Udara semakin panas, seperti api tak terlihat yang menyelimuti Xuan Li dan Lin Gong. Tanah di bawah kaki mereka mulai mengering dan retak, seolah-olah terbakar oleh suhu yang meningkat drastis. Hawa panas itu terasa menekan, membuat siapa pun yang lemah mungkin akan jatuh berlutut hanya untuk bernapas.Xuan Li menyipitkan matanya, pandangannya tertuju ke kejauhan."Ada sesuatu di sana," gumamnya pelan, nadanya penuh kewaspadaan.Sementara itu, Lin Gong terlihat gelisah. Naluri naga di dalam dirinya seperti berteriak, memintanya untuk menyelidiki. Mata peraknya memantulkan kilauan cahaya saat ia mendongak ke langit yang tiba-tiba diwarnai oleh ledakan energi. Di kejauhan, dua bayangan besar terlihat bertarung sengit, menciptakan gelombang energi yang mengguncang udara dan menggugurkan dedaunan di sekitar mereka.“Ini bukan sembarang pertempuran,” ujar Lin Gong, nadanya penuh antusiasme. “Aku harus tahu apa yang terjadi!”Sebelum Xuan Li sempat mencegahnya, Lin Gong sudah berubah ke be
Langkah Lin Gong terlihat ringan, hampir melompat-lompat seperti kijang kecil yang baru dilepas ke padang rumput. Rambutnya yang panjang sedikit berantakan oleh angin, namun ia sama sekali tak peduli. Matanya berbinar penuh antusiasme, menyapu setiap sudut hutan yang mereka lalui. Bau dedaunan basah bercampur aroma tanah menyegarkan penciumannya, namun perhatian Lin Gong terfokus pada aura samar yang terasa familiar.“Kita semakin dekat! Aku bisa merasakannya!” seru Lin Gong, suaranya menggema di antara pepohonan. “Wu Yu, kau harus percaya instingku kali ini!”Xuan Li, yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, tidak menanggapi. Pandangannya tetap tenang, hampir malas, meski matanya sesekali menyapu sekitar dengan waspada. Ia bukan tipe yang mudah terbawa suasana seperti Lin Gong. Bagi Xuan Li, tindakan berlebihan seperti itu hanya membuang-buang energi.“Jika kau salah lagi, aku tidak akan segan meninggalkanmu,” gumam Xuan Li datar. Namun, ia tetap mengikutinya.Tiba-tiba, langk
Keheningan yang sebelumnya menyelimuti hutan tiba-tiba terpecah ketika tanah bergetar hebat. Xuan Li, yang berdiri tegak di tepi formasi larangan, segera menyadari ancaman besar yang mendekat.Matanya yang tajam menatap ke arah deretan pepohonan, sementara di belakangnya Lin Gong sibuk memurnikan telur naga lima warna.“Jadi ini masalah yang datang,” gumam Xuan Li pelan namun tegas.Hembusan angin membawa aroma petir yang membakar udara, tanda kehadiran binatang roh dengan kekuatan luar biasa. Dari balik pepohonan, sesosok makhluk besar muncul. Wujudnya perpaduan antara kuda gagah dan harimau buas, dengan surai yang memancarkan kilatan petir.Bulu tubuhnya dihiasi garis-garis hitam dan oranye, tampak seperti api yang hidup, sementara matanya yang biru terang memancarkan ancaman mematikan. Makhluk itu menatap formasi larangan yang melindungi Lin Gong, mengeluarkan raungan rendah yang menggetarkan udara.Tanpa peringatan, ia melancarkan semburan energi bercampur petir, menghantam formas
Saat aroma manis bunga persik semakin memenuhi udara, wanita itu mendekat perlahan, setiap langkahnya seolah membawa aliran energi yang menggoda. Gaunnya yang tipis berwarna merah muda melambai lembut, menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Xuan Li bisa merasakan hawa panas yang samar menyelinap di balik setiap gerakan wanita itu.Wanita itu berhenti tepat di hadapannya, jarak mereka hanya sejengkal. Matanya yang seperti bulan sabit menatap dalam ke mata Xuan Li, penuh dengan daya tarik yang menantang. Tangannya yang lentik bergerak, menyentuh pelan ujung pedang Xuan Li dengan jari telunjuknya."Pedang yang tajam... tapi, apakah kau tahu cara menggunakannya dengan benar?" katanya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang memikat.Xuan Li tidak tergerak, meskipun pikirannya sempat terguncang sesaat. Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan aliran energinya yang sedikit bergetar.“Jika kau mencari kelemahanku dengan cara ini, kau akan kecewa,” balasnya dingin. Namun, pandanganny
Kelopak bunga persik terus berputar di udara, menyelimuti Xuan Li dalam aura memikat yang semakin kuat. Wanita rubah, yang memperkenalkan dirinya dengan pesona yang mengguncang, tersenyum penuh kemenangan. "Kau tak akan bertahan lebih lama lagi," katanya, matanya bersinar seperti bulan perak.Namun, Xuan Li tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Sebaliknya, sebuah senyum tipis terukir di wajahnya. "Memang, pesonamu kuat. Tapi sayangnya, aku bukan pria yang mudah dijerat dengan ilusi atau keindahan semu."Pedang emasnya berkilau terang, tetapi kali ini ia tidak menyerang langsung. Sebagai seorang alkemis, Xuan Li tahu bahwa wanita ini lebih dari sekadar lawan biasa. Pesonanya berasal dari inti kekuatan rubah ekor sembilan yang legendaris, sebuah kekuatan yang tidak bisa dilawan hanya dengan serangan fisik.Xuan Li menggeser energinya, menyatukan esensi alkemis di tubuhnya. Dengan gerakan cepat, ia mengambil beberapa serbuk dari kantong dimensi di ikat pinggangnya. Serbuk itu mengand
Langit yang terkoyak oleh retakan hukum alam perlahan kembali tenang. Awan-awan kelam yang mengelilingi fenomena itu mulai menghilang, seperti tirai kegelapan yang ditarik pergi. Cahaya mentari hangat menembus celah pepohonan, menyapu sisa-sisa aura kehancuran yang sempat membuat mereka semua tegang.Xuan Li berdiri tegak, tubuhnya terbungkus aura yang penuh dengan ketegasan. Nafas panjang dihela untuk menenangkan hati yang masih bergolak. Pandangannya tetap terfokus pada Lin Gong, yang aura lima warna yang sebelumnya membara di sekelilingnya kini memudar, meninggalkan kilauan lembut dari energi spiritual yang tercipta dari pencapaian besar yang baru saja diraihnya.“Syukurlah…” gumam Shu Shi, tangannya dengan cermat menyisir rambut peraknya yang sedikit berantakan.Walaupun ekspresinya tampak tenang, telinga rubahnya yang bergetar-gerak memberikan pertanda bahwa ia masih waspada terhadap apa yang mungkin terjadi selanjutnya.“Aku kira, kita akan menghadapi bencana yang lebih mengerik
Xuan Li, Lin Gong, dan Shu Shi berjalan melewati kerumunan penduduk yang tampak sibuk berbincang. Suara obrolan mereka menarik perhatian, menyebut-nyebut kedatangan prajurit Kekaisaran Bulan Perak yang membawa undangan khusus."Katanya akan ada perlombaan besar-besaran untuk merayakan pesta pernikahan Putra Mahkota Xuan Yi!" seru seorang pria dengan antusias."Ya, hadiahnya juga luar biasa!" sahut lainnya. "Kaisar Xuan Huayin memang terkenal murah hati. Bahkan negara lain mengakui kehebatannya dalam memberi hadiah yang tidak main-main."Lin Gong mendengar itu dengan mata berbinar. "Perlombaan? Dan ada hadiah besar? Ini menarik!" katanya sambil tersenyum lebar.Shu Shi juga tampak tak kalah bersemangat. "Kita harus ikut! Siapa tahu ada sesuatu yang berharga di sana."Namun, bagi Xuan Li, kabar itu seperti duri yang menancap dalam di hatinya. Ia berusaha mengabaikan, tetapi kata-kata itu memukul sesuatu yang tersembunyi di dalam dirinya. Telinganya serasa panas, dan perlahan emosi yan
Matahari mulai condong ke barat, menyelimuti desa kecil itu dalam nuansa jingga keemasan. Suasana desa tetap hidup meski senja menjelang. Anak-anak berlarian di jalanan sempit, aroma makanan panggang dari warung-warung memenuhi udara, dan para pedagang berseru menawarkan dagangannya.Di salah satu sudut pasar, Lin Gong sibuk berkeliling dari satu warung ke warung lain. Matanya berbinar penuh semangat, sementara hidungnya mengendus-endus aroma lezat yang menyeruak dari setiap sudut."Ah, harum sekali!" serunya sambil mendekat ke sebuah kios yang menjual sate daging panggang. "Pak, aku beli sepuluh tusuk!"Penjual itu tersenyum ramah. "Anak muda, kau benar-benar tahu cara memilih. Ini sate terbaik di desa!"Lin Gong tertawa, lalu tanpa ragu menggigit satu tusuk sebelum membayar. "Hmm, gurih sekali! Aku harus membawa ini untuk Wu Yu. Tapi... ah, dia pasti bilang aku terlalu banyak makan," gumamnya, separuh bercanda.Di sisi lain pasar, Shu Shi duduk santai di sebuah kedai teh. Ia dikeli
Tubuh Xuan Li perlahan membangkitkan napas baru.Tubuh giok miliknya bukan tubuh biasa. Ia lahir untuk menyerap energi spiritual dalam jumlah besar, lebih banyak daripada tubuh kultivator biasa mana pun.Saat ia bermeditasi di tepi kolam spiritual, air berkilau di hadapannya bergetar, lalu surut drastis. Energi murni di dalam kolam itu seperti sungai yang kehilangan hulunya, mengalir deras ke dalam tubuh Xuan Li.Tak butuh waktu lama, permukaan air di kolam mulai surut, warnanya memucat.Xuan Li membuka matanya sedikit."Aku sudah menyerap seluruh kolam ini..." pikirnya dalam hati.Namun rasa lapar pada tubuh gioknya belum sepenuhnya terpuaskan.Tanpa banyak pertimbangan, ia melangkah ke kolam kecil lain di sebelahnya. Aura kolam itu serupa, murni, kaya, dan berbahaya bagi siapa pun yang tidak siap.Ia duduk bersila lagi.Tubuhnya secara alami mulai menarik energi spiritual, seperti pusaran air di tengah badai. Kali ini, lebih rakus daripada sebelumnya.Di sudut lain lembah, di tempat
"Bantu aku memperbaiki segel," ucap wanita itu dengan nada datar. "Sebagai gantinya, aku memberimu tempat berlindung... dan perlindungan."Xuan Li menatap lurus ke matanya.Yang ia lihat bukan kehangatan, bukan ketulusan, melainkan ketenangan liar, seperti binatang buas yang sudah lama berdamai dengan bau kematian.Ia tahu tawaran ini berbahaya.Namun di belakangnya, makhluk pengisap jiwa masih mengelilingi. Menunda berarti mengantar diri ke kematian dan Mo Xiang tidak akan bertahan."Baik," jawab Xuan Li pendek.Wanita itu mengangguk ringan, lalu berbalik."Ikuti aku."Riak formasi di depannya mengembang, membuka jalan seperti air yang terbelah.Xuan Li menyesuaikan beban Mo Xiang di punggungnya, lalu melangkah masuk.Begitu melewati batas formasi, hawa berat dan tekanan jiwa dari luar lenyap seperti kabut yang tersapu angin.Pemandangan berubah drastis.Tanah tandus berganti dengan padang luas berselimut kabut tipis. Pohon-pohon asing tumbuh di mana-mana, akarnya menancap kuat pada
Xuan Li belum jauh meninggalkan platform batu ketika suara jeritan maut menghantam telinganya.Ia menoleh sekilas.Salah satu anggota Alam Bayangan yang sebelumnya masih hidup kini menggeliat dalam cengkeraman makhluk hitam raksasa. Tubuh makhluk itu berbentuk kabut pekat, menggumpal seperti asap, dengan kilatan merah samar di dalamnya.Dalam sekejap, tubuh anggota Alam Bayangan itu mengering. Energi hidup dan seluruh kultivasinya diserap bersih, meninggalkan kulit keriput yang hancur menjadi debu.Makhluk itu tidak berhenti.Ia membungkuk, menyapu tubuh satunya yang sudah mati. Sisa energi spiritual yang belum sepenuhnya lepas ikut tersedot habis. Tidak ada yang tersisa. Hanya darah dan debu yang perlahan menghilang terbawa angin.Xuan Li mengeraskan ekspresi.Ia mempercepat langkah, tubuhnya berubah menjadi bayangan kabur. Setiap langkahnya ringan, seperti menginjak udara.Namun...Makhluk itu mengangkat kepalanya. Dua titik merah pekat, seperti mata tanpa bentuk, berkedip di dalam
Tarikan itu berhenti.Tubuh Xuan Li melayang sesaat, lalu...Brak!Ia jatuh menghantam permukaan keras. Suara benturan menggema pendek di udara yang sunyi.Xuan Li berguling sekali sebelum segera bangkit, mata waspada menyapu sekeliling. Platform batu abu-abu membentang di bawah kakinya, penuh dengan ukiran-ukiran aneh yang berkilau samar dalam gelap.Di depannya, Mo Xiang terkapar.Tubuh pemuda itu berlumuran darah. Napasnya tersengal, seakan tinggal menunggu waktu untuk padam. Tidak jauh dari Mo Xiang, dua tubuh lain — anggota Alam Bayangan — tergeletak tak bergerak. Darah menggenang di sekitar mereka. Tidak jelas apakah mereka masih hidup atau sudah menjadi mayat.Xuan Li menghampiri Mo Xiang tanpa banyak pikir. Ia berlutut, memeriksa denyut nadinya.Lemah. Sangat lemah. Tapi masih ada.Wajah Xuan Li tetap tanpa ekspresi. Ia mengeluarkan dua pil dari kantong penyimpanannya. Pil pemulih energi kelas tinggi, berwarna putih kehijauan, menguarkan aroma pahit khas ramuan spiritual murni
Xuan Li berdiri kaku mata tajam tak lepas dari empat anggota Alam Bayangan di hadapannya. Di antara mereka, Mo Xiang berlutut, tubuhnya gemetar, darah menetes dari sudut mulutnya.Salah satu dari mereka, seorang pria bertubuh kurus dengan jubah hitam compang-camping, menyeringai. Ia menendang Mo Xiang tanpa ampun.Bugh!Tubuh Mo Xiang terhempas ke lantai batu. Erangan tertahan keluar dari bibirnya.Wajah Xuan Li mengeras.Tangannya sempat bergerak. Aura membunuhnya melonjak. Namun, sebelum serangannya meluncur, pria itu menginjak punggung Mo Xiang, membuat tubuh yang sudah lemah itu memuntahkan darah lagi."Gerakkan satu jari lagi," kata si pria kurus, "dan kami remukkan kepalanya di depanmu."Xuan Li membeku.Matanya penuh bara, tapi pedangnya tetap tergenggam erat. Otot-otot tubuhnya menegang, seolah menahan gelombang kekuatan yang hendak meledak."Ayo," ejek pria berambut putih pendek, "buang pedangmu. Ikut kami dengan baik. Atau dia mati."Mo Xiang mengangkat kepalanya dengan susa
Kabut yang semula menggantung kini menyibak pelan, menampakkan sosok berjubah panjang dengan tudung menutupi wajahnya. Auranya berat, gelap, seolah menarik semua cahaya di ruangan itu.Xuan Li tidak bergerak. Sorot matanya tetap dingin, meski napasnya belum sepenuhnya stabil. Tubuhnya baru saja memulihkan diri dari pertarungan berat dengan para penjaga segel, tapi ia tahu... sosok ini bukan lawan biasa."Sudah kuduga," ujar orang itu. Suaranya dalam, datar, namun terasa seperti paku menusuk tulang. "Tubuh giok... akhirnya muncul juga."Xuan Li menyipitkan mata."Jadi kau datang bukan karena simpul, tapi karena aku.""Aku merasakan ledakan aura tubuh giokmu dari jauh. Bahkan para penatua Alam Bayangan yang bersemedi di lembah terdalam ikut terguncang. Kau tidak bisa lagi bersembunyi."Xuan Li menggertakkan gigi. Sial, kekuatan tubuh gioknya memang baru saja ia gunakan secara penuh untuk mengatasi penjaga terakhir. Dia terlalu terburu-buru."Apa yang akan kau lakukan?" tanya Xuan Li, da
Sebelum kembali menghancurkan segel, Xuan Li mengeluarkan sebuah pil untuk memulihkan luka-lukanya terlebih dahulu."Pil Pemulih Jiwa... semoga cukup untuk tahap ini."Tanpa ragu, ia menelannya. Dalam sekejap, aliran hangat menjalar dari dada ke seluruh tubuh. Retakan di tulangnya menyatu, otot-otot yang sobek menegang kembali, dan luka di punggungnya tertutup seperti tak pernah ada. Napasnya kembali stabil.Tak ingin membuang waktu, ia bangkit dan menggerakkan tangannya dengan pola tertentu untuk menggunakan teknik pengendalian jiwa.Tangannya membentuk rune sederhana, lalu mengarahkannya ke penjaga segel simpul selanjutnya yang berdiri di kejauhan. Wujud penjaga itu bukan makhluk hidup, melainkan entitas roh kuno hasil pemanggilan, namun tetap memiliki sedikit kesadaran."Jiwa yang terbelenggu waktu, dengarlah panggilanku..." bisiknya lirih.Aura gelap keluar dari matanya, menyebar seperti kabut pekat. Penjaga itu mendadak menggigil, tubuhnya goyah. Cahaya biru yang membalut tubuhny
Xuan Li berdiri di hadapan lorong yang memanjang ke bawah tanah, di mana simpul terakhir dari jalur energi Alam Bayangan tersembunyi.Ia memejamkan mata sejenak, lalu menghela napas pelan. Di bawah sana ada segel tujuh lapis, masing-masing dirancang untuk mencegah penyusup masuk.‘Segel tujuh lapis... tidak bisa dibuka tanpa energi spiritual,’ pikirnya. ‘Tapi sekali aku menggunakannya, mereka akan tahu aku di sini.’Ia merapat ke dinding, bergerak perlahan menuruni lorong. Tanpa suara. Ta Langkahnya setenang air, menyatu dengan kegelapan. Tapi meski begitu, tekanan dari segel pertama sudah terasa meskipun jaraknya masih beberapa puluh zhang. Itu bukan hanya penghalang fisik, itu adalah medan pembunuh.Xuan Li merogoh lengan jubahnya dan mengeluarkan dua pil kecil. Yang satu pil penekan aura, satunya lagi untuk menyamarkan denyut spiritual dalam tubuh. Tanpa ragu, ia telan keduanya.Tubuhnya bergetar sebentar, lalu tenang. Aura hidupnya tenggelam. Energi spiritualnya seolah lenyap. Kin
Xuan Li terbang di ketinggian rendah, di sekelilingnya hanya tanah retak dan sunyi. Tak ada angin, tak ada suara makhluk hidup, seolah dunia di tempat ini sudah lama mati.Tapi ia tidak peduli. Ia fokus mengikuti sisa simpul energi terakhir dari Alam Bayangan.Setelah beberapa li, medan berubah. Tanah gersang berganti menjadi bukit-bukit batu. Tumbuhan mulai muncul, kering, namun hidup. Tempat ini tampak lebih normal dibanding lembah kematian atau sungai darah yang ia lewati sebelumnya. Tapi Xuan Li tidak lengah. Alam Bayangan dikenal suka menyembunyikan bahaya di balik ilusi ketenangan.Tiba-tiba, tubuhnya berhenti.Ia merasakan hawa manusia.Seseorang mendekat.Xuan Li menoleh dan matanya menyipit. “Mo Xiang?”Laki-laki itu berdiri kaku beberapa langkah di depannya, wajahnya seputih abu. Tubuh kurusnya diselimuti jubah hitam, dan mata yang pernah bersinar ramah itu kini penuh kecemasan.“Wu Yu...?” bisiknya, setengah tak percaya.Sebelum Xuan Li sempat menjawab, Mo Xiang bergerak c