Setelah melalui lorong terakhir, ia tiba di sebuah ruangan terbuka. Ruangan itu luas dan kosong, kecuali sosok seorang pria yang berdiri di tengahnya. Pria berjubah hitam dengan tudung rendah itu tampak diam, tetapi aura yang menguar dari tubuhnya begitu menekan, membuat udara terasa berat.Mata Xuan Li menyipit. Ia mengenali aura itu. "Aura ini... Sama seperti aura milik Gu Feng." Gumamannya nyaris tak terdengar, tetapi detak jantungnya sedikit meningkat. Ia tahu pria itu bukan orang biasa.Ia tidak mendekat. Hanya berdiri di ambang pintu, mengamati sosok misterius itu dengan dingin. Pikirannya berputar cepat. Kerajaan Sungai Muda... Apa hubungannya dengan Kekaisaran Neraka Jingga? Kompetisi ini sejak awal memang terasa mencurigakan.Pria itu perlahan mengangkat tangan kanannya. Xuan Li memperhatikan dengan seksama. Di atas telapak tangannya melayang sebuah mutiara berwarna hitam pekat, memancarkan kilau gelap yang tampak hidup. Dan saat itulah Xuan Li merasakannya. Ada sesuatu yan
Tarikan dari Mutiara Hitam semakin menggila. Energi gelapnya menjalar seperti ular berbisa, melilit tubuh Xuan Li yang terangkat ke udara. Kegelapan itu begitu pekat, terasa dingin sekaligus menyakitkan, seakan meremas setiap inci tubuh Xuan Li. Napasnya tersengal, tubuhnya tak lagi bisa digerakkan, dan pandangannya mulai kabur."Tidak! Aku belum selesai di sini!" teriaknya dalam hati. Namun, sekeras apa pun ia melawan, energi kegelapan itu terus menekan, memakan sisa kekuatannya.Dalam keputusasaan, ia merasakan kesadarannya terpecah. Ia jatuh ke dalam lautan pikirannya sendiri, gelap, hening, dan tak bertepi. Di sana, sosok lain muncul, berdiri di atas permukaan air hitam yang tenang namun berbahaya.“Wu Hei,” Xuan Li memanggil dengan nada datar, meski dalam dirinya bergolak amarah dan keputusasaan. “Jika aku mati, kau juga akan lenyap. Kau tahu itu, bukan?”Wu Hei, jiwa gelap yang menjadi bagian dari Tubuh Giok milik Xuan Li, menyeringai dengan angkuh. Matanya yang gelap memancar
Istana Kerajaan Sungai Muda berdiri di ambang kehancuran. Pilar-pilar megah yang pernah menjadi simbol kekuatan kerajaan kini roboh, berserakan di atas lantai yang retak. Bau darah dan debu bercampur, menyesakkan udara. Keheningan yang aneh menyelimuti aula pertarungan yang telah rata dengan tanah.Xuan Li berdiri di tengah kehancuran itu, tubuhnya terasa berat setelah semua yang terjadi. Matanya yang tajam menyapu ke sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan di antara kehancuran. Tetapi yang terlihat hanyalah mayat-mayat yang tergeletak kaku dengan ekspresi ketakutan yang masih membekas di wajah mereka.“Ini bukan hanya kehancuran fisik…” gumam Xuan Li pelan.Dari kejauhan, terdengar sayup-sayup suara tangisan, rintihan, dan jeritan frustasi. Suara-suara itu terasa seperti hantaman emosional, mengingatkannya bahwa di balik kehancuran ini, masih ada jiwa-jiwa yang bertahan. Xuan Li segera memusatkan perhatiannya pada hawa kehidupan yang lemah namun masih ada di sekitar."Aku tidak b
Kabut tipis menyelimuti reruntuhan istana Kerajaan Sungai Muda. Aroma hangus bercampur dengan bau kematian menciptakan suasana mencekam, seolah tempat itu masih menyimpan jejak tragedi. Di tengah keheningan, bayangan seorang pria muncul dari balik puing-puing. Jubah hitamnya menyatu dengan gelapnya malam, sementara wajahnya tertutup kain yang hanya memperlihatkan sepasang mata tajam.Pria itu berhenti, ia lalu mengangkat tangannya, mulai melafalkan mantra dalam bahasa kuno yang terdengar seperti bisikan roh. Jemarinya menari, membentuk pola-pola rumit di udara, menghidupkan energi spiritual yang berkumpul di sekitarnya.Tak lama kemudian, kabut di udara berputar, membawa jiwa-jiwa orang yang telah tewas dalam kekacauan. Suara lirih mereka bergema, campuran rintihan dan jeritan tertahan, memenuhi udara. Pria itu tersenyum tipis, nyaris tak terlihat di balik penutup wajahnya. Ia mengangkat sebuah bola kristal gelap, lalu dengan satu gerakan tegas, memaksa jiwa-jiwa itu masuk ke dalamn
Xuan Li menatap Yan Yue dengan wajah penuh keraguan. Kata-kata wanita itu menggema dalam pikirannya, membawa rasa tak nyaman yang sulit dijelaskan. Suasana di aula besar istana terasa menekan baginya, meski dihiasi kemewahan.“Bukankah aku sudah meminta waktu tiga tahun?” tanyanya hati-hati.Yan Yue, yang duduk anggun di singgasana megah, memandangnya dengan tatapan tajam yang mampu membuat siapa saja merasa kecil. Jubah ungu gelapnya memantulkan kilauan cahaya dari kristal merah yang menghiasi ruangan.“Aku memberimu tiga tahun,” katanya tegas. “Namun, sisa waktu yang kuberikan, kau akan tetap berada di sini, di istana. Kau tidak akan pergi sampai pil tubuh abadi selesai kau buat.”Mata Xuan Li melebar mendengar perintah itu. Hidup di tempat asing ini, di tengah bangsa Serigala Merah yang aura permusuhannya begitu nyata, membuatnya merasa seperti seekor kelinci yang dikelilingi kawanan serigala lapar.Namun, ia tahu betul bahwa menolak bukanlah pilihan. Jika ia mencoba melawan, Yan Y
Setelah beberapa saat mengatur napas, Xuan Li memutuskan bahwa waktu tidak boleh terbuang sia-sia. Terperangkap di tempat ini selama dua tahun adalah peluang sekaligus ancaman. Jika ia tidak memperkuat dirinya, ia akan menjadi mangsa empuk bagi kekuatan yang mengintainya.Di dalam keheningan kamar, ia mengambil gulungan pengendalian jiwa, artefak berharga yang ia temukan dalam perjalanannya di Sekte Pilar Langit dan dianggap palsu oleh alam bayangan. Gulungan itu tampak penuh dengan pola mantra rumit, menyimpan rahasia tentang cara mengendalikan energi spiritual dan pikiran orang lain.“Teknik ini... jika aku bisa menguasainya, aku mungkin bisa membalikkan situasi dalam dua tahun ke depan,” gumamnya sambil membuka gulungan itu dengan hati-hati.Gulungan itu memancarkan aura dingin dan misterius. Tulisan-tulisan kuno di atasnya tampak hidup, berpendar dalam warna kuning keemasan. Teknik ini dirancang untuk memanfaatkan energi spiritual pengguna, menjadikannya alat untuk memanipulasi
Keesokan paginya, Xuan Li bangun dengan rasa nyeri yang menjalar di sekujur tubuhnya. Setiap otot terasa kaku, seolah menolak bergerak setelah latihan intens semalam. Namun, ia tidak punya waktu untuk bermalas-malasan. Dua tahun di tempat ini adalah tantangan yang harus ia hadapi dengan gigih.Ia mengalihkan pikirannya ke gulungan pengendalian jiwa yang masih tersimpan rapi di dalam cincin dimensinya. Teknik ini adalah harapan sekaligus ancaman bagi dirinya. Dengan memanfaatkan Inti Jiwa yang telah ia ciptakan, ia bisa meningkatkan kontrol terhadap energinya, bahkan mungkin memadukannya dengan pelatihan bangsa Serigala Merah.Xuan Li duduk bersila di lantai kamar, mengatur napas untuk memasuki kondisi meditasi. Ketika ia mulai memusatkan pikirannya pada Inti Jiwa, rasa dingin yang tajam kembali menyebar dari dantiannya. Energi itu seperti pedang bermata dua, memberikan kekuatan tetapi juga ancaman yang terus menghantui.Ia membaca ulang baris berikutnya dalam gulungan. "Langkah kedu
Tidak ada waktu untuk bersantai, meski tubuhnya terasa lelah, pikirannya terus mengulang tujuan utamanya, yaitu menguasai gulungan pengendalian jiwa. Xuan Li duduk di atas lantai untuk bermeditasi.Sebelum melangkah lebih jauh, ia memusatkan energinya untuk memulihkan kekuatan yang terkuras. Dantiannya berdenyut pelan, mengalirkan energi hangat yang menjalar ke seluruh tubuh, mengendurkan otot-otot yang kaku setelah latihan sebelumnya. Sejenak, ia menarik napas panjang, memejamkan mata, lalu perlahan membuka gulungan itu lagi. Kini ia memasuki langkah terakhir, sebuah tantangan yang akan menentukan apakah ia benar-benar mampu memanfaatkan teknik ini dalam pertarungan nyata.Langkah ketiga: Manipulasi jiwa untuk memengaruhi pikiran lawan.Baris itu tertulis dalam huruf keemasan yang melayang di udara. Jika langkah pertama adalah membentuk Inti Jiwa dan langkah kedua menciptakan jaringan kendali, maka langkah ketiga adalah ujian sesungguhnya. Teknik ini tidak hanya melibatkan kekuatan
Xuan Li duduk di tepi gua, menatap cahaya api tungku yang mulai redup. Sisa hawa panas dari malam sebelumnya masih terasa di udara.Ia menoleh ke arah Yan Yue yang masih tertidur, tubuhnya hanya diselimuti pakaian yang setengah terbuka. Napasnya sudah lebih tenang, tapi sesekali tubuhnya masih bergerak gelisah. Efek pil itu mungkin telah mereda, tetapi masalah lain yang lebih besar sedang menunggu saat ia terbangun.Xuan Li menarik napas dalam-dalam."Sebelum Yan Yue terbangun, aku harus melakukan sesuatu. Aku tidak ingin mati muda."Tangannya bergetar sedikit saat ia menghunus belati kecil dari balik lengan jubahnya. Mata emasnya memancarkan sinar dingin saat ia menatap telapak tangan Yan Yue. Dengan hati-hati, ia mengambil ujung belati dan menggores halus kulit putih pucat itu.Setetes darah merah pekat keluar.Tanpa ragu, Xuan Li segera membentuk segel dengan tangannya, mengucapkan mantra kuno dengan suara pelan. Darah itu mulai bersinar samar, menyatu dengan aliran energi yang ia
Xuan Li berdiri di sisi Yan Yue, menatap sosoknya yang masih terbaring dengan napas memburu. Aura merah yang menguar dari tubuhnya terus bergejolak, seperti api yang mencari bahan bakar untuk terus menyala. Kening Xuan Li berkerut. Ia telah mencoba berbagai metode untuk menetralkan efek pil, tetapi sejauh ini semuanya sia-sia.“Aku tidak bisa membiarkannya seperti ini.”Xuan Li mengulurkan telapak tangannya, mencoba menyerap kelebihan energi spiritual dari tubuh Yan Yue dengan tekniknya. Ia mengerahkan kekuatan penyelarasan spiritualnya, namun begitu telapak tangannya bersentuhan dengan aura panas yang mengelilingi Yan Yue, aliran energi itu justru menolak untuk berpindah."Daya tolaknya terlalu kuat… Seakan energi ini menganggap tubuhnya sebagai wadah yang paling cocok."Yan Yue menggeliat dalam tidurnya. Tubuhnya berkeringat deras, bulu-bulu halus di kulitnya tampak berkilauan dalam cahaya api tungku. Ia merintih pelan, suara yang keluar dari bibirnya terdengar seperti panggilan ya
Di Pulau Tujuh Binatang Surgawi,Keheningan menyelimuti seluruh tempat. Yan Yue duduk di atas sebuah batu besar, memandang cakrawala dengan tatapan kosong."Sudah berapa lama aku menunggu di sini?" gumamnya sambil memainkan batu kecil di tangannya. Meskipun wajahnya tetap tenang, raut kebosanan terlihat jelas di matanya.Ia melirik ke arah gua tersembunyi di balik dinding batu. Di dalamnya, Xuan Li tengah sibuk memurnikan pil. Yan Yue tahu bahwa pekerjaan itu tak bisa diganggu, tetapi waktu yang terasa lambat mulai menguji kesabarannya."Dia pasti sedang serius," bisiknya pelan. "Tapi, kenapa harus selama ini?"Di dalam gua, suasananya benar-benar berbeda. Xuan Li duduk bersila di depan tungku alkimia yang memancarkan api biru kehijauan. Matanya tajam dan fokus, mengamati setiap perubahan dalam proses pemurnian. Cairan bercahaya dalam tungku perlahan berubah menjadi bola kecil, memancarkan energi yang semakin kuat."Aku harus memastikan semuanya sempurna," pikirnya. Peluh mengalir di
Liang Xue berusaha mempertahankan ketenangannya meskipun jantungnya berdegup kencang. Wanita berpakaian mewah di hadapannya menatapnya dengan tajam. Ia tahu, satu gerakan yang salah dapat mengungkap identitasnya.Ia melirik peti yang sudah setengah terbuka di sampingnya. Jika ia tidak segera bertindak, keadaannya akan semakin sulit. Sebuah ide muncul di pikirannya. Ide ini cukup berisiko, tetapi ia tidak punya pilihan lain.“Oh tidak! Itu... itu kelabang beracun!” Liang Xue menunjuk ke arah atas peti, suaranya bergetar, menciptakan kesan ketakutan. “Hati-hati!”Wanita itu refleks mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuk Liang Xue. Dalam waktu bersamaan, Liang Xue melepaskan kelabang hitam beracunnya dari dalam jubah. Hewan itu merayap keluar, tampak bergerak lambat tetapi berbahaya.Wanita itu segera bereaksi. “Menjauh!” serunya, melangkah maju untuk melindungi Liang Xue. Dengan satu gerakan cepat, ia menghancurkan kelabang itu menggunakan energi tajam yang dipancarkan dari telap
Liang Xue melompat dari satu pohon ke pohon lain, gerakannya cepat dan nyaris tanpa suara seperti bayangan yang menyelinap di malam gelap. Pikiran tentang percakapan terakhirnya dengan Bing Chuan terus berputar di kepalanya."Dia tahu... tentang energi spiritual itu," pikir Liang Xue, menggigit bibirnya. "Aku harus segera kembali ke markas. Tapi kembali tanpa membawa sesuatu? Para tetua tidak akan melepaskanku begitu saja. Aku harus memiliki alasan yang cukup kuat untuk melindungi diriku."Ia mempercepat langkahnya, melewati hutan yang semakin gelap. Bintang-bintang di langit mulai meredup, tertutup awan gelap yang menggantung seperti pertanda buruk. Tubuhnya bergerak tanpa ragu, meskipun pikirannya penuh dengan rencana.Di perbatasan Kekaisaran Bulan Perak,Liang Xue menghentikan langkahnya di atas pohon tinggi, menatap ke arah sebuah jalan besar di kejauhan. Matanya yang tajam menangkap kereta berhias emas dan perak, dikelilingi oleh puluhan penjaga bersenjata lengkap. Meskipun dari
Xuan Li akhirnya berhasil mengatasi masalah yang muncul selama proses pemurnian pil. Tetesan keringat membasahi dahinya, menggambarkan betapa sulitnya pemurnian ini.Tungku alkimia di hadapannya memancarkan sinar hijau kebiruan, seolah memiliki kehidupannya sendiri. Aroma herbal yang kuat memenuhi ruangan, bercampur dengan hawa panas yang membuat napasnya semakin berat.“Dua bulan…” gumam Xuan Li sambil menyeka keringat di dahinya. “Setidaknya dua bulan untuk menyelesaikan ini. Tidak boleh ada kesalahan lagi.”Tatapannya tak pernah lepas dari tungku alkimia yang memancarkan cahaya redup. Di dalamnya, inti pil yang ia ciptakan mulai terbentuk, bersinar seperti permata yang tertanam di dasar kegelapan. Namun Xuan Li tahu, satu kesalahan kecil saja bisa menghancurkan semuanya.“Ini bukan hanya soal pil,” pikirnya. “Ini adalah soal hidup dan mati… Jika gagal, aku tidak akan punya kesempatan lagi. Yan Yue pasti akan membunuhku.”Ia menarik napas dalam-dalam, memusatkan energinya, lalu kemb
Xuan Li berdiri tegap di hadapan Yan Yue, membiarkan aura kultivasinya mengalir tanpa hambatan. Tingkat Pemurnian Jiwa tahap awal yang baru saja ia capai terasa seperti angin badai yang bergulir perlahan, membawa tekanan berat di sekitar mereka. Matanya yang tajam menatap langsung ke arah Yan Yue, seolah ingin mengatakan bahwa ia kini cukup kuat untuk menjalankan tugasnya.Yan Yue mengangguk pelan, tetapi senyum tipis yang biasa menghiasi wajahnya memudar. Ekspresinya kini serius, dan matanya memancarkan kekhawatiran."Kekuatanmu memang luar biasa," katanya akhirnya, nada suaranya rendah dan hati-hati. "Namun, apakah tubuh giokmu tidak akan menjadi penghalang dalam proses pembuatan pil tubuh abadi?"Pertanyaan itu menggantung di udara seperti embun pagi yang belum memudar.Xuan Li menggelengkan kepala dengan tegas. “Aku bisa mengatasinya,” jawabnya dengan nada yang tidak meninggalkan ruang untuk keraguan.Yan Yue memperhatikan Xuan Li dengan mata yang tajam, seolah mencoba menembus l
Xuan Li berdiri penuh kewaspadaan. Aura yang tidak biasa mendekat, berat dan menekan, membuat udara di sekitarnya terasa lebih padat. Sensasi dingin merambat di punggungnya membuat bulu kuduknya berdiri.“Aura ini...” gumamnya pelan, matanya menyipit menajamkan penglihatan. “Binatang roh? Tidak, ini lebih kuat.”Pandangan Xuan Li melirik sekilas ke arah Yan Yue, yang masih berkultivasi. Wajahnya menegang. Dia tahu, jika makhluk itu terlalu dekat, konsentrasi Yan Yue bisa terganggu. Melindungi Yan Yue adalah hal yang harus dia lakukan sekarang.“Makhluk ini harus aku hadapi sendiri,” pikirnya. Ia menggenggam Pedang Petir Naga Hitam yang baru saja ditempa, kilatan listrik di bilah pedang itu meliuk-liuk, memancarkan aura kekuatan yang menggema.“Baiklah,” bisiknya, menggenggam pedang lebih erat. “Waktunya menguji kekuatanmu.”Dalam hitungan detik, suara langkah berat terdengar. Dari balik bayangan pepohonan, muncul sesosok makhluk raksasa, seekor laba-laba hitam dengan delapan mata mer
Xuan Li berjalan perlahan, mengamati setiap detail di sekitarnya. Bau anyir samar yang berasal dari tumpukan bangkai binatang roh yang berserakan tak jauh dari sana, mengganggu penciumannya.Ia berhenti di hadapan salah satu kerangka besar. Bentuknya mengerikan, tulang belulangnya masih diselimuti sisa aura mencekam dan bekas luka besar yang jelas berasal dari pertempuran sengit.“Yan Yue benar-benar menghabiskan seluruh energi untuk bertarung di sini,” gumam Xuan Li. Tatapannya menyusuri tumpukan kerangka lainnya. Di antara bangkai-bangkai itu, ia menemukan kristal roh yang berkilauan.Ia mengangkat satu tangan, dan dengan teknik tarik jarak jauh, kristal-kristal itu mulai melayang menuju dirinya. Setiap kristal memancarkan energi yang bervariasi, beberapa terasa panas, sementara yang lain sedingin es. Xuan Li dengan cermat memilih yang terbaik, menyimpan kristal-kristal tersebut dalam cincin penyimpanan di jarinya.Pandangannya kembali terhenti pada sebuah tulang yang menarik perha