Dalam kegelapan malam yang menyelimuti jalanan, Kakek Zaki melangkah dengan mantap. Meskipun ada beberapa gangster yang berdiri di pinggir jalan, mereka menyadari keberadaan Kakek Zaki dan memilih untuk tidak mengganggu.Kehadirannya seperti bayangan yang menakutkan, membuat mereka ragu untuk bergerak. Mereka tahu bahwa Kakek Zaki bukanlah lawan yang bisa diabaikan, dan mereka tidak ingin menimbulkan masalah yang lebih besar dengan menyentuhnya.Dengan langkah-langkah yang mantap dan tenang, Kakek Zaki terus melangkah menuju kontrakannya, tanpa disadari oleh siapapun di sekitarnya. Dalam keheningan malam yang gelap, dia membawa dengan dirinya beban masa lalu yang membuatnya semakin bertekad untuk melindungi mereka yang tidak berdosa. Dengan hati yang masih berdebar setelah pertemuan dengan para gangster, Kakek Zaki memasuki kontrakannya. Tanpa melepaskan kewaspadaannya, ia segera membersihkan samurai yang bersimbah darah dengan hati-hati, tidak ingin meninggalkan jejak apapun dari p
Para gangster dengan kasar membawa Maya dan Indri keluar dari mobil. Maya mencoba untuk melawan, tetapi kekuatan mereka terlalu besar. Dia merasa putus asa ketika melihat putrinya diseret keluar dengan kasar."Jangan sentuh anakku!" teriak Maya dengan suara gemetar, tetapi para gangster tidak menghiraukannya.Indri menangis ketakutan, mencoba melepaskan diri dari genggaman para gangster, tetapi usahanya sia-sia. Maya merasa hatinya hancur melihat putrinya dalam keadaan seperti itu, tetapi dia tahu dia harus tetap kuat untuk melindungi Indri."Saya akan melakukan apapun! Jangan sakiti mereka!" Maya berteriak dengan keras, tetapi suaranya terdengar hampa di tengah kekerasan yang terjadi.Tanpa ampun, Maya dan Indri kemudian dibawa pergi oleh para gangster, meninggalkan mobil mereka yang sepi di tengah jalan. Hanya suara tangisan Indri yang terdengar. Maya merasa ketakutan dan putus asa, tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Lalu di tempat lain, Kakek Zaki yang sedang sibuk den
Lalu di tempat lain di kantor polisi, kakek zaki ditahan di sel, atas kesalahan yang tidak dimengerti. Di dalam sel yang gelap dan dingin, Kakek Zaki duduk sendiri, merenungkan situasi yang rumit ini. Dalam kegelapan itu, dia merasa terasing dan tidak mengerti mengapa dia yang berakhir di sini, sedangkan para gangster yang sebenarnya yang harusnya ditangkap masih bebas berkeliaran.Kakek Zaki memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat bagaimana keadaan ini bisa terjadi. Tapi semakin dia berpikir, semakin terasa aneh. Sesuatu yang tidak beres terjadi di balik layar, dan dia bertekad untuk mengungkap kebenarannya. Lalu saat itu, kakek zaki tanpa sengaja mendengar pembicaraan dari para polisi, bahwa Cakra telah menculik Maya bersama dengan anaknya, yang mana cakra sudah berhasil menguasai aset miliaran rupiah, yang dimiliki oleh maya. Mendengar kabar yang menggetarkan itu, keberanian Kakek Zaki membara kembali. Dia tidak bisa duduk diam saat Maya dan indri dalam bahaya. Dalam kegelapan s
Sementara itu di markas gangster, Dengan hati yang gelisah, Bani segera merencanakan langkah selanjutnya. Dia tahu betul bahwa tindakan Kakek Zaki akan mengundang kemarahan besar dari Cakra, bos mereka. Bani berusaha untuk meredam potensi kerusuhan di antara anak buah gangster yang tersisa, namun kekhawatirannya terus mengganggu pikirannya.Setelah beberapa saat, Bani akhirnya memutuskan untuk segera melaporkan insiden ini kepada Cakra. Dengan langkah cepat, dia bergegas meninggalkan markas menuju tempat pertemuan yang sedang dilakukan oleh Cakra. Di hatinya, Bani berdoa semoga Cakra tidak merespons dengan kemarahan yang berlebihan atas apa yang terjadi di markas. Setelah sampai di tempat tertutup dan tersembunyi, bani langsung menghampiri cakra, yang sedang berbicara dengan seorang kakek dengan tangan bertato berbentuk gelang menyerupai ular. Bani dengan cepat memberikan laporan tentang apa yang terjadi di markas. Dia mencoba menjelaskan situasi dengan sejelas mungkin, berharap Ca
Dengan pandangan tajam dan tekad yang kuat, Kakek Zaki berjanji dalam hati bahwa dia tidak akan tinggal diam melihat kekacauan yang ditimbulkan oleh para gangster. Dia bersumpah untuk menjaga keamanan warga dan tidak akan memberi ampun kepada mereka yang bertanggung jawab atas tindakan brutal yang merugikan masyarakat. Kakek Zaki siap bertindak untuk menegakkan keadilan dan mengembalikan ketertiban di kota tersebut. Lalu di malam hari di kontrakannya, Zaki di datangi oleh sekelompok polisi. Tapi ketika sekelompok polisi datang,kakek zaki sudah membuat rencana bersama warga. Dengan terorganisir, warga dan Kakek Zaki bersiap-siap untuk menyambut kedatangan polisi dengan rencana yang telah disusun. Mereka berusaha membuat lingkungan terlihat sepi, sementara sebagian warga bersembunyi di tempat-tempat yang telah disiapkan. Kakek Zaki sendiri menyembunyikan diri di kontrakannya, siap menghadapi situasi yang akan terjadi. Mereka berharap rencana ini dapat membantu mereka melindungi diri
Dengan kebrutalan yang mengguncang, kakek Zaki menyerang sisa-sisa anak buah Cakra yang masih berani bertahan. Dia menggunakan samurai dan keahliannya yang mengerikan untuk mengakhiri keberadaan mereka satu per satu. Darah membanjiri lantai, dan teriakan kepedihan memenuhi udara saat pertarungan berlanjut.Kakek Zaki tidak memberi ampun, membalaskan dendamnya dengan kejam kepada mereka yang telah menjadi alat Cakra. Setiap gerakan samurai yang dilancarkannya adalah pukulan untuk keadilan dan kebenaran, meskipun membutuhkan harga yang mahal. Lalu setelah semua anak buah cakra habis di bantai, dikelilingi oleh puluhan mayat para gangster, kakek Zaki mulai merasakan efek dari luka-lukanya yang serius. Meskipun keberaniannya tak terbantahkan, tubuhnya mulai terasa berat dan kelemahan menyusup ke dalam setiap gerakan.Dalam momen yang langka dari ketenangan, kakek Zaki menutup matanya sejenak, mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya. Dia menyadari bahwa perjuangannya belum berakhir, bahwa masi
Cakra meraih ponselnya dengan gerakan cepat dan memilih nomor yang sudah terdaftar dengan baik di kontaknya. Suara di ujung telepon segera diangkat, dan Cakra tidak membuang waktu untuk menyampaikan kemarahannya."Dengar baik-baik, Dicki. Aksi gagalmu telah membuat saya kehilangan banyak anak buah. Kau dan pasukanmu tidak melakukan tugas dengan baik. Apa yang kalian lakukan selama ini? Mengapa kalian tidak bisa menangkap seorang tukang sepatu?"Suara Cakra penuh dengan kekesalan dan ketidakpuasan yang jelas, menekankan betapa pentingnya penangkapan Kakek Zaki bagi kekuasaan dan reputasi gangnya. Setelah beberapa saat diam di ujung telepon, Cakra menunggu dengan sabar jawaban dari kaki tangannya yang terdengar tegang di seberang sambungan. Di telepon dicki pun menjawab, "kamu jangan seenaknya memarahi saya cakra! Saya ini seorang atasan polisi, dan saya tidak bisa seenaknya secara terang terangan menangkap kakek zaki, bahkan membunuhnya, karena itu akan mencemarkan nama saya sebagai
Dicki menghela nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Baiklah, saya akan jujur. Saya menerima bayaran dari Cakra untuk tidak ikut campur dalam urusannya. Tapi saya bisa merasakan, situasinya telah berubah sejak kemunculan kakek tukang sol sepatu itu." Dicki menambahkan dengan nada penuh keputusasaan, "Tolong, jangan laporkan saya ke pusat pemerintahan. Itu akan menghancurkan karir saya dalam sekejap." Kakek Roni menatap Dicki dengan dingin sebelum menjawab, "Saya tidak akan melaporkan ke pusat pemerintahan, asalkan anda memastikan bahwa kepolisian tidak lagi bersekongkol dengan gangster cakra." Saat itu akhirnya kakek roni pergi tanpa berkata kata lagi. Dicki memukul meja dengan kesal setelah Kakek Roni pergi tanpa berkata-kata lagi. Rasanya seperti semua kekacauan telah membawa dirinya ke ambang kehancuran, dan dia merasa tertekan oleh tekanan dari segala arah. Lalu anak buah dicki, bertanya dengan penasaran. "Maafkan saya, Pak. Tapi siapa sebenarnya Kakek Roni? Mengapa Anda membia