Pagi harinya, Ryo terbangun dengan tangan Elena yang masih memeluknya. Ia bisa melihat paras cantik Elena dari dekat, wajahnya langsung memerah dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya. Perlahan ia bangkit dari ranjang dan menggunakan kamar mandi.
Seorang pelayan perempuan yang masih terlihat sangat belia bertubuh ramping nan mungil berambut coklat pirang, berpapasan dengan Ryo ketika baru keluar dari kamar mandi, wajah dan telinga runcingnya langsung merah tersipu malu, keranjang berisi pakaian terjatuh ketika melihat Ryo bertelanjang dada.
"Ah? maafkan aku, aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu."
"Tidak apa Tuan Muda, E-e-e ... maaf sa-saya tidak tahu tadi malam anda tidur bersama Nona Elena, saya akan segera pergi."
"Tak apa, lagi pula aku akan segera pergi, Dark Elf kah? Siapa namamu?"
"Pelayan seperti hamba tidak pantas menyebutkan nama didepan Tuan Muda,"
"Tak perlu formal seperti itu,"
"Baiklah kalau anda tak keberatan, nama saya Emma Nightwing."
"Baiklah Emma, aku akan turun, lakukan tugasmu dengan baik ya,"
"Terima kasih tuan muda," balas Emma seraya menundukan badan.
Ketika turun ke lantai dua, hendak menuju kamarnya, Sebastian sudah berdiri di depan pintu kamar hendak mengetuk, ia menoleh ke arah Ryo ketika mendengar langkah kakinya. "Loh?" dia tersenyum ketika menyadari apa yang mungkin terjadi dengan Ryo.
"Seperti yang kau pikirkan, semalam aku tidur dengan Elena, tapi tidak ada apapun yang terjadi, aku bersumpah," kata Ryo dengan suara yang sedikit terbata-bata.
"Ya, saya tak berhak untuk menanyakan sesuatu yang seperti itu Tuan Muda," sahutnya sembari berjalan menghampiri.
"Jadi, ada perlu apa?"
"Nyonya Katya memberi perintah kepada saya untuk membangunkan anda, berhubung anda sudah bangun, mari ikut saya berkeliling White Raven," ajak Sebastian sembari menyodorkan tangannya. Ryo tersenyum, ia membuka kamar dan menenteng tasnya.
Mereka pun berjalan ke arah selatan, memasuki area kampus. Area kampus dan mansion dipisahkan oleh pagar besi yang memanjang dari timur ke barat. Gedung Utama yang menjadi pusat aktifititas pembelajaran berdiri megah, 1 menara Monolith berdiri tinggi tegak memantau seluruh area White Raven. Para mahasiswa berlalu lalang dengan kesibukan dan urusan masing-masing, seperti halnya kampus lain. Yang terlihat sangat membedakan adalah, keberagaman mahasiswanya yang berasal dari berbagai ras antar tata surya. Warna-warni kulit dan bentuk menghiasi setiap jalan penghubung antar gedung.
"Gedung-gedung ini tentu menyilaukan mata ya?" ujar Ryo sambil memicingkan mata, karena pantulan sinar matahari pagi yang menerpa tembok gedung.
"Saya setuju dengan anda, tapi warna putih adalah lambang dari sebuah keniscayaan dan harapan, dahulu sebelum Era Kiamat Kecil, di tanah ini berdiri sebuah gedung yang diberi nama White House, porak poranda saat peperangan berlangsung, kehancuran White House adalah simbol runtuhnya Amerika pada saat itu. Tuan Ryuji dan Nyonya Katya, bekerja keras untuk membangun kembali tanah ini, menunjukan kepada dunia bahwa masih ada harapan untuk dunia."
"Alih-alih membangun kembali, tapi sebenarnya dia mengklaim wilayah untuk diri sendiri, dasar oportunis," ujar Ryo sambil menggeleng kepalanya.
"Haha, kurang lebih begitu, tapi itu semua beliau lakukan untuk menandakan bahwa era baru telah dimulai, Baik akan saya jelaskan secara singkat guna dari gedung-gedung disini, mari naik ke menara,"
Diatas menara, seluruh area kampus terlihat jelas.
"Di area sebelah utara, ada Mansion Katyushka, lalu kita berdiri di menara Gedung Utama untuk mata kuliah umum, di ikuti gedung-gedung untuk kegiatan mahasiswa tahun pertama hingga keempat. Lalu di tengah ada Gym & Sport Center beserta Cafetaria dan Pusat pembelanjaan. Di sebelah selatan sana, ada Perpustakaan, taman untuk bersantai dan hutan buatan sekaligus paru-paru utama kota. Asrama ada di sebelah barat dan timur, tidak ada pembedaan gender, tapi mahasiswi lebih suka di asrama timur karena ada taman bunga yang tak jauh dari asrama."
Matanya berlarian kesana kemari, melihat seluruh lingkungan yang baru untuknya. Setelah puas melihat-lihat area kampus dari menara, Ryo meminta untuk di antarkan ke asrama barat, para penghuni asrama yang lebih senior beberapa kali menatap Ryo dengan penasaran ketika berpapasan di koridor.
Mereka berdua akhirnya sampai di kamar paling ujung di lantai 4 "Kita sampai di kamar anda Tuan Muda, ada hal lainnya?" tanya Sebastian setelah membuka pintu.
"Tidak ada, ini semua sudah cukup," balas Ryo.
Dengan sangat sopan Sebastian menundukan kepala dan memohon pamit. Ryo mengeluarkan isi tasnya dan menaruh pakaiannya di lemari.
Tak ada kontak atau pun panggilan telefon setelah mereka berdua melewati malam itu, baik Elena maupun Ryo. Sore harinya, Ryo menyempatkan diri untuk membaca buku setelah berjalan-jalan membiasakan diri dengan lingkungan baru. Namun sore itu seseorang yang tak begitu ia kenal datang menghampiri Ryo ketika membaca buku di taman.
"Sore yang indah, bukan?" Ucap seorang laki-laki seumuran Ryo dengan aksen british yang kental, tiba-tiba saja menghampiri di samping Ryo.
"Ya." Jawab Ryo singkat dengan ekspresi penasaran.
"Apa kau juga murid baru di White Raven?"
Ryo tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan.
"Wah kebetulan sekali! Aku juga! Aku sengaja datang lebih awal dari Inggris untuk melihat seperti apa Akademi White Raven." lanjut laki-laki itu dengan senyum yang cerah, namun Ryo tak membalasnya, Ryo masih diam untuk mengetahui motiv si laki-laki pirang dengan setelan ala bangsawan Inggris modern ini.
"Ah dimana sopan santunku?, Perkenalkan, aku Lucas, Young Master Lucas Sherwood, gelar yang diberikan oleh King Anderson II kepadaku. Royal Rifter ranking low-tier B."
"Salam kenal, aku Ryosuke Ryuji. Panggil saja Ryo."
Perkataan yang halus, namun syarat dengan nada menghina nan sombong khas keluarga aristokrat Inggris, membuat Ryo semakin waspada, Instingnya mengatakan untuk tidak terlibat lebih jauh dengan laki-laki di depannya.
Lelaki pirang itu tersenyum penuh dengan makna tersembunyi "Hmm nama yang unik, aku seperti familiar mendengar kata "Ryuji"
Menyadari ada sesuatu yang janggal Ryo memutuskan untuk segera pergi "Begitukah? Senang bertemu denganmu, tapi aku masih ada sedikit urusan lainnya." ujar Ryo dengan sedikit membungkuk memberi hormat ala kadarnya.
"Sampai jumpa dalam waktu dekat!" Seru laki-laki itu, semburat senyumnya menyembunyikan sesuatu yang janggal di benak Ryo. Tapi Ryo tahu laki-laki ini tentu berbahaya.
Ryo hanya, membalas dengan lambaian tangan di atas kepalanya tanpa menoleh kebelakang.
Di kamarnya, Elena baru bangun dari tidurnya, ia hanya tidur selama 17 jam dalam seminggu terakhir. Walaupun dia memiliki vitalitas vampir yang luar biasa dan bisa terjaga hingga berbulan-bulan, bahkan Pedang Perak Vatican dan air suci masih belum cukup untuk membunuhnya.Tapi beban psikis dan tanggung jawab yang ia pegang membuat fisiknya terasa lelah seperti manusia biasa.“Ah ... sialan ... kepalaku pening,” gumam Elena ketika membasuh muka di wastafel kamar mandi. “Ah, Iya semalam aku lumayan mabuk, dan memeluk Ryo seperti orang bodoh, tapi ya sudahlah toh dia sudah pergi.” Ia pun mengganti gaun tidur transparannya dengan setelan tempurnya dari dalam lemarinya yang di desain secara khusus.Walaupun terlihat sederhana dari luar, lemari yang ia gunakan untuk setelan tempurnya terisi dengan teknologi termutakhir di galaksi. Sensor tubuh yang bisa memindai pemilik lemari ini hingga tingkatan sub-atomis tubuh. Campuran bahan alloy warna pu
Di gedung Washington Rifter Associaton.Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa bel
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Walaupun sedang menikmati pertarungannya, Yunyun segera menyusul dia dan membukakan jalan menuju gedung barak. Liu Zheng yang sudah selesai dengan musuhnya langsung menghancurkan pintu besi besar yang ada di dalam barak dengan tinju apinya. Angin lembab dari lorong dengan bau menyengat menyeruak dari dalam lorong gelap itu. Menjorok ke dalam tanah seperti tanpa dasar.Lalu Elena segera menyelubungi tubuhnya dengan energi, walaupun terlihat sedikit transparan tapi pelindung itu sangat kuat. Begitu juga dengan yunyun melakukan hal serupa.“Aku serahkan di atas sini kepada kalian, ingat, 10 menit! Lebih dari itu kalian kemasi perlengkapan dan pergi dari sini, aku sudah meminta Langley untuk meluncurkan rudal penjelajah dan akan tiba dalam 20 menit lagi, Zoan, nanti kau atur permbagian hadiahnya.” Zoan, Tanker yang jarang berbicara hanya menggangguk.Dengan kemampuannya memanipulasi elemen dan energi tanah, ia bisa membangun tembok pertahanan sementara s
Sang Ratu tersenyum dan menyerahkan putrinya ke Elena, walaupun senyumannya tak seindah parasnya waktu sebelum bermutasi, tapi itu cukup untuk menenangkan putrinya. Yunyun menitikan air mata menyaksikan momen itu, sedangkan Elena tak bergeming sedikitpun dengan keteguhan hatinya.“Ayo pergi,” kata Elena dengan menyeret tangan putri itu yang masih meronta untuk tetap bersama ibunya.Dengan mengaktifkan kembali kekuatannya, dia menggenggam tangan Yunyun dan si kecil, menyelubungi mereka berdua dengan energinya dan melesat menuju pintu keluar.Liu Zheng, Zoan, Cindy dan beserta personel lainnya menunggu mereka berdua dengan sangat kelelahan. Melihat mereka berdua dan satu anak kecil, membuat mereka sedikit bingung, tapi waktu tersisa sedikit untuk menanyakan detil-detil pertempuran.Liu Zheng segera mengendalikan pesawat dan memulihkan sistem autopilot mendaratkan pesawat di pantai. Dengan sisa perlengkapan yang sudah di kemasi mereka segera lepas
Tiga hari sudah berlalu sejak Ryo berhasil memecahkan teka-teki perpustakaan. Dan akhirnya waktu telah tiba untuk mengungkap rahasia di baliknya. Gerhana bulan akan terjadi pada jam 12.33 malam itu.Ryo sudah mempersiapkan diri dan bergegas menuju gereja yang berada di luar lingkungan sekolah namun tak begitu jauh hanya berjarak 5 menit ke arah timur.Dia mengendap-endap di antara tanaman untuk menghindari penjaga malam yang berkeliling di lingkungan sekolah. Ia berhasil keluar dari lingkungan sekolah dan menengok jam tangannya, “12.20, aku harus berlari dari sini,” pikir Ryo ketika melihat langit.Jam 12.30 tepat Ryo sudah berada di dalam gereja yang tak terkunci itu. Dia melihat sekelilingnya, kaca-kaca besar berhias relik-relik kisah kenabian dan pengangkatan seorang manusia menjadi tuhan menghiasi gereja tua itu.Kemegahan arsitekturnya membuat dia tertegun dan tak berhenti menengadah ke atas dengan mulut yang terbuka.Diterangi len
Sebelum tidur, ia masih bertanya-tanya tentang naga hitam yang bersemayam di dalam pedang, apakah dia adalah kutukan yang disebutkan legenda? Ataukah seorang Dewa? Ryo mencoba untuk bermeditasi dan meletakan pedang di hadapannya. Ia mencoba merasakan kembali sensasi di saat ia terlempar ke dunia putih itu.“Kuryu?” panggil Ryo dalam pikirannya.“Ada apa?” Jawaban suara berat itu membuatnya tersentak kaget, menyadari bahwa yang ia alami bukanlah mimpi.“Kau benar-benar ada di kepalaku?”“Aku bersemayam di dalam pedangmu, tapi sepertinya kita sudah terhubung ketika sarung dan pedangnya bersatu."“Hey, apa kau juga melihat seperti yang aku lihat? Dan juga merasakan emosiku?”“Tentu, tapi aku tidak terlalu mengerti soal emosi manusia, sulit di mengerti dan sangat abstrak.”“Bahkan, kau sendiri lebih abstrak dari seluruh hal yang aku ketahui,”“....&rd
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut