Share

Bab 101

 Caca duduk di pinggir ranjang sambil tersedu-sedu, di depannya ada Arga yang sibuk menenangkan. Tadi sebelum pertengkarannya dengan Gara berakhir, laki-laki itu lagi-lagi menggigit pipinya.

"Sa--kit Abang ... Jijik ju--ga ...," ucapnya dengan terbata-bata.

Arga menghapus air mata sang adik sambil menatap miris pipi gembul yang kini bercap gigi, sesekali menyuapi stroberi agar tangisan adiknya cepat reda.

Di sofa, Albert dan Lizzy menatap geli kedua anaknya, sedangkan Gara, tengah diceramahi oleh oma di ruangan lain.

"Jangan nangis lagi, besok Abang beliin martabak deh," ucap Arga.

"Maunya beli novel," rengek Caca.

Mau tidak mau Arga mengangguk, meski dalam hati dia menahan kesal. Orang tuanya ada disini tapi kenapa tidak membantunya sih? Anak nangis bukannya ditenangkan malah hanya ditonton.

Tidak taukah mereka kalau dirinya harus mengocek uang lebih setiap menenangkan Caca yang menangis? Ah, sungguh menyebalkan!

"Iya, be

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status