Manik-manik darah pengorbanan yang disimpan dalam kantong penyimpanan Xuan Li mulai bergetar, seolah ingin keluar dengan paksa. Energinya memancar lembut tetapi penuh tekanan, seperti sedang merespons sesuatu di sekitarnya. Xuan Li menatap kantong itu dengan alis berkerut."Apa yang terjadi?" pikirnya, sebelum pandangannya beralih pada sosok berjubah hitam yang berdiri tidak jauh darinya.Orang berjubah hitam itu begitu misterius. Wajahnya tersembunyi di balik tudung gelap, dan tubuhnya memancarkan aura yang sulit dijelaskan. Tidak ada riak energi spiritual yang bisa dirasakan darinya, tetapi kehadirannya cukup membuat udara sekitar terasa berat.Sosok itu mengangkat tangannya perlahan. Saat itu pula, Xuan Li merasakan adanya lonjakan energi di sekitar penduduk desa yang telah berubah menjadi mayat hidup. Tubuh-tubuh yang sebelumnya terikat oleh kekuatan spiritual Xuan Li mulai bergerak kembali, meskipun perlahan."Kekuatan ini..." gumam Xuan Li. Ia bisa merasakan bahwa kutukan yang t
"Rupanya kamu ada di sini."Xuan Li segera memutar tubuhnya. Suara itu terasa familier. Dari kegelapan, sosok pria berjubah hitam perlahan melangkah maju. Meski wajahnya masih tersembunyi, suara itu tidak mungkin dilupakan oleh Xuan Li."Gu Feng..." gumamnya, nyaris berbisik, tetapi sarat dengan kewaspadaan.Sejenak, waktu terasa berhenti. Bayangan masa lalu menyeruak dalam ingatan Xuan Li, ketika ia masih terjebak di Kekaisaran Neraka Jingga. Jiwa-jiwa dipersembahkan tanpa ampun untuk memperkuat kekuatan gelap, dan ia hampir menjadi salah satunya. Ia pikir, setelah melarikan diri, mereka akan melupakannya. Namun ternyata, ia salah besar."Jadi kau masih mengingatku, Wu Yu..." ucap Gu Feng dengan nada sinis.Tatapan tajam Xuan Li mengunci sosok itu. "Apa maumu?" tanyanya dingin.Gu Feng tertawa pelan, suaranya serak, penuh ejekan. "Kau tahu apa yang kuinginkan. Manik-manik itu, dan... dirimu."Darah Xuan Li berdesir mendengar kata-kata itu. Ia tahu betul apa yang dimaksud Gu Feng.
Langit malam semakin meredup, menyisakan kegelapan yang hanya diterangi oleh kilatan samar dari energi bayangan yang lenyap satu per satu. Lin Gong terhuyung mundur, keringat dingin membasahi dahinya. Sisa-sisa bayangan pasukan Gu Feng perlahan memudar ke udara, sebelum akhirnya menghilang.“Kurasa itu yang terakhir,” ujar Lin Gong dengan napas terengah-engah. Ia menyeka darah di sudut bibirnya. “Aku mulai bosan dengan semua ini. Mereka terus datang seperti gelombang ombak. Apa bayangan itu tidak tahu cara menyerah?”Di sebelahnya, Shu Shi berdiri diam, meskipun tubuhnya menunjukkan kelelahan yang sama. Ia menatap ke kejauhan, ke arah di mana pusaran energi merah gelap muncul seperti badai kecil yang mengamuk.“Dia ada di sana,” gumam Shu Shi, lebih kepada dirinya sendiri.Lin Gong mengikuti pandangannya, wajahnya langsung berubah tegang. “Wu Yu? Apa yang dia lakukan? Energi itu... terlihat berbahaya.”Shu Shi menggeleng, matanya menyipit. “Dia sedang bertarung di dalam kesadaranny
Matahari sudah meninggi ketika Xuan Li mulai memeriksa penduduk desa satu per satu. Tangannya yang cekatan menyentuh titik nadi di pergelangan tangan seorang pria tua. Energi spiritualnya mengalir lembut, memasuki tubuh pria itu untuk memeriksa kondisi internalnya.Wajah Xuan Li menegang saat ia menemukan sumber permasalahan. Dalam tubuh pria itu, seekor ulat kecil bersarang, menggeliat perlahan di antara jaringan organ vital. Ulat itu bukan makhluk biasa, ia adalah salah satu ciptaan klan Gu, digunakan untuk mengendalikan pikiran inangnya sekaligus menyerap energi hidup mereka.“Jadi, ini ulah mereka lagi...” pikir Xuan Li dengan amarah yang tertahan. Ia mengingat setiap kejahatan klan Gu yang pernah ia pelajari. Taktik kejam ini tidak hanya menghancurkan kehidupan para korban tetapi juga memperkuat kekuatan spiritual para pengendalinya.“Bagaimana, Wu Yu?” tanya Lin Gong, mendekat dengan raut wajah tegang.“Ulat spiritual,” jawab Xuan Li singkat. “Makhluk ini tidak hanya mempengaru
"Tabib Wu Yu! Penduduk yang kau obati… mereka mengalami kejang! Beberapa kondisinya memburuk!" seru pemuda itu. Wajahnya penuh keringat, dan suaranya bergetar di antara rasa takut dan putus asa.Mata Xuan Li terbuka dengan cepat. Wajahnya yang biasanya tenang kini berubah serius. Ia berdiri tanpa sepatah kata, lalu mengangguk singkat kepada pemuda itu.“Tunjukkan jalannya,” katanya singkat namun penuh otoritas.Jalan setapak menuju desa penuh dengan akar-akar besar yang menjalar di sepanjang tanah berbatu. Ketika mereka tiba, pemandangan desa yang semula tenang kini berubah mencekam. Tangisan dan rintihan terdengar dari segala penjuru, mengisi udara malam yang dingin. Para penduduk berkumpul di depan rumah-rumah mereka, wajah-wajah mereka penuh ketakutan.Xuan Li segera masuk ke rumah pertama, di mana seorang pria paruh baya terbaring di lantai. Tubuhnya menggeliat tak terkendali, kejang-kejang, sementara busa putih keluar dari mulutnya. Di beberapa bagian tubuhnya, urat hitam mencu
"Ulangi sekali lagi! Aku tidak mendengarnya!" seru Lin Gong, maju beberapa langkah ke depan sambil meletakkan tangan di telinganya, seolah benar-benar ingin mendengar dengan jelas.Wajahnya yang polos bercampur antusias membuat Shu Shi mendesah pelan. "Jangan bercanda, Lin Gong." Ia memutar bola matanya, lalu kembali memainkan helai rambut putih panjangnya yang memancarkan aroma wangi seperti bunga persik.Namun, Xuan Li tetap diam. Mata tajamnya mengamati para bandit yang mengelilingi mereka. Aura di tubuh mereka terlalu tersembunyi, membuatnya tidak bisa membaca tingkat kultivasi mereka. Sebagai seseorang yang telah lama terlatih, Xuan Li tahu satu hal, semakin tak terdeteksi, semakin besar potensi ancamannya."Jangan bertindak gegabah," bisiknya kepada dua temannya, suaranya dingin namun tegas.Pemimpin bandit datang mendekat. Pedangnya terangkat, ujungnya menunjuk langsung ke wajah Xuan Li. Dengan senyuman sinis, dia mencoba menyibak kain hitam yang menutupi kepala Xuan Li."Heh
Sosok misterius itu melayang turun, jubah hitamnya berkibar dengan anggun.Shu Shi bergerak maju, sembilan ekor putih di belakangnya berkibar. "Siapa kau?" serunya tegas. "Jika kau musuh, sebaiknya bersiap untuk menyesali keputusanmu datang ke sini."Lin Gong menghentakkan kakinya ke tanah, menciptakan retakan kecil. "Aku suka lawan yang langsung muncul tanpa basa-basi! Kalau mau bertarung, ayo sekarang juga!"Namun Xuan Li hanya berdiri diam, matanya mengamati setiap detail dari sosok itu. Sikapnya tidak menunjukkan permusuhan yang langsung, melainkan kewaspadaan tingkat tinggi.Sosok itu akhirnya membuka suara. Suaranya berat, namun penuh karisma. "Musuh? Tidak. Jika aku ingin menghancurkan kalian, aku tidak perlu turun ke sini."Pernyataannya membuat suasana tegang sesaat. Shu Shi dan Lin Gong saling melirik, sementara Xuan Li tetap tak bergeming."Apa maksudmu?" tanya Xuan Li dingin.Pria itu menurunkan tudungnya, memperlihatkan wajah yang penuh bekas luka, namun tampak gagah.
Feng Yuntian merogoh sesuatu dari jubah hitamnya. Ia mengeluarkan sebuah liontin berbentuk bulat dengan pola angin yang rumit. Liontin itu bersinar samar dalam cahaya redup.“Ini, Liontin Pemanggil Badai. Dengan artefak ini, kita bisa meniru gelombang energi yang menyerupai binatang musuh Qi Feng. Ia akan mengira sarangnya sedang diserang dan muncul untuk menghancurkan ancaman tersebut. Di saat itu, kita memancingnya ke area keheningan dan menyerangnya dengan serangan gabungan.”Shu Shi memicingkan mata, mencoba menilai kejujuran Feng Yuntian. “Dan jika rencanamu gagal?”Feng Yuntian terkekeh kecil. “Kalau rencana ini gagal, kita semua akan mati. Tapi aku cukup yakin ini berhasil, aku sudah mempelajari Qi Feng selama bertahun-tahun.”“Kau yakin ini bukan jebakan?” sela Lin Gong, meskipun ekspresi wajahnya lebih tampak tertarik daripada curiga.“Kalian bebas memilih untuk mempercayai atau tidak. Tapi tanpa aku, kalian bahkan tidak akan bisa mendekati tebing itu, apalagi mengambil aka
Feng Rui menghentikan langkahnya beberapa meter dari Xuan Li. Matanya menyapu ke sekeliling."Kau yang melakukan semua ini?" tanyanya dengan nada datar.Xuan Li tidak menjawab. Tatapannya tetap tenang, seolah kehadiran orang-orang ini sama sekali tidak penting baginya.Sang pembesar kerajaan, Menteri Wei, tersenyum tipis dan melangkah maju."Aku adalah Menteri Wei dari Kerajaan Naga Bumi," katanya dengan nada ramah tetapi tetap penuh kehormatan. "Kami telah melacak kelompok perampok makam kuno ini selama berminggu-minggu, tetapi tampaknya kau sudah menyelesaikan semuanya lebih cepat dari kami."Xuan Li tetap diam, membiarkan mereka melanjutkan pembicaraan.Menteri Wei menatapnya penuh minat sebelum akhirnya berkata, "Tuan Muda, kemampuanmu luar biasa. Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi Kerajaan Naga Bumi selalu menghargai individu berbakat. Bagaimana jika kau ikut ke istana? Yang Mulia pasti ingin bertemu denganmu."Suasana menjadi hening.Di belakang Menteri Wei, beberapa orang dari
Seorang pria dengan jubah gelap berdiri di barisan depan, Feng Han, salah satu anggota berpengaruh dalam kelompok perampok itu.Meskipun dikelilingi oleh musuh dengan tingkat kultivasi menengah hingga kelahiran jiwa, Xuan Li tetap berdiri tanpa gentar. Dia memandang mereka dengan tenang, seolah jumlah mereka yang banyak hanyalah angka tanpa makna.Di dunia kultivasi, jumlah bukanlah faktor penentu kemenangan. Yang menentukan adalah kualitas kekuatan dan kecerdikan dalam bertarung."Sudah lama aku tidak menggunakan teknik ini," gumam Xuan Li dalam hati.Di hadapannya, para perampok bersiap menyerang, beberapa menghunuskan senjata spiritual mereka yang memancarkan aura tajam. Xuan Li bisa merasakan energi mereka, kuat tetapi tidak cukup untuk mengancamnya.Alih-alih bertarung dengan serangan fisik, Xuan Li memilih cara yang lebih efisien.Dia perlahan mengangkat satu tangan, dan seketika energi spiritual mengalir keluar, membentuk riak tak kasat mata yang menyelimuti area itu.Teknik Pe
Mayat para prajurit bergelimpangan, tubuh mereka tertusuk, terkoyak, atau hangus terbakar. Bau besi dari darah yang masih hangat bercampur dengan asap dari reruntuhan yang terbakar, memenuhi udara.Xuan Li berdiri di antara kehancuran itu tanpa ekspresi. Matanya menatap dingin, tak ada sedikit pun emosi dalam sorotnya. Baginya, ini hanya pemandangan biasa, sebuah pertunjukan brutal di dunia kultivasi di mana yang kuat memangsa yang lemah.Prajurit terakhir merangkak dengan sisa tenaganya, darah menetes dari sudut bibirnya. Tangannya berusaha meraih pedang yang jatuh tak jauh darinya, tetapi sebelum jari-jarinya menyentuhnya, sepatu pria berjubah hitam menginjak punggung tangannya."Kuharap kau tahu bahwa keberadaanmu tidak lebih dari sekadar debu di jalan."Suara berat pria itu terdengar dingin sebelum ia mengangkat kakinya dan menghempaskan tubuh prajurit itu dengan satu tendangan keras. Jeritan singkat terdengar sebelum tubuh itu menghantam dinding dan diam selamanya.Xuan Li hanya
Seorang prajurit melangkah maju, ekspresinya mulai menunjukkan ketidaksabaran."Orang yang tidak bersalah tidak akan takut untuk menunjukkan siapa dirinya," katanya, suaranya tajam dan penuh keyakinan.Xuan Li menyipitkan mata, sorot matanya sedingin bilah pedang."Dan orang yang benar-benar mencari tersangka tidak akan sembarangan menuduh setiap orang yang lewat," balasnya, suaranya tetap tenang, namun mengandung ketajaman yang membuat lawan bicara terdiam sejenak.Prajurit itu mengernyit, tetapi tetap pada pendiriannya."Ikut kami. Ini hanya pemeriksaan rutin."Namun, nada suaranya jelas mengisyaratkan bahwa ini lebih dari sekadar pemeriksaan biasa.Xuan Li tetap berdiri di tempatnya. Suasana seketika menegang. Para prajurit mulai menggenggam senjata mereka lebih erat, dan orang-orang yang masih berada di sekitar segera menjauh, enggan terlibat dalam konfrontasi yang tampaknya tak terelakkan.Akhirnya, Xuan Li menghela napas perlahan."Baiklah," katanya ringan. "Tapi jangan sampai k
"Tak ada yang bisa membukanya, tapi tetap diperebutkan... Menarik."Xuan Li menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tetap tenang di tengah riuhnya pelelangan. Ia menangkap percakapan lirih di belakangnya.“Kau lihat itu? Artefak itu muncul lagi.”“Hah, ini sudah ketiga kalinya dalam setahun! Siapa pun yang membelinya pasti akan kecewa.”“Dengar-dengar, segelnya menggunakan formasi larangan tingkat tinggi. Tak ada satu pun ahli formasi atau tetua sekte yang berhasil membukanya. Aku yakin benda itu akan muncul lagi di pelelangan Kota Bintang dalam beberapa hari ke depan.”Xuan Li menyipitkan matanya, sudut bibirnya melengkung samar. 'Jadi benda itu hanya berpindah tangan tanpa pernah benar-benar dimiliki...'Pelelangan terus berlanjut, tapi pikirannya tetap tertuju pada artefak itu. 'Jika benar tak ada yang bisa membukanya, mengapa benda itu terus dilelang? Apakah ini hanya strategi pelelangan, atau ada sesuatu yang lebih dalam?'Pandangan matanya melirik sekilas ke pria berambut
'Apakah dia sudah pergi? Atau hanya bersembunyi lebih dalam?'Xuan Li tidak gegabah. Ia menunggu beberapa saat, merasakan aliran energi di sekitarnya, namun tidak ada tanda-tanda bahaya yang tersisa. Setelah memastikan situasi aman, ia melanjutkan langkahnya kembali ke penginapan.Begitu tiba di kamarnya, tanpa ragu ia membentuk segel formasi penghalang. Cahaya redup berpendar di udara, membentuk lapisan perlindungan tak kasatmata yang akan memperingatkannya jika ada penyusup.Xuan Li tidak ingin terganggu lagi.Dengan tenang, ia duduk bersila dan mulai berkultivasi.Saat fajar menyingsing, Xuan Li membuka matanya. Energi spiritual yang ia serap semalaman terasa mengalir stabil dalam tubuhnya, sedikit memperkuat fondasi kultivasinya.Tanpa membuang waktu, ia segera bersiap menuju pelelangan di tengah kota. Jika tidak ada yang menarik perhatiannya di sana, ia akan kembali ke gua persembunyiannya dan membatalkan rencananya menuju Kota Bintang.Jalanan sudah ramai saat ia melangkah kelua
"Keluar." Suara Xuan Li terdengar datar, tetapi ada ancaman tersembunyi di dalamnya.Tak ada jawaban.Namun, udara di sekitarnya berubah. Dingin yang awalnya menggigit kini terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam tulang. Embun di dedaunan membeku dalam sekejap, lapisan es tipis mulai menutupi tanah.Dari balik kabut yang berputar, sesosok bayangan melangkah maju.Jubah biru tua membalut tubuhnya, tudungnya rendah, menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Sepasang mata dingin menatap tanpa ekspresi, seperti pemangsa yang mengamati buruannya.Tidak ada sapaan. Tidak ada peringatan.Pria itu mengangkat tangannya.Udara berhenti bergerak.Kristal-kristal es muncul dari ketiadaan, melayang di udara seperti bilah pisau yang siap menebas. Dalam sekejap, mereka meluncur ke arah Xuan Li, tajam dan mematikan.Xuan Li melangkah ke samping, menghindari serangan pertama. Beberapa pecahan es masih mengarah ke titik vitalnya, tetapi telapak tangannya yang dilapisi api spiritual membakar mereka
Feng Rui segera melangkah ke depan, berdiri di antara Xuan Li dan pria yang baru saja muncul. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan situasi ini sejak awal."Kakak Feng Han," kata Feng Rui dengan suara tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam nadanya. "Aku membawa tamu, dan Guru sendiri sudah membenarkan kehadirannya."Pria bernama Feng Han itu menyipitkan mata, tatapannya menyapu Xuan Li dari kepala hingga kaki. Sikapnya penuh waspada, seakan masih meragukan keputusan adik sepupunya."Tamu, katamu?" Feng Han mendengus pelan. "Jangan bilang dia orang luar yang kau undang untuk bermain-main dengan nyawa Guru?"Xuan Li tetap diam, tidak merasa perlu membela diri. Baginya, pertikaian ini hanyalah urusan internal keluarga Feng.Feng Rui mengepalkan tangannya. "Jika bukan karena dia, Guru mungkin sudah tidak ada sekarang. Apa kau masih ingin mempertanyakan keputusanku?"Suasana di ruangan itu semakin menegang. Mata Feng Han berkilat, tapi sebelum ia bisa men
Xuan Li mengikuti pemuda berjubah hitam melewati jalanan Kota Seribu Lilin yang semakin lengang. Mereka berhenti di depan sebuah kediaman megah. Plakat besar tergantung di atas gerbang utama, dengan huruf emas yang bertuliskan Paviliun Bintang.Dari luar, bangunan ini tampak seperti kediaman keluarga terpandang. Namun, saat mereka melangkah masuk setelah penjaga membukakan pintu, Xuan Li segera menyadari sesuatu yang berbeda. Aroma obat-obatan bercampur dengan hawa gelap yang samar, membentuk atmosfer yang tidak lazim."Aku yang membawamu dan bertanggung jawab sepenuhnya atasmu. Jangan pedulikan ucapan orang lain," bisik pemuda itu tanpa menoleh. Setelah beberapa langkah, ia menambahkan, "Oh, iya. Siapa namamu?""Wu Yu," jawab Xuan Li singkat.Pemuda itu menoleh dan tersenyum tipis. "Panggil aku Feng Rui."Xuan Li hanya mengangguk kecil. Ia tidak tertarik dengan basa-basi yang tidak perlu.Mereka berjalan semakin dalam ke dalam kediaman. Cahaya lentera di sepanjang lorong mulai redup