Share

BAB. 2 Sandiwara Dimulai

"Maksud Kamu, Saya mau apa?" Keren benar-benar tidak mengerti maunya Teo.

"Ha-ha-ha, jangan pura pura! Gue tahu lo sudah memiliki kekasih," ujar Teo tajam.

Keren menghela napas panjang dan meraup oksigen lebih banyak lagi, lalu mengatakan sejujurnya kepada Teo jika dia sudah mengakhiri hubungannya dengan Bimo.

Teo seakan tidak percaya, jika  Keren dan Bimo sudah putus. Karena yang dia tahu, Keren dan Bimo sudah lama berpacaran. Teo memandang rendah Keren saat ini.

Dalam pikirannya Keren sudah tidak gadis lagi karena sudah lama berpacaran dengan Bimo.

Hal itu seketika membuatnya jijik. Jika bukan perintah Papanya untuk menikahi Keren demi memperluas bisnis mereka, pria itu sama sekali tidak sudi menikah dengan Keren.

Teo yang lama tinggal di luar negeri, telah terbiasa meniduri banyak wanita.

Kebiasaannya ini, dia mampu tutupi pada kedua orang tuanya, hanya sahabatnya Rudolf yang mengetahui ulahnya itu.

Rudolf setali tiga uang dengan Teo, sama sama penjahat wanita.

Selama Teo hampir tiga bulan di Jakarta. Dia selalu minta bantu kepada Rudolf untuk mencarikannya seorang wanita yang bersedia one night untuk melayaninya.

Keren dari tadi mencoba membaca pikiran dan maksud perkataan Teo namun dia tidak menemukan jawabannya.

"Kita akan berada disini selama dua jam ke depan, silakan lakukan apa pun semau mu."

"Kok sampai dua jam?" tanya Keren penasaran.

"Tanya kepada Papamu dan Papaku, jangan tanya kepadaku," ujarnya ketus.

Dari tadi Teo asyik dengan ponselnya. Rudolf sudah mengirimkan beberapa foto perempuan yang mau melayaninya nanti malam. Dia tinggal memilih mereka sesuka hatinya.

Sementara itu, Keren terlihat kikuk di cuekin oleh Teo. Dia menilai Teo orangnya kasar dan tidak peduli dengan pernikahan ini. Keren seketika memikirkan nasibnya ke depan jika menikah dengan pria itu.

Teo tidak kalah tampan dengan Bimo, namun sifat mereka berbeda. Bimo sangat menghargai Keren sedangkan Teo berbanding terbalik.

Dari pada bengong, Keren membuka ponselnya dan menenggelamkan dirinya dengan membaca novel favoritnya di sebuah situs online.

Keduanya tenggelam dengan ponsel masing masing.

Tak terasa sudah dua jam lebih mereka ada di kafe tersebut, tiba tiba Teo berdiri dari bangkunya dan hendak beranjak pergi, 

"time is over! Gue pamit dulu!" Dia lalu berdiri sambil memanggil waiters dan membayar tagihan selama mereka berada di kafe itu.

"Lusa, ada fitting baju pengantin, berikan kartu nama mu!" Keren segera merogoh tasnya dan memberi kartu namanya kepada Teo dan pria itu juga memberi kartu namanya kepada Keren.

"Gue akan menghubungi Lo!" Teo lalu pergi dari situ sambil memegang kartu nama Keren.

Keren yang diperlakukan seperti itu, seketika menjadi melongo. Dia tidak menyangka ditinggal pergi begitu saja oleh Teo.

Untuk mengusir kekesalannya Keren menghibur dirinya sendiri dengan berkeliling mall sambil berbelanja baju kerjanya.

Setelah itu dia kembali pulang dengan menggunakan taksi online.

Sesampai di rumah, Keren kaget dengan keberadaan sopir Teo di rumahnya, "Selamat sore Nona Keren. Maaf tuan Teo tidak dapat mengantar nona pulang, karena ada meeting mendadak di daerah Bandung, ada sedikit gift dari tuan Teo untuk orang tua, Nona."

Setelah berkata begitu sang sopir pamit undur diri. Sedangkan kedua orang tua Keren sangat terkagum-kagum dengan perhatian dari Teo. 

"Coba lihat ini, masih jadi calon mantu saja Nak Teo sudah perhatian banget, apalagi nanti kalau dia sudah jadi suamimu, jangan sia siakan itu."

Setelah tuan Gerald berkata seperti itu, tiba-tiba ponsel Keren bergetar ternyata ada pesan masuk dari Teo, 

"Sandiwara dimulai! Gue harap Lo bisa ikut kerjasama."

Keren tak habis pikir dengan tingkah Teo yang berubah-ubah bagai bunglon.

Saat fitting baju pengantin, ternyata mereka melakukannya terpisah, ada saja alasan yang Teo lontarkan untuk menutupi perangainya itu sehingga tidak membuat keempat orang tua itu merasa curiga sedikitpun.

Alhasil Keren fitting baju sendiri bersama ibunya dan calon ibu mertuanya.

Tinggal menghitung hari, Keren akan dipersunting oleh Teo.

Saat ini hatinya bagai teriris sakit mana kala Keren mendengar kabar angin jika Bimo mantan kekasihnya sedang dekat dengan seorang wanita.

"Gue dengar dari teman sekantor  gue sih Ker, jika Bimo sedang dekat dengan wanita itu," ujar Lusi sahabat Keren. Saat ini mereka sedang nongkrong di sebuah mall untuk menemani Keren belanja keperluan pribadinya.

Mendengar hal itu Keren sedikit kecewa dengan Bimo yang dengan mudahnya berpaling darinya. Dia ingin menghubungi Bimo dan menanyakan hal itu langsung kepadanya. Namun dia tidak mampu. Dirinya juga berpikir jika Bimo berhak bahagia tanpa dirinya.

Lusi juga mewanti-wanti Keren, agar berhati-hati kepada Teo. Karena Lusi sedikit tahu sepak terjang Teo dengan perempuan.

Namun nasihat Lusi sepertinya diabaikan oleh Keren. Diw berpikir Teo memang orangnya begitu terkesan cuek dan tidak mau tahu.

Dalam hati kecilnya Keren mencoba untuk menerima Teo sebagai calon suaminya.

Hari ini, hari pernikahan mereka.

Semua terlaksana dengan baik, banyak tamu-tamu undangan yang datang.

Semua kolega ayahnya dan juga kolega Teo bertemu di acara pernikahan mereka.

Teo sedikitpun tidak pernah melirik ke arah Keren. Dia malah terlihat sibuk menyapa para koleganya.

Keren mencoba mengerti jika Teo memang memiliki banyak kolega jadi perlu menyapa mereka satu persatu.

Di sudut ruangan paling belakang, ada sepasang mata lelaki yang menatap sendu di atas pelaminan, dialah Bimo.

Dia sengaja datang ke pesta pernikahan Keren untuk melihat perempuan yang dirinya masih cintai itu.

Bimo ingin sekali memberi selamat kepada kekasihnya, namun dia sadar, hal itu pasti dapat menimbulkan keributan nantinya.

Bimo hanya dapat menatap sendu kearah Keren yang terlihat bingung, karena Teo yang sibuk dengan koleganya.

Sementara di sudut ruangan lain, ada wanita lain yang menatap tajam ke arah Teo, sambil mengusap perutnya yang besar.

"Tunggu pembalasanku Teo! kamu akan membayar semuanya!"

Dialah Cika, mantan partner ranjang Teo yang saat ini sedang mengandung darah dagingnya.

Saat melakukan itu, Teo dalam keadaan mabuk parah. Pria itu lupa memakai sarung pada senjatanya, karena terburu nafsu, dia melakukannya dengan kasar dan berhasil merenggut kegadisan Cika.

Walau begitu keesokan paginya, Teo meninggalkan satu cek senilai lima ratus juta untuk Cika.

Cika yang tergiur uang yang banyak, tidak mempermasalahkan apa yang sudah Teo lakukan kepadanya.

Namun beberapa saat kemudian, Cika sadar dia sedang hamil dan berusaha membicarakannya kepada Teo. Namun siapa sangka, sang pria malah menyuruhnya untuk menggugurkannya dan kembali memberinya cek senilai lima ratus juta.

Cika menerima cek itu, namun dia tidak mengugurkan kandungannya.

Wanita itu berencana jika anak ini lahir, dirinya akan menyuruh istri sah Teo untuk membesarkan anak ini.

Kembali ke pesta,

Saat ini, acara telah selesai. Teo pamit kepada kedua orang tuanya dan juga orang tua Keren, untuk membawa Keren ke hotel bintang lima yang khusus dia booking untuk mereka berdua.

Keren menurut saja apa yang dikatakan oleh Teo.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status