Home / Fantasi / THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY / Bonus Chapter : Nosferatu Alucard

Share

Bonus Chapter : Nosferatu Alucard

Author: IanDitya
last update Last Updated: 2021-06-17 19:25:54

Ruang Tamu Utama, Lantai 1

Setelah merasakan hawa kehadiran yang sangat kuat, dan meninggalkan ruang makan, Katya sadar ada tamu tak diundang di rumahnya, bahkan para pejabat pemerintah dunia berpikir 1000 kali jika ingin menolak kedatangan yang satu ini. Salah satu vampir primordial yang sudah bertahan melalui berbagai Era, dia adalah legenda, kematian, kebangkitan, dan simbol dari kekuatan absolut di ras vampir, rival abadi Katya, The Nosferatu Alucard.

"Maaf membuat menunggu Tuan Alucard." sambut Katya dengan menuruni tangga, "Lama tak berjumpa."

"Lama tak berjumpa, Katya, kecantikanmu memang tiada tara sejak dahulu," sanjung Alucard dengan mengangkat gelas Wine yang di tangannya sembari duduk menyilangkan kakinya dengan elegan.

"Terima kasih atas pujiannya." balas Katya dengan menatap mata pria itu,

Walaupun obrolan terkesan santai, tapi aura mengerikan seolah terpancar dari mereka berdua, tekanan udara di ruang tamu menjadi semakin sesak membuat dua pelayan Katya jatuh pingsan tak mampu menahan tekanan luar biasa. Itulah yang terjadi ketika dua master yang bermusuhan saling bertemu. Bahkan jika bertarung dengan serius, seribu gunungpun tak cukup untuk menjadi arena pertarungan mereka.

"Aku dengar, seekor gagak kecil memutuskan untuk bergabung denganmu dan bahkan membangkitkan Pedang Surga Yang Terkutuk?" ujar Alucard dengan memutar-mutar gelas wine.

"Intelejen Inggris tentu cepat soal masalah seperti ini."

"Kucing bisa mengendus makanan lezat dari jarak yang jauh tentunya."

"Apa yang Inggris inginkan? Dan apa mau mu?!" tanya Katya dengan nada yang sedikit ia tinggikan, tekanan energinya sontak meretakkan gelas Wine di tangan Alucard.

"Hahaha, aku sedikit tertarik dengan bocah ini," Alucard mengeluarkan tawa sinisnya yang khas, pelan namun terdengar sangat mengerikan. "Mereka menginginkan anak itu dan pedangnya, tapi sebagai salah satu dari 10 Raja, aku tak bisa membiarkan itu terjadi, tenanglah sedikit jika kau ingin bermain denganku kita punya banyak waktu di masa mendatang."

"Kalau begitu biarkan Inggris mencoba, aku ingin lihat seberapa jauh mereka telah berkembang," ujar Katya seraya menurunkan tekanan tenaga dalamnya.

Alucard tersenyum lebar menampakan gigi taringnya "Hmm, apa kau yakin? Agar menjadi semakin menarik, bagaimana kalau anak manismu tak perlu ikut campur masalah ini? Hehe, kekacauan kecil bukanlah hal buruk di dalam kandang gagak."

"Tak masalah, aku bisa atasi itu."

Alucard bertepuk tangan pelan dengan tersenyum "Hahaha! Ini akan menjadi menarik!" Tawanya pecah ketika dia membayangkan kekacauan dan kobaran api di White Raven. Wajahnya tersenyum ngeri penuh dengan nafsu, ketika teringat pertempuran di london beberapa abad yang lalu, membinasakan London hingga hanya tersisa pondasi gedung dan reruntuhan bangunan.

"Ada hal lain lagi?" tanya Katya.

"Tidak ada, itu saja untuk malam ini." Alucard seraya bangkit dari sofa dan merapihkan setelan berwarna merah dan memakai topi lebarnya. "Aku menantikan hari di mana jemarimu merenggut jantungku, Katya." ucap Alucard sambil lalu dengan ekspresi wajahnya yang haus darah.

"Aku bisa melakukannya kapan pun aku mau, tapi aku tak ingin kesenangannya cepat berakhir." balas Katya seraya tersenyum.

"Hehe, kau memang tau bagaimana caranya mengadakan pesta, aku menantikannya."

Katya bangun dari sofanya dan membukakan pintu, "Baiklah, kau boleh pergi." Alucard tak berkata apa pun, dia bangun dari sofanya dan menyembunyikan senyumnya di balik bayang topi lebarnya.

"Dan Alucard, " ucap Katya seraya melambaikan tangannya, "Sampaikan salamku kepada Nona Integra di neraka. Terima kasih atas sedikit kedamaian yang ia ciptakan."

Alucard hanya sedikit mengangkat topinya untuk membalas perkataan Katya. Integra Hellsing, seorang master dan bangsawan Inggris paling berpengaruh di era Kiamat Kecil yang gugur. Dari awal hidupnya dia tak pernah sekalipun melepas kehormatannya sebagai manusia, dan ia juga mantan majikan Alucard. Dari seonggok tubuh tak berjiwa, hingga menjadi salah satu penguasa malam terkuat. Keluarga Hellsing memelihara Alucard dan menjaga para klan vampir yang terkonsentrasi di Eropa. Mengakhiri perang antara Vampir dan Manusia, memberikan pengertian bahwa sesungguhnya dua ras ini hanyalah mahluk tuhan. Tak ada yang berani mencoreng atau membuat lelucon kemuliaan namanya bahkan untuk 2 master vampir terkuat sekalipun.

Related chapters

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   White Raven Academy

    Pagi harinya, Ryo terbangun dengan tangan Elena yang masih memeluknya. Ia bisa melihat paras cantik Elena dari dekat, wajahnya langsung memerah dan menggelengkan kepalanya untuk menghilangkan pikiran kotornya. Perlahan ia bangkit dari ranjang dan menggunakan kamar mandi.Seorang pelayan perempuan yang masih terlihat sangat belia bertubuh ramping nan mungil berambut coklat pirang, berpapasan dengan Ryo ketika baru keluar dari kamar mandi, wajah dan telinga runcingnya langsung merah tersipu malu, keranjang berisi pakaian terjatuh ketika melihat Ryo bertelanjang dada."Ah? maafkan aku, aku tak bermaksud untuk mengagetkanmu.""Tidak apa Tuan Muda, E-e-e ... maaf sa-saya tidak tahu tadi malam anda tidur bersama Nona Elena, saya akan segera pergi.""Tak apa, lagi pula aku akan segera pergi, Dark Elf kah? Siapa namamu?""Pelayan seperti hamba tidak pantas menyebutkan nama didepan Tuan Muda,""Tak perlu formal seperti itu,""Baiklah kalau and

    Last Updated : 2021-06-19
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Emma Nightwing

    Di kamarnya, Elena baru bangun dari tidurnya, ia hanya tidur selama 17 jam dalam seminggu terakhir. Walaupun dia memiliki vitalitas vampir yang luar biasa dan bisa terjaga hingga berbulan-bulan, bahkan Pedang Perak Vatican dan air suci masih belum cukup untuk membunuhnya.Tapi beban psikis dan tanggung jawab yang ia pegang membuat fisiknya terasa lelah seperti manusia biasa.“Ah ... sialan ... kepalaku pening,” gumam Elena ketika membasuh muka di wastafel kamar mandi. “Ah, Iya semalam aku lumayan mabuk, dan memeluk Ryo seperti orang bodoh, tapi ya sudahlah toh dia sudah pergi.” Ia pun mengganti gaun tidur transparannya dengan setelan tempurnya dari dalam lemarinya yang di desain secara khusus.Walaupun terlihat sederhana dari luar, lemari yang ia gunakan untuk setelan tempurnya terisi dengan teknologi termutakhir di galaksi. Sensor tubuh yang bisa memindai pemilik lemari ini hingga tingkatan sub-atomis tubuh. Campuran bahan alloy warna pu

    Last Updated : 2021-06-19
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Big Mission

    Di gedung Washington Rifter Associaton.Media massa selalu ada 7x24 jam untuk memantau keadaan ataupun meliput berita tentang para Rifter yang menjalankan misi di seluruh dunia. Tak bisa dipungkiri sebagai simbol perdamaian dunia, Washington Rifter Association menjadi inspirasi dan harapan bagi generasi baru.Tak heran jika ketertarikan Masyarakat begitu besar, dan menjadi ladang subur untuk para media massa begitu juga para mata-mata.Lusinan wartawan langsung berebut untuk mewancarai Elena ketika dia melangkahkan kaki ke dalam gedung. “Nona Elena, bisa anda cerita kan apa yang terjadi di Jepang?!”, “Nona Elena!” “Elena Katyushka!” pekik para wartawan sambil mengacungkan Mic ke muka Elena untuk mendapatkan perhatian dan berharap mendapatkan bahan berita yang bagus.Tapi Elena memilih diam. Memberikan keterangan secuil apapun, sama saja meneteskan setitik darah di kolam penuh ikan buas. Tak akan berhenti jika mangsa bel

    Last Updated : 2021-06-19
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   It is A WAR

    Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan

    Last Updated : 2021-06-19
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   It is A WAR (2)

    Setelah penerbangan selama 12 jam, akhirnya Elena, Yunyun beserta teamnya tiba di titik pendaratan. 50 kilometer dari bibir pantai demi menghindari atensi yang tidak di perlukan. Pesawat jet dengan A.I yang disematkan di dalamnya sistemnya mampu mengeksekusi pendaratan dengan manuver hovering di atas embun pagi lautan yang tenang secara otomatis.Elena beserta timnya, segera menerjunkan perahu karet berteknologi tinggi, bahan karet anti peluru dan bisa berkamuflase dengan sekitarnya dengan teknologi Thermal Reflective Panel. Mereka segera melaju perlahan di atas air laut yang tenang menuju bibir pantai. Ras Sea’s Abyss terkenal dengan pendengaran dan penciuman yang tajam, konon bisa mencium bau darah bermil-mil jauhnya.Setibanya di bibir pantai mereka langsung bergerak ke titik basecamp yang sudah di tentukan. Dengan kekemampuan seorang Rifter Rank A, mereka seperti menghilang begitu saja dari bibir pantai ketika menjejakkan kaki di pasir pantai. Bergerak dengan

    Last Updated : 2021-06-19
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Tea Party With The Queen

    Walaupun sedang menikmati pertarungannya, Yunyun segera menyusul dia dan membukakan jalan menuju gedung barak. Liu Zheng yang sudah selesai dengan musuhnya langsung menghancurkan pintu besi besar yang ada di dalam barak dengan tinju apinya. Angin lembab dari lorong dengan bau menyengat menyeruak dari dalam lorong gelap itu. Menjorok ke dalam tanah seperti tanpa dasar.Lalu Elena segera menyelubungi tubuhnya dengan energi, walaupun terlihat sedikit transparan tapi pelindung itu sangat kuat. Begitu juga dengan yunyun melakukan hal serupa.“Aku serahkan di atas sini kepada kalian, ingat, 10 menit! Lebih dari itu kalian kemasi perlengkapan dan pergi dari sini, aku sudah meminta Langley untuk meluncurkan rudal penjelajah dan akan tiba dalam 20 menit lagi, Zoan, nanti kau atur permbagian hadiahnya.” Zoan, Tanker yang jarang berbicara hanya menggangguk.Dengan kemampuannya memanipulasi elemen dan energi tanah, ia bisa membangun tembok pertahanan sementara s

    Last Updated : 2021-06-26
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Freyr

    Sang Ratu tersenyum dan menyerahkan putrinya ke Elena, walaupun senyumannya tak seindah parasnya waktu sebelum bermutasi, tapi itu cukup untuk menenangkan putrinya. Yunyun menitikan air mata menyaksikan momen itu, sedangkan Elena tak bergeming sedikitpun dengan keteguhan hatinya.“Ayo pergi,” kata Elena dengan menyeret tangan putri itu yang masih meronta untuk tetap bersama ibunya.Dengan mengaktifkan kembali kekuatannya, dia menggenggam tangan Yunyun dan si kecil, menyelubungi mereka berdua dengan energinya dan melesat menuju pintu keluar.Liu Zheng, Zoan, Cindy dan beserta personel lainnya menunggu mereka berdua dengan sangat kelelahan. Melihat mereka berdua dan satu anak kecil, membuat mereka sedikit bingung, tapi waktu tersisa sedikit untuk menanyakan detil-detil pertempuran.Liu Zheng segera mengendalikan pesawat dan memulihkan sistem autopilot mendaratkan pesawat di pantai. Dengan sisa perlengkapan yang sudah di kemasi mereka segera lepas

    Last Updated : 2021-06-26
  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Secret Behind The Altar

    Tiga hari sudah berlalu sejak Ryo berhasil memecahkan teka-teki perpustakaan. Dan akhirnya waktu telah tiba untuk mengungkap rahasia di baliknya. Gerhana bulan akan terjadi pada jam 12.33 malam itu.Ryo sudah mempersiapkan diri dan bergegas menuju gereja yang berada di luar lingkungan sekolah namun tak begitu jauh hanya berjarak 5 menit ke arah timur.Dia mengendap-endap di antara tanaman untuk menghindari penjaga malam yang berkeliling di lingkungan sekolah. Ia berhasil keluar dari lingkungan sekolah dan menengok jam tangannya, “12.20, aku harus berlari dari sini,” pikir Ryo ketika melihat langit.Jam 12.30 tepat Ryo sudah berada di dalam gereja yang tak terkunci itu. Dia melihat sekelilingnya, kaca-kaca besar berhias relik-relik kisah kenabian dan pengangkatan seorang manusia menjadi tuhan menghiasi gereja tua itu.Kemegahan arsitekturnya membuat dia tertegun dan tak berhenti menengadah ke atas dengan mulut yang terbuka.Diterangi len

    Last Updated : 2021-06-26

Latest chapter

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Heart of The Blade

    Fajvdkdjsksnsvsksvdks nk dhs hsbd sibs subshs. Zjbsid. Ksbd is. Ksnd snsjbs sjbs sis hsbd dis s dj a a a a and is s a if dma a. Did a a. Skf sna a andk s a a DK s a akd a ankd. Dkd dnsk dksk d dka. Skd. Ska d. Dka d. Ddkdka. Djsksn dks s. Akf s amnd. Dkand. Dka d. Dksns d DK a s s d dbfifif. I'd d d DK ddjox d did d d ks d d do d d d dkd d zkzhbz skx zuwieb e xkz s zk sosbs so dndks dks d s sks s sksnd. K

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Moonless Night (2)

    Chapter 10Moonless Night (2)"Ryo! Awas!" Elena berteriak keras ketika satu sosok itu melesat ke arah Ryo dengan kecepatan luar biasa. Tak ada suara, hanya kilatan perak seperti petir yang menghujam Bumi.Suara debuman sangat keras terjadi ketika sosok itu mendarat dan melumpuhkan Alpha Helhound di bawah kakinya. Beruntung, Ryo dapat menghindar di detik terakhir dan terhempas keras, seperti boneka kain yang ditendang dengan sekuat tenaga."Oh? Kau bisa menghindar rupanya, permainan pedang yang bagus, tapi maaf yang satu ini adalah buruanku," ucap sosok pria itu dengan nada sombong.Tubuhnya tidak terlalu tinggi, mengenakan jaket kulit panjang hingga menutupi paha, berwarna merah darah. Pedang besar dengan hiasan tengkorak di gagangnya bertengger di punggungnya. Rambutnya putih keperakan dengan sclera mata berwarna hitam.Elena menyadari siapa pria itu dan segera melejit k

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Moonless Night (1)

    Chapter 9Moonless Night (1)Hari hampir gelap, awan kelabu mulai berarakan dari arah laut. Elena dan Ryo memutuskan untuk mencari tempat berteduh sebelum badai turun dan menyulitkan pergerakan mereka. Mereka bisa saja menembus malam yang diguyur hujan deras dan deraian angin kencang, namun dengan ancaman para Magical Beast yang mengintai dari dalam kegelapan, sudah tentu menjadi pertimbangan.Mereka menemukan rest area tak jauh dari jalan, area parkir yang luas sangat ideal untuk bertarung musuh yang banyak sekaligus.Ryo dan Elena turun dari Dreadnaught masing-masing dan mengedarkan pandangan ke sekitar mereka.Elena mengaktifkan kemampuan True Sight dan memeriksa jika ada suatu kejanggalan."Aku akan mengecek perimeter, kau siapkan perlengkapan dan coba temukan generator utama, berdoalah kumpulan besi berkarat itu masih berfungsi," tukas Elena.

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Endless Green

    Ryo dan Elena berkendara ke selatan, melewati perbukitan lembah dengan vegetasi lebat. Jalanan beraspal penuh lubang dan ditumbuhi berbagai macam tumbuhan semak mereka lewati dengan mudah berkat teknologi suspensi aktif Dreadnaught.Terkadang mereka harus berhenti menyingkirkan barikade jalan yang melintang. Bangkai-bangkai kendaraan roda empat ditumpuk dan disusun sedemikian rupa untuk menahan agresi. Jejak bisu peperangan yang menghancurkan seluruh negeri.Geraman Magical Beast dan teriakan hewan primata sayup terdengar jauh di dalam hutan. Keputusan Elena untuk melintasi jalan membuahkan hasil. Walaupun jarak yang harus ditempuh menjadi lebih jauh, itu lebih baik dari pada bertemu Magical Beast dan bertarung sia-sia.Akhirnya, mereka keluar dari kawasan lembah. Jalan raya besar membentang di hadapan mereka, dan berbelok ke arah barat. Sisi kiri jalan dilindungi oleh tanggul yang menahan gelombang

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Bloody Trails (2)

    Matahari mulai menyingsing dari ufuk timur, burung-burung dengan bentuk aneh mulai berkicau di atas pohon. Suasana hutan menjadi lebih hidup dengan suara hewan primata yang saling bersahutan dan keluar dari sarang pohon mereka.Jika bukan karena Magical Beast yang telah termutasi, hutan itu sangat indah dengan keanekaragaman flora dan faunanya.Ryo terbangun dan melihat Elena sudah merebus air di perapian."Pagi," sapa Ryo seraya duduk di samping Elena. "Apa rencana kita hari ini?"Elena membalas dengan senyuman sembari menuangkan air yang masih mengepul ke dalam dua cangkir berisi kopi. Lalu menampilkan hologram topografi hutan sejauh seratus kilometer persegi. Alat itu berbentuk piringan bundar sebesar kepalan tangan dengan sebuah lensa di tengahnya."Aku sudah mencoba menghubungi satelit untuk memindai seluruh area pulau ini, namun tak ada hasil seperti ada suatu

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Bloody Trails (1)

    Ryo mengikuti arahan Ki Semar dan berjalan ke selatan. Jalur yang terjal, curam dan berpasir terkadang membuat kakinya melesak ke dalam pasir. Belum lagi batuan vulkanik yang bisa saja tergelincir jika Ryo tidak memerhatikan langkah.Sinar matahari yang menyengat kulit dan kadar oksigen yang tipis membuat Ryo kewalahan mengatur napas, walaupun sudah memakai baju pelindung khusus yang sudah disiapkan oleh Ryo di ruang spatial WristNect miliknya.Setelah hampir lima jam dia berjalan, akhirnya ia sampai area tanah lapang yang landai, semilir angin sejuk dari atas gunung memudahkan dia untuk mengatur napas. Jam hologram yang ada di lengan bajunya menunjukan kadar oksigen di dalam tubuhnya kembali ke angka normal. Waktu menunjukan hampir jam dua belas tepat dan matahari sedang berada di puncak langit. Ia masih ingat petunjuk dari Ki Semar untuk berjalan lurus ke arah selatan dan menutup mata.Ryo berjala

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Flames of Life

    Sementara itu di puncak gunung berapi, utara Forbidden Forest.Kuryu dan Ki Semar masih memantau perkembangan Ryo dari atas kawah. Lahar di dalam kawah menggelegak hingga membuat tanah yang mereka pijak bergetar."Ryo memiliki bakat hebat seperti Ryuji dan dia masih mewarisi sifat Ryuji yang pantang menyerah," ujar Kuryu."Sudah tiga hari dan dia belum bisa mendapat pengakuan dari Nogo Geni, apa yang Amiris lihat di masa depan?" gumam Ki Semar."Tak ada yang pasti di masa depan, akan tetapi aku yakin dia akan berhasil.""Apa yang membuat mu begitu yakin?" tanya Ki Semar."Tak ada alasan khusus, lihat di dalam sana, sepertinya Ryo mulai bisa mengendalikan energi api dari Nogo Geni," jawab Kuryu.Awan mendung terbentuk entah dari mana datangnya, bergulung-gulung di atas kawah dengan suara guntur yg mengelegar dari satu ujung ke ujung

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Southern Sea's Queen

    Elena tetap berdiri tegap di ujung tebing walaupun badai petir dan gemuruh ombak seolah mengamuk di hadapannya. Awan hitam berputar di atas Elena dengan kilatan petir yang terjadi berulang kali, awan-awan itu seolah sedang mengumpulkan energi untuk menjatuhkan satu hujaman petir yang dahsyat.Satu kilatan petir menyambar permukaan air, ombak semakin meninggi dan membentuk pusaran air yang sangat kuat hingga tebing yang Elena pijak bergetar.Di saat itu lah Anomali Dimensi terjadi, bahkan Elena tidak menyadarinya bahwa dilasi waktu sudah berjalan begitu lambat.Sejurus kemudian kereta kencana berwarna hijau dengan ornament keemasan menyembul keluar dari pusaran air. Elena menyadari fenomena itu akan tetapi tubuhnya tak mampu bergerak.Kereta kencana itu terlihat begitu majestik dengan dua kuda yang menariknya di depan. Meliak-liuk di langit sebelum akhirnya berhenti di depan E

  • THE RIFTER: BOOK 1 CHILD OF THE PROPHECY   Determination

    Ryo mengetuk pintu kamar Elena beberapa kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya."Elena? Kau di dalam?" panggil Ryo dari balik pintu"Ya, tunggu sebentar," jawab Elena sambil mengenakan gaun tidurnya.Lampu kecil berwarna hijau di gagang pintu berkedip beberapa kali menandakan Elena sudah membukakan pintu kamarnya.Suasana kamar Elena masih tetap seperti biasanya. Cahaya temaram lampu gantung yang menghias langit kamar memberikan kesan ketenangan. Semakin sempurna dengan cahaya redup bulan yang tertutup awan tipis.Elena duduk di kursi samping jendela menikmati segelas wine, memandangi dedaunan gugur yang tertiup angin."Rothschild?" tanya Ryo ketika mendekati Elena dan mencium aroma Wine yang manis dan berwarna merah pekat."Duduklah, minum denganku," ajak Elena seraya menuang satu gelas lainnya."Ada apa dengan Vodka yang selalu kau minum sebelum tidur?""Kehabisan stok, berkat "Fenomena" itu Pemerintah Dunia menut

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status