Keheningan yang sebelumnya menyelimuti hutan tiba-tiba terpecah ketika tanah bergetar hebat. Xuan Li, yang berdiri tegak di tepi formasi larangan, segera menyadari ancaman besar yang mendekat.Matanya yang tajam menatap ke arah deretan pepohonan, sementara di belakangnya Lin Gong sibuk memurnikan telur naga lima warna.“Jadi ini masalah yang datang,” gumam Xuan Li pelan namun tegas.Hembusan angin membawa aroma petir yang membakar udara, tanda kehadiran binatang roh dengan kekuatan luar biasa. Dari balik pepohonan, sesosok makhluk besar muncul. Wujudnya perpaduan antara kuda gagah dan harimau buas, dengan surai yang memancarkan kilatan petir.Bulu tubuhnya dihiasi garis-garis hitam dan oranye, tampak seperti api yang hidup, sementara matanya yang biru terang memancarkan ancaman mematikan. Makhluk itu menatap formasi larangan yang melindungi Lin Gong, mengeluarkan raungan rendah yang menggetarkan udara.Tanpa peringatan, ia melancarkan semburan energi bercampur petir, menghantam formas
Saat aroma manis bunga persik semakin memenuhi udara, wanita itu mendekat perlahan, setiap langkahnya seolah membawa aliran energi yang menggoda. Gaunnya yang tipis berwarna merah muda melambai lembut, menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Xuan Li bisa merasakan hawa panas yang samar menyelinap di balik setiap gerakan wanita itu.Wanita itu berhenti tepat di hadapannya, jarak mereka hanya sejengkal. Matanya yang seperti bulan sabit menatap dalam ke mata Xuan Li, penuh dengan daya tarik yang menantang. Tangannya yang lentik bergerak, menyentuh pelan ujung pedang Xuan Li dengan jari telunjuknya."Pedang yang tajam... tapi, apakah kau tahu cara menggunakannya dengan benar?" katanya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang memikat.Xuan Li tidak tergerak, meskipun pikirannya sempat terguncang sesaat. Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan aliran energinya yang sedikit bergetar.“Jika kau mencari kelemahanku dengan cara ini, kau akan kecewa,” balasnya dingin. Namun, pandanganny
Kelopak bunga persik terus berputar di udara, menyelimuti Xuan Li dalam aura memikat yang semakin kuat. Wanita rubah, yang memperkenalkan dirinya dengan pesona yang mengguncang, tersenyum penuh kemenangan. "Kau tak akan bertahan lebih lama lagi," katanya, matanya bersinar seperti bulan perak.Namun, Xuan Li tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Sebaliknya, sebuah senyum tipis terukir di wajahnya. "Memang, pesonamu kuat. Tapi sayangnya, aku bukan pria yang mudah dijerat dengan ilusi atau keindahan semu."Pedang emasnya berkilau terang, tetapi kali ini ia tidak menyerang langsung. Sebagai seorang alkemis, Xuan Li tahu bahwa wanita ini lebih dari sekadar lawan biasa. Pesonanya berasal dari inti kekuatan rubah ekor sembilan yang legendaris, sebuah kekuatan yang tidak bisa dilawan hanya dengan serangan fisik.Xuan Li menggeser energinya, menyatukan esensi alkemis di tubuhnya. Dengan gerakan cepat, ia mengambil beberapa serbuk dari kantong dimensi di ikat pinggangnya. Serbuk itu mengand
Langit yang terkoyak oleh retakan hukum alam perlahan kembali tenang. Awan-awan kelam yang mengelilingi fenomena itu mulai menghilang, seperti tirai kegelapan yang ditarik pergi. Cahaya mentari hangat menembus celah pepohonan, menyapu sisa-sisa aura kehancuran yang sempat membuat mereka semua tegang.Xuan Li berdiri tegak, tubuhnya terbungkus aura yang penuh dengan ketegasan. Nafas panjang dihela untuk menenangkan hati yang masih bergolak. Pandangannya tetap terfokus pada Lin Gong, yang aura lima warna yang sebelumnya membara di sekelilingnya kini memudar, meninggalkan kilauan lembut dari energi spiritual yang tercipta dari pencapaian besar yang baru saja diraihnya.“Syukurlah…” gumam Shu Shi, tangannya dengan cermat menyisir rambut peraknya yang sedikit berantakan.Walaupun ekspresinya tampak tenang, telinga rubahnya yang bergetar-gerak memberikan pertanda bahwa ia masih waspada terhadap apa yang mungkin terjadi selanjutnya.“Aku kira, kita akan menghadapi bencana yang lebih mengerik
Xuan Li, Lin Gong, dan Shu Shi berjalan melewati kerumunan penduduk yang tampak sibuk berbincang. Suara obrolan mereka menarik perhatian, menyebut-nyebut kedatangan prajurit Kekaisaran Bulan Perak yang membawa undangan khusus."Katanya akan ada perlombaan besar-besaran untuk merayakan pesta pernikahan Putra Mahkota Xuan Yi!" seru seorang pria dengan antusias."Ya, hadiahnya juga luar biasa!" sahut lainnya. "Kaisar Xuan Huayin memang terkenal murah hati. Bahkan negara lain mengakui kehebatannya dalam memberi hadiah yang tidak main-main."Lin Gong mendengar itu dengan mata berbinar. "Perlombaan? Dan ada hadiah besar? Ini menarik!" katanya sambil tersenyum lebar.Shu Shi juga tampak tak kalah bersemangat. "Kita harus ikut! Siapa tahu ada sesuatu yang berharga di sana."Namun, bagi Xuan Li, kabar itu seperti duri yang menancap dalam di hatinya. Ia berusaha mengabaikan, tetapi kata-kata itu memukul sesuatu yang tersembunyi di dalam dirinya. Telinganya serasa panas, dan perlahan emosi yan
Matahari mulai condong ke barat, menyelimuti desa kecil itu dalam nuansa jingga keemasan. Suasana desa tetap hidup meski senja menjelang. Anak-anak berlarian di jalanan sempit, aroma makanan panggang dari warung-warung memenuhi udara, dan para pedagang berseru menawarkan dagangannya.Di salah satu sudut pasar, Lin Gong sibuk berkeliling dari satu warung ke warung lain. Matanya berbinar penuh semangat, sementara hidungnya mengendus-endus aroma lezat yang menyeruak dari setiap sudut."Ah, harum sekali!" serunya sambil mendekat ke sebuah kios yang menjual sate daging panggang. "Pak, aku beli sepuluh tusuk!"Penjual itu tersenyum ramah. "Anak muda, kau benar-benar tahu cara memilih. Ini sate terbaik di desa!"Lin Gong tertawa, lalu tanpa ragu menggigit satu tusuk sebelum membayar. "Hmm, gurih sekali! Aku harus membawa ini untuk Wu Yu. Tapi... ah, dia pasti bilang aku terlalu banyak makan," gumamnya, separuh bercanda.Di sisi lain pasar, Shu Shi duduk santai di sebuah kedai teh. Ia dikeli
Malam itu, suasana desa berubah drastis. Jalanan yang sebelumnya dipenuhi suara tawa dan obrolan mendadak sunyi. Di kamar sewaan kecil di pinggir desa, Xuan Li, Lin Gong, dan Shu Shi duduk bersama, memperhatikan keheningan yang terasa tidak wajar."Ini aneh," gumam Lin Gong sambil mondar-mandir. "Kenapa mereka meminta kita mengunci pintu dan tidak keluar? Tidak bisakah kita setidaknya mengintip sedikit?"Xuan Li mengangkat tangan, menghentikan langkah Lin Gong. "Tidak. Penduduk desa jelas tahu sesuatu yang tidak kita ketahui. Kita tidak akan melanggar perintah mereka."Lin Gong tidak terlihat puas. "Tapi... aku tidak tahan. Udara di sini pengap! Bagaimana bisa kau duduk diam seperti itu, Wu Yu?"Di sudut ruangan, Shu Shi hanya tersenyum tipis. Ia duduk dengan elegan di atas bangku kayu, memainkan untaian rambutnya. Ia tampak tidak terpengaruh oleh suasana mencekam itu."Tidak perlu gelisah, Lin Gong," ucap Shu Shi santai. "Aku tahu apa yang sebenarnya terjadi di desa ini."Ucapan it
Manik-manik darah pengorbanan yang disimpan dalam kantong penyimpanan Xuan Li mulai bergetar, seolah ingin keluar dengan paksa. Energinya memancar lembut tetapi penuh tekanan, seperti sedang merespons sesuatu di sekitarnya. Xuan Li menatap kantong itu dengan alis berkerut."Apa yang terjadi?" pikirnya, sebelum pandangannya beralih pada sosok berjubah hitam yang berdiri tidak jauh darinya.Orang berjubah hitam itu begitu misterius. Wajahnya tersembunyi di balik tudung gelap, dan tubuhnya memancarkan aura yang sulit dijelaskan. Tidak ada riak energi spiritual yang bisa dirasakan darinya, tetapi kehadirannya cukup membuat udara sekitar terasa berat.Sosok itu mengangkat tangannya perlahan. Saat itu pula, Xuan Li merasakan adanya lonjakan energi di sekitar penduduk desa yang telah berubah menjadi mayat hidup. Tubuh-tubuh yang sebelumnya terikat oleh kekuatan spiritual Xuan Li mulai bergerak kembali, meskipun perlahan."Kekuatan ini..." gumam Xuan Li. Ia bisa merasakan bahwa kutukan yang t
Feng Rui menghentikan langkahnya beberapa meter dari Xuan Li. Matanya menyapu ke sekeliling."Kau yang melakukan semua ini?" tanyanya dengan nada datar.Xuan Li tidak menjawab. Tatapannya tetap tenang, seolah kehadiran orang-orang ini sama sekali tidak penting baginya.Sang pembesar kerajaan, Menteri Wei, tersenyum tipis dan melangkah maju."Aku adalah Menteri Wei dari Kerajaan Naga Bumi," katanya dengan nada ramah tetapi tetap penuh kehormatan. "Kami telah melacak kelompok perampok makam kuno ini selama berminggu-minggu, tetapi tampaknya kau sudah menyelesaikan semuanya lebih cepat dari kami."Xuan Li tetap diam, membiarkan mereka melanjutkan pembicaraan.Menteri Wei menatapnya penuh minat sebelum akhirnya berkata, "Tuan Muda, kemampuanmu luar biasa. Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi Kerajaan Naga Bumi selalu menghargai individu berbakat. Bagaimana jika kau ikut ke istana? Yang Mulia pasti ingin bertemu denganmu."Suasana menjadi hening.Di belakang Menteri Wei, beberapa orang dari
Seorang pria dengan jubah gelap berdiri di barisan depan, Feng Han, salah satu anggota berpengaruh dalam kelompok perampok itu.Meskipun dikelilingi oleh musuh dengan tingkat kultivasi menengah hingga kelahiran jiwa, Xuan Li tetap berdiri tanpa gentar. Dia memandang mereka dengan tenang, seolah jumlah mereka yang banyak hanyalah angka tanpa makna.Di dunia kultivasi, jumlah bukanlah faktor penentu kemenangan. Yang menentukan adalah kualitas kekuatan dan kecerdikan dalam bertarung."Sudah lama aku tidak menggunakan teknik ini," gumam Xuan Li dalam hati.Di hadapannya, para perampok bersiap menyerang, beberapa menghunuskan senjata spiritual mereka yang memancarkan aura tajam. Xuan Li bisa merasakan energi mereka, kuat tetapi tidak cukup untuk mengancamnya.Alih-alih bertarung dengan serangan fisik, Xuan Li memilih cara yang lebih efisien.Dia perlahan mengangkat satu tangan, dan seketika energi spiritual mengalir keluar, membentuk riak tak kasat mata yang menyelimuti area itu.Teknik Pe
Mayat para prajurit bergelimpangan, tubuh mereka tertusuk, terkoyak, atau hangus terbakar. Bau besi dari darah yang masih hangat bercampur dengan asap dari reruntuhan yang terbakar, memenuhi udara.Xuan Li berdiri di antara kehancuran itu tanpa ekspresi. Matanya menatap dingin, tak ada sedikit pun emosi dalam sorotnya. Baginya, ini hanya pemandangan biasa, sebuah pertunjukan brutal di dunia kultivasi di mana yang kuat memangsa yang lemah.Prajurit terakhir merangkak dengan sisa tenaganya, darah menetes dari sudut bibirnya. Tangannya berusaha meraih pedang yang jatuh tak jauh darinya, tetapi sebelum jari-jarinya menyentuhnya, sepatu pria berjubah hitam menginjak punggung tangannya."Kuharap kau tahu bahwa keberadaanmu tidak lebih dari sekadar debu di jalan."Suara berat pria itu terdengar dingin sebelum ia mengangkat kakinya dan menghempaskan tubuh prajurit itu dengan satu tendangan keras. Jeritan singkat terdengar sebelum tubuh itu menghantam dinding dan diam selamanya.Xuan Li hanya
Seorang prajurit melangkah maju, ekspresinya mulai menunjukkan ketidaksabaran."Orang yang tidak bersalah tidak akan takut untuk menunjukkan siapa dirinya," katanya, suaranya tajam dan penuh keyakinan.Xuan Li menyipitkan mata, sorot matanya sedingin bilah pedang."Dan orang yang benar-benar mencari tersangka tidak akan sembarangan menuduh setiap orang yang lewat," balasnya, suaranya tetap tenang, namun mengandung ketajaman yang membuat lawan bicara terdiam sejenak.Prajurit itu mengernyit, tetapi tetap pada pendiriannya."Ikut kami. Ini hanya pemeriksaan rutin."Namun, nada suaranya jelas mengisyaratkan bahwa ini lebih dari sekadar pemeriksaan biasa.Xuan Li tetap berdiri di tempatnya. Suasana seketika menegang. Para prajurit mulai menggenggam senjata mereka lebih erat, dan orang-orang yang masih berada di sekitar segera menjauh, enggan terlibat dalam konfrontasi yang tampaknya tak terelakkan.Akhirnya, Xuan Li menghela napas perlahan."Baiklah," katanya ringan. "Tapi jangan sampai k
"Tak ada yang bisa membukanya, tapi tetap diperebutkan... Menarik."Xuan Li menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tetap tenang di tengah riuhnya pelelangan. Ia menangkap percakapan lirih di belakangnya.“Kau lihat itu? Artefak itu muncul lagi.”“Hah, ini sudah ketiga kalinya dalam setahun! Siapa pun yang membelinya pasti akan kecewa.”“Dengar-dengar, segelnya menggunakan formasi larangan tingkat tinggi. Tak ada satu pun ahli formasi atau tetua sekte yang berhasil membukanya. Aku yakin benda itu akan muncul lagi di pelelangan Kota Bintang dalam beberapa hari ke depan.”Xuan Li menyipitkan matanya, sudut bibirnya melengkung samar. 'Jadi benda itu hanya berpindah tangan tanpa pernah benar-benar dimiliki...'Pelelangan terus berlanjut, tapi pikirannya tetap tertuju pada artefak itu. 'Jika benar tak ada yang bisa membukanya, mengapa benda itu terus dilelang? Apakah ini hanya strategi pelelangan, atau ada sesuatu yang lebih dalam?'Pandangan matanya melirik sekilas ke pria berambut
'Apakah dia sudah pergi? Atau hanya bersembunyi lebih dalam?'Xuan Li tidak gegabah. Ia menunggu beberapa saat, merasakan aliran energi di sekitarnya, namun tidak ada tanda-tanda bahaya yang tersisa. Setelah memastikan situasi aman, ia melanjutkan langkahnya kembali ke penginapan.Begitu tiba di kamarnya, tanpa ragu ia membentuk segel formasi penghalang. Cahaya redup berpendar di udara, membentuk lapisan perlindungan tak kasatmata yang akan memperingatkannya jika ada penyusup.Xuan Li tidak ingin terganggu lagi.Dengan tenang, ia duduk bersila dan mulai berkultivasi.Saat fajar menyingsing, Xuan Li membuka matanya. Energi spiritual yang ia serap semalaman terasa mengalir stabil dalam tubuhnya, sedikit memperkuat fondasi kultivasinya.Tanpa membuang waktu, ia segera bersiap menuju pelelangan di tengah kota. Jika tidak ada yang menarik perhatiannya di sana, ia akan kembali ke gua persembunyiannya dan membatalkan rencananya menuju Kota Bintang.Jalanan sudah ramai saat ia melangkah kelua
"Keluar." Suara Xuan Li terdengar datar, tetapi ada ancaman tersembunyi di dalamnya.Tak ada jawaban.Namun, udara di sekitarnya berubah. Dingin yang awalnya menggigit kini terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam tulang. Embun di dedaunan membeku dalam sekejap, lapisan es tipis mulai menutupi tanah.Dari balik kabut yang berputar, sesosok bayangan melangkah maju.Jubah biru tua membalut tubuhnya, tudungnya rendah, menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Sepasang mata dingin menatap tanpa ekspresi, seperti pemangsa yang mengamati buruannya.Tidak ada sapaan. Tidak ada peringatan.Pria itu mengangkat tangannya.Udara berhenti bergerak.Kristal-kristal es muncul dari ketiadaan, melayang di udara seperti bilah pisau yang siap menebas. Dalam sekejap, mereka meluncur ke arah Xuan Li, tajam dan mematikan.Xuan Li melangkah ke samping, menghindari serangan pertama. Beberapa pecahan es masih mengarah ke titik vitalnya, tetapi telapak tangannya yang dilapisi api spiritual membakar mereka
Feng Rui segera melangkah ke depan, berdiri di antara Xuan Li dan pria yang baru saja muncul. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan situasi ini sejak awal."Kakak Feng Han," kata Feng Rui dengan suara tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam nadanya. "Aku membawa tamu, dan Guru sendiri sudah membenarkan kehadirannya."Pria bernama Feng Han itu menyipitkan mata, tatapannya menyapu Xuan Li dari kepala hingga kaki. Sikapnya penuh waspada, seakan masih meragukan keputusan adik sepupunya."Tamu, katamu?" Feng Han mendengus pelan. "Jangan bilang dia orang luar yang kau undang untuk bermain-main dengan nyawa Guru?"Xuan Li tetap diam, tidak merasa perlu membela diri. Baginya, pertikaian ini hanyalah urusan internal keluarga Feng.Feng Rui mengepalkan tangannya. "Jika bukan karena dia, Guru mungkin sudah tidak ada sekarang. Apa kau masih ingin mempertanyakan keputusanku?"Suasana di ruangan itu semakin menegang. Mata Feng Han berkilat, tapi sebelum ia bisa men
Xuan Li mengikuti pemuda berjubah hitam melewati jalanan Kota Seribu Lilin yang semakin lengang. Mereka berhenti di depan sebuah kediaman megah. Plakat besar tergantung di atas gerbang utama, dengan huruf emas yang bertuliskan Paviliun Bintang.Dari luar, bangunan ini tampak seperti kediaman keluarga terpandang. Namun, saat mereka melangkah masuk setelah penjaga membukakan pintu, Xuan Li segera menyadari sesuatu yang berbeda. Aroma obat-obatan bercampur dengan hawa gelap yang samar, membentuk atmosfer yang tidak lazim."Aku yang membawamu dan bertanggung jawab sepenuhnya atasmu. Jangan pedulikan ucapan orang lain," bisik pemuda itu tanpa menoleh. Setelah beberapa langkah, ia menambahkan, "Oh, iya. Siapa namamu?""Wu Yu," jawab Xuan Li singkat.Pemuda itu menoleh dan tersenyum tipis. "Panggil aku Feng Rui."Xuan Li hanya mengangguk kecil. Ia tidak tertarik dengan basa-basi yang tidak perlu.Mereka berjalan semakin dalam ke dalam kediaman. Cahaya lentera di sepanjang lorong mulai redup