Beranda / Romansa / THE ISLAND : I'M IN LOVE / BAB. 55 Mendirikan Pondok Darurat di Sekitar Sungai

Share

BAB. 55 Mendirikan Pondok Darurat di Sekitar Sungai

last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-25 12:54:11

Setelah selesai makan siang, Hezki dan Ronald tampak sibuk memasang perangkap yang telah mereka siapkan sebelumnya.

"Hezki, kamu yakin ayam hutan suka dengan umpan ini?" tanya Ronald sambil memegang sepotong buah yang akan mereka gunakan sebagai umpan.

"Hei, percayalah padaku, Ronald. Ayam hutan pasti suka buah ini," balas Hezki sambil tertawa.

Mereka berdua tampak serius, tapi juga menikmati pekerjaan itu. Meski singkong tumbuk cukup mengenyangkan perut. Akan tetapi rasa rindu pada daging mulai muncul. Mereka berharap perangkap yang mereka pasang bisa menangkap ayam hutan.

Keduanya menginginkan jika nanti malam mereka bisa menikmati daging ayam bakar yang sangat lezat.

Sementara itu, di area dekat sungai, Lia, Sera, dan Mira tampak sibuk membersihkan area di sekitar sungai.

"Lia, apakah kamu yakin kita bisa membuat pondok di sini?" tanya Sera sambil menunjuk ke area yang mereka bersihkan.

Lia menatap area tersebut sejenak sebelum menjawab,

"Ya, Sera. Area ini cukup luas dan dek
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 56 Edu Yang Sibuk

    Di tepian pantai Pulau Asu,Hari semakin sore, Edu memulai rencananya dengan mengumpulkan bunga-bunga liar yang tumbuh di sekitar pantai. Dia memilih bunga-bunga dengan warna-warna cerah, bunga yang bisa mencerminkan perasaan cintanya yang mendalam kepada Lia. Namun kali ini Edu memilih bunga terompet berwarna ungu yang tumbuh liar di sekitar pantai. Dengan hati-hati, dia membentuk kata 'I Love You' dari bunga-bunga tersebut di atas pasir putih pantai.Setelah itu, Edu mulai membuat api unggun. Dia mengumpulkan kayu-kayu kering dan menumpuknya dengan rapi. Dia menyalakan api dengan hati-hati, memastikan api unggun tersebut cukup besar untuk memberikan cahaya dan kehangatan, tapi tidak terlalu besar hingga membahayakan.“Semoga rencanaku ini berhasil!” serunya dari dalam hatinya.Sambil menunggu teman-temannya pulang dari hutan, Edu, sang koki handal, berencana untuk membuat kolak dari pisang dan singkong. Dia memandang sekeliling dan melihat buah kelapa yang berlimpah ruah di sekitar

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 57 Menganyam Daun Rumbia

    Setelah berenang di sungai yang jernih dan sejuk, Sera, Lia, dan Mira membasuh tubuh mereka dengan air sungai, lalu mengeringkan diri di bawah sinar matahari yang hangat. Mereka memandangi sungai itu dengan hati yang puas, menikmati kejernihan dan keindahannya yang memanjakan mata.“Air sungainya sungguh segar, Guys!” tutur Mira kepada kedua sahabatnya.“Yes benar banget Mira, aku juga ngerasanya begitu,” balas Lia.“Guys … kita seperti putri duyung yang sedang berjemur di bawah sinar matahari sore di sebuah pulau yang tak berpenghuni. He-he-he!” seru Sera sambil tersenyum jenaka.“Bisa aja Lo, Sera!” timpal Mira.“Yaiyalah, Guys. Kita kan para bidadari di pulau impian ini!” ujar Sera lagi.“Bidadari kesasar, yang terdampar di pulau, kali ….” tukas Lia.“Ha-ha-ha!” Ketiganya pun tertawa bersama.Ketiga gadis itu pun kemudian berjalan menuju pondok kecil yang terletak di tepi sungai. Tubuh mereka masih basah dan rambut mereka masih menggantung lembab. Para gadis berjalan dengan langkah

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 58 Menyembelih Ayam Hutan

    Di tengah pulau terpencil yang dipenuhi dengan pepohonan rindang dan kesunyian alami. Hezki dan Ronald telah menyiapkan perangkap ayam hutan sejak tadi pagi. Kini, saat matahari mulai tenggelam dan semilir angin sore mulai berhembus, keduanya mengecek perangkap ayam hutan tersebut.Kedua pria tampan itu menatap dengan penuh kegembiraan perangkap ayam hutan yang mereka pasang. Yang akhirnya berhasil menangkap dua ekor ayam jago. Senyum merekah terukir di wajah keduanya, terpancar dari keberhasilan mereka memasang perangkap dengan cerdik.Ronald dan Hezki kemudian berlari menuju perangkap, wajah mereka berseri-seri. Kedua pemuda tersebut kemudian membuka perangkap itu dengan hati-hati. Dua ekor ayam jago berwarna merah dan hitam tampak berusaha melawan, namun sia-sia."Wow, Bro Hezki, lihat itu! Kita berhasil, dua ekor ayam!" ujar Ronald, matanya berbinar penuh antusiasme.Hezki tersenyum lebar, "Yes, Bro Ronald! Akhirnya kita punya makan malam yang lezat. Mari kita cepat ambil ayam-aya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-30
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 59 Edu Mengungkapkan Perasaannya Kepada Lia

    Setelah Ronald berhasil menyembelih ayam hitam, sekarang giliran Hezki untuk mencoba. Dia mengambil ayam merah dan melakukan proses yang sama seperti yang telah diajarkan Lia. "Bro Hezki, Bro Ronald, kalian berdua sudah melakukannya dengan baik.” "Terima kasih, Lia. Kami sangat berterima kasih atas bantuanmu." "Ya, Lia. Kamu benar-benar membantu kami. Terima kasih banyak." ucap kedua pemuda itu secara bergantian kepadanya.Sementara Mira dan Sera masih tetap berada di pondok. Kedua gadis itu merasa ketakutan melihat ayam yang sedang disembelih. Selanjutnya, Ronald dan Hezki terlihat menguliti bulu-bulu ayam tadi. Lagi-lagi sesuai instruksi dari Lia. Setelahnya kedua pria itu membersihkan dua ekor ayam tadi di dalam aliran sungai. Lia, Mira, Sera, Ronald, dan Hezki kembali dari hutan dengan penuh kegembiraan. Mereka membawa berbagai barang bawaan yang melimpah, menunjukkan keberhasilan mereka dalam menjelajahi hutan Pulau Asu.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-08
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 60 Edu Mengungkapkan Perasaannya Kepada Lia Part Two

    “Edu, puisimu sangat indah. Sungguh aku sangat menyukainya,” ucap Lia dari kesungguhan hatinya.“Benarkah Lia?” tanya Edu tak percaya.“Iya, Edu ….”“Jadi … jawaban kamu, bagaimana Lia?” tanya sang pria masih dengan hati yang berdebar-debar.“Sebenarnya aku juga mulai mengagumimu sejak kebersamaan kita dimulai dari atas kapal, sampai kita terdampar di pulau ini. Menurutku kamu adalah seorang pria tangguh dan berani serta berjiwa tanggung jawab besar. Siapa sih perempuan yang tidak terpesona dengan semua kharismamu itu, termasuk aku ….” “Jadi … Lia?” ulang Edu.“A … aku juga mencintaimu, Edu.” ucap Lia sambil tersenyum malu-malu menatap pria yang tepat berada di depannya.“Lia …. Ternyata kamu menyimpan perasaan yang sama denganku?” tanya Edu masih tak percaya.Gadis itu menganggukkan kepalanya pertanda jika apa yang dirinya katakan barusan, adalah benar adanya.Secara spontan Edu memeluk Lia erat-erat.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 61 Makan Ayam Bakar

    “Lia, bagaimana jika kita kembali kepada teman-teman?” tutur Edu kepada kekasih hatinya.“Boleh, Du. Siapa tahu mereka butuh bantuanmu untuk memasak ayam bakar,” sahut Lia.“Baiklah kalau begitu, ayo kita ke sana!” seru Edu sambil meraih tangan Lia dan menggenggamnya dengan erat.Edu dan Lia berjalan berdampingan menuju ke tepian pantai yang terletak di sisi lain pulau, setelah mereka berdua menikmati kolak buatan Edu. Matahari yang telah terbenam, memberikan sentuhan keemasan pada langit senja yang indah yang telah berubah menjadi langit malam bertaburan bintang-bintang. Angin pantai yang sejuk menyapu lembut rambut keduanya saat mereka melangkah menuju ke arah teman-temannya. Saat Edu dan Lia mendekati tepian pantai, keduanyz dapat melihat empat teman mereka, Mira, Sera, Ronald, dan Hezki, sedang duduk di sekitar api unggun. Mereka sedang memanggang daging ayam hutan yang telah masuk perangkap dan ditangkap oleh Hezki dan Ronald sore tadi.

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-16
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 62 Ronald Mengungkapkan Perasaannya Kepada Sera

    Pagi yang indah menyambut Ronald dan Sera di pantai Pulau Asu. Udara segar dan deburan ombak memberikan kesan romantis yang tak terlupakan. Saat matahari mulai muncul dari ufuk timur, Ronald merasa inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Sera.Dengan dukungan kedua temannya, Hezki dan Edu yang telah mengungkapkan isi hati mereka kepada para gadis favoritnya. Kini tiba saatnya bagi Ronald untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Sera.Beberapa saat yang lalu, Ronald mengetuk pintu kamar para gadis yang berada di atas kapal. Dia menyebut nama Sera beberapa kali yang tiba-tiba saja membangunkan gadis itu.Sera lalu membuka pintu kamar, dengan masih berwajah bantal. Gadis itu sangat kaget melihat Ronald yang telah berdiri di depan kamar para gadis.“Ya ampun, Bro Ronald! Aku pikir kamu siapa!” kaget Sera.“He-he-he. Maaf jika aku mengagetkan dirimu,” sahut Ronald dengan ceria.“Iya …

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-17
  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 63 Kekhawatiran Keluarga Para Gadis

    Dalam kegelapan malam di Jakarta, ketika hamparan langit dipenuhi cahaya gemerlap kota yang tak pernah tidur, tiga keluarga terpisah tetap bersatu dalam doa dan harapan yang sama. Mereka adalah Keluarga Sera, Mira, dan Lia. Di setiap detik yang berlalu, seakan-akan membawa serpihan harapan yang terus membara dalam dada mereka.Di sudut ruang tamu rumah Sera, Papa Theo duduk di kursi goyang kayu dengan rasa gelisah yang tak bisa tersembunyi di wajahnya. Mama Nara duduk di sebelahnya, tangan keduanya terjalin erat, mencerminkan kekuatan mereka dalam menghadapi masa sulit ini. "Sera, kamu di mana sekarang?" bisik Papa Theo sambil menundukkan kepala, suaranya penuh keputusasaan.“Papa, kita tidak boleh putus asa seperti itu. Mama yakin, Sera, Lia, dan Mira pasti baik-baik saja saat ini,” tukas Nyonya Nara mencoba menguatkan suaminya.“Tapi, Ma. Sudah terlalu lama putri kita berada di lautan luas sana, entah bagaimana nasibnya sekarang,” lirih Pa

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-18

Bab terbaru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 118 Petualangan Panjang Berakhir Bahagia Selamanya

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias kembali cerah. Setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki terlihat mulai bersiap-siap bersama keluarga mereka untuk perjalanan terakhirnya di Pulau Nias. Hari ini, mereka akan mengunjungi Pantai Pasir Pink, Gawu Soyo, di daerah Afulu, Nias Utara. Semua orang tampak bersemangat untuk mengakhiri petualangan mereka dengan pemandangan yang menakjubkan."Semua siap? Jangan lupa bawa kamera, kita akan melihat sunset yang indah di sana," ucap Ayah Edu dengan semangat."Siap, Ayah!" seru Isaac dan Shakila bersamaan. Diikuti dengan anak-anak lainnya.Semua orang lalu naik ke bus pariwisata yang sudah menunggu di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, tersenyum dan menyapa para keluarga besar dengan hangat. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan menuju Pantai Pasir Pink di Gawu Soyo. Perjalanan ini akan memakan waktu sekitar dua jam setengah, jadi kita bisa bersantai dan menikmati

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 117 Eksplor Air Terjun Dan Belajar Budaya Di Museum

    Keesokan harinya, suasana pagi di hotel di Lagundri begitu tenang. Udara segar dan suara deburan ombak masih menemani ketiga keluarga besar yang tengah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Setelah menikmati sarapan bersama, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki memeriksa persiapan sebelum berangkat. "Pastikan semua barang sudah tidak ada yang tertinggal," ujar Ayah Edu sambil memeriksa koper-koper di lobby hotel."Sudah beres, semua sudah di bus," jawab Ayah Ronald sambil mengangguk.Anak-anak terlihat bersemangat untuk melanjutkan petualangan mereka. "Kemana kita hari ini, Ayah?" tanya Sherina penuh rasa ingin tahu."Hari ini kita akan ke Kota Gunungsitoli. Kita akan mampir ke Air Terjun Humogo dan mengunjungi Museum Pusaka Nias," jawab Ayah Hezki sambil tersenyum.Setelah semua persiapan selesai, mereka kemudian naik ke bus pariwisata yang telah siap di depan hotel. Agus, pemandu wisata mereka, kembali mengambil peran sebagai penjelas perjalanan h

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 116 Menonton Atraksi Lompat Batu Setinggi Dua Meter

    Keesokan harinya, cuaca di Pulau Nias masih cerah dengan langit biru tanpa awan. Pagi itu, setelah sarapan di hotel, Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki bersama keluarga masing-masing bersiap-siap untuk perjalanan menuju Desa Budaya Bawomataluo. Desa ini terkenal dengan tradisi lompat batunya yang telah mendunia.Pemandu wisata mereka, Agus, sudah menunggu di lobi hotel dengan senyuman ramah. "Selamat pagi semuanya. Hari ini kita akan mengunjungi Desa Bawomataluo, sebuah desa budaya yang sangat terkenal di Pulau Nias. Desa ini berada di atas puncak bukit, jadi kita akan sedikit mendaki."Anak-anak tampak bersemangat mendengar penjelasan Agus. "Yay! Mendaki bukit!" seru Isaac sambil melompat-lompat kegirangan.“Hore! Kita semua sungguh tak sabar!” sergah Hezra.“Ayo, Bang Agus! Tunggu apa lagi?” tukas Sebastian yang sangat antusias.“Come on, kita let's go, Bang Agus!” Jacob juga tak mau kalah.Sang pemandu wisata sangat se

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 115 Menonton Pertunjukan Surfing Berskala Internasional

    "Ayah juga mendengar tentang acara itu," ucap Ayah Edu sambil tersenyum. "Sepertinya menarik. Apa kalian benar-benar ingin pergi ke sana?""Ya, Ayah!" jawab anak-anak serempak."Kita bisa melihat pertunjukan surfing dan menjelajahi pulau itu," tambah Hezra. "Ini akan menjadi pengalaman yang tak terlupakan."Ayah Ronald mengangguk, "Baiklah, ini terdengar seperti ide yang bagus. Kita bisa mengatur perjalanan ke sana. Bagaimana menurutmu, Bro Hezki?"Ayah Hezki setuju, "Aku pikir ini kesempatan bagus untuk mengenalkan anak-anak pada budaya dan keindahan Pulau Nias. Selain itu, kita juga bisa menikmati waktu bersama sebagai keluarga."Anak-anak bersorak kegirangan."Hore-hore-hore! Terima kasih, Ayah!" seru mereka senang.Seminggu kemudian, hari yang dinanti-nanti tiba. Semua orang bersiap-siap untuk perjalanan mereka ke Pulau Nias. Pagi yang cerah menyambut ketiga keluarga besar yang baru saja

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 114 Bahagia Tinggal Di Pulau

    Di sisi lain, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera duduk di teras rumah, menikmati pemandangan indah dan kebahagiaan anak-anak mereka. Ketiganya merasa lega dan bahagia melihat anak-anak mereka begitu menikmati suasana baru ini."Aku tidak percaya kita akhirnya tinggal di sini," tutur Bunda Lia sambil menyesap teh hangatnya. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah kita buat.""Bener banget," jawab Bunda Mira. "Lihatlah anak-anak kita, begitu bebas dan bahagia. Ini adalah lingkungan yang sempurna untuk mereka tumbuh."Bunda Sera menambahkan, "Dan kita juga akan memiliki kesempatan untuk membangun sesuatu yang besar di sini. Mengelola resort dan menjalankan perusahaan kita sambil hidup di surga kecil ini. Apa lagi yang kurang dari kehidupan yang indah ini?"Hari-hari berikutnya di Pulau Asu dipenuhi dengan petualangan dan keseruan. Setiap pagi, anak-anak bangun dengan semangat baru, siap untuk menjelajah dan bermain. Mereka be

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 113 Persiapan Kepindahan Ke Pulau

    Pada suatu hari yang cerah di Jakarta, tiga pria yang merupakan sahabat lama sedang berkumpul di rumah salah satu dari mereka. Pria-pria ini adalah para ayah dari tiga keluarga yang memiliki impian besar. Mereka adalah Ayah Edu, Ayah Ronald, dan Ayah Hezki. Ketiga pengusaha sukses ini sedang membahas sebuah proyek besar yang akan mengubah hidupnya dan keluarga mereka untuk selamanya.Di ruang tamu yang luas dengan jendela besar yang memberikan pemandangan indah kota Jakarta, ketiga ayah itu sedang duduk di sekitar meja, memperhatikan peta Pulau Asu yang terbentang di depan mereka. Pulau kecil yang indah ini memegang kenangan manis bagi mereka dan keluarganya yang pernah terdampar di pulau ini selama bertahun-tahun."Aku tahu istri dan anak-anak kita sudah sangat merindukan Pulau Asu," ucap Ayah Edu membuka percakapan. "Mereka selalu membicarakannya, tentang betapa damainya, dan indahnya pulau itu. Mereka ingin kembali ke sana.""Benar," tambah Ay

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 112 Bosan Dengan Kehidupan Kota

    Setelah beberapa bulan kembali ke kehidupan perkotaan, para orang tua mulai merasakan kebosanan dan kehampaan. Rutinitas yang monoton dan hiruk-pikuk kota yang tak pernah berhenti membuat mereka merindukan kesederhanaan dan ketenangan hidup di Pulau Asu. Meskipun sukses dalam karir dan kegiatan sosial, ada sesuatu yang hilang dalam hidup mereka.Di Rumah Keluarga Silverstone, pagi hari dimulai seperti biasanya. Bunda Lia sedang menyiapkan sarapan sambil sesekali melihat ke arah jendela, merasakan hampa dalam hatinya."Bunda, sarapannya enak, seperti biasa," ucap Isaac, Jacob dan Josie secara bergantian, sambil menikmati roti bakar yang dibuat ibunya."Terima kasih, anak-anak. Apakah kalian sudah siap untuk sekolah?" tanya Bunda Lia sambil tersenyum tipis."Sudah, Bunda. Kami sangat semangat hari ini," jawab Isaac mewakili kedua saudaranya yang lain.Namun, setelah Isaac, Jacob, dan Josie berangkat sekolah, kesunyian kembali menyelimuti ru

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 111 Para Anak Mulai Bersekolah

    Kembalinya keluarga-keluarga dari Pulau Asu ke kehidupan perkotaan tidak hanya berdampak pada orang tua, akan tetapi juga pada anak-anak mereka yang kini harus beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Namun, berkat pendidikan dasar yang telah diberikan oleh orang tua mereka selama bertahun-tahun di pulau terpencil itu, anak-anak ini menunjukkan kecerdasan dan kemampuan adaptasi yang luar biasa.Pagi hari yang cerah di salah satu Sekolah Internasional, di Jakarta. Delapan anak terlihat sangat bersemangat memulai hari pertama mereka bersekolah di sana. Isaac, Hezra, Sebastian, dan Jacob bersiap untuk kelas mereka yang baru. Sementara Shakila, Josie, Rose, dan Sherina dengan antusias menantikan pertemuan dengan teman-teman barunya.Para orang tua telah menyediakan mini bus khusus untuk antar transportasi anak-anak mereka ke sekolah."Isaac, jangan lupa bawa buku matematikanya. Hari ini kita pasti akan banyak belajar," ucap Hezra sambil memeriksa tasnya.

  • THE ISLAND : I'M IN LOVE   BAB. 110 Memulai Aktivitas Baru Di Kota Jakarta

    Di tengah kerumunan, para ibu, Bunda Lia, Bunda Mira, dan Bunda Sera, juga bertemu kembali dengan keluarga besar mereka. Bunda Lia memeluk ibunya, Nyonya Shania, sambil menangis. "Mama, aku kembali.” “Lia, akhirnya kamu pulang." seru Papa Herman. Kedua orang tua bergantian mengusap rambut Bunda Lia. "Syukurlah kamu selamat. Kami sangat merindukanmu." Bunda Mira juga bertemu kembali dengan kedua orang tuanya, Mama Dwi dan Papa Bagas. "Mama, aku kembali.” Papa Bagas menatap putrinya dengan penuh kasih. "Kami sangat bersyukur, Mira. Kami tidak pernah berhenti berharap atas kepulanganmu." Bunda Sera juga memeluk kedua orang tuanya, Papa Theo dan Mama Nara. "Mama, aku akhirnya pulang. Aku sangat merindukan kalian." Mama Nara menangis bahagia. "Kami sangat merindukanmu setiap hari, Sera. Terima kasih Tuhan, kamu selamat.” S

DMCA.com Protection Status