"Desa ini harus tetap aman."Lin Gong berbicara dengan nada yang berat namun tulus. Xuan Li berdiri diam, memandang makhluk setengah naga di hadapannya. Ada kehangatan samar di balik tatapan Lin Gong, sebuah pengabdian yang tak pernah Xuan Li sangka akan ia temukan di makhluk yang telah dikurung selama berabad-abad.“Jadi... selama ini kau tetap melindungi desa ini, bahkan ketika mereka menganggapmu monster,” gumam Xuan Li pelan, nyaris seperti berbicara pada dirinya sendiri.Lin Gong hanya mengangguk perlahan. “Mereka adalah keturunanku,” katanya, suaranya rendah namun menggema. “Aku tidak akan membiarkan desa ini hancur, bahkan jika mereka tidak lagi mengenal siapa aku sebenarnya.”Kata-kata itu membuat dada Xuan Li sesak. Sejenak ia memejamkan mata, membiarkan pikirannya melayang pada dilema yang tengah dihadapinya. Apakah benar bijaksana membebaskan Lin Gong? Di satu sisi, ia adalah makhluk yang pernah dianggap ancaman. Namun di sisi lain, ketulusan yang terpancar dari dirinya t
Ketika riuh suara penduduk desa perlahan menghilang, Xuan Li melangkah maju. Dengan tubuh yang masih terasa lelah, ia menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. Di hadapannya, puluhan pasang mata menatap penuh tanda tanya, bercampur kekhawatiran dan ketidakpercayaan.“Saya ingin menyampaikan sesuatu,” kata Xuan Li, suaranya tenang namun terdengar jelas di tengah keheningan. Ia berhenti sejenak, memandang penduduk desa satu per satu. “Saya meminta maaf atas keputusan yang telah saya ambil tanpa meminta pendapat kalian terlebih dahulu.”Kata-katanya langsung memicu bisik-bisik di antara kerumunan.“Apa yang dia maksud?” tanya seorang pria tua kepada tetangganya.“Saya telah membebaskan makhluk yang selama ini dikurung di sumur tua itu,” lanjut Xuan Li tanpa ragu. “Saya tahu apa yang saya lakukan ini mungkin menimbulkan banyak pertanyaan, bahkan kemarahan. Jika kalian merasa dirugikan, saya siap bertanggung jawab.”Bisikan semakin keras. Beberapa penduduk terlihat ket
Saat matahari perlahan tenggelam di cakrawala, Xuan Li berjalan mendekati Zhao Yun dan Liu Ying yang berdiri di pintu gerbang desa. Udara sore terasa sejuk, membawa aroma tanah lembap dan bunga liar. Mata mereka penuh haru, menyadari bahwa tamu yang telah menjadi bagian dari kehidupan desa itu akan pergi.“Ini untuk kalian,” ujar Xuan Li sambil menyerahkan sekantong kecil uang. Cahaya jingga dari matahari senja memantulkan kilauan dari logam perak yang ada di dalamnya.“Tuan Wu Yu, ini terlalu banyak,” kata Liu Ying, suara wanita itu penuh rasa terima kasih bercampur penolakan. “Kami tidak bisa menerimanya.”“Tolong terima,” kata Xuan Li dengan lembut namun tegas. “Anggap ini sebagai ungkapan terima kasihku. Aku berutang banyak pada kalian.”Zhao Yun mengangguk pelan, menerima kantong itu dengan kedua tangan. “Terima kasih, Tuan Wu Yu. Desa ini tak akan pernah melupakan kebaikanmu.”Xuan Li hanya tersenyum kecil, lalu menunduk hormat sebelum membalikkan tubuhnya. Meski berat meninggal
Yan Yue dan Lin Gong akhirnya menghentikan perkelahian mereka setelah mendengar teriakan penuh energi spiritual dari Xuan Li. Mereka melayang turun dengan anggun, tetapi suasana tetap tegang. Keduanya saling melirik tajam, seperti dua anak kecil yang bersikeras tak mau mengalah. Lin Gong mengangkat dagunya dengan sikap arogan, sementara Yan Yue memalingkan wajahnya, menunjukkan ketidaksukaan yang jelas.Xuan Li, yang berdiri di antara mereka, hanya bisa menghela napas panjang. Ia menyadari bahwa pertengkaran itu tak akan selesai jika salah satu dari mereka tidak mengambil inisiatif untuk berdamai. Dengan tenang, ia merogoh sakunya dan mengeluarkan pil darah beracun yang menjadi penyebab semua ini. Cahaya kehijauan dari pil itu bersinar redup di bawah sinar bulan, memancarkan aura dingin yang bertolak belakang dengan kehebohan sebelumnya."Yan Yue," kata Xuan Li dengan suara tenang namun tegas. Ia mengangkat pil itu, membuat mata Yan Yue langsung terpaku pada benda kecil tersebut. "I
Udara semakin panas, seperti api tak terlihat yang menyelimuti Xuan Li dan Lin Gong. Tanah di bawah kaki mereka mulai mengering dan retak, seolah-olah terbakar oleh suhu yang meningkat drastis. Hawa panas itu terasa menekan, membuat siapa pun yang lemah mungkin akan jatuh berlutut hanya untuk bernapas.Xuan Li menyipitkan matanya, pandangannya tertuju ke kejauhan."Ada sesuatu di sana," gumamnya pelan, nadanya penuh kewaspadaan.Sementara itu, Lin Gong terlihat gelisah. Naluri naga di dalam dirinya seperti berteriak, memintanya untuk menyelidiki. Mata peraknya memantulkan kilauan cahaya saat ia mendongak ke langit yang tiba-tiba diwarnai oleh ledakan energi. Di kejauhan, dua bayangan besar terlihat bertarung sengit, menciptakan gelombang energi yang mengguncang udara dan menggugurkan dedaunan di sekitar mereka.“Ini bukan sembarang pertempuran,” ujar Lin Gong, nadanya penuh antusiasme. “Aku harus tahu apa yang terjadi!”Sebelum Xuan Li sempat mencegahnya, Lin Gong sudah berubah ke be
Langkah Lin Gong terlihat ringan, hampir melompat-lompat seperti kijang kecil yang baru dilepas ke padang rumput. Rambutnya yang panjang sedikit berantakan oleh angin, namun ia sama sekali tak peduli. Matanya berbinar penuh antusiasme, menyapu setiap sudut hutan yang mereka lalui. Bau dedaunan basah bercampur aroma tanah menyegarkan penciumannya, namun perhatian Lin Gong terfokus pada aura samar yang terasa familiar.“Kita semakin dekat! Aku bisa merasakannya!” seru Lin Gong, suaranya menggema di antara pepohonan. “Wu Yu, kau harus percaya instingku kali ini!”Xuan Li, yang berjalan beberapa langkah di belakangnya, tidak menanggapi. Pandangannya tetap tenang, hampir malas, meski matanya sesekali menyapu sekitar dengan waspada. Ia bukan tipe yang mudah terbawa suasana seperti Lin Gong. Bagi Xuan Li, tindakan berlebihan seperti itu hanya membuang-buang energi.“Jika kau salah lagi, aku tidak akan segan meninggalkanmu,” gumam Xuan Li datar. Namun, ia tetap mengikutinya.Tiba-tiba, langk
Keheningan yang sebelumnya menyelimuti hutan tiba-tiba terpecah ketika tanah bergetar hebat. Xuan Li, yang berdiri tegak di tepi formasi larangan, segera menyadari ancaman besar yang mendekat.Matanya yang tajam menatap ke arah deretan pepohonan, sementara di belakangnya Lin Gong sibuk memurnikan telur naga lima warna.“Jadi ini masalah yang datang,” gumam Xuan Li pelan namun tegas.Hembusan angin membawa aroma petir yang membakar udara, tanda kehadiran binatang roh dengan kekuatan luar biasa. Dari balik pepohonan, sesosok makhluk besar muncul. Wujudnya perpaduan antara kuda gagah dan harimau buas, dengan surai yang memancarkan kilatan petir.Bulu tubuhnya dihiasi garis-garis hitam dan oranye, tampak seperti api yang hidup, sementara matanya yang biru terang memancarkan ancaman mematikan. Makhluk itu menatap formasi larangan yang melindungi Lin Gong, mengeluarkan raungan rendah yang menggetarkan udara.Tanpa peringatan, ia melancarkan semburan energi bercampur petir, menghantam formas
Saat aroma manis bunga persik semakin memenuhi udara, wanita itu mendekat perlahan, setiap langkahnya seolah membawa aliran energi yang menggoda. Gaunnya yang tipis berwarna merah muda melambai lembut, menonjolkan lekuk tubuhnya yang sempurna. Xuan Li bisa merasakan hawa panas yang samar menyelinap di balik setiap gerakan wanita itu.Wanita itu berhenti tepat di hadapannya, jarak mereka hanya sejengkal. Matanya yang seperti bulan sabit menatap dalam ke mata Xuan Li, penuh dengan daya tarik yang menantang. Tangannya yang lentik bergerak, menyentuh pelan ujung pedang Xuan Li dengan jari telunjuknya."Pedang yang tajam... tapi, apakah kau tahu cara menggunakannya dengan benar?" katanya, suaranya rendah, hampir seperti bisikan yang memikat.Xuan Li tidak tergerak, meskipun pikirannya sempat terguncang sesaat. Ia menarik napas dalam-dalam, menenangkan aliran energinya yang sedikit bergetar.“Jika kau mencari kelemahanku dengan cara ini, kau akan kecewa,” balasnya dingin. Namun, pandanganny
Feng Rui menghentikan langkahnya beberapa meter dari Xuan Li. Matanya menyapu ke sekeliling."Kau yang melakukan semua ini?" tanyanya dengan nada datar.Xuan Li tidak menjawab. Tatapannya tetap tenang, seolah kehadiran orang-orang ini sama sekali tidak penting baginya.Sang pembesar kerajaan, Menteri Wei, tersenyum tipis dan melangkah maju."Aku adalah Menteri Wei dari Kerajaan Naga Bumi," katanya dengan nada ramah tetapi tetap penuh kehormatan. "Kami telah melacak kelompok perampok makam kuno ini selama berminggu-minggu, tetapi tampaknya kau sudah menyelesaikan semuanya lebih cepat dari kami."Xuan Li tetap diam, membiarkan mereka melanjutkan pembicaraan.Menteri Wei menatapnya penuh minat sebelum akhirnya berkata, "Tuan Muda, kemampuanmu luar biasa. Aku tidak tahu siapa dirimu, tetapi Kerajaan Naga Bumi selalu menghargai individu berbakat. Bagaimana jika kau ikut ke istana? Yang Mulia pasti ingin bertemu denganmu."Suasana menjadi hening.Di belakang Menteri Wei, beberapa orang dari
Seorang pria dengan jubah gelap berdiri di barisan depan, Feng Han, salah satu anggota berpengaruh dalam kelompok perampok itu.Meskipun dikelilingi oleh musuh dengan tingkat kultivasi menengah hingga kelahiran jiwa, Xuan Li tetap berdiri tanpa gentar. Dia memandang mereka dengan tenang, seolah jumlah mereka yang banyak hanyalah angka tanpa makna.Di dunia kultivasi, jumlah bukanlah faktor penentu kemenangan. Yang menentukan adalah kualitas kekuatan dan kecerdikan dalam bertarung."Sudah lama aku tidak menggunakan teknik ini," gumam Xuan Li dalam hati.Di hadapannya, para perampok bersiap menyerang, beberapa menghunuskan senjata spiritual mereka yang memancarkan aura tajam. Xuan Li bisa merasakan energi mereka, kuat tetapi tidak cukup untuk mengancamnya.Alih-alih bertarung dengan serangan fisik, Xuan Li memilih cara yang lebih efisien.Dia perlahan mengangkat satu tangan, dan seketika energi spiritual mengalir keluar, membentuk riak tak kasat mata yang menyelimuti area itu.Teknik Pe
Mayat para prajurit bergelimpangan, tubuh mereka tertusuk, terkoyak, atau hangus terbakar. Bau besi dari darah yang masih hangat bercampur dengan asap dari reruntuhan yang terbakar, memenuhi udara.Xuan Li berdiri di antara kehancuran itu tanpa ekspresi. Matanya menatap dingin, tak ada sedikit pun emosi dalam sorotnya. Baginya, ini hanya pemandangan biasa, sebuah pertunjukan brutal di dunia kultivasi di mana yang kuat memangsa yang lemah.Prajurit terakhir merangkak dengan sisa tenaganya, darah menetes dari sudut bibirnya. Tangannya berusaha meraih pedang yang jatuh tak jauh darinya, tetapi sebelum jari-jarinya menyentuhnya, sepatu pria berjubah hitam menginjak punggung tangannya."Kuharap kau tahu bahwa keberadaanmu tidak lebih dari sekadar debu di jalan."Suara berat pria itu terdengar dingin sebelum ia mengangkat kakinya dan menghempaskan tubuh prajurit itu dengan satu tendangan keras. Jeritan singkat terdengar sebelum tubuh itu menghantam dinding dan diam selamanya.Xuan Li hanya
Seorang prajurit melangkah maju, ekspresinya mulai menunjukkan ketidaksabaran."Orang yang tidak bersalah tidak akan takut untuk menunjukkan siapa dirinya," katanya, suaranya tajam dan penuh keyakinan.Xuan Li menyipitkan mata, sorot matanya sedingin bilah pedang."Dan orang yang benar-benar mencari tersangka tidak akan sembarangan menuduh setiap orang yang lewat," balasnya, suaranya tetap tenang, namun mengandung ketajaman yang membuat lawan bicara terdiam sejenak.Prajurit itu mengernyit, tetapi tetap pada pendiriannya."Ikut kami. Ini hanya pemeriksaan rutin."Namun, nada suaranya jelas mengisyaratkan bahwa ini lebih dari sekadar pemeriksaan biasa.Xuan Li tetap berdiri di tempatnya. Suasana seketika menegang. Para prajurit mulai menggenggam senjata mereka lebih erat, dan orang-orang yang masih berada di sekitar segera menjauh, enggan terlibat dalam konfrontasi yang tampaknya tak terelakkan.Akhirnya, Xuan Li menghela napas perlahan."Baiklah," katanya ringan. "Tapi jangan sampai k
"Tak ada yang bisa membukanya, tapi tetap diperebutkan... Menarik."Xuan Li menyandarkan punggungnya ke kursi, tatapannya tetap tenang di tengah riuhnya pelelangan. Ia menangkap percakapan lirih di belakangnya.“Kau lihat itu? Artefak itu muncul lagi.”“Hah, ini sudah ketiga kalinya dalam setahun! Siapa pun yang membelinya pasti akan kecewa.”“Dengar-dengar, segelnya menggunakan formasi larangan tingkat tinggi. Tak ada satu pun ahli formasi atau tetua sekte yang berhasil membukanya. Aku yakin benda itu akan muncul lagi di pelelangan Kota Bintang dalam beberapa hari ke depan.”Xuan Li menyipitkan matanya, sudut bibirnya melengkung samar. 'Jadi benda itu hanya berpindah tangan tanpa pernah benar-benar dimiliki...'Pelelangan terus berlanjut, tapi pikirannya tetap tertuju pada artefak itu. 'Jika benar tak ada yang bisa membukanya, mengapa benda itu terus dilelang? Apakah ini hanya strategi pelelangan, atau ada sesuatu yang lebih dalam?'Pandangan matanya melirik sekilas ke pria berambut
'Apakah dia sudah pergi? Atau hanya bersembunyi lebih dalam?'Xuan Li tidak gegabah. Ia menunggu beberapa saat, merasakan aliran energi di sekitarnya, namun tidak ada tanda-tanda bahaya yang tersisa. Setelah memastikan situasi aman, ia melanjutkan langkahnya kembali ke penginapan.Begitu tiba di kamarnya, tanpa ragu ia membentuk segel formasi penghalang. Cahaya redup berpendar di udara, membentuk lapisan perlindungan tak kasatmata yang akan memperingatkannya jika ada penyusup.Xuan Li tidak ingin terganggu lagi.Dengan tenang, ia duduk bersila dan mulai berkultivasi.Saat fajar menyingsing, Xuan Li membuka matanya. Energi spiritual yang ia serap semalaman terasa mengalir stabil dalam tubuhnya, sedikit memperkuat fondasi kultivasinya.Tanpa membuang waktu, ia segera bersiap menuju pelelangan di tengah kota. Jika tidak ada yang menarik perhatiannya di sana, ia akan kembali ke gua persembunyiannya dan membatalkan rencananya menuju Kota Bintang.Jalanan sudah ramai saat ia melangkah kelua
"Keluar." Suara Xuan Li terdengar datar, tetapi ada ancaman tersembunyi di dalamnya.Tak ada jawaban.Namun, udara di sekitarnya berubah. Dingin yang awalnya menggigit kini terasa seperti belati yang menyelinap ke dalam tulang. Embun di dedaunan membeku dalam sekejap, lapisan es tipis mulai menutupi tanah.Dari balik kabut yang berputar, sesosok bayangan melangkah maju.Jubah biru tua membalut tubuhnya, tudungnya rendah, menyembunyikan sebagian besar wajahnya. Sepasang mata dingin menatap tanpa ekspresi, seperti pemangsa yang mengamati buruannya.Tidak ada sapaan. Tidak ada peringatan.Pria itu mengangkat tangannya.Udara berhenti bergerak.Kristal-kristal es muncul dari ketiadaan, melayang di udara seperti bilah pisau yang siap menebas. Dalam sekejap, mereka meluncur ke arah Xuan Li, tajam dan mematikan.Xuan Li melangkah ke samping, menghindari serangan pertama. Beberapa pecahan es masih mengarah ke titik vitalnya, tetapi telapak tangannya yang dilapisi api spiritual membakar mereka
Feng Rui segera melangkah ke depan, berdiri di antara Xuan Li dan pria yang baru saja muncul. Sorot matanya tajam, menunjukkan bahwa ia sudah memperkirakan situasi ini sejak awal."Kakak Feng Han," kata Feng Rui dengan suara tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas dalam nadanya. "Aku membawa tamu, dan Guru sendiri sudah membenarkan kehadirannya."Pria bernama Feng Han itu menyipitkan mata, tatapannya menyapu Xuan Li dari kepala hingga kaki. Sikapnya penuh waspada, seakan masih meragukan keputusan adik sepupunya."Tamu, katamu?" Feng Han mendengus pelan. "Jangan bilang dia orang luar yang kau undang untuk bermain-main dengan nyawa Guru?"Xuan Li tetap diam, tidak merasa perlu membela diri. Baginya, pertikaian ini hanyalah urusan internal keluarga Feng.Feng Rui mengepalkan tangannya. "Jika bukan karena dia, Guru mungkin sudah tidak ada sekarang. Apa kau masih ingin mempertanyakan keputusanku?"Suasana di ruangan itu semakin menegang. Mata Feng Han berkilat, tapi sebelum ia bisa men
Xuan Li mengikuti pemuda berjubah hitam melewati jalanan Kota Seribu Lilin yang semakin lengang. Mereka berhenti di depan sebuah kediaman megah. Plakat besar tergantung di atas gerbang utama, dengan huruf emas yang bertuliskan Paviliun Bintang.Dari luar, bangunan ini tampak seperti kediaman keluarga terpandang. Namun, saat mereka melangkah masuk setelah penjaga membukakan pintu, Xuan Li segera menyadari sesuatu yang berbeda. Aroma obat-obatan bercampur dengan hawa gelap yang samar, membentuk atmosfer yang tidak lazim."Aku yang membawamu dan bertanggung jawab sepenuhnya atasmu. Jangan pedulikan ucapan orang lain," bisik pemuda itu tanpa menoleh. Setelah beberapa langkah, ia menambahkan, "Oh, iya. Siapa namamu?""Wu Yu," jawab Xuan Li singkat.Pemuda itu menoleh dan tersenyum tipis. "Panggil aku Feng Rui."Xuan Li hanya mengangguk kecil. Ia tidak tertarik dengan basa-basi yang tidak perlu.Mereka berjalan semakin dalam ke dalam kediaman. Cahaya lentera di sepanjang lorong mulai redup