Di gedung Washington Rifter Associaton.
Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.
Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.
Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.
Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa belum habis.
Sejurus kemudian, lima penjaga gedung merangsek kerumunan wartawan dan membukakan jalan untuk Elena dan mengawalnya menuju ruangan luas yang di sebut Hall Of Heroes, sebuah ruangan besar berukuran satu lapangan bola yang peruntukan untuk para Rifter mengambil misi, melakukan jual beli, berbagi informasi dan lainnya.
Ruang yang bernuansa futuristik itu dipenuhi oleh ratusan Rifter dari penjuru dunia dan juga tentara bayaran dari berbagai ras yang bekerja untuk Rifter yang menyewa mereka untuk menjalankan misi juga turut hadir memenuhi setiap sudut ruangan.
Dengan konsep tempat yang di buat seperti pusat hiburan malam, deretan Bar dan konter makanan berjejer rapih di bagian samping balairung.
Dentuman musik mengalun di ruangan yang luas itu, mereka berdansa mengikuti alunan lagu sembari menenggak minuman dan ditemani para pelacur yang berlomba-lomba mendapatkan perhatian para Rifter.Sudah bukan rahasia umum, jika para Rifter bergaya hidup hedonis dari pendapatan mereka membasmi musuh bumi. Tapi itu tak begitu buruk mengingat mereka bisa mati kapan saja di medan pertempuran.
Lusinan pasang mata langsung tertuju pada Elena ketika dia memasuki ruangan. Sebagai penerus White Raven dan juga sebagai Rifter Rank S dia layaknya seperti idola bagi Rifter Rookie dan juga musuh bagi Rifter Elit lainnya. Persaingan antara Rifter begitu ketat di Era damai ini, berlomba-lomba menjadi yang terbaik bahkan tak jarang ada pertarungan antar Rifter untuk membuktikan kekuatan.
Tapi bagi Elena semua itu hanyalah lelucon anak kecil, sudah 10 tahun terakhir Elena dan timnya menjadi Rifter peringkat teratas di Washington bahkan beberapa media massa antar galaksi menyebutkan bahwa dia salah satu yang terkuat yang pernah ada.
“Elena!” pekik suara perempuan dari kejauhan.
Elena menoleh ke arah datangnya suara dan melihat perempuan berusia dua puluhan tahun melambaikan tangannya dan berlari ke arah Elena dengan bersemangat dan mengibarkan rambut panjangnya yang kemerahan.
Dia pun membalas lambaian tangan perempuan itu dengan santai, lalu berkacak pinggang dan menggelengkan kepala. Ia tak percaya bahwa dia bisa bertemu dengan teman lamanya, Yunyun.
Mengenakan busana Cheongsam ketat dengan belahan samping memanjang sampai pangkal paha, berwarna merah terang berhias pola naga emas yang seolah-olah melilit tubuhnya yang indah.
Tubuh bagian kanannya, dari bahu hingga lutut hampir semuanya terbuat dari komponen robotik berbahan Titanium Alloy. Buah tangan pengobatan termutakhir yang di lakukan ayahnya sendiri, ketika ia kalah dari pertempuran beberapa tahun silam dan terluka sangat parah tapi beruntung Elena bersamanya saat itu dan dia bisa selamat.
“Yunyun, kau terlihat sehat,” sapa Elena dengan mengecup bibir Yunyun, sebuah sapaan hangat yang di lakukan Elena hanya kepada teman setianya ini.
“Elena! Ahh! Aku merindukanmu!” teriak Yunyun dengan sangat girang dan memeluk Elena.
Elena membalas pelukannya untuk beberapa saat dan mengusap tangan prostetik Yunyun, ia tak percaya gadis sekarat yang ia selamatkan dari medan pertempuran masih bisa hidup dengan normal berkat ilmu pengetahuan.
“Bagaimana keadaanmu?”
“Aku baik-baik saja, berkatmu.” jawab Yunyun dengan senyum berseri.
“Apa yang kau lakukan di Washington?”
“Hanya sedikit melakukan perjalan, bagus untuk tubuhku. Aku sudah sangat bosan di Lab, dan ayahku memperbolehkan dan dugaanku benar!!! Aku bisa menemukanmu di sini hehe.” Sedari dulu, sejak masih di akademi, Yunyun memang selalu melekat dengan Elena.
“Syukurlah, aku akan menjalankan sebuah misi. Bagaimana? Apa kau tertarik?”
“ Tentu saja! Aaa! Setelah dua tahun akhirnya bisa membunuh satu-dua monster elit dari tata surya antah berantah haha!” sahut Yunyun dengan tawa dan antusiasme yang tak bisa ia bendung.
Mereka pun duduk di sofa yang tersedia di sudut ruangan dan memesan minuman dan beberapa kudapan.
“Baiklah kalau begitu, kau akan ku masukan sebagai anggota tim sementara.” Elena melangkah menuju meja resepsionis untuk mendaftarkan tim dan mengambil antrian misi.
Demi keteraturan dan keselamatan Rifter, misi yang di berikan ditentukan oleh sistem berdasarkan, peringkat, dan kemampuan Rifter. Semakin sulit misi, semakin besar imbalannya. Maka tak jarang Rifter Rookie ranking rendah melakukan jual beli informasi misi-misi kelas Elit untuk meningkatkan pendapatan mereka.
Meskipun tak dilarang oleh peraturan tapi mereka harus bertaruh nyawa karena tingkat kesulitan yang diluar kemampuan mereka.
“Elena, ku dengar kau menemukan bocah yang menarik saat berkunjung ke Jepang?” tanya Yunyun saat Elena kembali ke tempat duduk.
“Lebih tepatnya sengaja menemui anak itu, dia hanya lebih muda dari mu dua tahun.”
“Oh? menarik, mungkin aku akan berkunjung ke akademi setelah menyelesaikan misi,” ujar Yunyun dengan senyum nakalnya.
“Lebih baik jangan berani macam-macam.”
“Hahaha! Ayolahhh, kau ini mahluk abadi, apa salahnya berbagi sedikit kesenangan,” rajuk Yunyun seraya memukul bahu Elena.
“Bukan itu masalahnya, dia adalah penerus White Raven, anak angkat Ryuji.”
Yunyun langsung tersedak minumannya ketika mendengar kata “Ryuji” ia hampir tak percaya, pertapa legendaris itu benar-benar memiliki anak angkat.
Sambil mengelap mulutnya yang basah ia berpikir tentang rumor yang beredar selama sepuluh tahun terakhir.
“Rumornya benar?, Ryuji menyembunyikan anak angkatnya demi menjauhkan dia dari dunia kita ini?”
“Sebenarnya bukan rumor, tapi memang fakta, Ryuji menyembunyikan di Tokyo sejak ia berumur 8 tahun. Untuk menghindari dunia kita tapi takdir berkata lain, Sea Abyss menemukan dia.”
“Tunggu dulu! Bukankah Sea Abyss sudah kalah telak di pertempuran Tanjung Harapan?!”
“Tapi Ratu mereka berhasil kabur pada saat itu, dan berhasil menghimpun kekuatan lima belas tahun ini.” terang Elena sembari menyantap camilannya.
“White Raven mungkin tempat terbaik untuknya, dan dia harus menjadi kuat untuk menghadapi takdirnya ini.”
Elena hanya mengangkat kedua bahunya dan menyesap cocktailnya “Ya, memang harus begitu sepertinya.”
WristNect Elena berbunyi, memberikan notifikasi misi yang telah di berikan oleh Administrator.
[Rank S Mission][Sea’s Inferno][Location: Unknown Island, Atlantic Ocean, 128.267 S| 65.* W][Objectives: Destroy Sea’s Abyss Military Base, Hatching Facility][Valid Until: 168 Hours left][Prize: 550.000.000 Units]“Haha, sepertinya kita sedang beruntung baca ini!” ujar Elena mengalihkan layar hologram ke arah Yunyun.
Mata Yunyun langsung membelalak melihat detail informasi misi di layar, dan tanpa basa-basi lagi dia langsung menekan tombol [Accept] pada layar hologram dan detail informasi lanjut langsung dikirimkan ke WristNect Elena.
Sebuah misi besar yang di keluarkan oleh Pemerintah Dunia dengan hadiah yang fantastis hanya segelintir orang yang mau menjalankan misi segila ini, jika pihak militer ingin menyelesaikan misi ini, satu pangkalan militer belum tentu cukup.
Tapi untuk Elena dan Yunyun, sepuluh Rifter Rank A sudah cukup.“Baiklah, aku akan merekrut beberapa kawanku untuk membantu, aku akan mengurus biaya rekrutmen personel untuk misi ini.” kata Yunyun mantap seraya menghubungi personel yang ia maksud.
“Bagus, aku akan menyiapkan keperluan suplai logistik, senjata dan amunisi, pastikan personel yang kau rekrut adalah Elite-Tier Rank A dan aku akan membawa timku juga.”
“Tenang saja, aku tahu standarmu.”
Dengan sangat cermat dan sigap dua perempuan itu menjalankan persiapan misi dengan efisien, Yunyun memasang iklan rekrutmen di Mission Board dan hanya dalam waktu singkat ratusan calon personel sudah mengantri tapi Yunyun hanya memilih yang terbaik.
Sedangkan Elena, hanya perlu waktu sepuluh menit, Gudang Senjata White Raven menyanggupi permintaannya. Satu Pesawat Jet pribadi milik Elena lengkap dengan semua persenjataan dan persediaan logistik akan disiapkan dengan segera.
Satu jam terlewati, semua persiapan sudah siap. Pesawat Jet pribadi milik Elena sudah datang dan terparkir rapih di puncak menara Gedung WRA.
“Elena ini timku. 5 Rifter Elite-Tier Rank A, mereka adalah para Elit yang pernah menjalankan misi denganku, bisa kau lihat lampirannya.” kata Yunyun seraya mengirimkan detail informasi tim.
Dan kelima rekrutmen berbaris rapih di depan Elena sudah mengenakan perlengkapan pribadi masing-masing.
[James Dean: Rank A. Type: Tanker][Audrey: Rank A. Type: Mage/Healer]
[Siphon: Rank A. Type: Assasin][Rocky: Rank A. Type: Melee Fighter][Rake: Rank A. Type: Sniper]Melihat komposisi tim yang di ajukan Yunyun, Elena merasa percaya diri dengan keberhasilan misi ini, dalam situasi terburuk setidaknya bisa mundur dengan semua personel masih hidup.
“Sempurna! Berangkat!” kata Elena
Mereka pun langsung menuju ke puncak menara Gedung WRA, menara tertinggi dan termegah di Washington melambangkan kekokohan perdamaian dunia.Di atas menara, pesawat Elena sudah menunggu beserta 5 orang timnya mengenakan perlengkapan tempur kelas atas. Mereka melepas topeng putih memperlihatkan identitas mereka kepada seluruh tim.
Mata para anggota tim Yunyun terpana melihat perlengkapan yang di kenakan Tim Elena, perlengkapan paling mutakhir yang mereka impikan.“Baik akan ku perkenalkan anggota timku mulai dari kiri, Perempuan paling ujung: Cindy, Arch Mage. Sebelahnya, jangan tertipu dengan tinggi badannya Robert, Assasin, lalu di tengah Zoan, Tanker. Di sampingnya Liu Zheng Gunner Fighter sekaligus Pilot kita dan terakhir Kim Jung, Sniper. ada pertanyaan?” tanya Elena sebelum mengakhiri sesi perkenalan.
“Apa kami juga bisa mendapatkan perlengkapan seperti tim mu?” tanya Rake.
“Tentu saja iya, dan kalian bisa membawa perlengkapan itu pulang jika kalian masih hidup. Okay waktu kita terbatas ayo bergegas!”
Mendengar perintah Elena seluruh anggota tim bergegas menaiki pesawat, Yunyun hanya tersenyum ketika melihat anggota tim miliknya lari terbirit-birit ketika mendengar perintah Elena, tak ada yang bisa melawan perintah Elena selaku Rifter dengan rank tertinggi di tim.
Pesawat pun segera mengudara dan melaju dengan kecepatan penuh menuju lokasi misi.
“Baiklah, briefing singkat! Semuanya dengarkan! Dan perhatikan baik-baik peta pulau, pulau ini seukuran kota New York, di dominasi vegetasi hujan tropis, cocok untuk strategi bergerilya, menurut Intelejen pangkalan militer dan fasilitas penetasan ada di tengah pulau dan di jaga oleh lusinan pleton prajurit musuh. kita akan mendarat 50 klik dari bibir pantai, intel menunjukan adanya semacam sistem alarm di sekeliling perairan. Lalu melanjutkan dengan perahu dan bersandar di sebuah tanjung landai di sisi selatan pulau. Dan membangun Basecamp Operation di dalam hutan tak jauh dari pantai, lalu kita lakukan operasi pengintaian. Kita akan lakukan sisanya setelah melakukan pengintaian, untuk masalah teknis di lapangan aku serahkan pada Yunyun. DIMENGERTI?!” pekik Elena dengan mata memindai anggota tim satu per satu.
“Yes Ma’am!” jawab para anggota tim serempak.
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Walaupun sedang menikmati pertarungannya, Yunyun segera menyusul dia dan membukakan jalan menuju gedung barak. Liu Zheng yang sudah selesai dengan musuhnya langsung menghancurkan pintu besi besar yang ada di dalam barak dengan tinju apinya. Angin lembab dari lorong dengan bau menyengat menyeruak dari dalam lorong gelap itu. Menjorok ke dalam tanah seperti tanpa dasar.Lalu Elena segera menyelubungi tubuhnya dengan energi, walaupun terlihat sedikit transparan tapi pelindung itu sangat kuat. Begitu juga dengan yunyun melakukan hal serupa.“Aku serahkan di atas sini kepada kalian, ingat, 10 menit! Lebih dari itu kalian kemasi perlengkapan dan pergi dari sini, aku sudah meminta Langley untuk meluncurkan rudal penjelajah dan akan tiba dalam 20 menit lagi, Zoan, nanti kau atur permbagian hadiahnya.” Zoan, Tanker yang jarang berbicara hanya menggangguk.Dengan kemampuannya memanipulasi elemen dan energi tanah, ia bisa membangun tembok pertahanan sementara s
Sang Ratu tersenyum dan menyerahkan putrinya ke Elena, walaupun senyumannya tak seindah parasnya waktu sebelum bermutasi, tapi itu cukup untuk menenangkan putrinya. Yunyun menitikan air mata menyaksikan momen itu, sedangkan Elena tak bergeming sedikitpun dengan keteguhan hatinya.“Ayo pergi,” kata Elena dengan menyeret tangan putri itu yang masih meronta untuk tetap bersama ibunya.Dengan mengaktifkan kembali kekuatannya, dia menggenggam tangan Yunyun dan si kecil, menyelubungi mereka berdua dengan energinya dan melesat menuju pintu keluar.Liu Zheng, Zoan, Cindy dan beserta personel lainnya menunggu mereka berdua dengan sangat kelelahan. Melihat mereka berdua dan satu anak kecil, membuat mereka sedikit bingung, tapi waktu tersisa sedikit untuk menanyakan detil-detil pertempuran.Liu Zheng segera mengendalikan pesawat dan memulihkan sistem autopilot mendaratkan pesawat di pantai. Dengan sisa perlengkapan yang sudah di kemasi mereka segera lepas
Tiga hari sudah berlalu sejak Ryo berhasil memecahkan teka-teki perpustakaan. Dan akhirnya waktu telah tiba untuk mengungkap rahasia di baliknya. Gerhana bulan akan terjadi pada jam 12.33 malam itu.Ryo sudah mempersiapkan diri dan bergegas menuju gereja yang berada di luar lingkungan sekolah namun tak begitu jauh hanya berjarak 5 menit ke arah timur.Dia mengendap-endap di antara tanaman untuk menghindari penjaga malam yang berkeliling di lingkungan sekolah. Ia berhasil keluar dari lingkungan sekolah dan menengok jam tangannya, “12.20, aku harus berlari dari sini,” pikir Ryo ketika melihat langit.Jam 12.30 tepat Ryo sudah berada di dalam gereja yang tak terkunci itu. Dia melihat sekelilingnya, kaca-kaca besar berhias relik-relik kisah kenabian dan pengangkatan seorang manusia menjadi tuhan menghiasi gereja tua itu.Kemegahan arsitekturnya membuat dia tertegun dan tak berhenti menengadah ke atas dengan mulut yang terbuka.Diterangi len
Sebelum tidur, ia masih bertanya-tanya tentang naga hitam yang bersemayam di dalam pedang, apakah dia adalah kutukan yang disebutkan legenda? Ataukah seorang Dewa? Ryo mencoba untuk bermeditasi dan meletakan pedang di hadapannya. Ia mencoba merasakan kembali sensasi di saat ia terlempar ke dunia putih itu.“Kuryu?” panggil Ryo dalam pikirannya.“Ada apa?” Jawaban suara berat itu membuatnya tersentak kaget, menyadari bahwa yang ia alami bukanlah mimpi.“Kau benar-benar ada di kepalaku?”“Aku bersemayam di dalam pedangmu, tapi sepertinya kita sudah terhubung ketika sarung dan pedangnya bersatu."“Hey, apa kau juga melihat seperti yang aku lihat? Dan juga merasakan emosiku?”“Tentu, tapi aku tidak terlalu mengerti soal emosi manusia, sulit di mengerti dan sangat abstrak.”“Bahkan, kau sendiri lebih abstrak dari seluruh hal yang aku ketahui,”“....&rd
Pertarungan melelahkan selama berjam-jam di tengah samudera itu, akhirnya mulai menunjukan efeknya pada seluruh personel tim, sekuat apa pun tubuh mereka, akan tetapi kelelahan psikis tentu mempengaruhi kondisi tubuh dan membuat mereka semua terlelap di kursi empuk pesawat. Tak terkecuali untuk Elena, dia menutup matanya namun menerawang jauh ke dalam pikirannya tentang kejadian itu, ada sedikit rasa bersalah di benaknya.“Elena, inilah perang, takdir seorang yang memiliki kekuatan adalah untuk berperang,” gumamnya pada diri sendiri.Freyr tidur meringkuk di kursi paling belakang, sesekali Elena menatap mata si kecil lemah ini, namun masih tak ada kata yang terucap sampai akhirnya pesawat mendarat di atas menara Gedung WRA pada pagi hari karena pesawat mengalami kerusakan ringan.Sesampainya di dasar menara, ribuan kilatan lampu kamera menyambut mereka semua, James, Rocky, dan Rake, sibuk menyambangi media massa dan membual kehebatan mereka di medan
Di Asrama Putra Akademi White Raven. Ryo masih bertanya-tanya tentang simbol dan perkataan yang ia temukan di pojokan rak perpustakaan setelah pertemuannya dengan Lucas Sherwood. Di rak itu tertulis; “Space is The Lord and Time is The King, Only thee who know their self shall walk on the road of enlightment.” Ukurannya kecil dan hanya bisa dibaca jika mengambil satu buku setebal 15 cm bersimbol piramida dan bersampul kulit. Di sampulnya tertulis, “Ordo Masonry” Sebuah buku filsafat yang memuat pengetahuan berbagai macam agama di bumi dan berisi penuh perkataan teka-teki yang membingungkan. Tapi setelah membaca beberapa bab, Ryo sedikit mengerti apa yang di maksud buku ini, bahwa ada suatu organisasi religius di jaman abad pertengahan, yang menjaga rahasia-rahasia dunia, ilmu pengetahuan mistis kuno, dan pemahaman luar biasa tentang ketuhanan. Ryo semakin takzim membaca bab demi bab buku tebal itu. “Semua mahluk hidup, hidup di dimensi fana, ba
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut