Share

Chapter 113

Author: MISTERIOUS
last update Last Updated: 2025-01-18 18:12:13

Tarikan dari Mutiara Hitam semakin menggila. Energi gelapnya menjalar seperti ular berbisa, melilit tubuh Xuan Li yang terangkat ke udara.

Kegelapan itu begitu pekat, terasa dingin sekaligus menyakitkan, seakan meremas setiap inci tubuh Xuan Li. Napasnya tersengal, tubuhnya tak lagi bisa digerakkan, dan pandangannya mulai kabur.

"Tidak! Aku belum selesai di sini!" teriaknya dalam hati.

Namun, sekeras apa pun ia melawan, energi kegelapan itu terus menekan, memakan sisa kekuatannya.

Dalam keputusasaan, ia merasakan kesadarannya terpecah. Ia jatuh ke dalam lautan pikirannya sendiri, gelap, hening, dan tak bertepi. Di sana, sosok lain muncul, berdiri di atas permukaan air hitam yang tenang namun berbahaya.

“Wu Hei,” Xuan Li memanggil dengan nada datar, meski dalam dirinya bergolak amarah dan keputusasaan. “Jika aku mati, kau juga akan lenyap. Kau tahu itu, bukan?”

Wu Hei, jiwa gelap yang menjadi bagian dari Tubuh Giok milik Xuan Li, menyeringai dengan angkuh. Matanya yang gelap memancar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 114

    Istana Kerajaan Sungai Muda berdiri di ambang kehancuran. Pilar-pilar megah yang pernah menjadi simbol kekuatan kerajaan kini roboh, berserakan di atas lantai yang retak. Bau darah dan debu bercampur, menyesakkan udara. Keheningan yang aneh menyelimuti aula pertarungan yang telah rata dengan tanah.Xuan Li berdiri di tengah kehancuran itu, tubuhnya terasa berat setelah semua yang terjadi. Matanya yang tajam menyapu ke sekeliling, mencari tanda-tanda kehidupan di antara kehancuran. Tetapi yang terlihat hanyalah mayat-mayat yang tergeletak kaku dengan ekspresi ketakutan yang masih membekas di wajah mereka.“Ini bukan hanya kehancuran fisik…” gumam Xuan Li pelan.Dari kejauhan, terdengar sayup-sayup suara tangisan, rintihan, dan jeritan frustasi. Suara-suara itu terasa seperti hantaman emosional, mengingatkannya bahwa di balik kehancuran ini, masih ada jiwa-jiwa yang bertahan. Xuan Li segera memusatkan perhatiannya pada hawa kehidupan yang lemah namun masih ada di sekitar."Aku tidak b

    Last Updated : 2025-01-18
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 115

    Kabut tipis menyelimuti reruntuhan istana Kerajaan Sungai Muda. Aroma hangus bercampur dengan bau kematian menciptakan suasana mencekam, seolah tempat itu masih menyimpan jejak tragedi. Di tengah keheningan, bayangan seorang pria muncul dari balik puing-puing. Jubah hitamnya menyatu dengan gelapnya malam, sementara wajahnya tertutup kain yang hanya memperlihatkan sepasang mata tajam.Pria itu berhenti, ia lalu mengangkat tangannya, mulai melafalkan mantra dalam bahasa kuno yang terdengar seperti bisikan roh. Jemarinya menari, membentuk pola-pola rumit di udara, menghidupkan energi spiritual yang berkumpul di sekitarnya.Tak lama kemudian, kabut di udara berputar, membawa jiwa-jiwa orang yang telah tewas dalam kekacauan. Suara lirih mereka bergema, campuran rintihan dan jeritan tertahan, memenuhi udara. Pria itu tersenyum tipis, nyaris tak terlihat di balik penutup wajahnya. Ia mengangkat sebuah bola kristal gelap, lalu dengan satu gerakan tegas, memaksa jiwa-jiwa itu masuk ke dalamn

    Last Updated : 2025-01-19
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 116

    Xuan Li menatap Yan Yue dengan wajah penuh keraguan. Kata-kata wanita itu menggema dalam pikirannya, membawa rasa tak nyaman yang sulit dijelaskan. Suasana di aula besar istana terasa menekan baginya, meski dihiasi kemewahan.“Bukankah aku sudah meminta waktu tiga tahun?” tanyanya hati-hati.Yan Yue, yang duduk anggun di singgasana megah, memandangnya dengan tatapan tajam yang mampu membuat siapa saja merasa kecil. Jubah ungu gelapnya memantulkan kilauan cahaya dari kristal merah yang menghiasi ruangan.“Aku memberimu tiga tahun,” katanya tegas. “Namun, sisa waktu yang kuberikan, kau akan tetap berada di sini, di istana. Kau tidak akan pergi sampai pil tubuh abadi selesai kau buat.”Mata Xuan Li melebar mendengar perintah itu. Hidup di tempat asing ini, di tengah bangsa Serigala Merah yang aura permusuhannya begitu nyata, membuatnya merasa seperti seekor kelinci yang dikelilingi kawanan serigala lapar.Namun, ia tahu betul bahwa menolak bukanlah pilihan. Jika ia mencoba melawan, Yan Y

    Last Updated : 2025-01-19
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 117

    Setelah beberapa saat mengatur napas, Xuan Li memutuskan bahwa waktu tidak boleh terbuang sia-sia. Terperangkap di tempat ini selama dua tahun adalah peluang sekaligus ancaman. Jika ia tidak memperkuat dirinya, ia akan menjadi mangsa empuk bagi kekuatan yang mengintainya.Di dalam keheningan kamar, ia mengambil gulungan pengendalian jiwa, artefak berharga yang ia temukan dalam perjalanannya di Sekte Pilar Langit dan dianggap palsu oleh alam bayangan. Gulungan itu tampak penuh dengan pola mantra rumit, menyimpan rahasia tentang cara mengendalikan energi spiritual dan pikiran orang lain.“Teknik ini... jika aku bisa menguasainya, aku mungkin bisa membalikkan situasi dalam dua tahun ke depan,” gumamnya sambil membuka gulungan itu dengan hati-hati.Gulungan itu memancarkan aura dingin dan misterius. Tulisan-tulisan kuno di atasnya tampak hidup, berpendar dalam warna kuning keemasan. Teknik ini dirancang untuk memanfaatkan energi spiritual pengguna, menjadikannya alat untuk memanipulasi

    Last Updated : 2025-01-19
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 118

    Keesokan paginya, Xuan Li bangun dengan rasa nyeri yang menjalar di sekujur tubuhnya. Setiap otot terasa kaku, seolah menolak bergerak setelah latihan intens semalam. Namun, ia tidak punya waktu untuk bermalas-malasan. Dua tahun di tempat ini adalah tantangan yang harus ia hadapi dengan gigih.Ia mengalihkan pikirannya ke gulungan pengendalian jiwa yang masih tersimpan rapi di dalam cincin dimensinya. Teknik ini adalah harapan sekaligus ancaman bagi dirinya. Dengan memanfaatkan Inti Jiwa yang telah ia ciptakan, ia bisa meningkatkan kontrol terhadap energinya, bahkan mungkin memadukannya dengan pelatihan bangsa Serigala Merah.Xuan Li duduk bersila di lantai kamar, mengatur napas untuk memasuki kondisi meditasi. Ketika ia mulai memusatkan pikirannya pada Inti Jiwa, rasa dingin yang tajam kembali menyebar dari dantiannya. Energi itu seperti pedang bermata dua, memberikan kekuatan tetapi juga ancaman yang terus menghantui.Ia membaca ulang baris berikutnya dalam gulungan. "Langkah kedu

    Last Updated : 2025-01-19
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 119

    Tidak ada waktu untuk bersantai, meski tubuhnya terasa lelah, pikirannya terus mengulang tujuan utamanya, yaitu menguasai gulungan pengendalian jiwa. Xuan Li duduk di atas lantai untuk bermeditasi.Sebelum melangkah lebih jauh, ia memusatkan energinya untuk memulihkan kekuatan yang terkuras. Dantiannya berdenyut pelan, mengalirkan energi hangat yang menjalar ke seluruh tubuh, mengendurkan otot-otot yang kaku setelah latihan sebelumnya. Sejenak, ia menarik napas panjang, memejamkan mata, lalu perlahan membuka gulungan itu lagi. Kini ia memasuki langkah terakhir, sebuah tantangan yang akan menentukan apakah ia benar-benar mampu memanfaatkan teknik ini dalam pertarungan nyata.Langkah ketiga: Manipulasi jiwa untuk memengaruhi pikiran lawan.Baris itu tertulis dalam huruf keemasan yang melayang di udara. Jika langkah pertama adalah membentuk Inti Jiwa dan langkah kedua menciptakan jaringan kendali, maka langkah ketiga adalah ujian sesungguhnya. Teknik ini tidak hanya melibatkan kekuatan

    Last Updated : 2025-01-20
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 120

    Xuan Li duduk bersila di atas lantai kayu, matanya tertuju pada gulungan pengendalian jiwa di hadapannya. Ia menarik napas dalam, berusaha menenangkan pikirannya yang masih terusik oleh kehadiran Murong Zhi. Pemuda itu memang tampak ceroboh dan suka bermain-main, tetapi Xuan Li merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. Bukan hanya kedatangannya yang tiba-tiba, tetapi juga caranya bisa dengan mudah memasuki area yang dijaga ketat."Apa dia hanya sekadar ingin berteman, atau ada sesuatu yang lain?" pikirnya.Namun, ia tahu latihan ini tidak boleh ditunda lebih lama. Gulungan pengendalian jiwa ini bukanlah sekadar alat. Ini adalah kunci untuk memperkuat kendali atas energinya, senjata yang bisa membuatnya selangkah lebih dekat ke tujuan akhir.Mengalihkan pikirannya dari keraguan, Xuan Li kembali menutup matanya. Aura yang sebelumnya hancur kini mulai menyatu, membentuk pola-pola yang stabil di sekelilingnya. Seperti kabut tipis yang menari-nari di udara, energi itu menyelubungi tubuhnya.

    Last Updated : 2025-01-20
  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 121

    Langkah Xuan Li terhenti di depan sebuah bangunan besar yang dihiasi lentera-lentera merah dengan detail emas. Aroma dupa melayang lembut di udara, bercampur dengan suara tawa riang dan musik lembut yang menggema dari dalam. Ia melirik papan kayu besar bertuliskan "Paviliun Awan Bunga."Wajahnya mengeras. "Murong Zhi, tempat apa ini?"Murong Zhi, pria muda yang selalu terlihat santai, hanya tertawa kecil. "Tenang saja, Wu Yu. Ini lebih dari sekadar tempat hiburan. Kau tahu, tempat seperti ini sering menjadi pusat informasi. Kau bisa mendengar rumor penting di sini."Xuan Li memandangnya dengan skeptis. "Rumor tidak berguna bagiku."Murong Zhi mendekat, memasang ekspresi serius yang jarang terlihat. "Dengar, kita tidak hanya mencari hiburan. Orang-orang penting sering berkumpul di sini. Jika ada yang perlu kau ketahui kita bisa bertukar informasi dengan pengunjung lain."Meski ragu, Xuan Li akhirnya melangkah masuk, lebih karena ingin memastikan Murong Zhi tidak melakukan sesuatu

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 379

    Xuan Li terbang di ketinggian rendah, di sekelilingnya hanya tanah retak dan sunyi. Tak ada angin, tak ada suara makhluk hidup, seolah dunia di tempat ini sudah lama mati.Tapi ia tidak peduli. Ia fokus mengikuti sisa simpul energi terakhir dari Alam Bayangan.Setelah beberapa li, medan berubah. Tanah gersang berganti menjadi bukit-bukit batu. Tumbuhan mulai muncul, kering, namun hidup. Tempat ini tampak lebih normal dibanding lembah kematian atau sungai darah yang ia lewati sebelumnya. Tapi Xuan Li tidak lengah. Alam Bayangan dikenal suka menyembunyikan bahaya di balik ilusi ketenangan.Tiba-tiba, tubuhnya berhenti.Ia merasakan hawa manusia.Seseorang mendekat.Xuan Li menoleh dan matanya menyipit. “Mo Xiang?”Laki-laki itu berdiri kaku beberapa langkah di depannya, wajahnya seputih abu. Tubuh kurusnya diselimuti jubah hitam, dan mata yang pernah bersinar ramah itu kini penuh kecemasan.“Wu Yu...?” bisiknya, setengah tak percaya.Sebelum Xuan Li sempat menjawab, Mo Xiang bergerak c

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 378

    Xuan Li menoleh pada Pemimpin Tanah Jiva yang berdiri tidak jauh darinya. Kini dengan tubuh muda dan vitalitas yang pulih, sang pemimpin tampak jauh berbeda dari sebelumnya.“Aku harus pergi,” kata Xuan Li singkat.Pemimpin mengangguk. “Kami berutang banyak padamu. Jika suatu saat kau kembali, tanah ini akan menyambutmu.”Pengawas Ji yang berdiri di sisi kanan sang pemimpin menunduk hormat. Tidak ada pertanyaan, tidak ada permintaan.Xuan Li berjalan melewati jajaran para tetua yang membungkuk di sisi jalan berbatu menuju gerbang. Tidak ada satu pun yang berani mengangkat kepala.Namun gerbang di depannya bukanlah gerbang tempat ia masuk sebelumnya.“Kami tidak membiarkan tamu istimewa keluar dari pintu kematian,” ujar Pengawas Ji seraya menunjuk jalur berlapis formasi ringan yang membelah hutan belantara. “Jalur ini akan membawamu langsung ke perbatasan luar.”Xuan Li tidak menanggapi. Ia hanya mengangguk tipis, lalu melangkah masuk ke lorong cahaya yang terbentuk dari energi spirit

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 377

    Pemimpin Tanah Jiva masih menatap cahaya yang perlahan memudar dari tubuh Xuan Li. Matanya tak berkedip, tubuhnya tegak, namun napasnya tertahan. Sosok armor perempuan langit yang melingkupi Xuan Li belum sepenuhnya sirna, dan getaran auranya masih terasa di tanah, udara, bahkan formasi pelindung wilayah.“Dewi Kultus Suci…” gumamnya lirih, nyaris tak terdengar.Salah satu tetua di belakangnya bergeser gelisah. “Itu… tidak mungkin. Dewi Kultus Suci adalah sosok mitos. Leluhur dari era sebelum era ini. Armor itu...”“Tidak salah,” potong Pemimpin Tanah Jiva pelan, namun tegas. “Aku pernah melihat lukisan armornya dalam gulungan sejarah. Tidak ada keraguan. Itu adalah warisan kekuatan yang diakui oleh langit…”Mata Pemimpin melembut. Tatapannya beralih kepada Xuan Li, kedua tangannya perlahan menarik diri dari wadah giok.Airnya telah tenang.Xuan Li membuka mata. Ekspresinya tak berubah. Datar, penuh kendali. Ia berdiri perlahan dan menatap langsung ke arah sang pemimpin.“Aku tidak

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 376

    Pengawas Ji berjalan melewati gerbang pusaran angin spiritual yang melingkari pusat Tanah Jiva. Di belakangnya, dua wanita paruh baya membawa gulungan emas dan jimat penguat formasi. Wajahnya tenang, namun di dalam pikirannya, kegelisahan mulai tumbuh.Ia memeriksa formasi pelindung Tanah Jiva. Simbol-simbol kuno terpahat di udara, mengambang di atas batu-batu pelindung yang tertanam di tanah. Aliran spiritual yang keluar dari segel tidak menunjukkan tanda kerusakan.“Masih utuh,” gumamnya pelan.Ia memejamkan mata dan menyentuh tanah. Aura lembut naik dari permukaan dan menyatu dengan tubuhnya.“Tidak ada retakan, tidak ada celah. Tapi dia masuk,” katanya lagi. Suaranya mengeras. “Aku harus bicara dengan Yang Mulia.”Di sisi lain, Xuan Li duduk bersila di paviliun selatan. Empat prajurit wanita berdiri mengelilinginya. Mereka tidak menatapnya langsung, namun jelas sikap mereka lebih waspada dibanding sebelumnya.Bisik-bisik dari luar paviliun semakin keras. Bahkan anak-anak perempuan

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 375

    Xuan Li melangkah meninggalkan tempat itu. Energi dari batu transmisi telah memberinya arah yang jelas. Kabut perlahan mulai menipis seiring langkahnya menurun ke lembah yang sunyi. Uap dari tanah masih sesekali muncul, tetapi kini tak lagi mampu menembus lautan kesadarannya.Setelah berjalan sekitar lima puluh li, sesuatu berubah.Langkah kakinya tiba-tiba terasa ringan. Udara menjadi hangat. Cahaya menyeruak dari sela-sela pepohonan, bukan cahaya spiritual, melainkan sinar matahari biasa.Kabut lenyap.Begitu ia melewati celah dua batu besar di depannya, dunia di baliknya berbeda. Seolah-olah melangkah keluar dari kelamnya neraka menuju dunia lain.Langit biru cerah. Rumput hijau membentang. Burung-burung berwarna terang terbang di udara. Di kejauhan, gunung-gunung menjulang dengan air terjun yang jatuh seperti benang perak. Bunga-bunga mekar tanpa musim.Ini terlalu indah.Xuan Li berhenti sejenak. Matanya menyipit. Dia menyentuh tanah, memeriksa aliran spiritual.“Ini bukan ilus

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 374

    Kabut yang menyelimuti daerah ini jauh lebih tebal dibanding wilayah altar sebelumnya. Cahaya spiritual matahari pun tidak bisa menembusnya. Langit dan bumi seperti menyatu dalam kelabu yang membungkam segalanya.Tak ada angin.Tak ada suara.Tak ada kehidupan.Xuan Li terus berjalan.Aura kehidupannya menyala samar di tengah kesunyian itu.Namun setelah puluhan li melangkah, aliran spiritual di tubuhnya mulai terasa aneh. Peredaran energi spiritualnya melambat, pikirannya terasa mengambang.Satu langkah...Dua langkah...Tiba-tiba, suara samar muncul di telinganya.“Wu Yu... kenapa kau pergi begitu saja...?”Langkah Xuan Li terhenti.Suara itu... suara perempuan. Lembut. Penuh kesedihan. Terlalu akrab.Ia mengerutkan alis. "Ilusi."Namun langkah berikutnya membawa suara lain. Suara tawa kecil. Suara anak-anak.“Guru, lihat! Aku bisa terbang!”Gigi Xuan Li mengatup. Jemarinya mengepal.Dia tahu benar bahwa itu bukan kenyataan. Orang-orang yang suaranya dia dengar sudah lama tiada atau

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 373

    Kabut belum reda saat altar itu runtuh. Batu-batu spiritual berserakan, pilar-pilar hancur menjadi debu, dan lubang pemrosesan jiwa itu kini tertutup puing-puing. Gelombang energi spiritual yang meledak menghantam para penjaga hitam, melemparkan mereka hingga puluhan langkah. Xuan Li berdiri di kejauhan. Jubahnya berkibar pelan oleh angin spiritual yang masih tersisa dari ledakan. Ia memandang sekeliling. Barisan manusia yang tadinya dikendalikan kini berhenti bergerak. Mereka berdiri kaku di tempat masing-masing, tatapan kosong, tubuh gemetar ringan. Simbol spiritual di belakang kepala mereka masih ada, tapi koneksinya terputus. Mereka seperti wayang tanpa dalang. “Masih belum sadar... tapi sudah tidak terikat,” gumamnya. Namun tak ada waktu untuk merenung. Angin spiritual bergetar. Dari reruntuhan altar, lima penjaga hitam bangkit. Wajah mereka dipenuhi retakan darah, mata kehijauan bersinar tajam. Aura spiritual mereka melonjak, membentuk pusaran energi pekat. “Peny

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 372

    Kabut belum benar-benar hilang ketika Xuan Li berdiri di atas tebing, memandangi reruntuhan lembah yang baru saja ditinggalkannya. Sisa-sisa kabut spiritual masih menyusup di antara batu-batu, namun energi pusat kendali sudah benar-benar menghilang.Ia menutup matanya sejenak. Nafas diatur. Lalu, mata spiritualnya dibuka.Dalam sekejap, dunia berubah. Di balik pemandangan biasa, jaring-jaring tipis spiritual terbentang di udara. Seperti sarang laba-laba yang tak terlihat mata biasa, jalur-jalur itu memancar dari titik-titik tertentu, menjalar ke segala arah.“Ini bukan satu titik. Mereka membangun banyak simpul seperti ini,” pikir Xuan Li.Dia mengikuti aliran salah satu jalur yang tampak lebih kuat dibanding yang lain. Ujungnya mengarah ke utara, menyusuri perbukitan tandus yang dilapisi kabut kelabu.Tanpa berkata apa pun, Xuan Li melompat turun dan mulai bergerak mengikuti jalur itu. Jika satu simpul telah dihancurkan, maka simpul berikutnya harus segera ditemukan.Setengah jam ber

  • TUBUH GIOK PANGERAN TERBUANG   Chapter 371

    Ledakan energi tadi belum sepenuhnya mereda ketika Xuan Li kembali mengambil sikap. Kabut tebal di lembah bergolak, menyelimuti pandangan dan menyamarkan gerakan. Namun, dia tidak bisa membiarkan ketajaman indranya tumpul.Di hadapannya berdiri sosok besar bertopeng besi. Tubuh makhluk itu dilapisi lapisan spiritual hitam pekat, seolah merupakan perpanjangan dari kabut itu sendiri.Ini bukan mayat hidup biasa. Boneka ini memiliki kesadaran.Dan kekuatannya... setara dengan kultivator Formasi Kekosongan puncak.Xuan Li menarik napas pelan, menahan laju amarah dan naluri bertarungnya. Ini bukan pertarungan yang bisa dimenangkan dengan serangan membabi buta.“Makhluk ini... bukan sekadar boneka,” pikirnya. “Ia bisa berpikir. Bisa menyesuaikan taktik. Bahkan mungkin sedang mengukur kekuatanku.”Dari awal, gerakannya tidak sembarangan. Ia menunggu, memancing. Dan sekarang, ia mulai menyerang balik dengan teknik-teknik yang terstruktur.Sebuah pukulan berat meluncur dari arah kiri, menghant

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status