“Nona, akhirnya Anda sadar juga.” Samar-samar terdengar suara seorang wanita. Dia tak lain adalah Ban Xia, pelayan pribadi Qiao Zhi Jing yang senantiasa menjaga di sisinya saat Qiao Zhi Jing terbaring di ranjang tak sadarkan diri.
Perlahan Qiao Zhi Jing membuka netranya, setelah sekitar 2 hari dalam kondisi koma. Aroma dupa tercium menyengat di hidungnya, seketika membuat kepalanya terasa pusing karena tak biasa menghirupnya.Tatkala kesadarannya mulai terkumpul, Qiao Zhi Jing tercengang seketika kala mendapati dirinya di tempat asing. Netranya terbelalak. Antusias memperhatikan ke sekelilingnya. Sementara Ban Xia yang melihat sikap tidak normal yang ditunjukkan oleh Qiao Zhi Jing pun merasa heran dibuatnya.“Di mana ini? Bukankah tadi aku ada di perpustakaan?” gumamnya. Qiao Zhi Jing semakin terkecoh kala mencermati pakaiannya yang aneh. Bukannya memakai seragam SMA, ia kini malah menggunakan kostum china kuno yang disebut Hanfu.“Apaan ini? Cosplay? Bisa-bisanya aku memakai pakaian … cosplay? Sejak kapan?” gumam Qiao Zhi Jing sembari mengutak-atik pakaiannya sendiri.“Nona, apa maksud Anda? Saya tidak mengerti perkataan Anda barusan,” kata Ban Xia sembari mengernyitkan kedua alisnya.Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar dengan keberadaan orang lain di sampingnya. Seorang wanita muda seumurannya, kemungkinan dia adalah teman yang mengajaknya mencoba cosplay. Namun setelah diingat-ingat, Qiao Zhi Jing tidak memiliki seorang pun teman.“Kau … kau siapa ya? Apa kita saling mengenal?” tanya Qiao Zhi Jing dengan gugup.“Nona, ini aku. Ban Xia, pelayan Anda dari kecil. Apa yang salah dengan Anda? Apa Anda sudah tidak mengingatku?” cecar Ban Xia dengan rasa cemas bercampur takut.“Ban Xia? Ban Xia siapa? Apa kau teman sekelasku?” Qiao Zhi Jing bertanya balik.“Nona, apa ada yang salah dengan otak Anda? apa mungkin Anda tidak sengaja membentur sesuatu saat terjatuh?” tanyanya dengan ragu.“Apa maksudmu? Apa kau pikir aku sudah gila?” balas Qiao Zhi Jing dengan nada bicara ketus.“Maaf, Nona. Saya sudah salah. Saya tidak memikirkan ucapan saya. Silakan hukum saya, Nona,” cetus Ban Xia sembari memukul mulutnya sendiri dengan cara kasar dan keras.Seketika tanpa diperintah, Ban Xia bergegas berlutut di hadapan Qiao Zhi Jing sembari meminta pengampunan. Qiao Zhi Jing cukup terkejut dan sepontan merasa tidak nyaman kala melihat seseorang yang tiba-tiba berlutut di hadapannya.“Eh, eh, apa yang sedang kau lakukan? Bangunlah. Jangan berlebihan seperti ini,” pinta Qiao Zhi Jing sembari membantu Ban Xia bangkit. Akan tetapi, Ban Xia bersikeras tetap berlutut di hadapan Qiao Zhi Jing sembari terus menampar mulutnya demi menghukum dirinya sendiri.“Nona, aku bersalah. Jika Anda tidak menghukumku, maka Ban Xia akan menghukum diri sendiri,” cetus Ban Xia.PLAK!PLAKPLAK!Tamparan demi tamparan mendarat di wajah Ban Xia. Dia menampar wajahnya sendiri, tanpa diperintahkan oleh Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing yang melihat tindakan itu pun tidak tinggal diam. Dia berusaha menghentikan Ban Xia dengan cara mencekal kedua lengannya.“Sudah kubilang, berhenti! Kenapa kau tidak mendengarkanku?” sentak Qiao Zhi Jing saking kesalnya karena melihat Ban Xia yang tanpa segan memukuli wajahnya sendiri.“Maaf, Nona. Maaf, Nona. Saya tidak akan mengulanginya lagi,” cetus Ban Xia dengan tatapan nanarnya yang berkaca-kaca.Kedua pipi Ban Xia memar, memerah. Serta ujung bibirnya terluka dan berdarah. Qiao Zhi Jing bersimpati dan merasa kasihan kala melihat wajah Ban Xia yang berantakan.“Kenapa kau melakukannya? Siapa yang menyuruhmu?” tanya Qiao Zhi Jing seraya mengernyitkan kedua alisnya.“Nona sering mengatakannya. Saat saya tahu telah melakukan kesalahan, maka saya harus menghukum diri sendiri tanpa Nona suruh. Dengan begitu, Nona tidak akan menghukum saya dan tetap mempertahankan saya melayani Nona,” tutur Ban Xia seraya meneteskan air mata.Dari raut wajahnya saja dapat terbaca bahwa saat ini Ban Xia sangat ketakutan. Dia terus menundukkan kepalanya karena tidak berani menatap Qiao Zhi Jing sebab rasa bersalahnya.“Maksudmu itu … aku? Kapan aku menyuruhmu? Selain itu, kita tidak saling mengenal. Dan mengapa kau terus memanggilku Nona?” cecar Qiao Zhi Jing dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Ban Xia semakin merasa heran.“Nona, apa yang salah dengan Anda? Apa Anda sungguh tidak mengingat apa pun? Anda adalah Tuan Putri utama Klan Xing. Semua orang sangat menghormati Anda dan tidak ada satu pun yang berani melawan perintah Anda,” jelas Ban Xia.Penjelasan Ban Xia semakin menimbulkan banyak pertanyaan yang timbul di dalam otaknya. Semakin Ban Xia menjelaskannya, semakin Qiao Zhi Jing tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi kepadanya. Bisa-bisanya dia berakhir di tempat asing, bahkan memiliki seorang pelayan bernama Ban Xia, padahal sistem perbudakan sudah lama dihapuskan.Putri utama Klan Xing?Sepertinya, sebutan itu terdengar familiar. Qiao Zhi Jing berusaha untuk mengingat-ingatnya. Setelah berusaha keras memeras otaknya, akhirnya dia teringat bahwa sebutan itu pernah dia baca dalam sebuah novel yang menyita perhatiannya.‘Tidak mungkin … Putri utama Klan Xing? Bukankah itu latar belakang seorang karakter figuran yang sangat kubenci? Jangan-jangan … .’“Lalu, siapa aku? siapa namaku?” Qiao Zhi Jing bertanya dengan antusias, tidak sabar mendengar jawaban dari Ban Xia.“Nama Anda Qiao Zhi Jing. Putri Utama Klan Xing,” ungkap Ban Xia.“Astaga! Tidak mungkin ini terjadi. Apa aku sedang bermimpi?”Rasanya tidak nyata. Qiao Zhi Jing masih tidak percaya dengan fakta yang telah dialaminya saat ini. Dengan sigap, Qiao Zhi Jing bangkit seraya melangkah keluar dari kamarnya. Seluruh pemandangan yang dilihatnya sama persis seperti drama-drama kolosal yang ditayangkan di televisi.“Ini mustahil. Apa semua ini?!”Mendapati fakta dirinya telah bertransmigrasi dan tersasar ke novel yang tengah dia baca, seketika mentalnya syok dan dia terjatuh pingsan.“Nona! Nona, ada apa dengan Anda? Tolong!” Ban Xia yang mengejar Qiao Zhi Jing ke luar, sontak terkejut tatkala melihat Qiao Zhi Jing yang terbaring di tanah tak sadarkan diri.Ban Xia langsung berteriak meminta tolong. Pada detik itulah semua orang di kediaman itu bergegas datang. Salah satu dari mereka pun langsung mengangkat Qiao Zhi Jing kembali ke kamarnya.Qiao Zhi Jing adalah seorang gadis SMA yang baru menginjak usia 18 tahun. Ia adalah gadis yang ceria, namun sayangnya tak ada seorang pun yang bersedia berteman dengannya. Qiao Zhi Jing dikenal sebagai gadis penyendiri yang tidak memiliki teman. Satu-satunya teman terbaiknya hanyalah sebuah novel yang terpajang rapi di perpustakaan.Salah satu novel yang menyita perhatiannya saat ini berjudul Karma Putri Kejam. Sebab, nama pemeran figuran di novel itu sama persis dengan namanya. Setelah membacanya, Qiao Zhi Jing secara tidak sadar terlarut dalam cerita. Ia yang terlalu lelah membaca, pada akhirnya tertidur di perpustakan. Namun, suatu kejaiban terjadi. Ia tiba-tiba saja terbangun di tubuh seorang figuran antagonis di dalam novel yang dia baca dan memerankan karakter dengan nama yang sama, sebagai Qiao Zhi Jing."Tidak masuk akal. Masuk ke dalam novel yang sedang kubaca? Ini tidak mungkin. Aku pasti sedang bermimpi," gumam seorang wanita yang tengah menekuk lututnya sembari mengikis kuku jarinya karena syok dan ketakutan menghadapi kenyataan yang tengah dia alami."Nona Kedua, buka pintunya. Apa Anda baik-baik saja? Nona Kedua, tolong jangan seperti ini."BRAK!BRAK!BRAK!Seorang pelayan berusaha menerobos masuk ke dalam kamar majikannya yang telah lama mengurung diri di dalam kamarnya. Sebelumnya, majikannya yang dipanggil Nona Kedua itu sempat menunjukkan tanda-tanda keanehan, juga mengatakan hal-hal absurd, lalu mengurung dirinya di kamar sendiri. "Nona kedua ... .""Pergi! Pergi kalian semua!!!" usirnya dengan lantang.Qiao Zhi Jing. Mereka memanggilnya Nona Kedua, seorang putri dari Klan Xing. Anak dari seorang Jendral yang sangat dihormati. Rasanya benar-benar gila. Dia berharap agar segera bangun dari mimpi yang dia anggap mimpi sial ini.Dia memang bernama Qiao Zhi Jing, tetapi buka
Sekitar tengah malam, Qiao Zhi Jing terbangun. Dia menoleh ke sampingnya dan mendapati Ban Xia yang terlelap menjaganya. "Apa ini? kukira semuanya hanya mimpi, tapi kenapa aku masih ada di sini?" keluhnya dengan suara yang lemah.Ban Xia yang mudah terbangun pun menyadari bahwa Qiao Zhi Jing akhirnya telah sadarkan diri."Nona, akhirnya Anda sadar juga. Tahukah Anda, semua orang sangat mengkhawatirkan Anda," kata Ban Xia."Bukan hanya orang lain saja. Aku juga sangat mengkhawatirkan diriku sendiri. Aissh! hidupku sial sekali," deciknya.Qiao Zhi Jing mengehela napas. Meratapi alur hidupnya yang bernasib sial. Rasanya dia masih tidak bisa menerima perihal yang terjadi kepadanya saat ini. Bisa-bisanya dia berakhir di tubuh seorang Qiao Zhi Jing, seorang figuran antagonis dari sebuah novel. Sekilas saja Qiao Zhi Jing menebak bahwa kehidupannya kali ini akan sangat menyulitkan.Berdasarkan cerita yang telah dia baca, Qiao Zhi Jing telah melakukan banyak kejahatan. Semua orang membencinya
"Nona, Anda mau pergi ke mana pagi-pagi begini?" tanya Ban Xia kala dia baru masuk ke dalam kamar Qiao Zhi Jing dan mendapati Qiao Zhi Jing yang telah bangun dan berdandan.Tidak biasanya Qiao Zhi Jing bangun sepagi ini. Apalagi dia sebagai putri utama sama sekali tidak pernah menyentuh air dingin untuk digunakan mandi. Tentu saja semua peralatan mandi termasuk air hangat perlu disiapkan setiap hari. Namun kali ini, Qiao Zhi Jing telah selesai mandi tanpa dilayani oleh seorang pun pelayan."Kenapa? apa aku tidak boleh berdandan?" balas Qiao Zhi Jing. "Jika dilihat-lihat, Qiao Zhi Jing ini memang lebih hebat merawat tubuhnya dibanding diriku. Lihat saja kulit wajahnya ini. Sangat halus dan kenyal," gumam Qiao Zhi Jing sembari mencubit-cubit pipinya sendiri."Tidak, bukan begitu. Maaf, Nona." Ban Xia tampak ketakutan dan hampir saja berlutut andai saja Qiao Zhi Jing tak langsung mencegahnya."Eiiittt ... jangan berlutut lagi. Mulai saat ini, jangan pernah berlutut di hadapanku lagi. Ten
"Nah, antarkan surat ini untuknya," titah seorang pemuda kepada pengawal bayangannya."Baik." Tanpa banyak bertanya, pengawal bayangan itu pun melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh majikannya."Ah, jangan lupa dengan pesanku tadi. Kau yang akan menggantikanku nanti. Aku memberimu waktu 10 menit. Jangan sampai terlambat." Memperingati pengawal bayangannya."Anda tidak perlu khawatir. Saya akan pasti akan melakukannya," cetus sang pengawal bayangan. Usai menyelesaikan perkataannya, ia pun berlalu pergi melompati dinding demi melaksanakan tugas majikannya.Seorang pria berparas tampan berpenampilan tegas nan gagah itu tengah memandangi bunga persik yang memekar indah di luar jendela. Tampak jelas kekhawatiran dalam benaknya. Entah apa yang tengah dipikirkannya, yang jelas saat ini dia tengah merasa bimbang dan gelisah."Pangeran, waktunya sudah tiba. Silakan Anda bersiap-siap," ucap seorang kasim dari luar kamar pria yang disebutnya sebagai pangeran."Aku tahu. Aku akan keluar setel
"Lepaskan! sudah kubilang, aku bukan pencuri. Haaa! Mau kau bawa ke mana aku? lepaskan!" Sepanjang jalan, Qiao Zhi Jing terus memberontak ketika Bai Wuxin menyeretnya paksa. "Hei, apa kau tuli? sudah kubilang, aku bukan pencuri!" Dengan sikap nekad, Qiao Zhi Jing menggigit tangan Bai Wuxin dengan keras sehingga cengkraman tangannya reflek terlepas."Aarghh! apa kau gila? beraninya kau menggigitku. Apa kau tahu siapa aku?!" protes Bai Wuxin dengan nada suara yang sengaja ditinggikan. Dia mengerang kesakitan sembari menarik lengan pakaiannya dan mendapati tangannya yang berdarah meninggalkan bekas gigitan.Tanpa mempedulikan ucapan Bai Wuxin, tatkala berhasil lepas dari cengkramannya, Qiao Zhi Jing pun bergegas melarikan diri. "Hei, dasar pencuri rendahan. Beraninya kau kabur!" teriak Bai Wuxin dengan lantang.Suara lantang Bai Wuxin menyita perhatian para penjaga keamanan. Para prajurit pun bergegas menghampiri Bai Wuxin guna memeriksa perihal apa yang tengah terjadi."Pangeran, apa
“Apa katamu? Qiao Zhi Jing menghilang?” Tanpa menunggu jawaban dari Kasim Tang, Bai Wuxin segera beranjak drai tempatnya. Langkahnya tergesa menuju kamar pengantin.BRAK! Bai Wuxin membuka pintu kamar dan mendapati siapa pun di dalamnya. Ia bahkan memeriksa ke tiap sudut ruangan, kalau-kalau Qiao Zhi Jing tengah bersembunyi di suatu tempat. Namun nihil, Bai Wuxin tak mendapati Qiao Zhi Jing di mana pun.Tak selang berapa lama, di belakangnya menyusul dua orang yang tak lain adalah Kasim Tang dan pengawal bayangannya yang bernama Hua Rong.“Bagaimana dia bisa menghilang? Hua Rong, apa kau tidak tahu dia pergi ke mana?” tanya Bai Wuxin sembari menatap lekat wajah Hua Rong.“Maaf, Pangeran. Setelah Anda menyuruh saya mengurus beberapa hal, saya tidak mengawasinya lagi,” jawab Hua Rong.Bai Wuxin tidak bertanya lagi, sebab dari awal bukanlah salah Hua Rong. Sesungguhnya, menghilangnya Qiao Zhi Jing sedikit pun tidak menggoyahkan hatinya. Karena dari awal, Bai Wuxin tidak pernah mengingin
“Apa lagi ini? kenapa aku bisa ada di sini?” Tepat pertama kali Qiao Zhi Jing membuka mata, dia melihat ke sekelilingnya yang tampak gelap dan kotor. Tempat yang sangat asing, serta Qiao Zhi Jing sendiri tidak tahu sedang ada di mana dirinya saat ini. Tidak ingat apa yang terjadi semalam dan mengapa dia berakhir di tempat kumuh yang tampak seperti sel penjara. “Tunggu … apa ini di penjara? Aissh, sial! Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa aku bisa berakhir di tempat ini?” Qiao Zhi Jing berusaha keras mengingat apa yang telah terjadi terakhir kali. Namun, sekeras apa pun dia mengingatnya, jalan ingatannya berhenti ketika dia berada di dapur. Setelah itu, dia tak bisa mengingat apa pun. Melihat seorang sipir penjara melintas di luar penjara, sontak Qiao Zhi Jing bangkit seraya berlari menghampirinya dari balik jeruji besi. “PERMISI! Kenapa aku bisa ada di sini? apa yang kalian lakukan? cepat lepaskan aku sekarang juga. Asal kalian tahu ayahku adalah Jendral … .”“HAHAHA! J
"Nyalimu terlalu besar. Berani sekali wanita rendahan sepertimu mencuri di kediaman seorang Pangeran," kata sipir penjara yang menginterogasi Qiao Zhi Jing.Tubuh Qiao Zhi Jing terikat kencang di sebuah kursi. Berulang kali Qiao Zhi Jing memberontak agar segera terlepas. Sayangnya, perlawanannya sia-sia saja. Tangan, kaki, tubuh, bahkan tali pengikat itu melingkar di lehernya. Tubuh Qiao Zhi Jing terikat kuat di kursi kayu. "Sudah kubilang, aku tidak mencuri apa pun. Jika berani, panggil Pangeran Bai Wuxin atau siapa pun itu ke sini. Aku harus menjelaskannya!" cetus Qiao Zhi Jing dengan lantang sembari mengeratkan rahangnya. Terdengar gigi gerahamnya yang menggertak karena geram.Sorot matanya tajam menatap sipir penjara yang menatapnya dengan siasat licik dan makna tersembunyi. Sipir penjara itu melempar senyum tersungging ke arah Qiao Zhi Jing, seketika menggetarkan hati Qiao Zhi Jing. Bercampur rasa takut dan jijik kala melihat senyumannya. Sipir penjara itu memang terlihat masih
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua