แชร์

Chapter 106

ผู้เขียน: MISTERIOUS
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-16 16:44:42

Pagi itu, hawa dingin menyelinap di antara celah-celah batu yang membentuk lorong-lorong sempit markas Alam Bayangan. Xuan Li melangkah keluar dari kamarnya dengan ragu.

Langkah kakinya yang ringan berhenti ketika suara-suara keras terdengar dari aula utama. Ia mendengar seruan, diselingi nada marah dan ejekan. Dengan hati-hati, ia mendekat, membiarkan dinding menyamarkan kehadirannya.

“Jiang Wei! Kau pikir kami ini bodoh?” suara seorang pria menggema, diikuti oleh suara benda yang dilemparkan ke lantai dengan keras. “Gulungan pengendalian jiwa ini kosong! Tidak ada pola spiritual ataupun jejak sihir di dalamnya!”

“Tidak mungkin!” Jiang Wei membela diri, suaranya serak. “Aku mendapatkan gulungan itu langsung dari Sekte Pilar Langit. Mereka pasti...”

“Cukup dengan kebohonganmu!” suara wanita lain memotong dengan dingin, seperti pisau yang mengiris tanpa belas kasihan. “Kau sudah mencoreng nama Alam Bayangan. Hukuman adalah satu-satunya jawaban.”

Xuan Li berdiri di balik sebuah pilar, m
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
makin misterius
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 107

    Jejak kehadiran menghilang. Xuan Li tetap berjaga-jaga, matanya menyapu bayangan-bayangan di sekelilingnya. Ia tahu, hutan ini menyimpan bahaya yang lebih besar daripada sekadar binatang liar.“Tidak ada yang benar-benar aman di tempat seperti ini,” pikirnya. Ia kembali melangkah perlahan, mengikuti jalur setapak yang samar, hingga suara gaduh mendadak menarik perhatiannya.Suara denting logam, teriakan, dan ledakan energi spiritual memecah keheningan hutan. Xuan Li berhenti sejenak, mempertajam inderanya. Dengan gerakan cepat, ia melompat ke dahan pohon terdekat dan bergerak ke arah suara itu, menyelinap di antara bayangan tanpa menimbulkan suara sedikit pun.Pemandangan yang terbuka di hadapannya membuat alisnya berkerut. Sebuah kereta tandu besar dengan tirai merah yang dihiasi pola naga emas berdiri di tengah jalan. Tiga kelompok manusia terlibat dalam pertempuran sengit.Kelompok pertama adalah para pengawal yang mengenakan zirah merah keemasan dengan rune yang bercahaya samar.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-17
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 108

    "Tunggu!" panggil wanita itu.Langkah Xuan Li terhenti. Ia tidak menoleh, hanya mendengarkan tanpa memberikan respon apa pun."Aku harus pergi," ucapnya sesaat kemudian. "Misiku... belum selesai."Saat ia berbalik, matanya bertemu dengan tatapan wanita itu, campuran antara kebingungan dan keingintahuan."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Wanita itu melangkah maju. "Namaku Liang Xue."Sejenak Xuan Li tidak menjawab. Ia menatap wanita itu dengan ekspresi datar, mencoba mencari makna dari perasaan aneh yang muncul di hatinya."Wu Yu," jawabnya singkat, menyebutkan nama samaran yang telah ia gunakan selama ini. Tanpa menunggu tanggapan lebih lanjut, ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Liang Xue yang masih terdiam di tempatnya."Wu Yu..." Liang Xue mengulang nama itu dengan pelan, seperti mencoba mengukirnya dalam ingatan.Ketika melihat Xuan Li pergi, sebuah perasaan aneh menyelimuti hatinya, sebuah kehampaan yang tak bisa ia jelaskan. Ada sesuatu tentang pria itu yang te

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-17
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 109

    Tuan Muda Huo membawa Xuan Li keluar dari gedung opera menuju sebuah meja yang telah disiapkan untuk permainan dadu. Meja itu terletak di ruang terbuka, dikelilingi kerumunan orang yang tampak antusias.Beberapa bersorak, sementara yang lain berbisik-bisik, menduga siapa yang akan menang dalam taruhan tersebut.Xuan Li mengambil tempat duduknya dengan tenang, wajahnya tetap datar tanpa emosi. Sementara itu, Tuan Muda Huo menyeringai penuh percaya diri, meyakini bahwa kemenangan sudah pasti berada di tangannya.“Siapkan dirimu, pengemis lusuh,” ejek Tuan Muda Huo. “Aku akan memastikan kau tidak akan berani lagi mengangkat wajahmu.”Xuan Li tidak menanggapi provokasi itu. Ia melirik ke arah seorang pria yang ditugaskan sebagai pelempar dadu, seorang bandar lokal yang netral dan dipercaya untuk memastikan permainan berjalan adil.Bandar itu mengambil dadu di depannya dan melemparkannya ke udara, gerakannya cepat namun terkontrol.Ketika dadu pertama kali dilempar, suasana di sekeliling m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-17
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 110

    Jing Yue melambaikan tangan, memerintahkan para pengawalnya untuk berhenti.“Kita istirahat di sini sebentar. Turun dan bersiaplah,” perintahnya. Para pengawal segera menuruti, menambatkan kuda-kuda mereka di pohon terdekat. Jing Yue menoleh ke Xuan Li, yang tetap berdiri tenang di sisinya. “Sepertinya kedai ini cukup luas."Xuan Li mengangguk ringan, mengikuti langkah Jing Yue menuju kedai sederhana di pinggir jalan. Bau sup panas dan aroma teh melati yang segar menyambut mereka begitu memasuki ruangan. Kedai itu dipenuhi orang, sebagian besar adalah pedagang dan kultivator tingkat rendah. Jing Yue memilih meja di sudut ruangan, jauh dari keramaian.Setelah memesan teh dan beberapa makanan ringan, Jing Yue menatap Xuan Li dengan senyuman tipis. “Jadi, apa rencanamu di kota ini?” tanyanya dengan nada santai, tetapi mata tajamnya mengamati reaksi Xuan Li.Xuan Li, yang menyembunyikan banyak rahasia di balik identitasnya sebagai Wu Yu, tahu betul bahwa ia tidak bisa berbicara semba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-17
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 111

    Setelah menyelesaikan tahap pertama, Xuan Li kembali ke tempat duduknya, disambut oleh senyuman puas Jing Yue. Namun, suasana hatinya jauh dari tenang.Mutiara Hitam... mengapa Song Huan mengeluarkan benda itu sebagai hadiah? pikir Xuan Li sambil mencuri pandang ke arah sang raja. Sorot mata Song Huan terlihat penuh perhitungan, seperti seseorang yang sedang menunggu sesuatu terjadi.“Kau melakukannya dengan baik,” ujar Jing Yue. “Tapi tahap pertama hanyalah pemanasan. Tahap kedua biasanya lebih sulit.”“Apa yang kau ketahui tentang kompetisi ini?” Xuan Li bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari panggung.Jing Yue menyandarkan tubuhnya dengan santai. “Tidak banyak. Aturannya sering berubah, tergantung pada kehendak raja. Tapi biasanya, semakin jauh kau melangkah, semakin berbahaya ujiannya.”Kata-kata itu membuat Xuan Li semakin siaga. Song Huan pasti punya alasan tertentu mengadakan kompetisi ini, dan itu bukan hanya untuk hiburan.Beberapa saat kemudian, tahap kedua dimulai. Kali

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 112

    Setelah melalui lorong terakhir, ia tiba di sebuah ruangan terbuka. Ruangan itu luas dan kosong, kecuali sosok seorang pria yang berdiri di tengahnya. Pria berjubah hitam dengan tudung rendah itu tampak diam, tetapi aura yang menguar dari tubuhnya begitu menekan, membuat udara terasa berat.Mata Xuan Li menyipit. Ia mengenali aura itu. "Aura ini... Sama seperti aura milik Gu Feng." Gumamannya nyaris tak terdengar, tetapi detak jantungnya sedikit meningkat. Ia tahu pria itu bukan orang biasa.Ia tidak mendekat. Hanya berdiri di ambang pintu, mengamati sosok misterius itu dengan dingin. Pikirannya berputar cepat. Kerajaan Sungai Muda... Apa hubungannya dengan Kekaisaran Neraka Jingga? Kompetisi ini sejak awal memang terasa mencurigakan.Pria itu perlahan mengangkat tangan kanannya. Xuan Li memperhatikan dengan seksama. Di atas telapak tangannya melayang sebuah mutiara berwarna hitam pekat, memancarkan kilau gelap yang tampak hidup. Dan saat itulah Xuan Li merasakannya. Ada sesuatu yan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 113

    Tarikan dari Mutiara Hitam semakin menggila. Energi gelapnya menjalar seperti ular berbisa, melilit tubuh Xuan Li yang terangkat ke udara. Kegelapan itu begitu pekat, terasa dingin sekaligus menyakitkan, seakan meremas setiap inci tubuh Xuan Li. Napasnya tersengal, tubuhnya tak lagi bisa digerakkan, dan pandangannya mulai kabur."Tidak! Aku belum selesai di sini!" teriaknya dalam hati. Namun, sekeras apa pun ia melawan, energi kegelapan itu terus menekan, memakan sisa kekuatannya.Dalam keputusasaan, ia merasakan kesadarannya terpecah. Ia jatuh ke dalam lautan pikirannya sendiri, gelap, hening, dan tak bertepi. Di sana, sosok lain muncul, berdiri di atas permukaan air hitam yang tenang namun berbahaya.“Wu Hei,” Xuan Li memanggil dengan nada datar, meski dalam dirinya bergolak amarah dan keputusasaan. “Jika aku mati, kau juga akan lenyap. Kau tahu itu, bukan?”Wu Hei, jiwa gelap yang menjadi bagian dari Tubuh Giok milik Xuan Li, menyeringai dengan angkuh. Matanya yang gelap memancar

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 114

    Istana Kerajaan Sungai Muda berdiri di ambang kehancuran. Pilar-pilar megah yang pernah menjadi simbol kekuatan kerajaan kini roboh, berserakan di atas lantai yang retak. Bau darah dan debu bercampur, menyesakkan udara. Keheningan yang aneh menyelimuti aula pertarungan yang telah rata dengan tanah.Xuan Li berdiri di tengah kehancuran itu, tubuhnya terasa berat setelah semua yang terjadi. Matanya yang tajam menyapu ke sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan di antara kehancuran. Tetapi yang terlihat hanyalah mayat-mayat yang tergeletak kaku dengan ekspresi ketakutan yang masih membekas di wajah mereka.“Ini bukan hanya kehancuran fisik…” gumam Xuan Li pelan.Dari kejauhan, terdengar sayup-sayup suara tangisan, rintihan, dan jeritan frustasi. Suara-suara itu terasa seperti hantaman emosional, mengingatkannya bahwa di balik kehancuran ini, masih ada jiwa-jiwa yang bertahan. Xuan Li segera memusatkan perhatiannya pada hawa kehidupan yang lemah namun masih ada di sekitar."Aku tidak b

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-01-18

บทล่าสุด

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 379

    Xuan Li terbang di ketinggian rendah, di sekelilingnya hanya tanah retak dan sunyi. Tak ada angin, tak ada suara makhluk hidup, seolah dunia di tempat ini sudah lama mati.Tapi ia tidak peduli. Ia fokus mengikuti sisa simpul energi terakhir dari Alam Bayangan.Setelah beberapa li, medan berubah. Tanah gersang berganti menjadi bukit-bukit batu. Tumbuhan mulai muncul, kering, namun hidup. Tempat ini tampak lebih normal dibanding lembah kematian atau sungai darah yang ia lewati sebelumnya. Tapi Xuan Li tidak lengah. Alam Bayangan dikenal suka menyembunyikan bahaya di balik ilusi ketenangan.Tiba-tiba, tubuhnya berhenti.Ia merasakan hawa manusia.Seseorang mendekat.Xuan Li menoleh dan matanya menyipit. “Mo Xiang?”Laki-laki itu berdiri kaku beberapa langkah di depannya, wajahnya seputih abu. Tubuh kurusnya diselimuti jubah hitam, dan mata yang pernah bersinar ramah itu kini penuh kecemasan.“Wu Yu...?” bisiknya, setengah tak percaya.Sebelum Xuan Li sempat menjawab, Mo Xiang bergerak c

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 378

    Xuan Li menoleh pada Pemimpin Tanah Jiva yang berdiri tidak jauh darinya. Kini dengan tubuh muda dan vitalitas yang pulih, sang pemimpin tampak jauh berbeda dari sebelumnya.“Aku harus pergi,” kata Xuan Li singkat.Pemimpin mengangguk. “Kami berutang banyak padamu. Jika suatu saat kau kembali, tanah ini akan menyambutmu.”Pengawas Ji yang berdiri di sisi kanan sang pemimpin menunduk hormat. Tidak ada pertanyaan, tidak ada permintaan.Xuan Li berjalan melewati jajaran para tetua yang membungkuk di sisi jalan berbatu menuju gerbang. Tidak ada satu pun yang berani mengangkat kepala.Namun gerbang di depannya bukanlah gerbang tempat ia masuk sebelumnya.“Kami tidak membiarkan tamu istimewa keluar dari pintu kematian,” ujar Pengawas Ji seraya menunjuk jalur berlapis formasi ringan yang membelah hutan belantara. “Jalur ini akan membawamu langsung ke perbatasan luar.”Xuan Li tidak menanggapi. Ia hanya mengangguk tipis, lalu melangkah masuk ke lorong cahaya yang terbentuk dari energi spirit

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 377

    Pemimpin Tanah Jiva masih menatap cahaya yang perlahan memudar dari tubuh Xuan Li. Matanya tak berkedip, tubuhnya tegak, namun napasnya tertahan. Sosok armor perempuan langit yang melingkupi Xuan Li belum sepenuhnya sirna, dan getaran auranya masih terasa di tanah, udara, bahkan formasi pelindung wilayah.“Dewi Kultus Suci…” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.Salah satu tetua di belakangnya bergeser gelisah. “Itu… tidak mungkin. Dewi Kultus Suci adalah sosok mitos. Leluhur dari era sebelum era ini. Armor itu...”“Tidak salah,” potong Pemimpin Tanah Jiva pelan, namun tegas. “Aku pernah melihat lukisan armornya dalam gulungan sejarah. Tidak ada keraguan. Itu adalah warisan kekuatan yang diakui oleh langit…”Mata Pemimpin melembut. Tatapannya beralih kepada Xuan Li, kedua tangannya perlahan menarik diri dari wadah giok.Airnya telah tenang.Xuan Li membuka mata. Ekspresinya tak berubah. Datar, penuh kendali. Ia berdiri perlahan dan menatap langsung ke arah sang pemimpin.“Aku tidak

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 376

    Pengawas Ji berjalan melewati gerbang pusaran angin spiritual yang melingkari pusat Tanah Jiva. Di belakangnya, dua wanita paruh baya membawa gulungan emas dan jimat penguat formasi. Wajahnya tenang, namun di dalam pikirannya, kegelisahan mulai tumbuh.Ia memeriksa formasi pelindung Tanah Jiva. Simbol-simbol kuno terpahat di udara, mengambang di atas batu-batu pelindung yang tertanam di tanah. Aliran spiritual yang keluar dari segel tidak menunjukkan tanda kerusakan.“Masih utuh,” gumamnya pelan.Ia memejamkan mata dan menyentuh tanah. Aura lembut naik dari permukaan dan menyatu dengan tubuhnya.“Tidak ada retakan, tidak ada celah. Tapi dia masuk,” katanya lagi. Suaranya mengeras. “Aku harus bicara dengan Yang Mulia.”Di sisi lain, Xuan Li duduk bersila di paviliun selatan. Empat prajurit wanita berdiri mengelilinginya. Mereka tidak menatapnya langsung, namun jelas sikap mereka lebih waspada dibanding sebelumnya.Bisik-bisik dari luar paviliun semakin keras. Bahkan anak-anak perempuan

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 375

    Xuan Li melangkah meninggalkan tempat itu. Energi dari batu transmisi telah memberinya arah yang jelas. Kabut perlahan mulai menipis seiring langkahnya menurun ke lembah yang sunyi. Uap dari tanah masih sesekali muncul, tetapi kini tak lagi mampu menembus lautan kesadarannya.Setelah berjalan sekitar lima puluh li, sesuatu berubah.Langkah kakinya tiba-tiba terasa ringan. Udara menjadi hangat. Cahaya menyeruak dari sela-sela pepohonan, bukan cahaya spiritual, melainkan sinar matahari biasa.Kabut lenyap.Begitu ia melewati celah dua batu besar di depannya, dunia di baliknya berbeda. Seolah-olah melangkah keluar dari kelamnya neraka menuju dunia lain.Langit biru cerah. Rumput hijau membentang. Burung-burung berwarna terang terbang di udara. Di kejauhan, gunung-gunung menjulang dengan air terjun yang jatuh seperti benang perak. Bunga-bunga mekar tanpa musim.Ini terlalu indah.Xuan Li berhenti sejenak. Matanya menyipit. Dia menyentuh tanah, memeriksa aliran spiritual.“Ini bukan ilus

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 374

    Kabut yang menyelimuti daerah ini jauh lebih tebal dibanding wilayah altar sebelumnya. Cahaya spiritual matahari pun tidak bisa menembusnya. Langit dan bumi seperti menyatu dalam kelabu yang membungkam segalanya.Tak ada angin.Tak ada suara.Tak ada kehidupan.Xuan Li terus berjalan.Aura kehidupannya menyala samar di tengah kesunyian itu.Namun setelah puluhan li melangkah, aliran spiritual di tubuhnya mulai terasa aneh. Peredaran energi spiritualnya melambat, pikirannya terasa mengambang.Satu langkah...Dua langkah...Tiba-tiba, suara samar muncul di telinganya.“Wu Yu... kenapa kau pergi begitu saja...?”Langkah Xuan Li terhenti.Suara itu... suara perempuan. Lembut. Penuh kesedihan. Terlalu akrab.Ia mengerutkan alis. "Ilusi."Namun langkah berikutnya membawa suara lain. Suara tawa kecil. Suara anak-anak.“Guru, lihat! Aku bisa terbang!”Gigi Xuan Li mengatup. Jemarinya mengepal.Dia tahu benar bahwa itu bukan kenyataan. Orang-orang yang suaranya dia dengar sudah lama tiada atau

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 373

    Kabut belum reda saat altar itu runtuh. Batu-batu spiritual berserakan, pilar-pilar hancur menjadi debu, dan lubang pemrosesan jiwa itu kini tertutup puing-puing. Gelombang energi spiritual yang meledak menghantam para penjaga hitam, melemparkan mereka hingga puluhan langkah. Xuan Li berdiri di kejauhan. Jubahnya berkibar pelan oleh angin spiritual yang masih tersisa dari ledakan. Ia memandang sekeliling. Barisan manusia yang tadinya dikendalikan kini berhenti bergerak. Mereka berdiri kaku di tempat masing-masing, tatapan kosong, tubuh gemetar ringan. Simbol spiritual di belakang kepala mereka masih ada, tapi koneksinya terputus. Mereka seperti wayang tanpa dalang. “Masih belum sadar... tapi sudah tidak terikat,” gumamnya. Namun tak ada waktu untuk merenung. Angin spiritual bergetar. Dari reruntuhan altar, lima penjaga hitam bangkit. Wajah mereka dipenuhi retakan darah, mata kehijauan bersinar tajam. Aura spiritual mereka melonjak, membentuk pusaran energi pekat. “Peny

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 372

    Kabut belum benar-benar hilang ketika Xuan Li berdiri di atas tebing, memandangi reruntuhan lembah yang baru saja ditinggalkannya. Sisa-sisa kabut spiritual masih menyusup di antara batu-batu, namun energi pusat kendali sudah benar-benar menghilang.Ia menutup matanya sejenak. Nafas diatur. Lalu, mata spiritualnya dibuka.Dalam sekejap, dunia berubah. Di balik pemandangan biasa, jaring-jaring tipis spiritual terbentang di udara. Seperti sarang laba-laba yang tak terlihat mata biasa, jalur-jalur itu memancar dari titik-titik tertentu, menjalar ke segala arah.“Ini bukan satu titik. Mereka membangun banyak simpul seperti ini,” pikir Xuan Li.Dia mengikuti aliran salah satu jalur yang tampak lebih kuat dibanding yang lain. Ujungnya mengarah ke utara, menyusuri perbukitan tandus yang dilapisi kabut kelabu.Tanpa berkata apa pun, Xuan Li melompat turun dan mulai bergerak mengikuti jalur itu. Jika satu simpul telah dihancurkan, maka simpul berikutnya harus segera ditemukan.Setengah jam ber

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 371

    Ledakan energi tadi belum sepenuhnya mereda ketika Xuan Li kembali mengambil sikap. Kabut tebal di lembah bergolak, menyelimuti pandangan dan menyamarkan gerakan. Namun, dia tidak bisa membiarkan ketajaman indranya tumpul.Di hadapannya berdiri sosok besar bertopeng besi. Tubuh makhluk itu dilapisi lapisan spiritual hitam pekat, seolah merupakan perpanjangan dari kabut itu sendiri.Ini bukan mayat hidup biasa. Boneka ini memiliki kesadaran.Dan kekuatannya... setara dengan kultivator Formasi Kekosongan puncak.Xuan Li menarik napas pelan, menahan laju amarah dan naluri bertarungnya. Ini bukan pertarungan yang bisa dimenangkan dengan serangan membabi buta.“Makhluk ini... bukan sekadar boneka,” pikirnya. “Ia bisa berpikir. Bisa menyesuaikan taktik. Bahkan mungkin sedang mengukur kekuatanku.”Dari awal, gerakannya tidak sembarangan. Ia menunggu, memancing. Dan sekarang, ia mulai menyerang balik dengan teknik-teknik yang terstruktur.Sebuah pukulan berat meluncur dari arah kiri, menghant

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status