Langkah laki-laki itu seketika terhenti, namun Caca justru tersenyum manis sambil menyodorkan ponselnya.
Caca sudah bertekad perlahan akan menghapus perasaannya pada laki-laki yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil. Dia tidak akan melarang Dafa berpacaran dengan siapapun, mungkin selama ini dirinya terlalu berlebihan.
Ayo Caca, kuat. Kamu pasti bisa menghapus perasaan itu, memang sewajarnya hubungan kalian hanya sebagai sahabat. Tidak lebih!
Dafa mengambil ponselnya, lalu menekan tombol merah. Biarlah nanti dia akan menelfon ulang.
"Aku pulang dulu, ya. Hampir lupa kalau ada janji sama Erki," ucapnya sambil mengusap rambut Caca.
Setelah laki-laki itu keluar, Caca menjadi termenung.
"Mungkin sejak awal Tuhan memang cuma menakdirkan kita sebagai sahabat, tapi aku terlalu berharap," gumamnya dengan miris.
Tidak ada lagi air mata. Bertahun-tahun berharap, hingga kini dia tidak mengerti bagaimana perasaannya lagi. Lelah, sedih, ma
2 hari kemudian Jena berkunjung ke rumah Caca."Oh, itu ... tetangga yang sering kamu ceritain?" Tanya Jena ketika melihat sebuah motor sport melintas lewat depan rumah Caca.Caca berdeham sambil terus memandang laju motor Dafa dari arah balkonnya."Keren kan?""Keren sih, tapi brengs*k," cibir Jena.Lawan bicaranya hanya tersenyum tipis, bahkan orang yang hanya mendengar ceritanya pun bisa langsung mengerti seberapa brengs*knya laki-laki itu.Meski begitu, entah kenapa sampai sekarang gadis berkaos biru tersebut masih menyimpan perasaan yang sama. Bagaimana cara move on tercepat? Menjauh tidak bisa, mendekat takut tambah cinta."Pelan-pelan aja, nggak perlu sekarang dan nggak perlu dipaksakan, suatu saat kamu pasti bisa hilangin perasaan itu," ucap Jena seakan mengerti isi pikiran perempuan disampingnya.Caca menoleh, menatap temannya yang kini berwajah mirip Kim Ji-won.Jena tersenyum, perempuan yang tadinya menu
Syukurlah pertemuannya dengan Gavin tadi tidak menimbulkan masalah, laki-laki itu hanya sekedar berkunjung dan meminta maaf. Entah darimana dia bisa tau alamat rumah Caca.Malam ini, Caca berada di balkon kamar abangnya. Menikmati indahnya hamparan bintang di langit seorang diri, sengaja dia tidak meminta siapapun untuk menemani karena ingin me time. Sekali-kali tak apalah, selama ini Caca hanya sering menghabiskan waktu bersama teman atau kedua abangnya.Bibirnya mengukir senyum, membayangkan betapa menyenangkan hidupnya setelah ia bangun dari koma. Keluarganya kumpul kembali walau mungkin hanya sebentar, satu-persatu masalahnya pun telah teratasi."Thanks God," gumamnya dengan penuh rasa syukur.Meski sifat playboy Dafa tidak berubah, tak masalah. Caca yakin, suatu saat dia pasti bisa menghilangkan rasa cintanya pada laki-laki itu. Memang susah kalau terjebak friendzone.Tapi ... Gara selalu bilang 'di dunia ini laki-laki bukan cuma Dafa, m
Beberapa bulan telah berlalu, Caca pun sudah sembuh.Hari ini, dia ikut berkumpul dengan beberapa anak UKS di warung Abah Amir. Semula laki-laki berusia 60-an itu terkejut karena baru mengetahui jika di dalam geng motor tersebut terdapat anggota perempuan, lebih terkejut lagi ketika dia mengetahui posisi Caca sebagai Queen yang artinya setara dengan ketua umum.Gadis dengan pakaian serba hitam itu duduk dengan kaki kanan berada di atas kaki kiri, celana jeans sobek di bagian lutut menambah kesan bad girl."Kak, haus," kata Caca pada Arlan yang duduk disampingnya.Sekarang, hanya Arlan yang dipercaya si kembar untuk menjaga adiknya."Mau minum apa?" Tanya pemuda berambut model the two block berwarna hitam itu dengan gemas, pasalnya meski berpenampilan sangar, namun perempuan disampingnya ini terus makan seperti anak kecil."Minum yang manis-manis.""Air putih kalau minumnya sambil lihatin gue juga jadi manis, Ca," sahut Erland de
"Yang pake headband kotak-kotak warna merah geser dikit dong, gak kelihatan nih!" Seru Caca karena tidak dapat melihat anggota yang berlatih di depan sana."Dasar pendek."Sontak gadis itu menatap sinis pada laki-laki disampingnya yang barusan bergumam."Enggak usah nyari masalah kalau nggak mau gue banting," balasnya dengan ketus.Memangnya saat akan dilahirkan ke dunia diberi pilihan terlebih dahulu mau tumbuh tinggi atau sebaliknya? Lagian dia tidak pendek-pendek amat kok untuk ukuran seorang perempuan.Keduanya kembali terdiam dan menyaksikan pertarungan di depan."Bang, yang pakai sarung tangan itu kok agak aneh ya?" Ucapnya saat melihat salah satu anggota yang mencurigakan."Yang mana?" Tanya Gara sembari memandang ke arah yang ditunjuk adiknya."Itu, tuh."Semua yang ada di dekatnya memfokuskan pandangan pada laki-laki yang dimaksud Caca."Kayak bawa pisau nggak sih?" Ujar Erza membuat Arga tersentak.
Sehabis magrib, Caca datang ke rumah pohon karena telah berjanji pada Dafa."Permisi ... apa di dalam ada orang?" Tanya Caca dengan iseng sembari mengintip dibalik pintu."Mohon maaf, orangnya lagi pergi!" Sahut suara laki-laki yang sedang rebahan sambil membaca buku.Perempuan memakai piyama tidur berwarna hitam motif beruang itu terkekeh geli, dengan riang dia ikut merebahkan diri di samping sang sahabat."Ngapain deket-deket? Hus-hus, ganggu aja." Laki-laki berkaos putih tersebut mendorong kepala Caca ke samping."Kenapa sih? Aku tuh lagi seneng, kamu jangan bikin badmood ya," balas gadis itu setelah berdecak kesal karena tidak dapat menempeli sahabatnya."Seneng karna tadi habis ketemu banyak cowok?""Ya ... kira-kira begitulah."Dafa mendengus sebal."Jangan ganjen, aku nggak suka," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari buku."Lah, kenapa? Hidup-hidupku, ya suka-sukaku lah. Lagian sekarang aku udah n
Caca duduk di pinggir ranjang sambil tersedu-sedu, di depannya ada Arga yang sibuk menenangkan. Tadi sebelum pertengkarannya dengan Gara berakhir, laki-laki itu lagi-lagi menggigit pipinya."Sa--kit Abang ... Jijik ju--ga ...," ucapnya dengan terbata-bata.Arga menghapus air mata sang adik sambil menatap miris pipi gembul yang kini bercap gigi, sesekali menyuapi stroberi agar tangisan adiknya cepat reda.Di sofa, Albert dan Lizzy menatap geli kedua anaknya, sedangkan Gara, tengah diceramahi oleh oma di ruangan lain."Jangan nangis lagi, besok Abang beliin martabak deh," ucap Arga."Maunya beli novel," rengek Caca.Mau tidak mau Arga mengangguk, meski dalam hati dia menahan kesal. Orang tuanya ada disini tapi kenapa tidak membantunya sih? Anak nangis bukannya ditenangkan malah hanya ditonton.Tidak taukah mereka kalau dirinya harus mengocek uang lebih setiap menenangkan Caca yang menangis? Ah, sungguh menyebalkan!"Iya, be
Caca menghentikan motornya di depan rumah Fey dengan bibir pucat dan jantung berdetak tidak karuan. Bagaimana jadinya kalau Dafa tadi benar-benar kecelakaan?Hah, dia meraup wajah dengan kasar. Setelah ini tidak akan melakukan hal membahayakan seperti tadi lagi."Kenapa lo, Ca?" Tanya gadis berhoodie putih yang baru keluar dari rumahnya.Caca menggeleng, pikirannya masih berkelana pada Dafa yang menghindari truk hingga sahabatnya itu hampir menabrak anak kecil. Untung saja Dafa tetap bisa menghindar dan pergi dari sana, coba kalau jatuh atau berhenti, bukannya ditolong dia pasti akan digebuki."Bengong mulu, awas kesambet," ucap Fey memperingati."Gila. Gue hampir aja lihat orang kecelakaan, Kak," kata Caca sembari memegangi dadanya."Hah, dimana?"Fey urung memasang helmnya."Tadi dijalan gue saling nyalip sama Dafa terus dia hampir tabrakan. Duh Kak, gue ... gue ...." Caca jadi bingung sendiri mau ngomong apa.
Seusai kuliah, keempat perempuan yang tergabung dalam grub HiDFY itu melakukan latihan, kemudian lanjut nongkrong di sebuah kafe.Kiara terus tertawa ketika mengingat Naya yang ketika latihan tadi sempat terjatuh dan wajahnya menubruk sekotak pizza."Apalagi pas tau bajunya kebalik. Sumpah ya pas itu mukanya lucu banget." Tak henti-hentinya gadis itu tertawa sampai air mata hampir mengalir dari ujung matanya.Sedangkan yang menjadi topik pembicaraan hanya memasang wajah masam, jengkel sekali mempunyai teman yang suka mengungkit hal memalukan. Tapi mau bagaimana lagi, yang setia kawan hanya mereka bertiga."Bisa diem nggak sih, Ki. Sekali lagi ngomongin hal tadi, gue sumpahin lo diputusin Satria," ketusnya.Kiara seketika terdiam. Tidak lama setelah mengantarnya ke rumah sakit saat Caca koma, dia memang berhasil berpacaran dengan Satria, namun beberapa hari ini hubungannya sedang bermasalah. Meski begitu Kiara tidak berharap sampai putus.