Sementara Ronald dan Edu sibuk memotong batang singkong, Lia mendekati Sera dan Mira dengan ide baru. "Guys … ayo kita ambil daun pisang," ucap Lia, matanya berkilau dengan penuh semangat. Sera dan Mira saling berpandangan. Masih belum mengerti maksud dari Lia."He-he-he. Aku punya rencana untuk membuat singkong tumbuk yang akan kita kukus. Jadi … kita akan butuh banyak daun pisang, Guys!" tukasnya.“Wah pasti itu sangat enak, Lia!” ujar Sera antusias.“Tentu, kami akan membantumu, Lia!” sergah Mira.Sera dan Mira, yang selalu siap untuk melakukan hal-hal baru, segera setuju. Mereka pun berdiri dan mulai mengikuti langkah Lia menuju ke pohon pisang yang sama, dimana Ronald sebelumnya mengambil tanaman pisang yang masih muda. Mereka masing-masing membawa pisau kecil, siap untuk memisahkan pelepah pisang dengan daunnya.Lia, yang paling berpengalaman dalam memasak di antara mereka, memimpin proses ini. "Kita harus berhati-hati untuk tidak merusak daunnya," tutur Lia, sambil memperaga
Di tepian pantai yang tenang, Hezki duduk di dekat api unggun yang dia buat sendiri. Cahaya api unggun itu memancar ke segala arah, menciptakan suasana hangat dan nyaman di sekitarnya. Hezki akan membuat pisang bakar yang dia buat dengan penuh keahlian.Hezki dan kedua temannya yang sering melakukan petualangan di alam liar, mengharuskan mereka untuk dapat melakukan sesuatu. Terutama dalam hal memasak. Hezki dan Ronald dapat melakukannya walaupun kelihaian Edu dalam hal memasak jauh di atas mereka.Dengan hati yang penuh kegembiraan, Hezki memilih pisang yang matang sempurna. Dia memotong ujung-ujung pisang dan membelahnya dengan hati-hati, akan tetapi tidak sampai putus. Kemudian, dia mengisi celah di antara irisan pisang dengan potongan coklat dan marshmallow yang dirinya ambil dari sumber logistik mereka.Setelah itu, Hezki melilit pisang dan memastikan bahwa semua bahan terbungkus dengan rapat. Dia meletakkan pisang yang sudah terbungkus di atas panggangan yang terletak di atas ap
Setelah menikmati pisang bakar yang hangat dan manis di tepian pantai, Edu dan Ronald lalu berdiri dan mengajak Sera dan Lia untuk beranjak dari tempat duduk mereka. Malam semakin larut, namun langit begitu indah malam ini dipenuhi oleh bintang-bintang yang bertaburan di atas angkasa raya. Angin laut menghembus lembut, membawa aroma asin dan segar. Suara ombak yang berdesis menciptakan suasana yang tenang dan damai.“Sera, Lia. Bagaimana kalau kita ke kapal untuk membicarakan kegiatan kita besok?” tutur Edu kepada keduanya.“Boleh, deh. Angin laut sangat dingin malam ini. Aku juga mulai mengantuk,” sahut Sera dan dibalas anggukan oleh Lia.“Bro … aku dan Mira menyusul sebentar lagi, ya!” sergah Hezki sambil mengedipkan satu matanya ke arah kedua sahabatnya.Mendengar ucapan Hezki yang menahannya di tepian pantai, membuat Mira sedikit kaget. Tapi sang gadis juga ingin menanyakan kepada pria itu atas perubahan sikapnya tadi.“Beres, Bro Hezki!” Kali ini Ronald yang angkat bicara.Edu
Malam itu, setelah mereka saling mengungkapkan perasaan yang telah lama terpendam, Hezki mengajak Mira untuk berjalan-jalan di tepian pantai. Udara malam yang segar dan hangat membalut mereka berdua, mengisi setiap ruang di antara jemari-jemari mereka yang saling bergandengan. “Mira, Sayangku. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar menyusuri tepian pantai?” ajak Hezki kepada kekasihnya.Sepertinya sang pria tidak ingin malam ini cepat berakhir.Keduanya saling menatap dengan penuh cinta. Mata mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata yang bisa diucapkan. Ada kehangatan, cinta, dan kebahagiaan yang tak terhingga.“Wah, sepertinya itu ide yang bagus, Hezki.” ucap Mira menerima ajakan pria yang telah resmi menjadi lelaki kesayangannya.Deru ombak yang menyapu bibir pantai menjadi musik latar yang indah bagi mereka. Bunyinya yang lembut dan merdu, seperti melantunkan alunan lagu cinta yang tak pernah usai. Kaki telanjang Mira dan Hezki terasa hangat seiring dengan ombak yang meng
Berbeda dengan ketiga gadis yang memilih untuk tidur, namun tidak bagi Edu dan Ronald. Ternyata mereka hanya pura-pura tidur saja tadi. Keduanya penasaran dengan ungkapan perasaan Hezki kepada Mira.Pemuda itu pun kaget melihat kedua temannya yang sedang duduk di atas geladak kapal.“Hei! Kalian belum tidur rupanya?” tukas Hezki sambil menatap tak percaya kepada kedua temannya.“Ha-ha-ha! Tentu saja tidak, gue sama Edu penasaran dong!” sergah Ronald.“Tapi sih menurut gue kayaknya kita bakalan mendengarkan kabar baik, Nald. Tadi ada yang sudah berani kecup kening segala!” celetuk Edu.“What? Jadi kalian ngintipin gue? Wah … parah Lo berdua!” seru Hezki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Ha-ha-ha!” Tawa keduanya tiba-tiba meledak melihat wajah Hezki yang memerah dan sedikit gugup.“Makanya Lo ceritain ke kita berdua dong, bagaimana tadi Lo sama Mira?” tanya Ronald lagi.“Ya … begitu, deh!”“Ya begitu bagaimana, Bro? Lo jangan bikin kita berdua hidup dengan rasa penasaran yang haki
Sambil menunggu singkong tumbuk matang, Mira, Sera, dan Lia duduk bersama di dapur kapal. Mereka menikmati hembusan angin laut yang sejuk dan suara ombak yang berdesir di luar jendela. Mira, dengan senyum malu-malu di wajahnya, akhirnya memutuskan untuk menceritakan kisah yang telah terjadi semalam bersama Hezki."Baiklah, Guys. Aku akan menceritakan semuanya kepada kalian,” ujar Mira mengawali pembicaraan.Lia dan Sera mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. Sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk mendengarkan cerita dari Mira. "Tadi malam, di bawah sinar bulan dan bintang yang terang, Hezki dan aku berjalan-jalan di tepi pantai."Lia dan Sera menoleh ke arah Mira, wajah mereka penuh dengan rasa penasaran. Mira pun melanjutkan ceritanya, "Kami duduk di atas pasir, menikmati keindahan malam. Kemudian, Hezki mulai berbicara. Dia bilang dia punya sesuatu yang ingin dia katakan."Mira menarik napas dalam-dalam, matanya berkilauan dengan kebahagiaan dan harapan. "Hezki mengungk
Edu berdiri tegap di tepian pantai Pulau Asu. Saat ini dia bertugas untuk menjaga logistik yang sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka selama berada di Pulau indah ini. “Pagi yang sungguh cerah!” serunya sambil menghembuskan napas dalam-dalam mulai merasakan keindahan alam yang ada di hadapannya saat ini.Pria itu melihat ke arah laut lepas, menikmati hembusan angin laut yang membawa aroma asin yang alami. Udara pagi itu sungguh cerah yang mampu menambah semangatnya. Baru saja teman-temannya yang lain masuk ke dalam hutan untuk mengumpulkan bahan-bahan membuat dapur umum bagi mereka.“Semangat Edu! Hari ini adalah hari yang sibuk untukmu! Kamu pasti bisa melewatinya dengan baik!” gumamnya sendiri, menyemangati dirinya.Namun, hari ini bukan hanya tentang menjaga logistik saja. Edu mempunyai maksud lain. Sebuah rencana besar yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Dia sedang merancang satu momen yang akan menjadi kenangan abadi dalam hidupnya. Momen saat matahari terben
Setelah selesai makan siang, Hezki dan Ronald tampak sibuk memasang perangkap yang telah mereka siapkan sebelumnya. "Hezki, kamu yakin ayam hutan suka dengan umpan ini?" tanya Ronald sambil memegang sepotong buah yang akan mereka gunakan sebagai umpan."Hei, percayalah padaku, Ronald. Ayam hutan pasti suka buah ini," balas Hezki sambil tertawa. Mereka berdua tampak serius, tapi juga menikmati pekerjaan itu. Meski singkong tumbuk cukup mengenyangkan perut. Akan tetapi rasa rindu pada daging mulai muncul. Mereka berharap perangkap yang mereka pasang bisa menangkap ayam hutan.Keduanya menginginkan jika nanti malam mereka bisa menikmati daging ayam bakar yang sangat lezat. Sementara itu, di area dekat sungai, Lia, Sera, dan Mira tampak sibuk membersihkan area di sekitar sungai. "Lia, apakah kamu yakin kita bisa membuat pondok di sini?" tanya Sera sambil menunjuk ke area yang mereka bersihkan.Lia menatap area tersebut sejenak sebelum menjawab, "Ya, Sera. Area ini cukup luas dan dek