Di kamarnya, Elena baru bangun dari tidurnya, ia hanya tidur selama 17 jam dalam seminggu terakhir. Walaupun dia memiliki vitalitas vampir yang luar biasa dan bisa terjaga hingga berbulan-bulan, bahkan Pedang Perak Vatican dan air suci masih belum cukup untuk membunuhnya.
Tapi beban psikis dan tanggung jawab yang ia pegang membuat fisiknya terasa lelah seperti manusia biasa.
“Ah ... sialan ... kepalaku pening,” gumam Elena ketika membasuh muka di wastafel kamar mandi. “Ah, Iya semalam aku lumayan mabuk, dan memeluk Ryo seperti orang bodoh, tapi ya sudahlah toh dia sudah pergi.” Ia pun mengganti gaun tidur transparannya dengan setelan tempurnya dari dalam lemarinya yang di desain secara khusus.
Walaupun terlihat sederhana dari luar, lemari yang ia gunakan untuk setelan tempurnya terisi dengan teknologi termutakhir di galaksi. Sensor tubuh yang bisa memindai pemilik lemari ini hingga tingkatan sub-atomis tubuh. Campuran bahan alloy warna putih dan mythril super keras dan bahkan tak akan hancur jika tertelan badai kosmik.
Tak jauh berbeda dengan setelan baju tempurnya, dari luar terlihat seperti pakaian remaja pada umumnya. Jaket kulit warna putih, Tank-top warna putih, celana pendek dari kain jeans ketat dan sepatu boots tinggi sebetis.
Tapi siapa yang menyangka bahwa di balik setelan itu terdapat berbagai macam Runik, Sigil, dan berbagai macam sensor mutakhir yang meningkatkan kemampuan pertahanan pemakainya.
Suara ketukan pintu terdengar lembut ketika Elena selesai mengenakan setelan.
“Siapa?” tanyanya.
“Saya Emma, membawakan teh sore hari untuk anda,” ucap suara yang terdengar mungil itu dari balik pintu.
“Masuk saja tidak di kunci.”
Mendengar perintahnya, gadis berperawakan sedang berbadan tegap itu masuk membawakan nampan berisi teh dan berbagai camilan kecil yang di tata rapih di piring keramik.
Elena memperhatikan dengan seksama staff rumahnya yang baru itu, usianya belia namun sudah bisa terkualifikasi untuk melayani keluarga Katyushka yang memiliki standar yang tinggi. Ia berjalan dengan tenang dan menyajikan teh itu di meja santai di depan sofa.
Wajahnya terlihat sedikit gugup, tapi gerakannya saat menuangkan teh begitu elegan, tanpa suara percikan di cangkir.
“Terima kasih untuk tehnya.” ucap Elena seraya duduk di sofa dan menyesap teh yang masih mengepulkan asap.
Emma hanya mengangguk tanpa berani menatap Elena.
“Emma Nightwing ya? Hmm, seharusnya Sebastian yang membawakan kudapan sore hari ketika aku ada di rumah. Aku lebih suka cocktail dengan alkohol ringan, tapi teh lumayan juga.”
“Ya, Tuan Sebastian harus menemani Nyonya Katya pergi ke Timur Tengah.”
“Timur Tengah?" Elena berpikir sejenak, "Raja Solomon dan perdana menterinya sudah tak sabar untuk ambil langkah rupanya, menarik.” ujar Elena sambil menghirup harum aroma teh Darjeeling terbaiknya.“Maafkan soal ketidak-tahuan saya, anda terlihat begitu lelah bahkan tertidur dengan pulas di sofa, jadi saya memutuskan untuk menyajikan teh Darjeeling,” ucap Emma dengan raut wajah yang pucat.
“Tak apa, duduklah tak perlu tegang begitu,” pinta Elena dengan melambaikan tangannya.
Emma pun duduk di lantai dengan menundukan wajahnya dengan gugup.
Elena hanya tersenyum masam “Ya ampun dasar anak baru, sebenarnya dari mana Sebastian memungutmu? Mengadopsi anak dan murid sepertinya menjadi trend belakangan ini. Duduklah di sampingku!” keluh Elena dengan menepuk-nepuk sofa empuknya.
“Ta-tapi?”
“Jangan banyak kata, kuperingatkan dari sekarang, semua pelayan di rumah ini kita perlakukan sama, terlepas dari ras atau jenis mahluk hidup apapun. Kau telah mengucapkan sumpah setia dan memegang Lambang Pelayan Mansion Katyushka. Berarti hidupmu akan di jamin oleh keluarga Katyushka, termasuk masa depanmu. Jangan rendahkan dirimu seperti itu, bahkan itu lebih rendah dari anjing jalanan.” cetus Elena dengan suara tegas, namun penuh perhatian.
“Baik saya mengerti Nona Elena.”
“Bagus.” Sejurus kemudian ia mencari biodata dasar Emma di data base kepegawaian di Gelang Komunikasinya. Dari layarnya terurai semua informasi tentang Emma.
Name:Emma Nightwing.
Sex: Female 16 y.oRace:Nightwing [Dark Elf]Ability:Awakened Bloodline.Best Recommended: ArcherMembaca detail informasi itu membuat Elena sedikit tercengang, dengan bakat sebesar ini, Emma bisa saja memimpin sebuah legiun militer elit ataupun satu squad Rifter Elit.
“Latar belakang yang menarik, hmm sangat di sayangkan jika dia hanya menjadi pelayan rumah.” pikir Elena dalam hati.
“Kau menarik, aku akan menghubungi kepala administrasi kurikulum akademi, dan kau akan bersekolah di akademi, kau punya bakat yang hebat!”
“Saya tidak berhak mendapatkan kehormatan itu! Saya hanya anak didik, yang tuan Sebastian selamatkan di pinggiran hutan Benua Gelap.”
“Tapi Sebastian tidak mungkin mengirim seorang bocah ingusan untuk melayaniku tanpa alasan, sepertinya dia sudah memperhitungkan ini.” ujar Elena setelah meneguk habis teh di cangkirnya.
“Kalau begitu saya sangat berterima kasih! Nona Elena!” ucap Emma dengan senyuman yang cerah dan raut wajah yang seakan berbinar cahaya.
Mereka berbincang beberapa saat, Emma bercerita bagaimana dia bisa ditemukan oleh Sebastian di pinggiran hutan Benua Gelap ketika Sebastian menjalankan misi untuk membasmi kelompok Penyelundup dari galaksi andromeda yang terdiri dari berbagai ras.
Mereka menculik dan membantai pria klan Night Blood Elf, menjual atau melelang para perempuan dan anak gadis mereka di pasar gelap antar galaksi.
Ada beberapa peradaban di luar sana yang masih mempraktikan perbudakan. Ras asli bumi, cenderung diminati karena lemah dan berparas menawan. Cocok untuk ras yang menganut sistem aristokrat dan menganggap diri mereka superior dibanding ras manapun.
“Sudah hampir waktunya, aku akan pergi ke gedung Rifter Association. Sampaikan pada orang rumah, aku akan kembali ketika untuk persiapan penerimaan mahasiswa baru.” ujar Elena sambil meminum habis teh di cangkirnya.
“Dimengerti,” jawab Emma.
Di gedung Washington Rifter Associaton.Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa bel
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan
Walaupun sedang menikmati pertarungannya, Yunyun segera menyusul dia dan membukakan jalan menuju gedung barak. Liu Zheng yang sudah selesai dengan musuhnya langsung menghancurkan pintu besi besar yang ada di dalam barak dengan tinju apinya. Angin lembab dari lorong dengan bau menyengat menyeruak dari dalam lorong gelap itu. Menjorok ke dalam tanah seperti tanpa dasar.Lalu Elena segera menyelubungi tubuhnya dengan energi, walaupun terlihat sedikit transparan tapi pelindung itu sangat kuat. Begitu juga dengan yunyun melakukan hal serupa.“Aku serahkan di atas sini kepada kalian, ingat, 10 menit! Lebih dari itu kalian kemasi perlengkapan dan pergi dari sini, aku sudah meminta Langley untuk meluncurkan rudal penjelajah dan akan tiba dalam 20 menit lagi, Zoan, nanti kau atur permbagian hadiahnya.” Zoan, Tanker yang jarang berbicara hanya menggangguk.Dengan kemampuannya memanipulasi elemen dan energi tanah, ia bisa membangun tembok pertahanan sementara s
Sang Ratu tersenyum dan menyerahkan putrinya ke Elena, walaupun senyumannya tak seindah parasnya waktu sebelum bermutasi, tapi itu cukup untuk menenangkan putrinya. Yunyun menitikan air mata menyaksikan momen itu, sedangkan Elena tak bergeming sedikitpun dengan keteguhan hatinya.“Ayo pergi,” kata Elena dengan menyeret tangan putri itu yang masih meronta untuk tetap bersama ibunya.Dengan mengaktifkan kembali kekuatannya, dia menggenggam tangan Yunyun dan si kecil, menyelubungi mereka berdua dengan energinya dan melesat menuju pintu keluar.Liu Zheng, Zoan, Cindy dan beserta personel lainnya menunggu mereka berdua dengan sangat kelelahan. Melihat mereka berdua dan satu anak kecil, membuat mereka sedikit bingung, tapi waktu tersisa sedikit untuk menanyakan detil-detil pertempuran.Liu Zheng segera mengendalikan pesawat dan memulihkan sistem autopilot mendaratkan pesawat di pantai. Dengan sisa perlengkapan yang sudah di kemasi mereka segera lepas
Tiga hari sudah berlalu sejak Ryo berhasil memecahkan teka-teki perpustakaan. Dan akhirnya waktu telah tiba untuk mengungkap rahasia di baliknya. Gerhana bulan akan terjadi pada jam 12.33 malam itu.Ryo sudah mempersiapkan diri dan bergegas menuju gereja yang berada di luar lingkungan sekolah namun tak begitu jauh hanya berjarak 5 menit ke arah timur.Dia mengendap-endap di antara tanaman untuk menghindari penjaga malam yang berkeliling di lingkungan sekolah. Ia berhasil keluar dari lingkungan sekolah dan menengok jam tangannya, “12.20, aku harus berlari dari sini,” pikir Ryo ketika melihat langit.Jam 12.30 tepat Ryo sudah berada di dalam gereja yang tak terkunci itu. Dia melihat sekelilingnya, kaca-kaca besar berhias relik-relik kisah kenabian dan pengangkatan seorang manusia menjadi tuhan menghiasi gereja tua itu.Kemegahan arsitekturnya membuat dia tertegun dan tak berhenti menengadah ke atas dengan mulut yang terbuka.Diterangi len
Sebelum tidur, ia masih bertanya-tanya tentang naga hitam yang bersemayam di dalam pedang, apakah dia adalah kutukan yang disebutkan legenda? Ataukah seorang Dewa? Ryo mencoba untuk bermeditasi dan meletakan pedang di hadapannya. Ia mencoba merasakan kembali sensasi di saat ia terlempar ke dunia putih itu.“Kuryu?” panggil Ryo dalam pikirannya.“Ada apa?” Jawaban suara berat itu membuatnya tersentak kaget, menyadari bahwa yang ia alami bukanlah mimpi.“Kau benar-benar ada di kepalaku?”“Aku bersemayam di dalam pedangmu, tapi sepertinya kita sudah terhubung ketika sarung dan pedangnya bersatu."“Hey, apa kau juga melihat seperti yang aku lihat? Dan juga merasakan emosiku?”“Tentu, tapi aku tidak terlalu mengerti soal emosi manusia, sulit di mengerti dan sangat abstrak.”“Bahkan, kau sendiri lebih abstrak dari seluruh hal yang aku ketahui,”“....&rd
Pertarungan melelahkan selama berjam-jam di tengah samudera itu, akhirnya mulai menunjukan efeknya pada seluruh personel tim, sekuat apa pun tubuh mereka, akan tetapi kelelahan psikis tentu mempengaruhi kondisi tubuh dan membuat mereka semua terlelap di kursi empuk pesawat. Tak terkecuali untuk Elena, dia menutup matanya namun menerawang jauh ke dalam pikirannya tentang kejadian itu, ada sedikit rasa bersalah di benaknya.“Elena, inilah perang, takdir seorang yang memiliki kekuatan adalah untuk berperang,” gumamnya pada diri sendiri.Freyr tidur meringkuk di kursi paling belakang, sesekali Elena menatap mata si kecil lemah ini, namun masih tak ada kata yang terucap sampai akhirnya pesawat mendarat di atas menara Gedung WRA pada pagi hari karena pesawat mengalami kerusakan ringan.Sesampainya di dasar menara, ribuan kilatan lampu kamera menyambut mereka semua, James, Rocky, dan Rake, sibuk menyambangi media massa dan membual kehebatan mereka di medan
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut