Sang Ratu tersenyum dan menyerahkan putrinya ke Elena, walaupun senyumannya tak seindah parasnya waktu sebelum bermutasi, tapi itu cukup untuk menenangkan putrinya. Yunyun menitikan air mata menyaksikan momen itu, sedangkan Elena tak bergeming sedikitpun dengan keteguhan hatinya.
“Ayo pergi,” kata Elena dengan menyeret tangan putri itu yang masih meronta untuk tetap bersama ibunya.
Dengan mengaktifkan kembali kekuatannya, dia menggenggam tangan Yunyun dan si kecil, menyelubungi mereka berdua dengan energinya dan melesat menuju pintu keluar.Liu Zheng, Zoan, Cindy dan beserta personel lainnya menunggu mereka berdua dengan sangat kelelahan. Melihat mereka berdua dan satu anak kecil, membuat mereka sedikit bingung, tapi waktu tersisa sedikit untuk menanyakan detil-detil pertempuran.
Liu Zheng segera mengendalikan pesawat dan memulihkan sistem autopilot mendaratkan pesawat di pantai. Dengan sisa perlengkapan yang sudah di kemasi mereka segera lepas
Tiga hari sudah berlalu sejak Ryo berhasil memecahkan teka-teki perpustakaan. Dan akhirnya waktu telah tiba untuk mengungkap rahasia di baliknya. Gerhana bulan akan terjadi pada jam 12.33 malam itu.Ryo sudah mempersiapkan diri dan bergegas menuju gereja yang berada di luar lingkungan sekolah namun tak begitu jauh hanya berjarak 5 menit ke arah timur.Dia mengendap-endap di antara tanaman untuk menghindari penjaga malam yang berkeliling di lingkungan sekolah. Ia berhasil keluar dari lingkungan sekolah dan menengok jam tangannya, “12.20, aku harus berlari dari sini,” pikir Ryo ketika melihat langit.Jam 12.30 tepat Ryo sudah berada di dalam gereja yang tak terkunci itu. Dia melihat sekelilingnya, kaca-kaca besar berhias relik-relik kisah kenabian dan pengangkatan seorang manusia menjadi tuhan menghiasi gereja tua itu.Kemegahan arsitekturnya membuat dia tertegun dan tak berhenti menengadah ke atas dengan mulut yang terbuka.Diterangi len
Sebelum tidur, ia masih bertanya-tanya tentang naga hitam yang bersemayam di dalam pedang, apakah dia adalah kutukan yang disebutkan legenda? Ataukah seorang Dewa? Ryo mencoba untuk bermeditasi dan meletakan pedang di hadapannya. Ia mencoba merasakan kembali sensasi di saat ia terlempar ke dunia putih itu.“Kuryu?” panggil Ryo dalam pikirannya.“Ada apa?” Jawaban suara berat itu membuatnya tersentak kaget, menyadari bahwa yang ia alami bukanlah mimpi.“Kau benar-benar ada di kepalaku?”“Aku bersemayam di dalam pedangmu, tapi sepertinya kita sudah terhubung ketika sarung dan pedangnya bersatu."“Hey, apa kau juga melihat seperti yang aku lihat? Dan juga merasakan emosiku?”“Tentu, tapi aku tidak terlalu mengerti soal emosi manusia, sulit di mengerti dan sangat abstrak.”“Bahkan, kau sendiri lebih abstrak dari seluruh hal yang aku ketahui,”“....&rd
Pertarungan melelahkan selama berjam-jam di tengah samudera itu, akhirnya mulai menunjukan efeknya pada seluruh personel tim, sekuat apa pun tubuh mereka, akan tetapi kelelahan psikis tentu mempengaruhi kondisi tubuh dan membuat mereka semua terlelap di kursi empuk pesawat. Tak terkecuali untuk Elena, dia menutup matanya namun menerawang jauh ke dalam pikirannya tentang kejadian itu, ada sedikit rasa bersalah di benaknya.“Elena, inilah perang, takdir seorang yang memiliki kekuatan adalah untuk berperang,” gumamnya pada diri sendiri.Freyr tidur meringkuk di kursi paling belakang, sesekali Elena menatap mata si kecil lemah ini, namun masih tak ada kata yang terucap sampai akhirnya pesawat mendarat di atas menara Gedung WRA pada pagi hari karena pesawat mengalami kerusakan ringan.Sesampainya di dasar menara, ribuan kilatan lampu kamera menyambut mereka semua, James, Rocky, dan Rake, sibuk menyambangi media massa dan membual kehebatan mereka di medan
Di Asrama Putra Akademi White Raven. Ryo masih bertanya-tanya tentang simbol dan perkataan yang ia temukan di pojokan rak perpustakaan setelah pertemuannya dengan Lucas Sherwood. Di rak itu tertulis; “Space is The Lord and Time is The King, Only thee who know their self shall walk on the road of enlightment.” Ukurannya kecil dan hanya bisa dibaca jika mengambil satu buku setebal 15 cm bersimbol piramida dan bersampul kulit. Di sampulnya tertulis, “Ordo Masonry” Sebuah buku filsafat yang memuat pengetahuan berbagai macam agama di bumi dan berisi penuh perkataan teka-teki yang membingungkan. Tapi setelah membaca beberapa bab, Ryo sedikit mengerti apa yang di maksud buku ini, bahwa ada suatu organisasi religius di jaman abad pertengahan, yang menjaga rahasia-rahasia dunia, ilmu pengetahuan mistis kuno, dan pemahaman luar biasa tentang ketuhanan. Ryo semakin takzim membaca bab demi bab buku tebal itu. “Semua mahluk hidup, hidup di dimensi fana, ba
Hari-hari damai berlanjut di White Raven, letaknya yang sedikit jauh dari pusat kota membuat lingkungannya sangat nyaman perjuangan Katya selama ratusan tahun untuk mendapatkan kedamaian akhirnya tercapai.Berkat pencapaiannnya Washington bisa pulih dari peperangan maha besar, kota yang luluh lantah bisa bangkit dengan pesat berkatnya. Selain diplomasi politik, kekuatan menjadi hal paling penting untuk membangun sebuah peradaban.Freyr, berkembang sangat pesat di dampingi Susan, kemampuan kognitifnya yang mengagumkan, dia bisa memahami dan bisa mengusai bahasa bumi, hanya dengan waktu singkat.Kadang pertanyaan-pertanyaan yang ia ajukan membuat Susan bingung, kamarnya yang semula polos, mulai di penuhi buku-buku dan alat-alat peraga ilmu pengetahuan bumi, pagi hingga petang hari ia membaca buku-buku dan bermain dengan Susan.Malam berbintang menjadi favorit Freyr sehabis makan malam, Susan menceritakan banyak hal dan menjelaskan berbagai macam persoalan s
Satu hari sebelum penerimaan. Pagi hari, sehari sebelum penerimaan murid baru di Akademi White Raven, para calon murid akademi sudah ramai memenuhi area akademi. Ribuan unit mobil terparkir rapih di lapangan, dan ribuan calon murid dari berbagai ras bumi, ataupun ras dari luar bumi sudah datang. Masing-masing dari mereka melakukan pendaftaran ulang di dampingi oleh orang tua ataupun walinya, tak sedikit pula anak-anak konglomerat yang mengandalkan pelayan mereka untuk mengurus segala keperluan mereka. Ryo terbangun oleh suara gaduh di lorong asrama putra gedung A yang ia tempati, pandangannya berkunang-kunang setelah tak sadarkan diri selama sehari penuh. Ia mengambil segelas air dan mengintip sedikit melalui celah pintu keadaan di luar kamarnya. Puluhan calon murid baru sudah memenuhi lorong dan memasuki kamar mereka masing-masing. Satu kamar untuk dua orang, semuanya sudah terisi, hanya tersisa kamar Ryo yang belum ditempati oleh orang kedua. Dia menutup pi
Matahari kembali ke peraduannya, ketika Elena mempersiapkan gedung Stadium untuk acara penerimaan mahasiswa baru. Ratusan pekerja dengan segala keterampilan mendekorasi tempat itu. Membuat suasana gedung terkesan sangat meriah, ini semua dia lakukan karena kewajibannya sebagai Presiden Mahasiswa Akademi White Raven.Segala sesuatu yang berkaitan dengan situasi di dalam kampus berada di tangannya. Setelah dirasa cukup dan para pekerja bisa menyelesaikan detail-detail kecil, ia memutuskan untuk rehat dan berjalan-jalan di sekitar Washington. Pilihannya jatuh ke sebuah bar di pinggiran kota untuk bersantai sejenak.Sebuah bar yang memang diperuntukkan para Rifter baik dari kota ataupun luar kota. The Rifter’s Tavern, Lampu neon warna-warni di bentuk sedemikian rupa hingga membentuk kata tersebut, semakin lengkap dengan Animasi Hologram seorang wanita cantik yang sedang menari.Elena datang mengenakan Jaket Hoodie warna hitam, celana jeans ketat sepantat, dan
Hari yang ditunggu oleh ribuan calon mahasiswa akhirnya tiba. Prosesi Penerimaan Mahasiswa Baru akhirnya diselenggarakan, ini adalah proses yang penting bagi ribuan calon mahasiswa.White Raven sebagai Akademi paling bergengsi memiliki peran penting untuk mendidik dan menyeleksi para manusia muda berbakat.Disamping itu, fungsi akademi juga mengawasi pergerakan Rifter dan menjaga stabilitas kekuatan, dengan menawarkan berbagai manfaat dan keuntungan, menjadi bagian dari White Raven tentu membuat manusia bertalenta luar biasa ini berebut untuk mendapatkan kursi.Lulus dan mendapatkan lisensi Rifter White Raven, itu berarti mendapatkan kunci untuk berkarir di seluruh semesta Galaksi Bima Sakti.Wajah-wajah berseri dan bersemangat mulai memenuhi tempat duduk di arena utama dan juga tribun, Rifter dari berbagai kalangan memiliki bakat luar biasa berbaur menjadi satu.Walaupun terkesan berbaur tak membedakan strata sosial, dalam praktiknya calon mahasis
Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K
Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k
Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.
Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang
Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu
Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala
Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung
Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E
Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut