Dafa menghentikan mobilnya di depan gerbang rumah Caca yang sebenarnya juga berhadapan dengan rumahnya.
"Makasih. Boleh aku ngomong sesuatu?" Tanya Caca.
Dafa terkekeh, kemudian mengacak rambut sahabatnya dengan gemas.
"Barusan juga udah ngomong," ucapnya setelah menarik tangan kembali.
"Aku tau mungkin kamu nggak akan percaya, nggak masalah. Aku cuma berharap kamu nggak marah dan kita nggak berantem lagi setelah kamu denger ucapanku nanti."
Satu alis Dafa terangkat, wajahnya menjadi serius.
"Ngomong aja."
Caca menghirup nafas dalam-dalam lalu membuangnya.
"Pacar kamu sekarang enggak sepolos kelihatannya, intinya kamu nggak boleh terlalu baik dan nurutin semua kemauan dia." Caca menatap Dafa dengan intens, begitupun sebaliknya.
"Maksudnya nggak polos gimana? Omongan kamu kok sama kayak Bunda sih," balas Dafa sembari terkekeh.
Dia ingat ucapan bundanya semalam yang terdengar hampir sama dengan kalimat yang ba
Sepanjang jalan menuju gedung fakultas, perempuan itu merasa semua orang yang ditemui melirik sinis ke arahnya lalu akan saling berbisik. Netranya melirik pakaian yang hari ini dia kenakan, sama seperti biasa dan tidak ada yang aneh. Pandangannya turun ke arah sepatu, kanan dan kiri sama kok, lalu apa yang mereka lihat?Bahkan ketika baru masuk kelas dia masih mendapat tatapan yang sama.Tak mau ambil pusing, Caca langsung menghampiri kedua teman akrabnya yang sedari tadi sudah melambaikan tangan."Orang-orang pada kenapa sih, apa pakaian sama make up gue aneh?" Tanyanya.Spontan teman-temannya menggeleng."Bukan itu, lo nggak baca chat dari gue ya?" Ujar Naya dengan tatapan menyelidik."Emang lo ngirim chat apaan? Sorry, pagi ini gue belum sempet buka hp."Fey dan Naya berdecak kesal. Inilah Caca, terlalu tidak peduli pada keadaan, mau dihujat pun terserah asal belum keterlaluan."Video di kafe kemarin udah kesebar, dan
Caca beserta ketiga member HiDFY, juga Diana, Agam, dan Vika, wanita yang biasanya menjadi fashion stylish sekaligus penata rias HiDFY yang sayangnya jarang ikut ketika mereka biasa bepergian dikarenakan memiliki anak balita. Untuk kali ini dia ikut karena bisa mengajak suami dan anaknya, Caca yang membayar semua biaya keperluan keduanya. Mereka kini duduk di ruang tunggu Bandara.Sejak kejadian di rumah pohon, Caca enggan bertemu dan berbicara dengan Dafa. Susah-susah move on eh tiba-tiba disosor, runtuh sudah pertahanannya."Masih lama banget lagi," keluh Fey sambil menyandarkan tubuh pada sandaran kursi.Sambil menunggu, Caca saling berkirim pesan dengan kedua abangnya. Mereka mengatakan akan pergi ke rumah lama terlebih dahulu, rumah yang selalu dia kunjungi ketika masih ada Carla.[Jangan lupa kalau udah sampai nanti kabarin] Arga.[Oke. Abang juga kasih kabar, kalian juga kan mau pergi] Caca.[Sebelum masuk pesawat nanti jangan l
Tak terasa sudah seminggu mereka berada di Labuan Bajo. Berbagai tempat wisata pun telah disinggahi, seperti Pulau Padar, Wae Rebo, Pulau Rinca, Cunca Wulang, dan sebagainya. Kini waktunya mereka pulang."Aku mau langsung ke Bali. Kak Fey, Kak Kia sama Kak Nay jadi ikut nggak?" Tanya Caca setelah selesai menata barang bawaannya."Jadi dong," balas ketiganya dengan semangat."Kalau jadi siapa-siap, dong, Kak. Kalian ini udah mau pergi juga masih santai aja," ujar Caca dengan gemas.Ketiga temannya terkekeh, lantas mengikuti ucapan Caca.Tak berapa lama hingga mereka selesai dan kini sudah berada di mobil sewaan."Kalian serius nggak mau langsung pulang?" Tanya Diana dengan khawatir."Enggak, kita mau ikut Caca dulu," jawab Naya."Enggak pa-pa, Kak Di ... kita nggak akan hilang kok," sahut Caca meyakinkan.Berangkat bersama tapi pulangnya sendiri-sendiri, tentu dia tau ketakutan Diana. Perempuan yang selama ini selal
Malam harinya, Caca dan kedua abangnya, juga semua teman-temannya barbeque-an. Disini,mereka bisa menikmati semilir angin malam sambil melihat bintang yang bertaburan di langit.Sejauh ini, Vania, Ela dan Angel belum membuat ulah. Caca tidak habis pikir, kenapa Fahry mau-maunya berpacaran dengan perempuan penuh drama seperti itu?"Abang lo lagi PDKT," bisik Naya.Caca seketika memandang ke arah yang ditunjuk Naya. Disana, Kiara dan Arga sedang memanggang daging berdua.Ketika di Labuan Bajo Kiara memang bilang sudah putus dengan Satria, namun perempuan itu tidak menyertakan alasan putusnya.Naya dan Caca sontak saling berpandangan kemudian cekikikan."Heh! Ngapain ketawa-ketawa gitu, kerasukan ya?" Fey datang bersama Arga.Arga memberikan satu piring berisi sosis, daging sapi dan jagung bakar pada adiknya. Tadinya akan dia tambahkan bakso, tapi adiknya itu langsung menolak. Tumben!Fey pun melakukan hal serupa, memberikan
Setelah kenyang, beberapa orang memisahkan diri. Ada yang duduk sendiri sambil chating entah dengan siapa, ada yang bermain sosmed, bergerombol bermain game. Si kembar bersama teman-teman Caca dan beberapa orang lainnya asik bermain gitar sambil bernyanyi, sedangkan Caca dan Dafa duduk berdua sambil bercerita. "Kamu dari tadi kayaknya banyak diem ya?" Tanya pemuda berlesung pipi tersebut dengan dahi berkerut bingung. Caca menggeleng, mana mungkin dia bilang kalau waktu berduaan gini dia jadi canggung karena mengingat kejadian saat makan pentol di rumah pohon beberapa waktu lalu. "Kenapa sih Ca, kamu sariawan? Eh tapi kayaknya nggak mungkin deh, tadi aja habis makan pedes biasa aja tuh." "Besok kita ulang tahun," cetus Caca tiba-tiba. "Oh ... jadi dari tadi kamu mikirin itu?" Dafa lalu tersenyum, "emang kenapa, kamu mau hadiah apa?" Tanyanya. "Jangan suka bikin aku nangis, berhenti jadi playboy, udah itu aja permintaan aku
"Carla ...." Dengan mata terpejam Caca terus menggumamkan nama sang sahabat.Kepalanya bergerak ke kanan-kiri dengan tidak nyaman, air mata pun mulai menetes."Tolong Carla ... jangan tinggalin Carla ...."Naya yang tidur disampingnya menjadi terbangun, matanya langsung melotot saat melihat Caca menangis sambil mengigau."Tolongin Carla, Om. Jangan tinggalin Carla ..."Tangan Naya bergerak menepuk pipi teman akrabnya."Ca, bangun. Hey Ca, jangan nangis dong, gue takut nih."Beberapa kali dia melakukan hal yang sama, hingga usahanya membuahkan hasil. Caca terbangun dengan nafas memburu, tepat pada saat itu Kiara juga ikut terbangun karena mendengar suara mereka yang sangat mengganggu."Minum dulu, Ca." Naya memberikan segelas air putih."Caca kenapa?" Tanya Kiara saat melihat Naya membantu menghapus air mata Caca."Mimpi buruk," balas Kiara sekenanya, meski dia sendiri tidak tau penyebab Caca seperti ini.Se
Tak terasa waktu sudah sore. Seharian tadi Caca dan yang lain hanya menghabiskan waktu di mansion dan di sekitar pantai."Daf, lihat sunset yuk," ajak Caca.Dafa menghentikan gamenya, lalu menoleh."Boleh, yuk!""Eh, mau kemana?" Tanya Gara saat melihat kedua orang itu berdiri."Lihat sunset," jawab Caca."Ikut dong," pinta Naya."Yuk, Nay. Gue juga pingin lihat," sahut Kiara.Akhirnya mereka semua pergi."Fotoin dong, Fey," ujar Kiara sambil menyerahkan kameranya."Tapi nanti gantian," jawa Fey sebelum mengambil kamera itu.Kiara mengangguk, mereka lalu bergantian berfoto. Begitupun dengan Naya, lalu Caca dan Dafa juga meminta diambil gambarnya. Keduanya bahkan beberapa kali berpose romantis, membuat Kiara yang berdiri di dekatnya menjerit heboh.Tak jauh berbeda, anggota UKS dan Vania beserta kedua temannya pun saling bergantian mengambil foto. Namun diantara mereka ada Fahry dan Deka yang ha
Sambil merebahkan badan Caca membuka room chat khusus dirinya dan ketiga temannya.[Udah pada sampai belum?] Caca.[Udah dong, malah gue udah mandi] kiara.[Gercep ya hahaha] Fey.Hanya Naya yang belum muncul, entah sedang apa temannya yang satu itu.[Ini Kak Nay belum sampai apa gimana?] Caca.Tak lama setelah pesannya terkirim, Naya nimbrung dengan mengirimkan foto makanan di restoran.[Lo udah pergi lagi apa emang belum pulang, Nay?"] Fey.[Belum pulang, tadi langsung diajak Arlan kesini] Naya.Secara spontan Caca memekik senang. Bau-baunya ada yang sedang melakukan pendekatan.[Bentar lagi ada yang ngasih pajak jadian] Caca.[Asik ... makan gratis] Kiara.[Gue kalau jadian nggak bakal ngasih pajak ya] Naya.[Emang siapa yang ngomongin lo? Bisa aja yang kita maksud tadi tuh Kak Fey sama Bang Arga] Caca.Kiara langsung membalas dengan emoticon tertawa sampai mengeluarkan air mat
Dio berjalan tergesa bersama mantan calon besannya, yaitu Hansa dan Hesti.Setelah bertanya pada resepsionis, mereka langsung menuju ruangan dimana Dafa dan yang lain berada.Kriet ....Orang yang didalam seketika menoleh.Dio langsung mendekati anaknya. Pergelangan tangan Dafa yang tadi sempat tergores pisau kini sudah diperban, juga beberapa luka goresan lain sudah diobati. Disebelahnya ada Caca yang dahi dan tangannya yang sempat terluka tadi telah diobati."Maafin Ayah," ucap Dio dengan nada penyesalan.Dafa diam, rasanya dia masih kesal dengan laki-laki yang selama ini menjadi penutannya."Ayah lagi ngomong tuh lho, kok nggak dijawab sih," omel Caca membuat Dafa menjawab dengan malas-malasan."Iya.""Perjodohannya batal sesuai keinginan kamu," kata Dio lagi.Gara yang duduk disebelah Kiara menyimak semua omongan Dio dengan perasaan tak menentu. Senang karena akhirnya gadis pujaannya batal dijodohkan, bi
Tin ... tin ....Perempuan dengan kaos putih dipadukan rok span dan flat shoes yang hendak berlari menyeberang jalan segera menghindar, namun sayangnya terlambat. Meski tidak tertabrak, namun tubuhnya tetap terserempet mobil a*anza yang hendak melintas."Aww ...!" Pekik Caca."Woy! Hati-hati dong kalau nyeberang, gue nggak siap masuk penjara tau," ketus supir mobil yang ternyata seorang perempuan muda.Walau tubuhnya lecet-lecet dan sakit, perlahan Caca berdiri dan meminta maaf hingga pengendara tersebut kembali melajukan mobilnya menjauh.Sebenarnya jarak antara kafe dan rumahnya tidak terlalu jauh, namun entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Caca berlari sudah cukup lama tapi tidak sampai juga.Dia terus berlari dengan tertatih-tatih, tanpa memperdulikan jidat dan tangan yang sempat tergores batu dan mengeluarkan darah.Sekitar 10 menit barulah perempuan itu sampai, dia segera menuju kamar Dafa."Daf!" Serunya sa
Hari ini Dafa kembali mengurung diri di dalam kamar. Berkali-kali Fenti memanggilnya namun tidak ada sahutan, wanita itu jelas khawatir dan berpikiran yang tidak-tidak. Bagaimana kalau anaknya nekat melakukan hal buruk?"Udahlah, Bun, biarin aja. Nanti juga keluar sendiri," ucap Dio yang jengah dengan sikap anaknya yang menurutnya sangat pembangkang dan gampang marah."Ini udah sore dan Dafa belum keluar juga, tapi kamu tenang-tenang aja!" Bentak Fenti yang tersulut emosi.Suaminya ini kenapa tidak khawatir sama sekali, padahal Dafa adalah anak tunggal mereka.Dio berdecak, bukannya tidak khawatir. Dia hanya tidak ingin memanjakan Dafa, apa salah kalau dia ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya itu?"Coba kamu diemin, nanti juga juga bakal keluar sendiri kalau udah lapar.""Kalau segampang itu aku nggak akan sekhawatir ini, tapi coba kamu ingat, kemarin-kemarin bahkan Dafa betah nggak keluar selama seminggu.""Daf, ayo buka
Berkali-kali Dafa melirik ayahnya yang duduk di depannya."Ayah tadi udah bicara sama Caca supaya menjauh dari kamu," celetuk Dio membuat anaknya seketika mengangkat wajah dengan netra melebar."Maksud Ayah?""Ayah minta kamu juga menjauh, jaga perasaan calon istrimu."Calon istri? Ketemu saja belum. Dafa benar-benar tak habis pikir kenapa ayahnya sekarang jadi suka mengatur seperti ini."Ayah bisa nggak sih kalau mau bikin keputusan tuh ngomong dulu? Apa yang Ayah putuskan belum tentu aku mau," balas Dafa dengan kesal.Dio melepas kaca mata bacanya lalu menatap sang anak."Pendapat kamu itu nggak penting. Kalau kamu nggak setuju maka siap-siap Ayah kirim ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan."Dafa menggenggam sendok dengan erat."Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa menentukan pilihanku sendiri. Yang akan menjalani rumah tangga itu aku, kalau kayak gini kenapa nggak Ayah aja yang nikahin dia!""Dafa!" S
[Ini terakhir, Ca. Aku bakalan dijodohin nggak tau sama siapa, mungkin setelah ini kita nggak bisa ketemu lagi]Caca kembali membaca pesan itu dengan tangan gemetar. Apa ini? Apa Dafa sudah lelah membujuknya hingga menerima saat dijodohkan dengan perempuan yang bahkan belum dikenal?Bergegas perempuan itu keluar dari kamar dan berlari menuju rumah pohon. Untung saja dia sudah berganti pakaian dan sempat mencepol asal rambutnya."Daf!" Serunya ketika baru masuk ke rumah pohon.Lelaki di pojok sana menoleh dengan pandangan sendu. Rambut gondrongnya acak-acakan, Caca menggeleng pelan, penampilan Dafa kali ini benar-benar tak terurus.Perempuan itu mendekat lalu duduk di samping Dafa yang sedari tadi menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Merasa tak tega, Caca langsung memeluknya."Ca ... aku nggak mau dijodohin, bertahun-tahun aku nunggu kamu. Aku cuma mau kamu ...," kata Dafa sambil terisak.Caca dapat merasakan kalau pundaknya pun
3 tahun telah berlalu.Banyak hal yang sudah terjadi, termasuk Devan yang menikah dengan Lily satu tahun setelah kedatangan Caca ke Korea.Kini, Caca kembali ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan Arga. Apa kalian tau lelaki itu akan menikah dengan siapa?Yap, dengan Fey! Salah satu teman dekatnya.Tidak kaget sih, sejak dulu juga Caca sudah menebak hal ini akan terjadi. Naya sendiri sudah menikah paling awal, tepatnya 1 tahun yang lalu. Yang tidak disangka-sangka ternyata dia menikah dengan Rendi, laki-laki yang dulu perempuan itu anggap sebagai mantan paling menyebalkan."Duh, calon adik ipar cantik banget. Sayangnya masih jomblo," goda Fey yang duduk di depan meja rias.Perempuan itu tampak sangat menawan dalam balutan kebaya putih, sedangkan Caca pun terlihat tak kalah cantik dengan pakaian bridesmaid berwarna dusty blue.Daripada hadir bersama keluarganya, dia justru memilih menemani Fey."Yaelah, Kak. Masih
Benar apa yang dikatakan Kiara tadi bahwa Dafa akan menyusulnya. Sejak tadi laki-laki itu berdiri di depan gerbang karena tidak diperbolehkan masuk oleh Devan. Ada rasa kasihan yan tiba-tiba menyelusup ke relung hati Caca, jauh-jauh datang kemari taunya tidak mendapat izin bertemu, namun setelahnya perempuan itu kembali sadar. Perbuatan Dafa yang katanya hanya bermain-main terlanjur membuat dia muak. Jadi, mungkin memang begini lebih baik. Setelah berdiam diri cukup lama akhirnya Dafa pergi, mungkin akan mencari penginapan karena sepertinya sebentar lagi akan hujan. "Apa dia udah berubah?" Tanya Caca pada dirinya sendiri dengan pelan. Setelah berucap demikian gadis tersebut kembali masuk ke kamarnya, sedaritadi dia hanya melihat Dafa dari balkon. Berbagai pikiran berkecamuk di benaknya. Kenapa Fenti bisa mengininkan Dafa untuk menyusulnya? Apakah ini yang disebut kasih ibu sepanjang masa, jadi meski anaknya salah akan tetap dibela? Ah, p
Benar. Memangnya kalau ketemu terus Caca masih mau sama dia? Dafa termenung, perasaannya jadi was-was tatkala memikirkan kejadian-kejadian buruk yang mungkin akan terjadi.Ucapan Abizar tadi terus menghantuinya. Tanpa sadar tangan Dafa menarik gas lebih dalam, dan dalam waktu singkat dia telah sampai di rumah.Baru membuka pintu dia langsung melihat bundanya yang sedang serius mengetik di laptop."Bun ...." Dengan lesu dia mendekati Fenti dan duduk di sebelahnya.Wanita itu melirik sekilas lalu kembali menatap laptop."Apa?" Tanyanya."Gimana kalau besok Caca nggak mau ketemu aku, nggak mau pulang juga?""Ya dirayu.""Kalau nggak mempan?""Usaha dong, Dafa ... masa semuanya kamu tanya, semua hal yang terjadi antara kamu dan Caca ujung-ujungnya Bunda yang mikir jalan keluarnya. Kamu itu udah cukup dewasa lho, kalau masih ragu mending nggak usah nyusul Caca!" Tegas Fenti.Dafa meringis."Iya, iya ... ng
Berkali-kali Dafa menelfon Caca, namun tak pernah dijawab. Kini, setelah 3 bulan laki-laki itu baru mengetahui kalau sang sahabat berada di Negeri Ginseng.2 bulan pertama benar-benar tidak ada kabar mengenai Caca, bahkan semua akun sosial medianya pun tidak aktif. Namun 1 bulan terakhir ini, akun gadis itu mulai aktif kembali, beberapa kali Caca memposting foto dengan beberapa teman barunya, dan diantara semua orang di foto itu ada satu yang membuat Dafa terbakar api cemburu.Lelaki memakai kaos hitam dan celana hitam yang dipadu dengan jas bermotif kotak-kotak hitam dan putih di foto tersebut tampak merangkul pundak Caca dengan akrab. Kalau dilihat dari wajahnya sepertinya laki-laki tersebut bukan asli orang Korea."Apa gue minta buat dijodohin lagi ya? Ah, tapi keluarga Caca pasti nggak setuju," monolognya sembari mengacak rambut dengan frustasi.Dulu, 2 hari setelah Caca pindah sekaligus hari dimana dia dimarahi Fenti habis-habisan, Dafa langsun