Sekitar tengah malam, Qiao Zhi Jing terbangun. Dia menoleh ke sampingnya dan mendapati Ban Xia yang terlelap menjaganya.
"Apa ini? kukira semuanya hanya mimpi, tapi kenapa aku masih ada di sini?" keluhnya dengan suara yang lemah.Ban Xia yang mudah terbangun pun menyadari bahwa Qiao Zhi Jing akhirnya telah sadarkan diri."Nona, akhirnya Anda sadar juga. Tahukah Anda, semua orang sangat mengkhawatirkan Anda," kata Ban Xia."Bukan hanya orang lain saja. Aku juga sangat mengkhawatirkan diriku sendiri. Aissh! hidupku sial sekali," deciknya.Qiao Zhi Jing mengehela napas. Meratapi alur hidupnya yang bernasib sial. Rasanya dia masih tidak bisa menerima perihal yang terjadi kepadanya saat ini. Bisa-bisanya dia berakhir di tubuh seorang Qiao Zhi Jing, seorang figuran antagonis dari sebuah novel. Sekilas saja Qiao Zhi Jing menebak bahwa kehidupannya kali ini akan sangat menyulitkan.Berdasarkan cerita yang telah dia baca, Qiao Zhi Jing telah melakukan banyak kejahatan. Semua orang membencinya dan menyimpan dendam kesumat. Tak sedikit dari mereka yang berharap Qiao Zhi Jing segera mati. Dia memang belum menyelesaikan bacaannya hingga tamat, tetapi sekilas saja dia dapat menebak bahwa akhir hidup seorang yang berhati jahat pastilah berakhir tragis. Dan sekarang, dialah yang memerankannya.'Apa hidupku akan berakhir tragis juga? Bagaimana jika kepalaku dipenggal? Menakutkan sekali. Tidak, aku tidak ingin di sini. Aku ingin pulang sekarang juga. Tapi bagaimana caranya?' batinnya. Qiao Zhi Jing mulai berpikir keras."Nona? Nona?" Ban Xia mencoba menyadarkan Qiao Zhi Jing dari lamunannya."Ah? eh? kenapa?" Qiao Zhi Jing gelagapan."Apa yang Anda pikirkan? apa Anda baik-baik saja?" tanyanya dengan cemas kala melihat Qiao Zhi Jing yang bersikap aneh. Tampak tidak baik-baik saja semenjak tersadar dari koma.Memang sikap Qiao Zhi Jing sedikit aneh sejak terbangun dari koma. Qiao Zhi Jing yang selalu menatapnya dengan tatapan dingin dan wajahnya yang seram, kini auranya berubah menjadi lebih tuduh. Ban Xia cuirga bahwa Qiao Zhi Jing benar-benar telah kehilangan ingatannya. Namun, baginya itu adalah hal baik karena Qiao Zhi Jing yang sekarang tampak tidak sejahat Qiao Zhi Jing yang dulu."Nona, apa mungkin ... Anda benar-benar kehilangan ingatan Anda?" Ban Xia mencoba menggali informasi."Emmm ... kira-kira seperti itu. Ah, benar. Sudah sampai di mana ceritanya?" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit seraya bertanya dengan antusias."Nona, apa maksud Anda? cerita yang mana?" Ban Xia sama sekali tidak mengerti dengan maksud pertanyaannya."Aiih! tidak, maksudku ... terakhir kali, apa yang terjadi padaku?" tanyanya."Nona, Anda pasti sudah melupakannya. Terakhir kali, Anda menghukum pelayan bernama Chun Tao. Kemudian, Nona pertama menyelamatkannya dan mengobatinya. Tapi Chun Tao ini sudah gila. Dia bersikap kurang ajar terhadap Anda. Chun Tao mendorong Anda ke danau. Anda tenggelam, lalu diselematkan oleh Tuan Zhong Chen Xiao, sepupu Anda. Lalu Anda koma selama 2 hari dan baru tersadar hari ini, tapi Anda malah pingsan lagi dan membuat semua orang semakin cemas. Nona, Anda bahkan sampai kehilangan ingatan Anda setelah kejadian itu," jelasnya panjang kali lebar.Akhirnya Qiao Zhi Jing teringat tentang bacaannya terakhir kali. Baru sampai di halaman saat ketika Qiao Zhi Jing menghukum pelayan, lalu diselamatkan oleh kakaknya. Setelah mereka berdua berdebat, Qiao Zhi Jing tidak ingat lagi. Lebih tepatnya, Qiao Zhi Jing belum melanjutkan bacaannya ke halaman selanjutnya. Dia tidak tahu jika ada kejadian seperti yang diceritakan oleh Ban Xia baru saja."Jadi, aku koma selama 2 hari setelah tenggelam di danau. Di danau mana?" Qiao Zhi Jing tidak sabar mendengar jawaban dari Ban Xia."2 hari lalu saat festival lentera, kita keluar bersama. Saat kita melarutkan lentera di pinggir danau, tiba-tiba saja seseorang sengaja mendorong Anda hingga terjatuh dan tenggelam. Dia si Chun Tao. Setelah mendorong Anda, dia berhasil kabur. Tapi Tuan Zhong Chen Xiao berhasil menangkapnya dan menghukumnya di kementrian kehakiman," jelas Ban Xia."Jadi, seperti itu ceritanya. Baiklah, aku mengerti," ucap Qiao Zhi Jing dengan bersemengat setelah menemukan ide cemerlang tentang bagaimana dia bisa kembali ke dunianya lagi.***"Cepat katakan! siapa yang menyuruhmu melakukannya?!" sentak seorang hakim kala menginterogasi pelaku kejahatan yang tak lain adalah Chun Tao.Sebagai seorang pelayan dari kelas sosial rendah, menyakiti seorang bangsawan adalah kejahatan besar. Terutama orang yang disakitinya berasal dari keluarga termahsyur. Siapa lagi jika dia bukanlah Qiao Zhi Jing, putri dari jenderal Qiao yang juga seorang pemimpin Klan Xing, salah satu klan terbesar yang berkuasa di Negara Qing.Mereka tak henti-hentinya menyiksa Chun Tao dengan berbagai cara, tetapi Chun Tao tetap bungkam dan menyatakan semuanya hanya rencana dirinya seorang."Aku yang melakukannya. Tidak ada hubungannya dengan orang lain. Nona kedua menghukumku dengan sadis. Aku dendam kepadanya, makanya aku mendorongnya ke danau. Semua itu aku yang merencanakannya sendiri. Bukan Nona Qiao Li Ying yang menyuruhku," cetus Chun Tao. Secara tidak langsung, Chun Tao tidak sengaja menyebutkan nama pelaku sebenarnya."Qiao Li Ying? Sepertinya, saya tidak pernah menyebutkan nama Qiao Li Ying. Kenapa malah kau yang menyebutkannya? apa kau akhirnya telah mengakui bahwa dalang di baliknya adalah Nona pertama Qiao?" tuduhnya."Tidak! bukan, itu aku. Itu aku! tidak ada hubungannya dengan Nona pertama. Itu aku!" Chun Tao bersikeras menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang dia lakukan karena tidak ingin melibatkan Qiao Li Ying yang telah dianggap sebagai penyelamat olehnya."Baiklah. Karena dia sudah mengakuinya, kurung dia lagi," titah sang hakim kepada petugas sipir penjara."Baik, Tuan!" jawab kedua sipir secara serentak.Kedua sipir itu pun melaksanakan perintah dari sang hakim. Dengan kasar, mereka memaksa Chun Tao untuk bangkit.Sedangkan Chun Tao terus berontak sepanjang jalan seraya berteriak, "Itu aku! tidak ada hubungannya dengan orang lain. Aku yang telah mencelakai Nona Kedua. Itu aku!" cetus Chun Tao dengan lantang.Setelah mendapatkan pernyataan dari Chun Tao, hakim yang bernama Tuan Yuan Shai itu akhirnya keluar dari pusat penahanan Ibu Kota. Ketika dia keluar, ia langsung disambut oleh seorang pria muda yang beridentitaskan pejabat istana. Ia adalah Zhong Chen Xiao, sepupu Qiao Zhi Jing.Tampak Zhong Chen Xiao yang berdiri tepat di gerbang penjara pusat Ibu Kota. Sejak tadi, Zhong Chen Xiao telah menunggu di sana demi mendapatkan jawaba Yuan Shai."Yo, bukankah ini Marquis Zhong? Ada perlu apa Anda datang ke tempat kumuh seperti ini?" tanya Yuan Shai."Hanya keperluan kecil. Aku tebak, Anda baru saja menginterogasi seorang pelaku kejahatan yang baru saja tertangkap. Dia orang yang telah mencelakai adik sepupuku. Tentu saja aku harus mendengar penjelasannya," kata Zhong Chen Xiao dengan senyum ramah."Marquis Zhong, apa kau tahu ... orang yang menyuruhnya melakukan kejahatan adalah Nona pertama Qiao. Saya hanya tidak menyangka. Bisa-bisanya Nona pertama dengan beraninya mencelakai adiknya. Meskipun adiknya adalah putri kedua, tapi dia tetaplah putri sang Jenderal Qiao. Nona pertama ini ... aiyaah .... terlalu bernyali," ungkapnya."Apa kau yakin?""Nona, Anda mau pergi ke mana pagi-pagi begini?" tanya Ban Xia kala dia baru masuk ke dalam kamar Qiao Zhi Jing dan mendapati Qiao Zhi Jing yang telah bangun dan berdandan.Tidak biasanya Qiao Zhi Jing bangun sepagi ini. Apalagi dia sebagai putri utama sama sekali tidak pernah menyentuh air dingin untuk digunakan mandi. Tentu saja semua peralatan mandi termasuk air hangat perlu disiapkan setiap hari. Namun kali ini, Qiao Zhi Jing telah selesai mandi tanpa dilayani oleh seorang pun pelayan."Kenapa? apa aku tidak boleh berdandan?" balas Qiao Zhi Jing. "Jika dilihat-lihat, Qiao Zhi Jing ini memang lebih hebat merawat tubuhnya dibanding diriku. Lihat saja kulit wajahnya ini. Sangat halus dan kenyal," gumam Qiao Zhi Jing sembari mencubit-cubit pipinya sendiri."Tidak, bukan begitu. Maaf, Nona." Ban Xia tampak ketakutan dan hampir saja berlutut andai saja Qiao Zhi Jing tak langsung mencegahnya."Eiiittt ... jangan berlutut lagi. Mulai saat ini, jangan pernah berlutut di hadapanku lagi. Ten
"Nah, antarkan surat ini untuknya," titah seorang pemuda kepada pengawal bayangannya."Baik." Tanpa banyak bertanya, pengawal bayangan itu pun melaksanakan tugas yang diperintahkan oleh majikannya."Ah, jangan lupa dengan pesanku tadi. Kau yang akan menggantikanku nanti. Aku memberimu waktu 10 menit. Jangan sampai terlambat." Memperingati pengawal bayangannya."Anda tidak perlu khawatir. Saya akan pasti akan melakukannya," cetus sang pengawal bayangan. Usai menyelesaikan perkataannya, ia pun berlalu pergi melompati dinding demi melaksanakan tugas majikannya.Seorang pria berparas tampan berpenampilan tegas nan gagah itu tengah memandangi bunga persik yang memekar indah di luar jendela. Tampak jelas kekhawatiran dalam benaknya. Entah apa yang tengah dipikirkannya, yang jelas saat ini dia tengah merasa bimbang dan gelisah."Pangeran, waktunya sudah tiba. Silakan Anda bersiap-siap," ucap seorang kasim dari luar kamar pria yang disebutnya sebagai pangeran."Aku tahu. Aku akan keluar setel
"Lepaskan! sudah kubilang, aku bukan pencuri. Haaa! Mau kau bawa ke mana aku? lepaskan!" Sepanjang jalan, Qiao Zhi Jing terus memberontak ketika Bai Wuxin menyeretnya paksa. "Hei, apa kau tuli? sudah kubilang, aku bukan pencuri!" Dengan sikap nekad, Qiao Zhi Jing menggigit tangan Bai Wuxin dengan keras sehingga cengkraman tangannya reflek terlepas."Aarghh! apa kau gila? beraninya kau menggigitku. Apa kau tahu siapa aku?!" protes Bai Wuxin dengan nada suara yang sengaja ditinggikan. Dia mengerang kesakitan sembari menarik lengan pakaiannya dan mendapati tangannya yang berdarah meninggalkan bekas gigitan.Tanpa mempedulikan ucapan Bai Wuxin, tatkala berhasil lepas dari cengkramannya, Qiao Zhi Jing pun bergegas melarikan diri. "Hei, dasar pencuri rendahan. Beraninya kau kabur!" teriak Bai Wuxin dengan lantang.Suara lantang Bai Wuxin menyita perhatian para penjaga keamanan. Para prajurit pun bergegas menghampiri Bai Wuxin guna memeriksa perihal apa yang tengah terjadi."Pangeran, apa
“Apa katamu? Qiao Zhi Jing menghilang?” Tanpa menunggu jawaban dari Kasim Tang, Bai Wuxin segera beranjak drai tempatnya. Langkahnya tergesa menuju kamar pengantin.BRAK! Bai Wuxin membuka pintu kamar dan mendapati siapa pun di dalamnya. Ia bahkan memeriksa ke tiap sudut ruangan, kalau-kalau Qiao Zhi Jing tengah bersembunyi di suatu tempat. Namun nihil, Bai Wuxin tak mendapati Qiao Zhi Jing di mana pun.Tak selang berapa lama, di belakangnya menyusul dua orang yang tak lain adalah Kasim Tang dan pengawal bayangannya yang bernama Hua Rong.“Bagaimana dia bisa menghilang? Hua Rong, apa kau tidak tahu dia pergi ke mana?” tanya Bai Wuxin sembari menatap lekat wajah Hua Rong.“Maaf, Pangeran. Setelah Anda menyuruh saya mengurus beberapa hal, saya tidak mengawasinya lagi,” jawab Hua Rong.Bai Wuxin tidak bertanya lagi, sebab dari awal bukanlah salah Hua Rong. Sesungguhnya, menghilangnya Qiao Zhi Jing sedikit pun tidak menggoyahkan hatinya. Karena dari awal, Bai Wuxin tidak pernah mengingin
“Apa lagi ini? kenapa aku bisa ada di sini?” Tepat pertama kali Qiao Zhi Jing membuka mata, dia melihat ke sekelilingnya yang tampak gelap dan kotor. Tempat yang sangat asing, serta Qiao Zhi Jing sendiri tidak tahu sedang ada di mana dirinya saat ini. Tidak ingat apa yang terjadi semalam dan mengapa dia berakhir di tempat kumuh yang tampak seperti sel penjara. “Tunggu … apa ini di penjara? Aissh, sial! Apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa aku bisa berakhir di tempat ini?” Qiao Zhi Jing berusaha keras mengingat apa yang telah terjadi terakhir kali. Namun, sekeras apa pun dia mengingatnya, jalan ingatannya berhenti ketika dia berada di dapur. Setelah itu, dia tak bisa mengingat apa pun. Melihat seorang sipir penjara melintas di luar penjara, sontak Qiao Zhi Jing bangkit seraya berlari menghampirinya dari balik jeruji besi. “PERMISI! Kenapa aku bisa ada di sini? apa yang kalian lakukan? cepat lepaskan aku sekarang juga. Asal kalian tahu ayahku adalah Jendral … .”“HAHAHA! J
"Nyalimu terlalu besar. Berani sekali wanita rendahan sepertimu mencuri di kediaman seorang Pangeran," kata sipir penjara yang menginterogasi Qiao Zhi Jing.Tubuh Qiao Zhi Jing terikat kencang di sebuah kursi. Berulang kali Qiao Zhi Jing memberontak agar segera terlepas. Sayangnya, perlawanannya sia-sia saja. Tangan, kaki, tubuh, bahkan tali pengikat itu melingkar di lehernya. Tubuh Qiao Zhi Jing terikat kuat di kursi kayu. "Sudah kubilang, aku tidak mencuri apa pun. Jika berani, panggil Pangeran Bai Wuxin atau siapa pun itu ke sini. Aku harus menjelaskannya!" cetus Qiao Zhi Jing dengan lantang sembari mengeratkan rahangnya. Terdengar gigi gerahamnya yang menggertak karena geram.Sorot matanya tajam menatap sipir penjara yang menatapnya dengan siasat licik dan makna tersembunyi. Sipir penjara itu melempar senyum tersungging ke arah Qiao Zhi Jing, seketika menggetarkan hati Qiao Zhi Jing. Bercampur rasa takut dan jijik kala melihat senyumannya. Sipir penjara itu memang terlihat masih
Pangeran Bai Wuxin, Hua Rong, termasuk Lei Yan. Mereka adalah ketiga pria yang saling mengenal. Selain Hua Rong yang beridentitaskan sebagai pengawal bayangan, tentu saja Bai Wuxin dan Lei Yan termasuk kategori pria tampan di Ibu Kota. Meskipun ketampanan Lei Yan masih berbanding jauh dari Bai Wuxin, tetapi dia tetap masuk ke dalam nominasi.Usai memastikan identitas Qiao Zhi Jing, akhirnya dia dibebaskan tanpa syarat. Masalah itu sudah pasti. Selain Qiao Zhi Jing tidak bersalah, dia juga adalah seorang putri dari Klan Xing, dan juga kini telah menjadi istri sah Pangeran Bai Wuxin. Karena identitasnya saat ini adalah istri Pangeran, maka dia pun dipulangkan ke kediaman Bai Wuxin. Hancurlah sudah niatnya untuk melarikan diri. Sepertinya setelah ini, akan susah bagi dirinya untuk keluar dari Kediaman Bai Wuxin."Kau ternyata Pangeran Bai Wuxin?" tanya Qiao Zhi Jing sembari melipatkan kedua lengannya di depan dada."Benar," jawabnya singkat.PLAK!Tamparan mendarat di wajah Bai Wuxin seca
“Bagaimana dengan hasil yang telah kauselidiki?” tanya Bai Wuxin kepada Hua Rong dengan mimik wajah serius. “Sesuai dengan dugaan Anda. Dalang di balik panah yang menembus tubuh Anda terakhir kali adalah ulah Pangeran Bai Ruyu,” ungkap Hua Rong tanpa ragu sedikit pun. Hua Rong yakin setelah menyelidiki asal usul perajin panah yang hampir membunuh Bai Wuxin terakhir kali saat sedang menjalankan perintah militer di Xianjiang Selatan. Tepat 2 bulan lalu, Bai Wuxin sempat dititahkan untuk memimpin militer dan menenangkan korban banjir di daerah Xianjiang Selatan. Pada waktu itu, seseorang secara diam-diam melepaskan panah hingga menembus tubuh Bai Wuxin. Butuh waktu sekitar 2 minggu bagi Wuxin memulihkan diri saat itu. Tentang bagaimana Bai Wuxin terluka, termasuk terlukanya Bai Wuxin, tak ada seorang pun yang mengetahuinya selain Hua Rong. Sebab ketika Bai Wuxin terluka, hanya Hua Rong yang mengetahui hal itu. Bai Wuxin meminta agar Hua Rong merahasiakan tentang lukanya dari siapa
Para tetua Negara Tang membawa kavalerinya untuk memerangi tentara Negara Qing yang menjaga di perbatasan. Sebelum berangkat ke Ibu Kota, Bai Wuxin sempat menitipkan perbatasan kepada Ling Yi untuk berjaga-jaga. Sesuai dengan prediksi, ternyata masih ada sisa-sia prajurit Negara Tang yang tidak terima dengan perjanjian perdamaian. Namun, melihat Kaisar Wan yang tampak baik-baik saja, seketika para tetua menghentikan para prajuritnya. Setelah itu, Kaisar Wan sendiri yang mencetuskan dekret bahwa Negara Qing dan Negara Tang telah menjanjikan perdamaian. Jika ada yang berani melawan dekret tersebut, maka dialah yang akan dicap sebagai pemberontak.Seketika para tetua dan segenap prajurit Negara Tang menerima dekret tersebut tanpa melawan. Sejak saat itu, Negara Qing dan Negara Tang akhirnya damai setelah berperang selama puluhan tahun. Rakyat menjadi lebih makmur, aman, dan tentram, sementara kursi singgasana Negara Qing masih dibiarkan kosong karena Bai Wuxin menolak posisi tersebut."P
"Jadi, namamu Qiao Zhi Jing?" Entah sejak kapan dia berdiri di sana, lalu tiba-tiba mencekal lengan Qiao Zhi Jing, lalu memojokkannya ke dinding.Hua Rongzhou sudah lama menunggu Qiao Zhi Jing keluar dari toilet. Mana kala pada saat itu, kelas tengah berlangsung dan Qiao Zhi Jing meminta izin untuk pergi ke toilet. Selang setalah 5 menit berlalu, giliran Hua Rongzhou yang turut meminta izin pergi ke toilet. Tak disangka, ternyata izin Hua Rongzhou hanyalah alasan agar dia dapat berbicara dengan Qiao Zhi Jing.Qiao Zhi Jing reflek mengernyitkan kedua alisnya seraya berontak dari cekalan Hua Rongzhou yang begitu kuat mencengkram lengannya. Tak hanya satu lengannya saja, kini Hua Rongzhou bahkan dengan beraninya mencengkram kedua lengan Qiao Zhi Jing dan mengangkatnya ke atas."Hei, apa yang kaulakukan?" protes Qiao Zhi Jing karena tak dapat menahan emosinya, apalagi melawan tenaga Hua Rongzhou yang jauh lebih besar dibandingkan tenaganya."Jawab aku! apa namamu Qiao Zhi Jing?" Nada suar
"Baiklah. Hua Rongzhou, silakan duduk di kuris kosong sebelah Qiao Zhi Jing," himbau Guru Fang."Apa?!" Reflek Qiao Zhi Jing bangkit dari posisinya dan mengejutkan seisi kelas. Mata memandang tertuju kepadanya. Untuk pertama kalinya, Qiao Zhi Jing dijadikan sorotan oleh seluruh teman kelasnya."Ada masalah apa, Qiao Zhi Jing?" tanya Guru Fang."Ah ... itu ... maaf, maaf, saya hanya terkejut." Qiao Zhi Jing dengan sungkan dan canggung kembali duduk di kurisinya.Selang kemudian, murid pindahan bernama Hua Rongzhou melangkah menuju kursi kosong yang terletak di samping kanan Qiao Zhi Jing. Sedangkan Qiao Zhi Jing sengaja memalingkan wajahnya ke arah lain sembari menutupinya dengan buku. Ia terlalu enggan menatap siswa pindahan bernama Hua Rongzhou yang sempat beradu konflik dengannya pada pagi tadi."Aissshh ... sial! kenapa dia malah muncul di sini?" gerutunya kesal. "Tidak! untuk apa juga aku bersembunyi seperti ini? jelas-jelas dia yang salah karena menabrakku lebih dulu, bahkan perg
"Aisshh ... dasar bocah arogan! kuharap kau jatuh terpeleset," decak Qiao Zhi Jing karena kesal mendengar respon dari siswa tampan.SLERET ... "Och ... sialan! siapa orang yang masih membuang kulit pisang di trotoar," umpatnya selepas terlepet dan jatuh karena menginjak kulit pisang.Netra Qiao Zhi Jing membola tatkala menyaksikan pemandangan di hadapannya. Tercengang karena tak menyangka harapannya langsung dikabulkan hanya dengan menunggu satu detik saja. Bingung bercampur puas menjadi satu rasa berkecamuk dalam hatinya. Namun, perasaan puas yang memenangkan peraduan. Seulas senyum terukir jelas di garis bibir Qiao Zhi Jing. Kemudian, dia pun tertawa lepas."Hahaha. Dia memang pantas mendapatkannya," ucap Qiao Zhi Jing. "Ouch ... sakit sekali," rintihnya kesakitan tatkala menggerakkan kakinya guna beranjak dari tempatnya. "Bocah tengik! sudah membuatku seperti ini, malah langsung pergi. Awas saja jika kita bertemu lagi. Aku pasti akan langsung menendang lututmu!" cetusnya.***"Hei
Sama seperti biasanya, Qiao Zhi Jing kembali menjalani hari-hari normal sebagai siswa yang datang ke sekolah setiap pagi. Pagi hari, sekitar pukul 06.00 pagi, dia sudah berangkat menuju sekolah. Namun, entah mengapa tanpa sadar langkahnya menuntun dirinya menuju perpustakaan Kota."Ada apa denganku? Kenapa aku malah pergi ke sini?" Ketika terbangun dari alam bawah sadarnya, Qiao Zhi Jing akhirnya tersadar bahwa dirinya saat ini tengah berada di depan perpustakaan Kota yang masih belum beroperasi. Ia menggaruk-garuk belakang kepalanya yang tidak gatal. BRUK! Namun, tiba-tiba saja seseorang menabaraknya hingga dia kehilangan keseimbangan dan jatuh tersungkur."Ouch. Sakit sekali," pekiknya kesakitan sembari memegangi lututnya yang memar, namun tidak berdarah."Maaf, maaf sekali. Aku tidak sengaja. Biar kubantu." Sosok yang baru saja menabrak Qiao Zhi Jing tak pergi begitu saja sebelum bertanggung jawab karena tidak sengaja menabrak Qiao Zhi Jing. Dia bergegas mengulurkan tangannya guna
"Hei, Bai Wuxin sialan! Keluarkan aku dari sini! Hei!!!" umpat Bai Ruyu seraya memberontak dengan cara menghantam-hantamkan tinjunya ke sel penjara. Alhasil, Bai Wuxin menyisakan nyawa Bai Ruyu dan memutuskan untuk mengurungnya di penjara. "Berisik sekali!!! Yo, lihatlah siapa ini? Bukankah ini Pangeran Pertama, Bai Ruyu? Apa kau masih mengingat siapa aku?" salah seorang narapidana berperawakan kekar, perlahan berjalan menghampiri Bai Ruyu seraya melemparkan senyum tersungging penuh makna tersirat.Reflek Bai Ruyu menoleh ke arah sumber suara. Sepontan, tubuhnya menegang kala menatap sang narapidana berotot yang berjalan menghampirinya."S-siapa kau?" tanya Bai Ruyu dengan nada bicara gagap. Kini, Bai Ruyu tak dapat menyembunyikan rasa takutnya lagi."Ternyata kau sungguh telah melupakanku. Auhh ... Jujur saja, aku merasa sakit hati. Kalau begitu, apa kau mengingat siapa Ketua Chen?" tanyanya guna menguji."Ada banyak orang bermarga Chen. Bagaimana aku tahu? Apa nama itu sepenting i
"Hahaha. Bai Wuxin, kau masih saja menyalahkanku atas segalanya. Sampai saat ini, ternyata kau masih saja belum mengerti. Semua ini terjadi karenamu!" tunjuk Bai Ruyu dengan wajah murka ke arah Bai Wuxin."Bai Ruyu, aku rasa kau yang tidak pernah mengerti. Sampai kapan kau akan bersikap egois hingga menghalalkan segala cara hanya untuk menyaingiku? Menyerahlah. Semua ini sudah berakhir. Sampai kapan pun, kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku," cetus Bai Wuxin.SREEKK!CRING!Dengan sigap, Bai Ruyu bangkit dari singgasanya seraya menyerang Bai Wuxin dengan pedangnya. Sedangkan Bai Wuxin yang lebih cekatan langsung menangkis serangan dari Bai Ruyu. Pedang mereka saling beradu dengan gesitnya, bersamaan dengan sorot mata tajam bak ujung bilah pedang yang siap terhunuskan. Namun, di tengah pertarungan, penyakit Bai Ruyu tiba-tiba kambuh. Pada detik itu, Bai Wuxin tak menyia-nyiakan kesempatan untuk menjatuhkan lawan dengan sekali serang. Pada akhirnya, Bai Wuxinlah yang berhasil memena
"Siswa? Siswa?" Seorang petugas perpustakaan berusaha menggugah Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Hah?!!" Sepontan Qiao Zhi Jing terhenyak tatkala bangun dari lelapnya. Qiao Zhi Jing mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan netra terbelalak saking antusiasnya. "Apa yang terjadi? Di mana aku?" Qiao Zhi Jing bergumam dengan wajah ling lung."Siswa, apa kau baik-baik saja?" tanya sang petugas perpistakaan."Eh? Ah?" Tanggapan Qiao Zhi Jing gelagapan, tersadar kala mendapati di hadapannya berdiri seorang petugas perpustakaan yang sejak tadi berusaha keras membangunkan Qiao Zhi Jing dari lelapnya."Maaf, sudah larut malam. Sudah waktunya kami tutup," kata sang petugas perpustakaan."Tutup? apa maksudnya?" Qiao Zhi Jing bertanya-tanya keheranan. Entah mengapa, Qiao Zhi Jing merasa amat kesulitan memahami dirinya sendiri, layaknya baru terbangun dari tidur yang cukup panjang. Entah apa yang telah terjadi kepadanya, yang jelas isi pikirannya sangat berantakan saat ini."Sudah larut malam. Pe
"TIDAAAAKKK!!!" teriak Bai Wuxin dengan lantang kala menyaksikan wanita yang dicintainya terluka. Tanpa banyak berpikir, Bai Wuxin bergegas berlari tergopoh-gopoh menuju istana demi menghampiri Qiao Zhi Jing.Setelah Ming Tian berhasil menargetkan Qiao Zhi Jing, Hua Rong yang berdiri di dekatnya takkan tinggal diam. Hua Rong turut memungut satu pedang yang tersisa dari lantai, lalu menebas leher Ming Tian. Tak puas hanya dengan satu kali tebasan, Hua Rong yang dikuasai dendam dan kemurkaan, ia menusuk-nusuk tubuh Ming Tian, lalu memutilasinya hingga tubuh Ming Tian terpisah menjadi beberapa bagian."Aaaarrrggghhh!!! kenapa kau membunuhnya? kenapa? kenapa? kenapa!!! aku harus membunuhmu! matilah! matilah!!!" Hua Rong telah kehilangan kendali atas dirinya."H-Hua Rong ... jangan. Be ... berhentilah," lirih Qiao Zhi Jing. Dia berusaha menghentikan Hua Rong. Pandangannya berkunang-kunang, tubuh Qiao Zhi Jing melemah dan meluruh. Setelah itu ...HAP!"Qiao Zhi Jing, bertahanlah ... ." Hua