Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 47 Menikmati Buah Pepaya Bersama

Share

BAB. 47 Menikmati Buah Pepaya Bersama

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-01 16:11:03

Setelah mengumpulkan buah pepaya yang banyak, Ronald dan Sera segera menghampiri Edu, Mira, dan Lia.

“Bro, apakah kalian telah selesai mencabut singkongnya?” tanyanya kepada Edu.

“Baru saja, nih.” ucap Edu yang masih sibuk menyeka keringatnya.

“Wah, buah pepayanya sangat banyak dan sepertinya kelihatan segar!” tukas Mira yang dibalas anggukan oleh Lia.

Lalu salah satu dari pemuda itu berkata lagi,

“Ada kalimat bijak berkata, buah sangat enak dicicipi jika dinikmati sesaat setelah dipanen. Bagaimana kalau kita mencicipi buah pepaya ini sebentar?” ujar Ronald.

Sang pria lalu menurunkan buah pepaya yang lumayan banyak dari atas pundaknya dan membagi-bagikannya kepada teman-temannya.

“Jadi, sebelum kita keluar dari hutan, bagaimana jika kita makan dulu buah pepayanya. Apakah ada yang setuju denganku?” tanya Ronald sambil menatap wajah teman-temannya satu persatu.

“Setuju!” ujar para wanita serentak.

“Aku rasa itu ide yang bagus, Bro Ronald. Kalau begitu ayo kita makan buah pepayanya,” sa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 48 Gagal Menangkap Ayam Hutan

    Sementara Ronald dan Edu sibuk memotong batang singkong, Lia mendekati Sera dan Mira dengan ide baru. "Guys … ayo kita ambil daun pisang," ucap Lia, matanya berkilau dengan penuh semangat. Sera dan Mira saling berpandangan. Masih belum mengerti maksud dari Lia."He-he-he. Aku punya rencana untuk membuat singkong tumbuk yang akan kita kukus. Jadi … kita akan butuh banyak daun pisang, Guys!" tukasnya.“Wah pasti itu sangat enak, Lia!” ujar Sera antusias.“Tentu, kami akan membantumu, Lia!” sergah Mira.Sera dan Mira, yang selalu siap untuk melakukan hal-hal baru, segera setuju. Mereka pun berdiri dan mulai mengikuti langkah Lia menuju ke pohon pisang yang sama, dimana Ronald sebelumnya mengambil tanaman pisang yang masih muda. Mereka masing-masing membawa pisau kecil, siap untuk memisahkan pelepah pisang dengan daunnya.Lia, yang paling berpengalaman dalam memasak di antara mereka, memimpin proses ini. "Kita harus berhati-hati untuk tidak merusak daunnya," tutur Lia, sambil memperaga

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 49 Menikmati Pisang Bakar

    Di tepian pantai yang tenang, Hezki duduk di dekat api unggun yang dia buat sendiri. Cahaya api unggun itu memancar ke segala arah, menciptakan suasana hangat dan nyaman di sekitarnya. Hezki akan membuat pisang bakar yang dia buat dengan penuh keahlian.Hezki dan kedua temannya yang sering melakukan petualangan di alam liar, mengharuskan mereka untuk dapat melakukan sesuatu. Terutama dalam hal memasak. Hezki dan Ronald dapat melakukannya walaupun kelihaian Edu dalam hal memasak jauh di atas mereka.Dengan hati yang penuh kegembiraan, Hezki memilih pisang yang matang sempurna. Dia memotong ujung-ujung pisang dan membelahnya dengan hati-hati, akan tetapi tidak sampai putus. Kemudian, dia mengisi celah di antara irisan pisang dengan potongan coklat dan marshmallow yang dirinya ambil dari sumber logistik mereka.Setelah itu, Hezki melilit pisang dan memastikan bahwa semua bahan terbungkus dengan rapat. Dia meletakkan pisang yang sudah terbungkus di atas panggangan yang terletak di atas ap

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-06
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 50 Hezki Mengungkapkan Perasaannya

    Setelah menikmati pisang bakar yang hangat dan manis di tepian pantai, Edu dan Ronald lalu berdiri dan mengajak Sera dan Lia untuk beranjak dari tempat duduk mereka. Malam semakin larut, namun langit begitu indah malam ini dipenuhi oleh bintang-bintang yang bertaburan di atas angkasa raya. Angin laut menghembus lembut, membawa aroma asin dan segar. Suara ombak yang berdesis menciptakan suasana yang tenang dan damai.“Sera, Lia. Bagaimana kalau kita ke kapal untuk membicarakan kegiatan kita besok?” tutur Edu kepada keduanya.“Boleh, deh. Angin laut sangat dingin malam ini. Aku juga mulai mengantuk,” sahut Sera dan dibalas anggukan oleh Lia.“Bro … aku dan Mira menyusul sebentar lagi, ya!” sergah Hezki sambil mengedipkan satu matanya ke arah kedua sahabatnya.Mendengar ucapan Hezki yang menahannya di tepian pantai, membuat Mira sedikit kaget. Tapi sang gadis juga ingin menanyakan kepada pria itu atas perubahan sikapnya tadi.“Beres, Bro Hezki!” Kali ini Ronald yang angkat bicara.Edu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 51 Melihat Rasi Bintang

    Malam itu, setelah mereka saling mengungkapkan perasaan yang telah lama terpendam, Hezki mengajak Mira untuk berjalan-jalan di tepian pantai. Udara malam yang segar dan hangat membalut mereka berdua, mengisi setiap ruang di antara jemari-jemari mereka yang saling bergandengan. “Mira, Sayangku. Bagaimana kalau kita berjalan-jalan sebentar menyusuri tepian pantai?” ajak Hezki kepada kekasihnya.Sepertinya sang pria tidak ingin malam ini cepat berakhir.Keduanya saling menatap dengan penuh cinta. Mata mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata yang bisa diucapkan. Ada kehangatan, cinta, dan kebahagiaan yang tak terhingga.“Wah, sepertinya itu ide yang bagus, Hezki.” ucap Mira menerima ajakan pria yang telah resmi menjadi lelaki kesayangannya.Deru ombak yang menyapu bibir pantai menjadi musik latar yang indah bagi mereka. Bunyinya yang lembut dan merdu, seperti melantunkan alunan lagu cinta yang tak pernah usai. Kaki telanjang Mira dan Hezki terasa hangat seiring dengan ombak yang meng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 52 Banyak Rencana

    Berbeda dengan ketiga gadis yang memilih untuk tidur, namun tidak bagi Edu dan Ronald. Ternyata mereka hanya pura-pura tidur saja tadi. Keduanya penasaran dengan ungkapan perasaan Hezki kepada Mira.Pemuda itu pun kaget melihat kedua temannya yang sedang duduk di atas geladak kapal.“Hei! Kalian belum tidur rupanya?” tukas Hezki sambil menatap tak percaya kepada kedua temannya.“Ha-ha-ha! Tentu saja tidak, gue sama Edu penasaran dong!” sergah Ronald.“Tapi sih menurut gue kayaknya kita bakalan mendengarkan kabar baik, Nald. Tadi ada yang sudah berani kecup kening segala!” celetuk Edu.“What? Jadi kalian ngintipin gue? Wah … parah Lo berdua!” seru Hezki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.“Ha-ha-ha!” Tawa keduanya tiba-tiba meledak melihat wajah Hezki yang memerah dan sedikit gugup.“Makanya Lo ceritain ke kita berdua dong, bagaimana tadi Lo sama Mira?” tanya Ronald lagi.“Ya … begitu, deh!”“Ya begitu bagaimana, Bro? Lo jangan bikin kita berdua hidup dengan rasa penasaran yang haki

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 53 Menikmati Singkong Tumbuk

    Sambil menunggu singkong tumbuk matang, Mira, Sera, dan Lia duduk bersama di dapur kapal. Mereka menikmati hembusan angin laut yang sejuk dan suara ombak yang berdesir di luar jendela. Mira, dengan senyum malu-malu di wajahnya, akhirnya memutuskan untuk menceritakan kisah yang telah terjadi semalam bersama Hezki."Baiklah, Guys. Aku akan menceritakan semuanya kepada kalian,” ujar Mira mengawali pembicaraan.Lia dan Sera mengangguk-anggukkan kepalanya dengan cepat. Sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk mendengarkan cerita dari Mira. "Tadi malam, di bawah sinar bulan dan bintang yang terang, Hezki dan aku berjalan-jalan di tepi pantai."Lia dan Sera menoleh ke arah Mira, wajah mereka penuh dengan rasa penasaran. Mira pun melanjutkan ceritanya, "Kami duduk di atas pasir, menikmati keindahan malam. Kemudian, Hezki mulai berbicara. Dia bilang dia punya sesuatu yang ingin dia katakan."Mira menarik napas dalam-dalam, matanya berkilauan dengan kebahagiaan dan harapan. "Hezki mengungk

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 54 Membuat Jalan Menuju Sungai

    Edu berdiri tegap di tepian pantai Pulau Asu. Saat ini dia bertugas untuk menjaga logistik yang sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka selama berada di Pulau indah ini. “Pagi yang sungguh cerah!” serunya sambil menghembuskan napas dalam-dalam mulai merasakan keindahan alam yang ada di hadapannya saat ini.Pria itu melihat ke arah laut lepas, menikmati hembusan angin laut yang membawa aroma asin yang alami. Udara pagi itu sungguh cerah yang mampu menambah semangatnya. Baru saja teman-temannya yang lain masuk ke dalam hutan untuk mengumpulkan bahan-bahan membuat dapur umum bagi mereka.“Semangat Edu! Hari ini adalah hari yang sibuk untukmu! Kamu pasti bisa melewatinya dengan baik!” gumamnya sendiri, menyemangati dirinya.Namun, hari ini bukan hanya tentang menjaga logistik saja. Edu mempunyai maksud lain. Sebuah rencana besar yang membuat jantungnya berdetak lebih kencang. Dia sedang merancang satu momen yang akan menjadi kenangan abadi dalam hidupnya. Momen saat matahari terben

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-20
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 55 Mendirikan Pondok Darurat di Sekitar Sungai

    Setelah selesai makan siang, Hezki dan Ronald tampak sibuk memasang perangkap yang telah mereka siapkan sebelumnya. "Hezki, kamu yakin ayam hutan suka dengan umpan ini?" tanya Ronald sambil memegang sepotong buah yang akan mereka gunakan sebagai umpan."Hei, percayalah padaku, Ronald. Ayam hutan pasti suka buah ini," balas Hezki sambil tertawa. Mereka berdua tampak serius, tapi juga menikmati pekerjaan itu. Meski singkong tumbuk cukup mengenyangkan perut. Akan tetapi rasa rindu pada daging mulai muncul. Mereka berharap perangkap yang mereka pasang bisa menangkap ayam hutan.Keduanya menginginkan jika nanti malam mereka bisa menikmati daging ayam bakar yang sangat lezat. Sementara itu, di area dekat sungai, Lia, Sera, dan Mira tampak sibuk membersihkan area di sekitar sungai. "Lia, apakah kamu yakin kita bisa membuat pondok di sini?" tanya Sera sambil menunjuk ke area yang mereka bersihkan.Lia menatap area tersebut sejenak sebelum menjawab, "Ya, Sera. Area ini cukup luas dan dek

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-25

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status