Share

THE SIBLING'S
THE SIBLING'S
Penulis: Svaandin

1

Penulis: Svaandin
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-19 21:07:50

     "Ara!"

     Suara teriakan menggema memenuhi seisi sudut ruangan, bahkan membuat seorang gadis yang masih berada dalam kamarnya di lantai dua menghela napasnya.

     "Kamu tidur sama pria lain lagi, Ara?" tanya Dirga kepada istrinya dengan intonasi rendah.

     "Kenapa? Bahkan Mas sendiri tidur sama jal** murahan, bahkan sampai memiliki anak darinya."

     Dirga memijat pangkal hidungnya. Dia ingin marah kepada istrinya tetapi, apa yang istrinya katakan adalah sebuah kebenaran.

     Di masalalu dirinya tidak sengaja memberikan benih kepada sekertarisnya, saat dia di bawah pengaruh alkohol. Dan sekarang, dia harus bertanggung jawab karena bagaimanapun anak sekertarisnya adalah darah dagingnya.

     Dia berniat menikahi sekertarisnya, dan menjadikannya istri kedua tetapi, tidak di sangka istrinya (Ara) menggugat cerai dirinya.

     "Aku tau Mas mau menikahi jal** itu kan? Nikahi dia dan ceraikan aku," tegas Ara mutlak tanpa bantahan. Saat berbalik, air matanya terjun bebas dan saat itu juga dirinya terkejut melihat seorang gadis yang mematung di ujung tangga.

     Deg.

     Jantung Ara berdetak tidak karuan, ada rasa sakit di hatinya saat melihat tatapan kecewa dari putri semata wayangnya. Apakah nanti dia akan di benci oleh putrinya? Apakah nanti putrinya tidak akan mau bertemu dengannya?

     Banyak pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi pikiranya, dirinya sadar mereka telah menyakiti hati putri semata wayang mereka. Tidak berbeda dengan Ara, Dirga tidak kalah terkejut denganya.

    Dirga berusaha menetralkan ekspresi wajahnya, dan mengesampingkan tatapan kecewa Putrinya. Karena semua sudah terjadi dan tidak ada yang bisa dia lakukan, selain memberikan penjelasan agar putrinya paham situasinya sekarang.

     Dirga berucap dengan lirih, "Ila papaa.."

     "Lakukan apa yang ingin kalian lakukan... jangan perdulikan aku, anggap aku tidak pernah ada..." lirihnya memotong ucapan papanya.

     Dirga menghela napas saat melihat putrinya tidak mau berbicara menatapnya. Tetapi, itu lebih baik daripada dirinya melihat tatapan kecewa dari mata indah putrinya. Sedangkan Ara menatap kearah punggung putrinya dengan tatapan nanar, saat putrinya pergi tanpa berpamitan kepadanya.

     Maaf. Hanya itu yang bisa mereka ucapkan di dalam hati untuk putri mereka.

     Mereka pergi menuju ke kamar masing-masing untuk membereskan barang-barang mereka, di dalam hati mereka tetap ingin bersama dan memperbaiki semuanya tetapi, ego mengalahkan segalanya.

     Saat melewati kamar putrinya Dirga melihat gantung yang terbuat dari kayu bertuliskan 'Adila Dirgantara'. Dirga menatapnya dengan sendu, dia ingat di balik gantungan itu bertuliskan nama mereka bertiga (Dirga, Adila, Ara).

     Dia bahkan masih mengingat ekspresi antusias putrinya saat melihat namanya di tulis di antara namanya dan istrinya. Tetapi, sejak lima tahun yang lalu putrinya membalik papan yang semula bertuliskan nama mereka bertiga, sekarang hanya bertuliskan nama putrinya.

     Dirga tersadar dari lamunan nya dan segera bergegas menuju ke kamarnya untuk mengambil berkas-berkasnya.

     Tanpa mereka sadari putri mereka belum berangkat sejak tadi, dia hanya berdiri di depan pintu yang tertutup dengan tatapan terkejut untuk ke-dua kalinya.

     Adila menatap kedua orang di depannya dengan tajam, bahkan membuat mereka bergidik ngeri melihatnya.

     "Cih pengemis," ucapnya sebelum bergegas pergi menuju sekolahnya.

*****

     Adila Dirgantara anak semata wayang dari pasangan Dirga Anata dan Vara Denanda. Memiliki wajah oval, kulit kuning langsat, mata dalam dengan tatapan tajam, hidung elang, bibir thin, rambut hitam lurus. Jika dilihat wajah Adila sebagian besar menuruni papanya, kecuali rambut dan warna kulitnya yang menuruni mamanya. 

     SMA Utomo Internasional High School atau SMA UIHS. Merupakan sekolah impian banyak siswa-siswi, dengan berbagai bidang. Dan juga metode pembelajaran mereka yang berbeda, membuat banyak remaja yang mulai memasuki SMA berusaha mendaftarkan diri di sekolah tersebut. 

     SMA UIHS hanya memberikan 4 mata pelajaran wajib kepada siswa-siswi nya dengan durasi waktu 2 jam setiap pembelajarannya. Setiap harinya mereka mendapatkan 2 mata pelajaran wajib dan akan di lanjutkan dengan pelajaran potensi yang mereka ambil. 

     Seperti kata pendiri sekolah UIHS beberapa bulan yang lalu. 

     Flashback. 

     "Sesuai apa yang saya katakan. Tujuan sekolah ini adalah membantu siswa-siswi menggali potensi dalam diri mereka, lalu kita akan mengembangkan potensi mereka yang kelak akan berguna untuk masa depan mereka."

     "Untuk bapak dan ibu guru. Jika ada salah satu siswa-siswi di kelas mengajar kalian mendapatkan nilai rendah, jangan di marahi, jangan di banding-bandingkan dengan siswa-siswi yang memiliki nilai lebih tinggi. Karena mungkin itu bukan mata pelajaran yang dia kuasai, hargai kerja kerasnya. Seburuk apapun nilai mereka. Karena kerja keras mereka tidak akan bisa di nilai menggunakan angka."

     "Dan untuk siswa-siswi UIHS yang tidak menyukai salah satu pelajaran wajib. Bapak mohon tetap tekuni pelajaran nya, meskipun kalian tidak menyukai nya. Lakukan semaksimal mungkin, jika nilai kalian jelek di pelajaran tersebut, tidak masalah yang terpenting adalah usaha yang kalian lakukan. Paham?"

     "Siap paham, Pak! " teriak siswa-siswi yang saat itu mendengarkan amanat dari pemilik sekolah.

*****

    Kondisi sekolah pagi ini masih sepi. Karena jam masih menunjukkan pukul 06.30 yang artinya bel masuk sekolah masih satu setengah jam lagi. Jam KBM mereka akan di mulai jam 08.00 dan berakhir jam 12.00 siswa-siswi akan di berikan satu jam istirahat untuk tidur siang dan mengistirahatkan otak. 

     Dan pembelajaran akan di lanjut sore hari pada pukul 02.00, melanjutkan pelajaran potensi yang mereka ambil. Oleh karena itu pihak sekolah menyediakan asrama untuk siswa-siswi, yang terletak di belakang sekolah UIHS. 

     Asrama bertingkat tiga itu di bagi menjadi beberapa kelas, bagian paling bawah adalah tempat asrama kelas 12 dan seterusnya sesuai urutan kelas. Asrama siswa perempuan terletak tepat di depan asrama siswa laki-laki, hanya terbatasi oleh ruang makan. Meskipun begitu tetap ada larangan siswa memasuki asrama siswi begitupun sebaliknya. 

     Guru dan staff laki-laki berada di asrama pengawas, begitu juga sebaliknya dengan guru-guru dan staff perempuan.

     Brakk.

     Saat Adila sedang membaca novel di bangkunya, tiba-tiba ada yang memukul mejanya lumayan keras. Dia bahkan sampai melemparkan novel di tangannya kearah pelaku yang membuat nya terkejut.

     "Aduh. Gila ya lo main lempar lempar buku yang tebalnya setebal rumus matematika," ucap Bagas. Salah satu teman Adila di kelas.

     Adila berucap dengan sengit, "Salah lo sendiri ngagetin gue"

     "Lagian lo pagi-pagi udah melamun aja," Jelas Bagas sebelum duduk di kursinya yang terletak tepat di samping kiri Adila. 

     "Gue itu enggak melamun, lo gak lihat gue lagi baca novel"

     "Mat... " 

     Brak. Buk

     Entah siapa yang membuat kegaduhan sampai menimbulkan suara keras yang membuat mereka mengalihkan perhatian kearah pintu. 

     "Minggir lo bagong gue duluan yang masuk" 

     "Gue duluan 'canis lupus familiaris"

     "Lo ngatain gue?"

     "Kalau lo merasa ya udah. "

     Bagas menghela napas melihat kelakuan mereka, "Woyy diem. Masuk satu-satu kan bisa, enggak usah pakai ribut. Kasihan pintunya udah melambaikan tangan nggak kuat buat nahan dua gajah sekaligus"

     "DIEM LO!" mereka berteriak kompak.

     "Di bilangin kok ngeyel," gumam Adila

     "Bang, gue dulu yang masuk. Gue mau ngerjain tugas."

     "Enggak gue dulu, gue juga mau ngerjain tugas."

     "Lo ngalah dong sama adeknya."

     "Lo yang ngalah sama abangn..."

     Klik. 

     Tepat saat Adila membuka kunci pintu bagian atas, pintu yang tadi hampir terlepas dari engsel nya sekarang terbuka lebar selebar jidat. Membuat dua orang yang tertahan tadi berjatuhan mencium lantai. 

     "Aww gigi gue."

     "Dada gue."

     Ucapan terakhir laki-laki yang memiliki wajah bak idol itu membuat mereka terdiam. 

     Bagas berteriak sangat keras sampai membuat mereka kembali tersadar. "Astagfirullah otak Bagas travelling"

     "Bangun lo pada, gue mau lewat." 

     "Sabar neng. Ini juga lagi mau bangkit lagii,"

     "Aku tenggelam dalam lautan luka dalam,"

     "Aku tanpamu buu... "

     Bruk. 

     "Brisik. Suara kalian fals tau," ucap Adila sebelum pergi meninggalkan kelas, tanpa merasa bersalah setelah mendorong temannya sampai kembali membentur lantai. 

     "Adila 'SUS SCROFA DOMESTICUS!" teriak Fadli

TBC.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Winda
Seru banget, aku baru baca dua bab, ku skip dulu bab yang lain, biar bisa di baca saat offline
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • THE SIBLING'S   2

    Adila menatap heran kearah beberapa kelas yang sepertinya sudah dia lewati tadi, "Kantinya di mana sih. Perasaan gue muter-muter mulu dari tadi" Karena terlalu sibuk memperhatikan kanan dan kirinya untuk mencari petunjuk. Adila tidak menyadari jika di depannya ada rombongan pengurus sekolah yang akan menuju kelas 10, untuk melakukan pemeriksaan atribut seperti biasanya. Bruk. Adila yang tidak memperhatikan jalan nya menabrak salah satu di antara mereka, "Jalanya yang bener dong. Gue nabrak apa a****, keras bener" bentak Adila tidak sadar karena terkejut. Jovan Rahardjo. Ketua keamanan SMA UIHS sekaligus Ketua basket sekolah yang sangat terkenal di kalangan siswa-siswi terutama para kaum hawa. Bukan karena dirinya adalah Ketua keamanan dan juga basket tapi, dia terkenal karena parasnya yang tampan, juga playboy pastinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-19
  • THE SIBLING'S   3

    Adila berada di lapangan upacara bersama beberapa siswa-siswi yang mendapatkan hukuman berdiri di depan bendera sampai jam istirahat. "Gue dengar-dengar dari sekolah sebelah, ada yang mau ngedrop salah satu sekolah di daerah sini" Adila yang mendengarkan berita dari orang di depannya pun tertarik untuk mendengarnya. "Sekolah daerah sini kan ada tiga. Nah, yang mana yang mau di drop?" "Ya mana gue tau, gue kan cuman denger dari sekolah sebelah" "Kalau sekolah kita enggak mungkin mereka berani, kecuali mereka nekat berhadapan sama Jovan dkk" Saat asik mendengarkan percakapan mereka tiba-tiba ada siswa yang memberitahu Adila jika ada seseorang yang menunggunya di depan. "Tapi gue

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-22
  • THE SIBLING'S   4

    Seorang wanita patuh baya berlari menuju kamar delima yang berada di lantai lima. "Raden!" panggil nya kepada seorang remaja pria yang duduk di depan ruang rawat inap. "Tante," Raden berdiri dan mencium punggung tangan wanita tersebut. "Bagaimana dengan Adila?" "Kata dokter kaki Adila patah, seharusnya ini bukan masalah serius tetapi...karena Adila sering mengalami cidera pada bagian kakinya, itu menyebabkan Adila tidak bisa menggunakan kakinya untuk pekerjaan berat. Dan kemungkinan kambuhnya sangat besar," jelas Raden. Vara terduduk mendengar penjelasan Raden. Dia tidak menyangka putrinya akan mengalami hal seperti ini, terutama Adila adalah tipe orang yang suka memaksakan diri. Sebelum nya putrinya memang pernah mengalami c

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • THE SIBLING'S   5

    "Laa...kamu itu Jangan terlalu judes, nanti enggak ada yang mau sama kamu," ucap seorang remaja wanita sambil mencolek hidung Adiknya. "Kan ada Kakak," jawab Adiknya memeluk erat Kakaknya yang duduk tepat di depannya. Lana tersenyum melihat Adik nya, "Laa...Kakak enggak bisa selalu berada di samping kamu. Akan ada waktu nya di mana Kakak bakalan pergi, dan yang pasti waktu itu semakin dekat" Lana tersenyum menatap kearah luar jendelanya. Dirinya menerawang kedepan seolah-olah sedangkan menyaksikan apa yang akan terjadi di masa depan. "Kakak kenapa? Ada yang nyakitin Kakak? Bilang sama Ila nanti Ila kasih pelajaran orangnya." Lana mengelus rambut Adik nya dengan sayang, "Enggak ada. Kakak selalu mendapatkan 'hadiah' di se

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-31
  • THE SIBLING'S   6

    "Api nya woi, matiin!" "Aaaa...kebakaran. Lontong, help me. Pangeran berkuda, tolong princess!" "Enggak usah halu, buruan matiin. Keburu hangus kebakar rumahnya" Suara teriakan-teriakan barusan, membangunkan Adila yang masih tidur nyenyak di kamar nya, entah jam berapa sekarang yang pasti ini hari libur dan dia ingin tidur dengan tenang. Tapi semua itu hanya angan-angan belakang, nyatanya tidurnya di ganggu oleh dua orang yang sedang melawan hukum alam. "Udah tau enggak bisa masak, masih aja maksa. Hobi banget melawan hukum alam," gumam Adila yang kembali merapatkan selimut nya, dan tidak perduli jika nanti rumah nya akan terbakar karena ulah ke-dua saudaranya. "Huh huh huh. Pokok nya gue enggak mau kalau di suruh masak lagi, titik!" Aqia menjitak kepala Afia yang duduk dengan nafas terengah-

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-05
  • THE SIBLING'S   7

    Hari ini, hari senin. Sekolah masuk seperti biasanya, upacara baru saja selesai di laksanakan, para siswa-siswi berbondong-bondong meninggalkan lapangan. Termasuk sang tokoh utama kita, Adila Dirgantara. Dia sedang berjalan bersama Bagas dan duo kembar. Entah apa yang mereka bicarakan, tetapi sepertinya itu adalah hal serius. "Lo tau enggak?" tanya Farel kepada teman-teman nya. "Nggak!" Farel menatap sinis ke arah Kakak kembarnya, "Apa sih Bang, nyahut aja kayak listrik!" Farhan mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya kearah mata Farel, "Mata lo mau gue colok pakek garfu!" "Kalian kalau berantem gue tampol nih!" ancam Adila kepada ke-duanya, yang membuat mereka segera diam "lanjutin!" "Ada anak baru katanya. Gila cuy cantik-cantik" Farel berujar dengan heboh, bah

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13
  • THE SIBLING'S   8

    Di dalam kamar, Adila hanya tiduran di kasur tanpa ada kegiatan apapun. Sampai suara notif handphone nya mengusir kebosanannya. Radenbagong. 'La... Datang ke tempat biasanya, sekarang!' 'Mau ngapain?' 'Udah, dateng aja. Aku tunggu di depan' 'Loh, eh Raden! Malah di tinggal off' "Ck. Kebiasaan, awas aja lo!" Adila meremat handphonenya karena kesal. Setelah beberapa menit bersiap-siap, Adila sudah duduk manis di motor besarnya. Dia menggunakan celana hitam panjang dengan sepatu booth warna coklat, jaket denim coklat dengan dalaman hitam. "Lepasin gue!" Saat melewati

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-14
  • THE SIBLING'S   9

    "Sumpah, di pintu dapur rumah banyak cicak geprek. Kalau enggak percaya, besok liat sendiri!" Adila, Afia, dan Aqia sedang berkumpul di ruang tengah bersama para cowok yang bermain game. Mereka mendengarkan Adila yang bercerita tentang cicak geprek di pintu dapur rumahnya. Aqia bergidik mendengarkan cerita Adila, "Pantesan kemarin gue mau nutup pintu susah, taunya banyak cicak geprek" "Instagram lo gimana? Udah bisa pasang foto profil?" tanya Afia mengalihkan pembicaraan. Sejak tadi dia menahan mual mendengar cerita Adila, karena saat berangkat kesini dia makan sampai kekenyangan. "Jangankan pasang poto profil, instagram gue di pencet aja enggak bisa!" "Kok lo ngomong nya jadi lo/gue?" Adila merasa heran dengan saudranya itu. "Hehehe. Biasa, biar lo mau maafin kita. Siapa tau kalau lo lihat si

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-19

Bab terbaru

  • THE SIBLING'S   End

    Setelah pertandingan minggu lalu, Adila tidak masuk sekolah selama hampir satu minggu. Entah apa yang terjadi, saat ini dia seperti di musuhi satu sekolah, bahkan ke-dua sepupunya pun seperti membenci dia. "Bukan gue, La. Gue enggak ada hubungan apa-apa sama kekalahan lo di pertandingan." Adila mengernyitkan dahinya bingung. Tadi dia berencana menuju ke kantin untuk makan siang, tetapi entah datang darimana rubah sialan ini tiba-tiba menabraknya dan berperilaku seolah-olah dia sedang membully nya. "Kalah karena kemampuan sendiri yang buruk, tapi nyalahin orang." "Seketika gue menyesal karena merekomendasikan dia." "Kasihan Gina, padahal dia yang selalu membela Adila di saat yang lain menjelekkan nya." 

  • THE SIBLING'S   29

    Adila terbangun saat mendengar nada dering di ponselnya. Dia ingin menggerakkan tangan dan kakinya tetapi tidak bisa, seperti ada yang memeganginya. Adila membuka matanya dan melihat sekitarnya gelap, dia merasa seperti di sebuah ruangan yang sunyi dan dingin. "Gue enggak mati, 'kan?" gumamnya. Adila berteriak saat mengira jika dia sudah mati dan sedang berada di alam kubur. Di sisi lain Revano yang belum bisa tidur pun segera menghampiri kamar sebelah menggunakan senter handphone nya. Sekaramg jam tiga dini hari, dan sedang ada pemadaman listrik.Revano. Sudah satu jam gue hanya memandangi langit-langit ruangan yang gelap. Tepat pukul 03.00 listrik di sini mati. Gelap, sunyi dan dingin. Awalnya gue berniat membangunkan Raden, tetapi suara teriakan seseorang yang gue k

  • THE SIBLING'S   28

    Saat ini Adila dan yang lainya sedang berada di pasar, mereka berencana membuat nasi kuning. Sedangkan Erchan dan para laki-laki sedang mencari gudeg, sejak kemarin Erchan merengek meminta gudeg. "Barangnya udah semua, 'kan?" Aqia bertanya untuk memastikan tidak ada yang kurang, sehingga nanti mereka tidak susah-susah untuk kembali. Adila membaca catatan di kertas yang dia pegang, sedangkan Lisa dan Afia mengecek keranjang belanjaan yang mereka letakkan di bawah. Merasa sudah lengkap, mereka kembali berjalan menuju parkiran, sampai sebuah suara membuat mereka yang tadinya bercanda terdiam seketik— terutama Aqia. "Qia?" Aqia yang melihat laki-laki di depanya pun seketika terdiam, dia menunduk dan berjalan mendahului yang lain. Andre, laki-laki

  • THE SIBLING'S   27

    "Adila masih belum mau makan apa apa, Nek?" tanya Afia yang baru saja melihat Nenek nya keluar dari kamar yang di tempati Adila. "Belum. Anak itu kalau sakit ndak mau makan opo opo, Nenek sendiri 'akhire sek' pusing," jawab Nenek Indah. Karena belum berhasil membujuk Adila untuk makan, bahkan minum pun Adila enggan. "Gue bawain kue putu, nih." Lisa dan Erchan yang baru saja masuk langsung menyahuti yang membuat mereka semua menoleh. "Yang sopan dong Lis., ada Nenek ini, salim dulu napa." Erchan berucap sambil menoyor kepala Lisa. "Eh? Nek, saya Lisa. Temanya Adila," ucap Lisa, dan mengalami Nenek Indah. "Saya Erchan, Nek." "Kalau saya Bagas, bukan bagi ganas tapi Nek." Bagas tertawa saat nenek mengusap rambutnya gemas. "Temanya Adila b

  • THE SIBLING'S   26

    Setelah perjalanan cukup lama dan melelahkan, akhirnya mereka sampai di rumah nenek Adila dan ke-dua saudaranya. Rumah yang terbuat dari kayu tingkat dua, dengan sungai jernih di belakang rumah sebagai sumber air. Rumah Nenek Indah (Nenek Adila, Afia, San Aqia) termasuk di desa plosok, desa yang masih terjaga alam nya. Bertani dan berdagang adalah mata pencaharian utama mereka, Nenek Indah adalah seorang petani, umurnya 78 tahun. Meski pun sudah tua, beliau tidak bisa jika di suruh diam di rumah, Suaminya sudah meninggal saat umurnya 60 tahun. Saat melihat rumahnya di datangi 3 mobil sekaligus membuat tetangganya heran, mereka menebak-nebak siapa tamu Nenek Indah. Karena memang Nenek indah tidak pernah bercerita tentang anak cucunya di kota. "Nenek!" teriak Afia dan Aqia saat sudah keluar dari mobil. "Cucu Nenek sudah besar ternyata,

  • THE SIBLING'S   25

    Tepat jam tiga pagi Adila sedang bersiap-siap di kamarnya. Setelah menempuh ujian yang melelahkan, akhirnya hari ini dia bisa mengunjungi Nenek nya di Jogja. Dia sangat merindukan masakan buatan Neneknya, tidak hanya dia tetapi juga ke-dua saudaranya akan ikut bersama nya. "Gue tahu kalian di luar, masuk aja!" teriak Adila saat menyadari ke-dua saudaranya berbisik-bisik di depan pintu kamarnya. Setelah Adila berteriak Afia dan Aqia memasuki kmara nya dengan canggung. Adila tahu apa yang ingin mereka bicara'kan. "Kita minta maaf..." lirih Aqia. "Buat?" "Sikap kita sama lo. Selama ini kita enggak ada niatan buat jauhin lo, ini semua rencana Gina..." "Gue tahu." Adila berucap dengan mantap. "Aqia kemarin udah bilang sama gue" &nb

  • THE SIBLING'S   24

    "Gue capek ngikutin kemauan lo!" "Tapi sayang nya lo harus ngikutin," ucap gadis di depan nya sinis. "Lo licik! Di sini kita yang lo buat rugi!" ***** Seperti nya The sibling's benar-benar bubar, mereka berhenti di sini tanpa ada penjelasan. Adila yang memang malas mencari tahu hanya diam sampai semua nya terungkap sendiri. Dia juga malas melihat Gina yang selalu memanasi diri nya dengan menempel kepada Revano. Adila saat ini berada di toilet, dia membasuh mukanya yang memerah karena menahan amarah. "Wah, gimana? Pertunjukan gue seru, 'kan?" tanya Gina yang berdiri di samping Adila. Adila hanya melirik nya sekilas tanpa mau merespon. Entah kenapa tiba-tiba Gina mendorong Adila sampai hampir terjatuh jika dia tidak berpegangan dengan wastafel. &nb

  • THE SIBLING'S   23

    "Udah ganjen sama gebetan orang, mau celakain orang lain lagi!" "Gue ngimpi apa dulu sampek punya sudara kayak dia!" Setelah pulang sekolah, Adila di sindir habis-habisan oleh ke-dua saudaranya. Sedangkan Gina, dia sedang beristirahat di dalam kamar. "Kalian kalau punya masalah sama gue bilang! Punya mulut buat ngomong langsung, bukan nyindir!" desis Adila tepat di depan mereka. Aqia memutar bola matanya malas, "Lo kesindir?" "Enggak," ucap Adila sambil tersenyum sinis, "gue enggak kesindir. Tapi mata kalian bilang kalau itu gue, kalau kalian mendeskripsikan diri sendiri, gue enggak masalah!" ucap Adila dan berlalu pergi meninggalkan mereka dengan perasaan sebal. "Lo harusnya tahu, kalau gue suka sama Revano! Tapi kenapa lo malah jadian sama dia!" Adila

  • THE SIBLING'S   22

    "Gue berangkat sendiri!" "Enggak!" Sudah satu bulan setelah dia keluar dari rumah sakit, dan setelah itu juga hidupnya benar-benar sangat sulit karena ulah Raden dan Revano. Mereka selalu berebut siapa yang berangkat dengan Adila, siapa yang duduk di samping Adila, siapa yang membeli kan makanan Adila, dan siapa yang akan di terima Adila. "Mending kalian berangkat berdua, terus gue sama Kak Nana. Gampang'kan?" ucapnya sambil tersenyum manis. Dia tidak tahu apa alasan mereka melakukan itu, yang jelas itu sangat menganggu. Tentang ke-dua saudara nya, mereka sudah berangkat terlebih dahulu sejak jam enam pagi. Entah kenapa akhir-akhir ini hubungan mereka merenggang, Adila tidak mau ambil pusing. Lagi pula saudara nya itu memang selalu bersikap aneh. &n

DMCA.com Protection Status