berhasil membuka kantong yang berisi tubuhku.Ketika terbuka, hawa dingin keluar dari dalamnya.Kevin sama sekali tidak peduli. Dia hanya mendekat untuk melihat wajahku dengan lebih jelas.Namun, wajahku penuh dengan luka-luka yang mengerikan, membuatnya sulit untuk mengenali wajah asliku.Seolah-olah menyadari sesuatu, dia segera mengalihkan pandangannya ke perutku.Luka-luka yang mengerikan memenuhi perutku.Kevin memperhatikan setiap luka dengan cermat, hingga pandangannya akhirnya jatuh pada satu luka yang tidak begitu mencolok.Bekas luka itu sudah cukup lama. Panjangnya hanya sekitar lima sentimeter, dengan bekas jahitan yang masih terlihat.Ini adalah luka yang aku dapatkan empat tahun lalu saat aku masih berhubungan dengan Kevin.Empat tahun yang lalu, Kevin

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 6

    Aku melihat sosok Kevin sedikit demi sedikit membungkuk saat dia memegang ponselnya.Ponsel itu jatuh dari tangannya yang lemas, terhempas ke tanah.Mata Kevin tampak kosong, dia menatap lurus ke depan."Kevin, ada apa? Siapa yang menelepon?" tanya Vivi yang berdiri di sampingnya. Wanita itu memperhatikannya dengan cemas.Kevin tampak ingin mengatakan sesuatu, tetapi akhirnya dia menelan kembali kata-katanya."Nggak apa-apa. Ini hanya telepon dari rekan kerjaku," kata Kevin.Hardi tertawa sambil mendorongnya pelan, lalu berkata, "Kevin, hari ini adalah hari bahagiamu. Kenapa kamu masih memikirkan pekerjaan?""Ayo cepat masuk, pernikahannya akan segera dimulai!" Vivi menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Dia mencoba menarik Kevin masuk ke dalam.Namun, aku bisa melihat Kevin seolah diselimuti oleh awan gelap yang tidak bisa disingkirkan.Kevin memperhatikan Vivi dengan cermat, seakan ingin melihat wajah aslinya.Aku sangat mengenal tatapan itu. Itu adalah tatapan yang sering kali dia

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 5

    Ketika kerumunan bubar, orang yang muncul terakhir adalah Hardi Wijaya, guruku yang paling aku hormati."Ayah angkat! Kamu datang?" Ketika melihat Hardi, mata Vivi langsung bersinar.Guruku memberikan amplop merah yang tebal kepadanya, lalu berkata, "Anakku, selamat atas pernikahanmu!"Anakku? Dulu guruku juga memanggilku seperti itu."Kevin, jaga Vivi baik-baik!" Hardi tersenyum sambil menepuk pundak Kevin."Dani nggak salah. Syukurlah Jessica pergi. Kalau nggak, dia akan menghalangi kalian. Dia hampir membuat kalian kehilangan kesempatan ini!""Terkadang aku berharap dia benar-benar mati di Asanti. Jangan sampai dia muncul lagi dalam hidup kita!"Aku melayang di udara, mendengarkan kata-kata mereka yang lucu.Aku tak bisa tertawa, juga tak bisa menangis.Dulu aku adalah bintang yang paling bersinar di mata semua orang di tim ekspedisi ilmiah.Namun, sekarang tak ada satu pun dari mereka yang memercayaiku.Kevin memandang guruku, lalu berkata, "Pak Hardi, lupakan saja. Jessica sudah m

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 4

    Dalam beberapa hari terakhir, aku dipaksa untuk menyaksikan Kevin dan Vivi terus bersama.Mereka mendiskusikan detail pernikahan, mencoba gaun pengantin serta riasan di bawah tatapanku.Ini adalah pertama kalinya aku tahu bahwa Kevin bisa melakukan begitu banyak hal untuk sebuah pernikahan.Dulu saat kami merencanakan pernikahan, aku beberapa kali meminta dia untuk membahas detailnya bersama.Namun, yang aku dapat hanyalah balasan singkat, "Kamu nggak tahu aku sangat sibuk, ya?""Ini hanya pernikahan saja, apa aku juga harus repot memikirkannya?"Ternyata itu bukan karena masalah dia tidak punya waktu, tetapi perbedaan antara cinta dan tidak cinta.Awalnya, hatiku terasa sakit sampai sulit bernapas setiap kali aku melihat mereka. Namun, kelamaan aku menjadi mati rasa.Hingga akhirnya hari pernikahan mereka tiba.Kevin mengenakan setelan jas yang pas di tubuhnya, sementara Vivi mengenakan gaun pengantin yang dibuat khusus oleh Kevin untuknya.Mereka terlihat seperti pasangan pangeran da

  • Tahun Ketiga Setelah Kematianku   Bab 3

    Jiwaku dipaksa mengikuti Kevin pulang ke rumah.Rumah yang dulu adalah rumahku, kini sudah tak ada jejakku sama sekali.Yang ada sekarang adalah barang-barang milik Vivi dan Kevin yang tinggal bersama."Kamu sudah pulang?" kata Vivi sambil langsung memeluk pinggang Kevin begitu dia pulang.Kevin dengan lembut balas memeluknya, menenggelamkan wajahnya di leher Vivi, lalu memejamkan mata.Betapa hangatnya pemandangan itu.Gerakan mereka tampak begitu mesra serta alami. Dulu, Kevin tak pernah melakukan hal itu padaku."Apa tanganmu masih sakit?" tanya Kevin.Vivi tersenyum sambil menggelengkan kepala, lalu menjawab, "Nggak sakit lagi!"Kevin memandangnya dengan penuh kasih sayang, lalu berujar, "Apa kamu diam-diam minum obat pereda nyeri lagi?""Jessica sudah menikammu berkali-kali saat itu! Sekarang bahkan masih ada efek sampingnya."Aku melayang di udara, ingin membela diri. "Ini jelas bukan perbuatanku, aku nggak melakukannya!" pikirku.Mengapa hanya dari tuduhan tak berdasar Vivi, aku

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status