"Nona, Anda mau pergi ke mana pagi-pagi begini?" tanya Ban Xia kala dia baru masuk ke dalam kamar Qiao Zhi Jing dan mendapati Qiao Zhi Jing yang telah bangun dan berdandan.
Tidak biasanya Qiao Zhi Jing bangun sepagi ini. Apalagi dia sebagai putri utama sama sekali tidak pernah menyentuh air dingin untuk digunakan mandi. Tentu saja semua peralatan mandi termasuk air hangat perlu disiapkan setiap hari. Namun kali ini, Qiao Zhi Jing telah selesai mandi tanpa dilayani oleh seorang pun pelayan."Kenapa? apa aku tidak boleh berdandan?" balas Qiao Zhi Jing. "Jika dilihat-lihat, Qiao Zhi Jing ini memang lebih hebat merawat tubuhnya dibanding diriku. Lihat saja kulit wajahnya ini. Sangat halus dan kenyal," gumam Qiao Zhi Jing sembari mencubit-cubit pipinya sendiri."Tidak, bukan begitu. Maaf, Nona." Ban Xia tampak ketakutan dan hampir saja berlutut andai saja Qiao Zhi Jing tak langsung mencegahnya."Eiiittt ... jangan berlutut lagi. Mulai saat ini, jangan pernah berlutut di hadapanku lagi. Tentang peraturan yang dietapkan Qiao Zhi Jing sebelumnya ... tidak, maksudku, tentang peraturanku sebelumnya, lupakan saja semuanya. Mulai sekarang, jangan pernah menyakiti dirimu sendiri," titah Qiao Zhi Jing.Sikap Qiao Zhi Jing yang sungguh berbeda dari sebelumnya, seketika membuat Ban Xia merasa heran. Bukannya senang, Ban Xia justru takut kala Qiao Zhi Jing yang biasanya bersikap kejam dan tegas atas perkataannya, kini mulai berubah melunak.Dengan rasa takut, Ban Xia pun angkat bicara, "Nona, jika Anda berubah sebanyak ini, saya justru lebih takut. Nona, tidak bisakah Anda bersikap seperti biasanya?" kata Ban Xia dengan suara bergetar.Qiao Zhi Jing bangkit dari kursi rias, lalu berbalik menghampiri Ban Xia. Tatkala Qiao Zhi Jing menyentuh lengan Ban Xia, reflek Ban Xia terkejut dan menarik lengannya. Namun, Ban Xia berusaha untuk lebih tenanh dan membiarkan Qiao Zhi Jing menyentuh kedua lengannya.Seulas senyum teduh terukir di wajah Qiao Zhi Jing. Dia menatap nanar wajah Ban Xia yang menunduk ketakutan seraya berkata, "Ban Xia, aku sudah berubah. Aku bukanlah Qiao Zhi Jing yang dulu. Mulai sekarang, aku akan menjalani hidupku yang baru. Jika dulu aku terlalu kejam kepadamu, maafkan aku. Tapi mulai sekarang, percayalah. Aku tidak akan berbuat jahat seperti dulu lagi," tutur Qiao Zhi Jing, berusaha meyakinkan Ban Xia.Ban Xia yang awalnya menunduk, akhirnya mulai berani mengangkat wajahnya. Sekilas dia menatap wajah Qiao Zhi Jing, lalu menurunkan pandangannya lagi."Nona, Anda adalah Nona kami. Semua yang Anda lakukan dan perintahkan, sudah semestinya kami yang melakukan. Nona, jangan meminta maaf kepada saya. Saya tidak pantas menerimanya," balas Ban Xia."Sudahlah. Jika memang begitu aturannya, tidak masalah. Yang pasti, mulai sekarang aku Qiao Zhi Jing bukanlah Qiao Zhi Jing yang kejam seperti dulu," cetusnya sembari mendongakkan kepalanya. "Ah, sampai lupa. Ada yang ingin kutanyakan. Kau bilang, terakhir kali aku terjatuh ke danau. Danau di mana itu?" tanyanya dengan netra membola karena tidak sabar mendengar jawaban Qiao Zhi Jing."Nona, untuk apa Anda menanyakan danau itu? sebaiknya, Anda tidak perlu mengingatnya. Saya memiliki kesan buruk tentang danau itu," balas Ban Xia."Aissh ... katakan saja. Tidak apa-apa. Siapa tahu aku bisa mengingat sesuatu jika datang ke sana," timpal Qiao Zhi Jing."Saya bisa mengatakannya, tapi Anda hari ini tidak boleh ke mana-mana," ujar Ban Xia dengan ragu.Kedua alis Qiao Zhi Jing reflek mengernyit. Pertanyaan mulai muncul dalam benaknya."Kenapa?" tanyanya singkat."Nona pasti sudah melupakannya. Hari ini adalah hari pernikahan Anda dengan Pangeran Bai Wuxin," ungkapnya."Hah? Apa katamu tadi? Tunggu ... menikah? apa maksudmu, hari ini aku harus menikah? dengan siapa tadi ... pangeran Bai Wuxin? siapa dia?" Sepontan saja dia sangat terkejut dan tidak percaya dengan alur cerita yang ternyata telah berjalan jauh dari yang dia bayangkan.Terakhir kali Qiao Zhi Jing membaca, dia belum pernah tahu bahwa ada karakter bernama Pangeran Bai Wuxin di dalam novel yanh dibacanya. Bahkan karakter itu akan menikah dengan Qiao Zhi Jing. Rasanya dia masih tidak percaya dengan segalanya.'Sebenarnya, alur cerita ini sudah sampai mana? aku bahkan baru berusia 18 tahun. Bisa-bisanya sekarang aku harus menikah dengan seorang pria? yaampun. Takdir sial macam apa ini?' Batin Qiao Zhi Jing terus mengeluh kala meratapi kejadian aneh yang menimpa dirinya saat ini."Aku yakin semua ini pasti mimpi. Ini mimpi!"PLAK!PLAK!PLAK!"Nona, apa yang Anda lakukan? jangan sampai melukai wajah Anda sendiri," larang Ban Xia.Ban Xia bergegas menghentikan Qiao Zhi Jing yang menampar wajahnya sendiri, berharap dia bisa segera terbangun dari mimpi buruknya. Namun, semuanya percuma. Bukannya terbangun, justru rasa perih dan panas yang menjalari wajahnya. Pada akhirnya, Qiao Zhi Jing sendiri menampar wajahnya.Tubuhnya meluruh, terjatuh ke lantai dengan tatapan kosong. Ia masih tidak bisa menerima nasibnya. Tatkala dia merasakan rasa sakit yang nyata, Qiao Zhi Jing pada akhirnya percaya bahwa semua ini bukanlah mimpi."Apa semua ini? kenapa aku masih ada di sini?" gumamnya dengan perasaan kecewa.Segera Ban Xia menurunkan tubuhnya dan berkata, "Nona, kenapa Anda berubah seperti ini? Saya kira Anda akan sangat bahagia karena hari ini adalah hari yang sangat Nona tunggu setiap hari. Setiap hari Nona selalu menghitung mundur demi hari pernikahan Anda dengan Pangeran Bai Wuxin. Bukankah Anda sangat mencintainya? Nona, ada ada dengan Anda sekarang?" tutur Ban Xia sembari menitikkan air mata karena rasa khawatirnya.Sejenak Qiao Zhi Jing menghela napas panjang. Kemudian, dia bangkit dan meminta Ban Xia untuk bangkit bersamanya."Berdirilah," himbaunya, "kau bilang, aku harus menikah dengan Pangeran Bai Wuxin atau siapa itu. Kau tahu sendiri, saat ini aku tidak bisa mengingat apa pun. Bisa kau ceritakan sedikit tentangnya? setidaknya, aku harus mengetahui siapa pria yang akan kunikahi," pinta Qiao Zhi Jing."Baiklah, Nona. Saya akan menceritakannya."Sesuai dengan gelarnya, Pangeran Bai Wuxin adalah slah satu anak dari Kaisar Negara Qing. Pangeran Bai Wuxin adalah pangeran tertampan di antara pangeran yang lainnya. Bukan hanya di antara para pangeran, tetapi dia dijuluki pria tetampan di seluh Ibu Kota. Bukan hanya tampan, Bai Wuxin pun jenius dalam berbagai hal. Sastra, beladiri, dan sebagainya. Dia menguasai banyak bidang. Itulah sebabnya, dia dikagumi oleh banyak wanita. Banyak wanita yang ingin menikah dengannya, namun hanya Qiao Zhi Jing yang berhasil mewjudkannya.Seketika Qiao Zhi Jing meneguk salivanya tatakala mendengar Ban Xia bercerita tentang seorang pria yang terdengar begitu sempurna.'Baiklah. Tidak masalah jika aku harus menikah. Yang terpenting dia pria tampan,' batin Qiao Zhi Jing."Aku sudah cukup mendengarnya. Kalau begitu, ayo kita bersiap-siap. Haha. Yang benar saja. Bisa-bisanya aku akan menikahi pria tertampan. Sungguh konyol," kata Qiao Zhi Jing sembari tertawa kecil.Segala sesuatu masih terasa konyol baginya. Namun, jika bisa menikah dengan pria tampan, ia pun merasa tidak rugi sedikit pun. Dengan semangat tinggi, Qiao Zhi Jing bergegas merias dirinya demi melangsungkan acara pernikahannya."Nona, biar aku saja." Ban Xia segera merebut sisir di meja rias guna menyisir rambut panjang Qiao Zhi Jing dan membantunya bersiap-siap."Nah, antarkan surat ini untuknya," titah seorang pemuda kepada pengawal bayangannya."Baik." Tanpa banyak bertanya, pengawal bayangan itu pun melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh majikannya."Ah, jangan lupa dengan pesanku tadi. Kau yang akan menggantikanku nanti. Aku memberimu waktu 10 menit. Jangan sampai terlambat." Memperingati pengawal bayangannya."Anda tidak perlu khawatir. Saya akan pasti akan melakukannya," cetus sang pengawal bayangan. Usai menyelesaikan perkataannya, ia pun berlalu pergi melompati dinding demi melaksanakan tugas majikannya.Seorang pria berparas tampan berpenampilan tegas nan gagah itu tengah memandangi bunga persik yang memekar indah di luar jendela. Tampak jelas kekhawatiran dalam benaknya. Entah apa yang tengah dipikirkannya, yang jelas saat ini dia tengah merasa bimbang dan gelisah."Pangeran, waktunya sudah tiba. Silakan Anda bersiap-siap," ucap seorang kasim dari luar kamar pria yang disebutnya sebagai pangeran."Aku tahu. Aku akan keluar setel
"Lepaskan! sudah kubilang, aku bukan pencuri. Haaa! Mau kau bawa ke mana aku? lepaskan!" Sepanjang jalan, Qiao Zhi Jing terus memberontak ketika Bai Wuxin menyeretnya paksa. "Hei, apa kau tuli? sudah kubilang, aku bukan pencuri!" Dengan sikap nekad, Qiao Zhi Jing menggigit tangan Bai Wuxin dengan keras sehingga cengkraman tangannya reflek terlepas."Aarghh! apa kau gila? beraninya kau menggigitku. Apa kau tahu siapa aku?!" protes Bai Wuxin dengan nada suara yang sengaja ditinggikan. Dia mengerang kesakitan sembari menarik lengan pakaiannya dan mendapati tangannya yang berdarah meninggalkan bekas gigitan.Tanpa mempedulikan ucapan Bai Wuxin, tatkala berhasil lepas dari cengkramannya, Qiao Zhi Jing pun bergegas melarikan diri. "Hei, dasar pencuri rendahan. Beraninya kau kabur!" teriak Bai Wuxin dengan lantang.Suara lantang Bai Wuxin menyita perhatian para penjaga keamanan. Para prajurit pun bergegas menghampiri Bai Wuxin guna memeriksa perihal apa yang tengah terjadi."Pangeran, apa
“Apa katamu? Qiao Zhi Jing menghilang?” Tanpa menunggu jawaban dari Kasim Tang, Bai Wuxin segera beranjak drai tempatnya. Langkahnya tergesa menuju kamar pengantin.BRAK! Bai Wuxin membuka pintu kamar dan mendapati siapa pun di dalamnya. Ia bahkan memeriksa ke tiap sudut ruangan, kalau-kalau Qiao Zhi Jing tengah bersembunyi di suatu tempat. Namun nihil, Bai Wuxin tak mendapati Qiao Zhi Jing di mana pun.Tak selang berapa lama, di belakangnya menyusul dua orang yang tak lain adalah Kasim Tang dan pengawal bayangannya yang bernama Hua Rong.“Bagaimana dia bisa menghilang? Hua Rong, apa kau tidak tahu dia pergi ke mana?” tanya Bai Wuxin sembari menatap lekat wajah Hua Rong.“Maaf, Pangeran. Setelah Anda menyuruh saya mengurus beberapa hal, saya tidak mengawasinya lagi,” jawab Hua Rong.Bai Wuxin tidak bertanya lagi, sebab dari awal bukanlah salah Hua Rong. Sesungguhnya, menghilangnya Qiao Zhi Jing sedikit pun tidak menggoyahkan hatinya. Karena dari awal, Bai Wuxin tidak pernah mengingin
“Apa lagi ini? kenapa aku bisa ada di sini?” Tepat pertama kali Qiao Zhi Jing membuka mata, dia melihat ke sekelilingnya yang tampak gelap dan kotor. Tempat yang sangat asing, serta Qiao Zhi Jing sendiri tidak tahu sedang ada di mana dirinya saat ini. Tidak ingat apa yang terjadi semalam dan mengapa dia berakhir di tempat kumuh yang tampak seperti sel penjara. “Tunggu … apa ini di penjara? Aissh, sial! Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa aku bisa berakhir di tempat ini?” Qiao Zhi Jing berusaha keras mengingat apa yang telah terjadi terakhir kali. Namun, sekeras apa pun dia mengingatnya, jalan ingatannya berhenti ketika dia berada di dapur. Setelah itu, dia tak bisa mengingat apa pun. Melihat seorang sipir penjara melintas di luar penjara, sontak Qiao Zhi Jing bangkit seraya berlari menghampirinya dari balik jeruji besi. “PERMISI! Kenapa aku bisa ada di sini? apa yang kalian lakukan? cepat lepaskan aku sekarang juga. Asal kalian tahu ayahku adalah Jendral … .”“HAHAHA! J
"Nyalimu terlalu besar. Berani sekali wanita rendahan sepertimu mencuri di kediaman seorang Pangeran," kata sipir penjara yang menginterogasi Qiao Zhi Jing.Tubuh Qiao Zhi Jing terikat kencang di sebuah kursi. Berulang kali Qiao Zhi Jing memberontak agar segera terlepas. Sayangnya, perlawanannya sia-sia saja. Tangan, kaki, tubuh, bahkan tali pengikat itu melingkar di lehernya. Tubuh Qiao Zhi Jing terikat kuat di kursi kayu. "Sudah kubilang, aku tidak mencuri apa pun. Jika berani, panggil Pangeran Bai Wuxin atau siapa pun itu ke sini. Aku harus menjelaskannya!" cetus Qiao Zhi Jing dengan lantang sembari mengeratkan rahangnya. Terdengar gigi gerahamnya yang menggertak karena geram.Sorot matanya tajam menatap sipir penjara yang menatapnya dengan siasat licik dan makna tersembunyi. Sipir penjara itu melempar senyum tersungging ke arah Qiao Zhi Jing, seketika menggetarkan hati Qiao Zhi Jing. Bercampur rasa takut dan jijik kala melihat senyumannya. Sipir penjara itu memang terlihat masih
Pangeran Bai Wuxin, Hua Rong, termasuk Lei Yan. Mereka adalah ketiga pria yang saling mengenal. Selain Hua Rong yang beridentitaskan sebagai pengawal bayangan, tentu saja Bai Wuxin dan Lei Yan termasuk kategori pria tampan di Ibu Kota. Meskipun ketampanan Lei Yan masih berbanding jauh dari Bai Wuxin, tetapi dia tetap masuk ke dalam nominasi.Usai memastikan identitas Qiao Zhi Jing, akhirnya dia dibebaskan tanpa syarat. Masalah itu sudah pasti. Selain Qiao Zhi Jing tidak bersalah, dia juga adalah seorang putri dari Klan Xing, dan juga kini telah menjadi istri sah Pangeran Bai Wuxin. Karena identitasnya saat ini adalah istri Pangeran, maka dia pun dipulangkan ke kediaman Bai Wuxin. Hancurlah sudah niatnya untuk melarikan diri. Sepertinya setelah ini, akan susah bagi dirinya untuk keluar dari Kediaman Bai Wuxin."Kau ternyata Pangeran Bai Wuxin?" tanya Qiao Zhi Jing sembari melipatkan kedua lengannya di depan dada."Benar," jawabnya singkat.PLAK!Tamparan mendarat di wajah Bai Wuxin seca
“Bagaimana dengan hasil yang telah kauselidiki?” tanya Bai Wuxin kepada Hua Rong dengan mimik wajah serius. “Sesuai dengan dugaan Anda. Dalang di balik panah yang menembus tubuh Anda terakhir kali adalah ulah Pangeran Bai Ruyu,” ungkap Hua Rong tanpa ragu sedikit pun. Hua Rong yakin setelah menyelidiki asal usul perajin panah yang hampir membunuh Bai Wuxin terakhir kali saat sedang menjalankan perintah militer di Xianjiang Selatan. Tepat 2 bulan lalu, Bai Wuxin sempat dititahkan untuk memimpin militer dan menenangkan korban banjir di daerah Xianjiang Selatan. Pada waktu itu, seseorang secara diam-diam melepaskan panah hingga menembus tubuh Bai Wuxin. Butuh waktu sekitar 2 minggu bagi Wuxin memulihkan diri saat itu. Tentang bagaimana Bai Wuxin terluka, termasuk terlukanya Bai Wuxin, tak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Hua Rong. Sebab ketika Bai Wuxin terluka, hanya Hua Rong yang mengetahui hal itu. Bai Wuxin meminta agar Hua Rong merahasiakan tentang lukanya dari siapa
“Jangan menghalangiku. Aku ingin pergi dari sini sekarang juga!” cetus Qiao Zhi Jing dengan lantang. Keributan terjadi di halaman Taman Aprikot tempat kediaman Qiao Zhi Jing. Para pelayan mencekal tangan dan kaki Qiao Zhi Jing agar dia tak dapat melarikan diri. Sementara Qiao Zhi Jing terus meronta bagaikan cacing kepanasan. Para pelayan yang memeganginya mulai kewalahan dan akhirnya terjatuh ke tanah bersama Qiao Zhi Jing. “Aawww. Sakit sekali!” Qiao Zhi Jing mengerang kesakitan tatkala pantatnya terbentur keras ke tanah. Meskipun para pelayan yang mencengkram Qiao Zhi Jing telah berusaha semaksimal mungkin agar Qiao Zhi Jing tidak terluka, tetapi mereka tetap gagal mengendalikan Qiao Zhi Jing yang terlalu sulit untuk dikendalikan. “Maaf, Nona!!!” Serentak keempat pelayan yang mengekang Qiao Zhi Jing berlutut di hadapan Qiao Zhi Jing.Masih berusaha menahan rasa sakit yang dia rasakan, Qiao Zhi Jing sengaja tak mempedulikan permintaan maaf dari para pelayan itu. “Yaampun, No
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua